Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Pengabdian Guru Honorer

Status
Please reply by conversation.

sepertinyakeluar

Suka Semprot
Daftar
28 Aug 2014
Post
10
Like diterima
34
Bimabet
Samlekum suhu sekalian, mohon maaf dengan keisengan saya membagi sedikit cerita.. semoga bisa menghibur suhu sekalian.. (ceritanya kentang)

Pengabdian guru honorer

Inilah kisahku sebagai guru honorer di sebuah sma swasta di kota pelajar. Memang, bila diukur secara ekonomi pendapatannya tidak seberapa. Tapi apadaya, sebagai seorang lulusan perguruan tinggi swasta yang tidak terlalu favorit, sepertinya susah mencari kerja tetap untuk saat ini. Ohya, nama saya Kristian Sugiono, biasa dipanggil Sugi. Meskipun nama saya sama dengan suami Titi Kamal, tapi wajah dan perawakan saya banyak yang bilang mirip kaya Taufik Hidayat kw 7. Itu loh, pemain bulu tangkis nasional peraih medali emas olimpiade.
Sebagai guru mata pelajaran sejarah, memang tidak ada hubungannya sama dewa mesum seperti guru biologi. Tapi entah kenapa, di sekolah swasta tempat saya mengabdi masih saja ada kesempatan dewa mesum berpihak pada guru sejarah. Inilah kesempatan saya untuk berbagi cerita pengalaman tak terduga yang pernah saya alami.
Program sekolah kami memang mengharuskan ada porsi sesi transfer materi (di sekolah kami sebutan untuk pelajaran) di luar kelas. Untuk itulah, tiap mata pelajaran dihimbau untuk melakukan studi lapangan. Waktu itu, saya mengajak siswa/siswi saya napak tilas peradaban masyarakat jawa di provinsi DI*. Kegiatannya antara lain pergi ke museum merap*, hingga ke situs-situs candi minor di sekitar daerah Sl**an. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memahami pengaruh gunung merap* terhadap peradaban jawa di masa kerajaan hingga masyarakat modern.
Dari kegiatan tersebut, saya mulai kenal dekat dengan siswi saya yang bernama Adelia (Adel). Anaknya cantik langsing seperti Natasha Wilona, pemeran Reva di sinetron anak jalanan. Seperti cewe langsing pada umumnya, buah dadanya tidak begitu besar. Tapi memang selera pribadi saya lebih tertarik dengan perempuan berkaki kecil dan panjang ketimbang buah dada besar. Hehe
Adelia menarik perhatian saya ketika berada di salah satu candi, saya sedang menjelaskan lingga dan yoni. Saat sedang sesi observasi bebas, Adelia entah sengaja atau tidak selalu mengikuti saya dan seringkali memberikan pertanyaan yang aneh-aneh.
"Pak, ini kok semua ada lingga yoni memang dulu buat ena ena ya pak?"
"Pak, pas bikin arca yoni yang bikin pada ngebayangin apa ya pak?"
"Pak, ini yang bikin arca lingga pake model nggak ya? Gede banget."
Pertanyaannya memang aneh-aneh sekali dan sebenarnya diluar konteks. Tapi, demi menjaga integritas sebagai guru, tetap saja saya jelaskan dengan penuh kesabaran dan kepala dingin. Tapi jujur saja, mungkin karena Adelia yang cantik dan sepertinya "kentuable", saya masih bisa bersabar dan menjawab pertanyaannya dengan santai.
"Hus, ini tempat ibadah kok buat ena ena, ena ena ya dikamarmu saja. Lingga yoni itu lambang kesuburan, lingga digambarkan sebagai penis/ kejantanan sedangkan yoni sebagai vagina/ kewanitaan."
"Dulu itu model arcanya saya, gede kan? Udah kamu nggak usah mbayangin, Del."
Pada sesi tersebut, kami berdua malah sering berdua dan tertawa-tawa karena pertanyaannya aneh dan saya jawab juga dengan asal-asalan, meski saya sisipi materi pelajaran juga. Hingga akhirnya transfer materi selesai dan seluruh staf pengajar sejarah bersama murid-murid pulang kerumah masing-masing.

Sesampainya di rumah kontrakan sederhana saya, kira-kira sehabis maghrib menjelang isya' saya membuka HP ternyata ada pesan L*ne dari Adelia. Isinya sebenarnya cuma basa-basi, dia juga menanyakan saya tinggal dimana. Dalam hati, saya juga bingung, "ini ada apa bocah baru kelas sebelas udah ngecengin gurunya?" Saya kegeeran. Tanpa berat hati, saya berikan saja alamat kontrakan saya, lumayan lah siapa tau jodoh, toh saya belum beristri, wajar sih masih 26 tahun. Karena badan saya letih, lalu saya ketiduran setelah mandi.
Pagi buta, saya melakukan rutinitas pagi menyiapkan sarapan sendiri. Ketika sarapan pagi siap dan hendak menyantap masakan saya, tiba-tiba pintu depan kontrakan diketuk. "Heran, masih jam 5.15 kok ada tamu" ujar saya dalam hati. Setelah kubuka pintu, terpampang ekspresi meringis Natasha Wilona.
"Lho, Del? jam segini kok dah sampai sini? Rumahmu tu dimana e??" Tanyaku heran.
"Huuu.. Pak Sugi tuh, semalem saya kesini bawa martabak malah ga dibukain pintu, gantinya anterin Adel ke sekolah, gamau tau!" Wajahnya merengut, tapi lucu. Ah sialan kamu del, bapak jatuh cinta sama kamu.
"Lho, kamu tu lho, ditanyain apa, nggak jawab malah ngomel. Yasudah sini masuk dulu, bapak lagi sarapan. Kamu dah sarapan belom?" Saya beramah tamah. Kasihan, udara masih dingin, lagipula saya harus ke sekolah sebelum jam 6.30 pagi.
"Tadi kan bapak tanya, rumahmu tuh dimana to Del? Itu dimakan, yuk temani bapak sarapan." Saya kembali bertanya setelah menyiapkan nasi telur sayur lodeh beli kemarin sore, paginya saya hangatkan.
"Rahasia dong pak, pokoknya sepuluh menit jalan kaki. Kalau berkuda butuh tiga hari." Adelia menjawab penuh canda sembari melahap makanan yang saya siapkan.
"Lha apa kamu nggak dianter bapak ibumu?" Selidik saya.
"Aku kalau sekolah pasti naik bus pak, mulai sekarang Adel nebeng Pak Sugi terus ya? Pokoknya pulang pergi nebeng Pak Sugi biar ngirit" ujarnya sembari meringis.

Selesai makan, lalu saya pamit untuk mandi pagi. Selesai mandi, saya berjalan keluar kamar mandi dengan santai. Saya lupa, biasanya telanjang juga tidak apa-apa, toh di rumah juga sendiri. Saya keluar tanpa sehelai kain menutupi tubuh. Saat itu Adel sedang mencuci peralatan makan di wastafel tepat disamping kamar mandi. Terkaget, Adel menutupi mata dan berteriak "Aaaaaaaak! Lingganya Pak!" Adel berteriak sedikit tertawa. Memang dasar sial, segera kututupi daerah pribadiku dengan handuk lalu berlari menuju kamar.
Setelah selesai berbusana, dengan malu-malu kutemui Adel sembari meminta maaf atas kecerobohan saya tadi.
"Hihihi, santai Pak. Jadi itu toh modelnya? Hihihi" ternyata Adel menanggapinya dengan bercanda seperti biasanya. Setelah bersiap-siap dan memanasi motor, kami berdua berangkat kesekolah dan melakukan kegiatan seperti biasanya.

Sepulang sekolah, sesuai janji, saya harus mengantar Adel pulang. Tetapi memang dasar si bocah, dia tidak mau diantar kerumah, maunya jalan kaki dari kontrakan saya. Sesampainya di kontrakan, Adel tidak langsung pulang, katanya masih ingin bermalas-malasan di kontrakan saya. Alasannya, orang tuanya belum pulang dan malas sendirian dirumah.
"Kamu tuh lho, pulang dulu ganti baju sana! Nanti kalau mau main lagi kesini juga bapak nggak nglarang." Ujarku sedikit mengusir.
"Adel kan bawa baju ganti pak, minjem kamar pak, Adel mau ganti baju. Gaboleh bales yang tadi pagi lho pak." Kelakarnya sembari masuk kamar tanpa menunggu ijin saya.
Meskipun heran dengan tingkah lakunya, saya coba mengalah lalu membanting diri di sofa ruang tengah dan menyalakan tv. Rupanya, adel berganti baju tanpa menutup pintu kamar. Padahal, disana ada lemari pakaian saya yang ada cerminnya. Dari posisi dudukku, saya bisa melihat dengan jelas tubuh Adel hanya dibalut dengan pakaian dalam biru dongker saja. Seperti disengaja, Adel melepas baju seragam tetapi tidak segera memakai baju ganti. Adel melipat dulu baju seragamnya rapi, setelah itu baru mengenakan baju gantinya.
Dadaku berdegub kencang ketika Adel membelakangi cermin, bongkahan pantatnya sempurna hanya dibalut dengan celana dalam biru donker, kontras dengan warna kulitnya yang putih mulus. Dan kuamati ternyata payudaranya tidak kecil sekali, pas dengan ukuran tubuhnya yang langsing, indah sekali.
Adel keluar memakai setelan kaos ketat dan celana gemas masa kini, kira-kira sepuluh cm dari selangkangannya. Kaosnya yang putih dan tipis membuat bra biru dongkernya nyata terlihat.
"Ngintip nggak pak?" Tanyanya sambil keluar kamar.
"Bapak ngintip kalau pintunya ditutup, kalau pintunya dibuka ya nggak ngintip dong." Jawabku sekenanya.
"Adel bayar yang tadi pagi pak, gantian, bapak yang liat Adel." ujarnya sambil tertawa, Adel lalu membanting tubuhnya di sebelahku dan menonton tv.

Selama beberapa saat, keadaan menjadi canggung. Tidak ada bahan obrolan, saluran televisi juga tidak menayangkan hal yang menarik. Kami berdua hanya duduk terdiam, tanganku sibuk memencet remote tv, tapi tidak ada saluran yang benar-benar ditonton.
"Pak Sugi." Ucap Adel pelan memecah keheningan.
"Hmmmmm....?" Jawabku malas.
"Aku nggak cantik po pak?" Adel bertanya sedikit memelas.
"Ya cantik to Del, kan perempuan, bencong aja ada yang cantik kok. Hehe.." jawabanku sekenanya.
"Kok Pak Sugi diem aja, udah lihat Adel ganti lho." Ujar Adel sedikit manja.
"Heeee??? Maksudmu opo nduk (maksudmu apa nak)???" Tanyaku memastikan bahwa saya tidak salah dengar perkataan Adel barusan.
"Pak, Adel sedih temen-temen Adel udah punya pacar, udah ngicipi. Cuma Adel sendiri yang nggak laku-laku." Dengan berkaca-kaca Adel bercerita.
"Waduh gusti, ngicipi opo nduk?? Rasah tiru-tiru kanca-kancamu (jangan ikutan teman-temanmu)." Jawabku sedikit menjaga wibawa.
Tiba-tiba Adel melingkarkan tangannya diperutku, kepalanya berada di pahaku, Adel menangis. Celakanya, dengan posisi duduk seperti itu, kepalanya menyenggol-nyenggol penisku. Adel curhat mengenai bagaimana teman-temannya mengucilkannya hanya karena Adel masih perawan sendiri. (Kupikir, kasus seperti ini hanya ada di film saja, tetapi melihat anak didik saya sampai menangis gara-gara perawan sendiri, saya jadi mau, hehehe.)
Awalnya, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan mendapatkan perlakuan seperti ini dari anak didik saya sendiri. Setelah terlepas dari kekagetan saya, saya mulai mencoba untuk menenangkan Adel. Kepalanya kubelai lembut, terkadang punggungnya saya usap-usap. Mengetahui respon saya, Adel memberanikan diri meraba selangkanganku, yang daritadi sebenarnya penisku sudah berdiri. Kemudian Adel menolehkan pandangannya keatas, kami berdua saling berpandangan. Matanya masih basah, mukanya masih merengut, tangannya mengusap penisku.

Pikiranku sudah tidak karuan, antara nafsu binatang dan akal sehat sebagai guru yang harus memberi contoh. Sejujurnya, akal sehatku sudah hilang dari tadi. Namun kucoba tidak merespon lebih jauh, hanya menatap matanya. Karena saya tidak merespon, Adel berinisiatif untuk menarik celanaku dan berusaha meraih penisku. Setelah mendapatkan penisku, Adel menariknya keluar lalu mengocoknya.
Nafsu binatangku sepertinya menunjukkan tanda-tanda kemenangan, karena saya hanya diam saja diperlakukan seperti itu oleh anak didikku. Kuusap sisa air mata Adel dan membetulkan posisi duduk supaya Adel mudah memainkan penisku.
"Linggaaaa..." Sapa Adel pada penisku, nampaknya dia sudah tidak sedih lagi karena senyum telah terbit diwajahnya. Saya tidak merespon perlakuannya, hanya mengamati Adel melakukan apa yang dia suka dengan tubuhku. Meskipun tangan ini sudah gatal ingin menjamah badannya, tapi saya masih penasaran apa yang akan Adel lakukan ketika saya pasif. Kemudian Adel berusaha melepas celana saya, sayapun kooperatif dengan mengangkat pantat untuk memudahkannya. Setelah terlepas, celana saya dibuangnya, sambil tertawa kecil.
"Kalau berani lepas juga Del, masa bapak doang?" Tantangku.
"Siapa takut?" Jawab Adel sembari berdiri dan melepas celana gemasnya. Kini, selangkangannya yang ditumbuhi bulu tipis terpampang jelas. Memeknya yang kemerahan terlihat imut diantara pahanya yang kencang dan segar. Kakinya yang jenjang dan kulitnya yang putih menjadi elemen yang menyempurnakan keindahan selangkangan seorang gadis. Pemandangan yang tidak akan pernah saya lupakan.
Setelah melepas celananya Adel duduk dipangkuanku dan melahap mulutku liar. Sayapun tak mau kalah, kami berpagutan. Tanganku melepas kait bra nya, lalu memainkan putingnya.
"Mmmmmmhhh.. mmmmhhh..." Desah Adel berirama sembari mulut kami berpagutan. Tak mau kalah, tangannya meraih penisku lalu mengocoknya. Kaos dan bra-nya kusingkap, nampak jelas payudaranya menyembul keluar. Putingnya masih kecil, imut sekali. Ukurannya memang belum maksimal, dipadukan kulitnya yang putih mulus serta aroma parfum yang dikenakannya, memanjakan nafsu binatangku.
"Tetekmu bagus banget Del." Pujiku takjub.
"Sini Pak, nenen sama Adel :)" ajaknya sambil tersenyum, tangannya masih asik memainkan penisku dibawah sana.
Tanpa pikir panjang kulahap puting sebelah kanan Adel. Tangan kanan Adel memeluk kepalaku erat setelah kumainkan lidahku di putingnya.
"Uhhhhh... Paaaaaak... Teruuuus... Hhhh..." Adel mulai meracau kegelian. Tangan kananku kulingkarkan di pinggangnya, sedangkan tangan kiriku memainkan puting sebelah kiri.
"Pak Ugiiiiiii... Terus paaaaaak.. ennnaaaaak.. Adel sukaaaa...." Adel tambah meracau. Matanya terpejam menikmati sentuhan yang kuberikan. Kuhentikan aktivitasku sesaat, lalu kulepas kaos dan bra nya, Adel pun membantu melepasnya lalu membuang kaosnya entah kemana.
"Sayang-sayangannya di kamar aja yuk Del?" Ajakku. Tanpa menunggu jawaban, saya menggendong Adel menuju kamar. Tangan dan kakinya melingkar erat ditubuhku enggan terlepas. Sesampainya di kamar, kurebahkan Adel diatas kasurku, lalu kuusap memeknya lembut. Memeknya sudah basah sedari tadi, kumainkan jari-jariku merasakan setiap inci liang peranakannya. Sejurus kemudian kutemukan titik sensitifnya dan kupusatkan elusanku pada klitorisnya.
"Mmmmmhhhhhhh....." Adel melenguh panjang ketika saya mainkan klitorisnya.. matanya terpejam, kepalanya mendongak keatas, sepertinya nikmat sekali.
"Pak Ugiiiii.... Nenen Adel lagiiii..." Pintanya manja sekali. Namun tidak kukabulkan permintaannya. Hanya kuciumi daerah aerolanya, melingkar. Kugoda dengan sedikit menyenggol putingnya, lalu tetap fokus menciumi seputar payudaranya.
"Pak Ugiiiiii... Neneeeeeen..." Rengek Adel. Tak kuhiraukan rengekannya. Memeknya tetap kumainkan, tetapi payudaranya hanya kuciumi.
"Pak Sugi bandeeeeeel!" Tangannya mendorong kepalaku kearah putingnya. Sayapun tertawa kecil sembari memainkan lidahku di putingnya.
"Aaaaaaaahhhhhh.... Paaaaakkkk..." Tangannya mencengkeram rambutku dan mendorong kearah dadanya.
"Ennnnakk paaaak.. teruuuuus..." Adel meracau, seperti kesetanan.
Cukup lama kumainkan jurus itu, hingga payudaranya basah oleh liurku, tanganku juga mulai pegal bermain di memeknya yang basah. Kemudian kakinya menjepit tanganku, tangannya memeluk kepalaku erat. Sejurus kemudian Adel berteriak "paaaaaakkk..hhhhh.." lalu badannya lemas. Kubelai rambutnya, kemudian kukecup keningnya. Kami bertatapan penuh makna, matanya sayu sepertinya telah merasakan kenikmatan luar biasa.
"Enak ya Del??" Tanyaku sembari kulemparkan senyum termanisku.
"Enak banget Pak, Adel mau tiap hari." Ucapnya sambil tersenyum.
Melihat senyumnya, akal sehatku kembali. Untuk saat ini, saya masih bisa membendung nafsu binatang. Kuurungkan niatku untuk mengambil keperawanannya hari itu.

Kubujuk Adel untuk memakai bajunya kembali. Siasatku adalah pamit untuk buang air besar di kamar mandi, sebenarnya saya onani untuk menuntaskan nafsu saya. Setuntasnya saya onani, kusuruh Adel untuk pulang setelah kami berdua makan. Awalnya Adel merengek ingin menginap, dengan janji untuk memuaskan nafsunya esok hari, akhirnya Adel mau pulang juga. Dalam hati, saya pun bertanya, Kalau disuguhi Natasha Wilona kw tiap hari, sampai kapan akal sehatku akan menang melawan nafsu binatangku?

Mohon maaf ceritanya segini saja, kalau ada waktu dan ada ide kemungkinan akan saya lanjutkan ceritanya.. terima kasih sebelumnya..

Hore Update!
Part 2 - page 2
Part 3 - page 3
Part 4 - page 4
 
Terakhir diubah:
luar biasa,, guru cabul sama murid mesum
:remas:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Aduh pak guru - ada y murid yg kaya adel gitu :tegang: gawat.***wat.***wat..
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Lanjuuutt pak guru..
Mbok yo di entup sak Helm'an wae pak..
 
Lewat mburi kan yo iso to Dab... Ora kudu nyuwek perawan.
 
Kamu jangan gitu to Sugi, punya pengalaman koq di potong-potong ... Ayo, ceritain lagi pengalaman hari-harimu selanjutnya.
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd