Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Pengabdian Guru Honorer

Status
Please reply by conversation.
Samlekum suhu sekalian :D
Mohon maaf, jikalau ceritanya kurang berkenan. saya juga kurang telaten membalas komentar satu-satu.
Karena keberuntungan kita semua, saya juga sudah mendapat inspirasi, sehingga bisa segera update ceritanya Pak Sugi. Maka dengan rendah hati, saya persembahkan:

Pengabdian guru honorer (part 2)

Sudah satu bulan lamanya perkenalanku dengan Adel, semenjak itu pula dia menjadi murid kesayangan. Minggu pertamaku dengannya adalah minggu terberat, dimana selama lima hari berturut-turut Adel memintaku untuk melayani nafsunya. Sesampainya di kontrakan, Adel selalu menanggalkan celana dalamnya, membuka kancing seragam dan kait kutangnya, lalu duduk dipangkuangku menyodorkan puntingnya untuk sekedar dimainkan atau dikulum.
"Pak Sugi, nih nenen dulu." Itulah kalimat andalannya ketika ingin dimanjakan.
Kalau sudah begitu, saya hanya bisa pasrah pelan-pelan menuntunnya menuju puncak kenikmatan. Kumainkan putingnya yang mungil, kadang saking gemasnya kuberi tanda merah di kedua bongkah payudaranya yang mulus itu. Sementara tangangku sibuk berpindah meremas pantatnya, mengelus klitoris, atau memelintir putingnya.
Adel juga makin terampil memainkan penisku, tiap sudut, titik sensitif juga durasi mengocoknya makin lama. Semakin piawainya tangan Adel, makin membuatku hampir kelepasan crot didepan murid kesayanganku itu.
"Mmmmhhhhh... Mmmmmhhh..." Hanya lenguhan kami bersaut-sautan yang terdengar ketika sedang dibuai nafsu binatang.
Rutinitas tersebut berlangsung di minggu pertama, selama itu pula saya selalu menghindar. Saya selalu mencari cara supaya dapat kabur dikala genting, sejauh ini buang air besar menjadi andalanku untuk berlama-lama di wc memuaskan diri. Maaf, bukannya sok suci, hanya saja saya masih punya ketakutan dan banyak pertimbangan lain. Salah satunya adalah status kami sebagai guru dan murid, sedikit saja lalai, karier saya di dunia pendidikan bisa musnah. Selain itu, keluarga saya secara turun-temurun berprofesi sebagai guru, bisa mencoreng profesi kebanggaan keluarga.

Walaupun rapi disimpan, bangkai akan tercium juga. Bukan, profesi saya sebagai guru honorer masih aman. Lama kelamaan Adel pun tahu kebiasaanku memuaskan diri dengan onani. Suatu hari di minggu ketiga, kami melakukan rutinitas mesum seperti biasanya di kamarku. Setelah Adel mencapai puncaknya, seperti biasa saya beringsut minta izin untuk ke kamar mandi. Sekuat tenaga Adel mencegahku, saya tahu Adel masih lemas sehabis dilanda orgasme.
"Gak boleeeeh... Sini aja pak sama Adeeel." Rengeknya sembari menarik-narik lenganku. Dilingkarkan tangannya ke lenganku sehingga payudaranya menghimpit lengan kananku, lembut dan kenyal, khas payudara anak SMA dalam masa pertumbuhan.
"Gamau Del.. Bapak dah kebelet eek daritadi.." elakku berusaha melepas pelukannya.
"Bohong.. bohong.." ucapnya manja. Kemudian tangannya memeluk pinggulku, wajahnya kini sejajar dengan penisku yang tegang. Tak lama kemudian dilahapnya penisku, mantap dan tanpa ragu penisku dikulumnya. Mungkin hari itu kali pertama Adel mulai berani mengulum penisku, giginya masih mengenai penisku dengan kasar.
"Aduh aduh aduuuh, sakit Del udah. Hahahaha..." Cegahku sambil tertawa. Heran juga darimana Adel tahu dan belajar cara memuaskan laki-laki.
"Hahaha.. sakit Del.. udah.." kudorong kepalanya, giginya masih menancap. Rasa ngilu di penisku membuatku berguling-guling. Saya tidak marah, justru kaget dan takjub dengan perkembangan Adel, saya berguling-guling sambil terbahak. Dengan rasa ngilu yang berada di area penisku, keinginanku untuk crot pun hilang seketika.
Kulihat muka Adel manyun, sedikit keheranan. Mungkin reaksiku tidak sesuai dengan apa yang dia bayangkan.
"Sakit ya pak?" Tanyanya sembari berusaha menindihku agar berhenti berguling-guling.
"Kamu kok bisa inisiatif ngemut tuh tau darimana to Del?" Kutahan ngilu, walaupun masih cekikikan. Kemudian kupeluk tubuhnya mesra, sambil kuciumi pipi dan keningnya bertubi-tubi, kecupanku berhenti di bibirnya.
"Dari buku ceritanya si Roni pak, temenku anak teater." Jawabnya polos.
"Walah del, kalau ngemut ya kalau bisa jangan kena gigi." Jawabku sambil menggelitikinya. Karena kegelian, Adel memberontak kemudian kutindihkan badanku diatasnya.
"Sini bapak saja yang ngajarin." ujarku, disambutnya dengan memalingkan muka. Mungkin malu, tapi pipinya yang lembut menjadi sasaranku berikutnya. Dengan gemas kuciumi pipinya, kemudian perlahan turun ke lehernya, berangsur turun mengecup payudaranya yang sudah banyak sekali bekas merah, karyaku. Sedikit berlama-lama kumainkan lidahku di putingnya.
"Hhhhhh.... Sssshhh..." Suara desahan Adel mulai terdengar, menandakan gairahnya sudah bangkit kembali setelah kejadian tadi. Kedua tanganku mulai memelintir lembut kedua putingnya bersamaan, permainan kecupanku semakin turun menuju wilayah perutnya yang datar. Lidahku kusapukan di wilayah pusarnya sesekali, membuatnya beringsut kekanan dan kekiri, kegelian.
"Hihihihi.... Sssshhhh..." Cekikik dan desahannya bersautan ketika kuperlakukan begitu. Benar-benar menggemaskan.
Kecupanku semakin menurun menjelajahi hutan kemaluannya yang belum terlalu rimbun. Aroma kegadisannya menyeruak, membuatku semangat untuk segera mencicipi memek murid kesayanganku.
"Aaaak!" Pekiknya kecil setelah saya mendaratkan lidah ke wilayah memeknya yang masih merah. Kusapukan lidahku dengan lembut, merasakan gurihnya cairan kewanitaannya. Perlakuanku terhadap Adel juga berimbas pada libidoku yang berangsur naik.
"Aduuuhhh.. Pak Sugiiiii... Teruuuusshhhh.." Adel mulai meracau lagi. Mengetahui reaksi keenakannya, saya menjulurkan tangan, meraih kedua putingnya, memencet-mencet, memelintir, atau mencubit lembut puting gadisnya yang sudah mengeras. Tangannya mencengkeram tanganku berusaha menerima segala nikmat yang diakibatkan oleh perlakuanku.
"Sssshhhhh... Lagi.. terus..." Racau Adel tak berhenti sepanjang permainan. Pinggulnya naik turun seirama dengan sapuan lidahku. Kusempatkan melirik wajah Adel, sungguh pemandangan sempurna. Gunung kembarnya tegak berdiri, kencang dan mulus. Diantaranya terlihat mata sayu Adel memandang balik kearahku, mulutnya sibuk mengeluarkan suara-suara kenikmatan.

Setelah berminggu-minggu mengalami rasa nanggung yang maha dahsyat, egoku makin menguat. Perpaduan cairan feromone kegadisannya menaikkan libidoku ke tingkat yang tidak bisa saya toleransi. Meskipun sudah diatas ubun-ubun, muncul ide untuk menggoda Adel. Seketika kuhentikan aktivitasku, sementara kupandangi tubuhnya, matanya terpejam menikmati sisa-sisa sapuan lidahku di memeknya.
"Lagiiiiiiiii...." Rengeknya manja setelah kesadarannya kembali, mukanya dibuat cemberut sedikit mengemis.
"Yah, masa Adel terus yang enak?" Rengekku, tidak lupa juga kupasang wajah paling cemberut yang bisa kubuat.
"Sini pak." Tangan Adel meraih penisku yang sudah tegang. Kutuntun pantatku berada sejajar dengan wajahnya. Tanpa pemberitahuan dilahapnya penisku, kali ini lumayan giginya tidak lagi menancap seperti tadi.
"Jangan digigit ya Del.." ujarku lembut.
"Hm.mmmmmm.." respon Adel dengan penisku yang masih dikulumnya sembari menyapukan lidahnya diujung penisku.
Dengan posisi wajahnya yang kukangkangi, kuarahkan wajahku diatas memeknya yang sudah sangat becek. Kulanjutkan aktivitasku yang sempat terputus tadi di memeknya. Kudorong-dorong lidahku kedalam lubang memeknya, namun responnya seperti kesakitan, pinggulnya ditarik kebawah sembari kepalaku diapit kencang di pahanya yang mulus. Kembali kusapukan di daerah klitorisnya dengan lembut, lalu turun kearah lubang, sedikit kutekan. Proses tersebut saya ulangi berkali kali hingga Adel bisa ikut menikmati posisi 69.
Tidak ada lenguhan atau desahan, hanya nafas berat kami yang saling memburu satu sama lain, tidak ada yang mau mengalah. Cukup lama kami di posisi itu, kami sibuk sendiri dengan mainan baru masing-masing. Lidahku mulai kaku dan pegal, mungkin juga lidahnya. Merasa kasihan, saya mencoba untuk mencabut penisku yang masih dimainkannya, namun tangannya menahan pinggulku. Seperti anak yang sedang kelaparan, Adel mengulum memainkan penisku seakan tak ada lelahnya. Hembusan nafas dari hidungnya yang berat menerpa daerah kantung kemenyanku. Nafasnya terasa hangat, apalagi didalam mulutnya yang basah dan hangat. Sensasi hangat tersebut masih diberi bonus sapuan lidah di ujung penisku yang melipatgandakan kenikmatan. Adel sedikit menyedot lalu memaju mundurkan kepalanya, seperti mengocok penisku dengan mulutnya. Rasanya pertahananku sedikit lagi akan roboh menerima perlakuan Adel.
Mengetahui kondisiku yang hampir ko, kupercepat permainanku di seputar klitorisnya, semoga Adel juga segera mencapai orgasmenya.
"Mmmmhh... Mmmmmhhh... Mmmmmhhh..." Adel melenguh lalu mengapit kepalaku keras sekali, mata saya sampai berkunang-kunang gara-gara jepitan kedua pahanya. Sepertinya Adel sudah sampai orgasme. Tapi, mulutnya masih berusaha menservis penisku.
Karena memang sudah hampir ejakulasi, saya berusaha menarik penis saya dari mulutnya. Tetapi Adel masih saja menahan pinggulku, sepertinya Adel sangat tidak rela bila saya onani lagi.
"Deeeel, sudahhhhh, bapak dah mau keluaaaar..." Himbauku menahan nikmat.
"Mmmmmmmmmhhhhhhhh..." Adel hanya meresponnya dengan menggelengkan kepala. Sudah tak mampu menahan, cairan sperma saya menyembur didalam mulut Adel. Sepertinya lumayan banyak, karena tadi sudah gagal crot. Adel terbatuk-batuk, tersedak. Melihat hal tersebut cepat-cepat saya mendudukkan Adel, memeluknya sambil menepuk-nepuk punggungnya, semoga mampu mengurangi penderitaan Adel yang tersedak cairan sperma. Beberapa saat kemudian batuknya sudah berhenti dan nafasnya sudah tenang, tangannya juga sudah melingkar di punggungku, juga mengelus-elus punggungku. Tanganku meraih kertas tisu disamping tempat tidur. Kudorong bahunya pelan, melepaskan pelukan kamu, kupandangi wajahnya. Mulutnya masih terkatup.
"Nih Del, pejuhnya dibuang di tisu aja." Perintahku lembut seraya menyodorkan kertas tisu.
"Hihihi.. udah Adel telan pak.." ujarnya meringis penuh kemenangan. Ujung matanya masih basah karena tadi sempat tersedak. Kemudian Adel mengusap air matanya dengan tisu yang saya sodorkan.
"Sengaja ditelan?" Tanyaku keheranan, lebih banyak takjub, sebagian lagi merasa bangga.
"Iya pak, tadi ada yang ketelan, tapi sisanya Adel telan, takut kasurnya bapak kotor." Jawabnya polos. Lalu merebahkan kepalanya di pundakku. Kamipun kembali berpelukan. Paling tidak, hari itu saya tidak onani, meskipun tidak terjadi persetubuhan/penetrasi, saya merasa puas sekali, lahir dan batin. Mungkin saja, kepuasan yang saya dapatkan sebanding dengan kepuasan bila melakukan penetrasi. Mungkin, karena toh saya belum pernah melakukan persetubuhan sebelumnya.

Hari itu, Adel kembali merengek minta ijin menginap di kontrakan saya. Setelah kejadian tadi, tak kuasa saya menyuruhnya pulang kerumah. Lagipula Alasannya cukup dapat diterima, Adel memiliki tugas membuat infografis sejarah kerajaan hindu di Jawa. Sayapun mengizinkan, setelah Adel mendapatkan izin dari orangtuanya, Adel lalu pulang untuk mengambil baju ganti dan peralatan mandi. Malam itu, saya menyiapkan soal untuk ujian tengah semester yang akan datang saru setengah bulan lagi, sedangkan Adel sibuk menyelesaikan tugasnya.


Mohon maaf sekali lagi, karena saya tidak mampu berjanji untuk update berkala. Karena saya sekarang masih sibuk skripsi, nulis cerita panas supaya tradisi nulisnya tetep jalan.
Terima kasih semangatnya, suhu sekalian.
 
aduhh...aduhhh pak guru....

tolong jangan hanya segini ceritanya....

plissss dilanjutin lagi sama adelnya...
 
iki cerita bagus sebenare, tp kok ditempatku ada nama Adel tp msih bocah, cowok lagi.. dtmbah rodo stress bocahe.
Ngebaca ceritane yg kebayang Adel si stress.. aseeeem.. asem
 
di tunggu ekse nya suhuuu
 
iki cerita bagus sebenare, tp kok ditempatku ada nama Adel tp msih bocah, cowok lagi.. dtmbah rodo stress bocahe.
Ngebaca ceritane yg kebayang Adel si stress.. aseeeem.. asem

seh mending...lah nang gonanku malah jeneng e kucing -.-!
 
Lebih enak bacanya kalau saat ada percakapan dikasih jarak paragraf baru suhu...
 
Masih bingung soal knapa si murid ngebet banget ma pak guru hehehe.mungkin kalo diawal dikasih bumbu-bumbu percintaan dlu lebih tambah menarik.
Ngomong-ngomong ane jga pend sejarahnya,tapi belum lulus ngerasain jga bingung jelasin lingga yoni ma murid pas ppl wkwkwk. Bukannya matrri itu kelas 10 ya om kok cerita nya kelas 11 hehehe
 
Abis ini si Adel ketagihan, trus ngajak 2 temennya buat "njenengan" Pak Ugi... Disanalah Pak Ugi panen perawan memek & anal...
 
Abis ini si Adel ketagihan, trus ngajak 2 temennya buat "nyenengin" Pak Ugi... Disanalah Pak Ugi panen perawan memek & anal...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd