Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Pengabdian Guru Honorer

Status
Please reply by conversation.
Hanya adel sajakah ato masih ada adel2 yang lain ya hahahaha
 
Samlekum suhu sekalian..
Setelah beberapa lama, akhirnya update pengabdian Pak Sugi yang ke-4 terealisasi.. terimakasih atas support yang diberikan..

Pengabdian guru honorer - part 4 -

Hari-hari libur memang menjadi momen saya untuk istirahat bermalas-malasan di kontrakan. Selain tidak tertarik jalan-jalan, pada dasarnya saya lebih senang menghabiskan waktu dirumah. Entah membereskan rumah, membaca buku, atau sekedar bermalas-malasan menonton tv.

Hari itu sedang libur panjang, karena sedang ujian nasional untuk kelas 12. Karena status saya masih honorer, saya tidak menjaga ujian karena semua jatah jaga ujian diambil oleh guru pns. Padahal hasilnya lumayan untuk menambah biaya hidup.

Meskipun hari libur, seperti biasa saya terbangun pagi hari. Kemudian, saya menyiapkan sarapan dan mandi, lalu membersihkan rumah kontrakan. Sekitar pukul 08.00, kudengar pintu depan diketuk. Dengan malas kubuka pintu depan yang masih terkunci.

"Pagi paaaaak." Sapa Adel seperti biasa.
"Pagi Del... Lho, kamu ajak Winda sama Caca kesini ngapain?" Tanyaku heran melihat Adel membawa temannya kali ini.
"Maaf pak, kami mampir kesini untuk membuat naskah pentas teater, karena kami mau produksi untuk perpisahan kelas 12 nanti." Winda mencoba menjelaskan maksudnya dengan sopan.
"Oyaudah, mari masuk. Maaf ya rumah bapak berantakan." Jawabku mencoba sopan.

Setelah kupersilakan masuk, Winda dan Caca segera melepaskan alas kaki lalu menatanya rapih. Sejenak, saya merasa tenang, masa libur ini tidak perlu melayani Adel. Kemudian kuperhatikan Adel sedang cengar-cengir dibelakang, seperti merencanakan sesuatu. Kupelototilah Adel sembari memberikan kode untuk segera masuk.

"Pak Sugi, kami kan rencananya mau bikin naskah peristiwa Rengasdengklok. Pak Sugi ada bukunya nggak??" Ujar Caca penasaran.
"Wah! Menarik sekali! Iya ada, tapi ya tidak banyak. Tapi coba deh, itu buku-buku bapak dikamar semua. Masuk saja tidak apa-apa." Dengan semangat, saya mempersilakan mereka masuk kamar.
"Maaf, belum bapak bereskan." Ujarku sembari menyibukkan diri menata kamar supaya terdapat ruang untuk mereka bertiga.

Setelah kuambilkan meja kecil-kecil untuk mengetik, saya menyiapkan makanan ringan dan minuman untuk menyambut kedatangan mereka. Saya menjamu mereka dengan sedikit menceritakan peristiwa detik-detik kemerdekaan tersebut.
"Karena kabar kekalahan Jepang dengan Sekutu sampai ke telinga pemuda, maka para pemuda memaksa Soekarno untuk segera mengumumkan kemerdekaan Indonesia." Kujelaskan panjang lebar.
"Silahkan baca di buku yang ini ada, bahkan aktor-aktornya ada nanti tinggal dibuat dialognya." Kemudian kusodorkan buku milikku.

Setelah menjelaskan, kubiarkan ide liar mereka bekerja. Kemudian kutinggalkan mereka keluar kamar untuk kembali mepanjutkan aktivitas bermalas-malasan yang tadi terputus. Saya tiduran di sofa dan memindah-mindah channel tv satu-satunya di kontrakan saya.

Bosan dengan acara tv, mataku mulai berat. Bahkan, saya sempat tertidur beberapa saat. Seketika, saya terbangun karena kaki saya digoyang-goyang. Kulihat Adel berdiri menghimpit toples berisi kue kering dan menggenggam segelas sirup.

"Pak Sugi, geseran dong. Adel ikut nonton tv." Ujarnya manja.
"Lho, udah selesai po bikin naskahnya?" Tanyaku keheranan, sembari membetulkan posisi duduk.
"Udah itu baru diketik Caca sama Winda." Sahut Adel, kemudian duduk disebelahku.

Selang lima belas menit kemudian, Caca dan Winda menyusul ke ruang tv.

"Udah selesai?" Tanyaku melihat mereka berjalan kearah kami.
"Capek pak, rehat dulu deh." Jawab Winda sekenanya. Kemudian duduk di karpet depan sofa.
"Nonton film aja yuk!" Ajak Caca mengambil flashdisk miliknya.
"Yukyuk! Caca punya film apa?" Tanya Adel antusias.

Karena mereka bertiga sudah setuju, mau tidak mau saya menyiapkan ruangan. Saya menutup gorden dan pintu supaya cahaya matahari tidak masuk. Hasilnya lumayan, ruangan tv menjadi temaram, layar tv juga terlihat semakin jelas.

"Ini nih film My PS Partner, film Korea. Kata Roni bagus" ujar Caca antusias setelah memasang flasdisk di slot tv lalu menguasai remote.

Saya yang kurang mengerti film-film Korea diam saja mengikuti keinginan anak didik saya. Setelah diputar play, tanpa komando mereka bertiga mencari posisi ternyaman. Adel duduk disebelah kananku diatas sofa. Sedangkan, Winda dan Caca duduk dibawah bersandar sofa. Tanpa kusadari, mereka telah mengambil bantal-guling yang ada dikamar dan mendekapnya.

Menit-menit awal film nya kurang menarik bagi saya. Cerita drama Korea tentang percintaan memang menjemukan. Satu-satunya hal menarik hanya aktrisnya yang mulus.

Tak disangka, beberapa menit kemudian, kami berempat disuguhi adegan dimana kedua pemeran utama melakukan phone sex. Ya, phone sex.
Belakangan saya mengerti, PS disitu maksudnya Phone Sex!

Seketika ruangan penuh dengan desahan-desahan berasal dari film. Jujur saja, menonton film itu bersama anak didikku membuat libido saya naik.
Kami berempat terhanyut dalam sajian film yang kami saksikan.

Beberapa kali, saya membetulkan posisi duduk. Karena celana saya semakin ketat. Melihat tayangan tersebut, tenggorokan saya menjadi kering. Kucolek lengan Adel untuk meminta minumnya.

Dengan kondisi seperti itu, Adel masih saja berulah. Adel menggodaku, mengulurkan tangannya yang menggenggam segelas sirup, lalu seketika menariknya ketika hendak kuraih gelasnya. Kejadian tersebut berulang hingga 5-6 kali.
Karena kesal kucubit pahanya lembut. Dia hanya meringis, kemudian mengejekku dengan menjulurkan lidahnya.

Adel kemudian menyeruput sirup dalam gelasnya, namun tidak segera ditelan. Tanganku ditariknya, bibir kami menempel. Sejurus kemudian Adel mengalirkan sirup didalam mulutnya kepadaku. Tak berdaya, saya hanya menyambut pasrah perbuatan Adel.

Usai menyuapiku dengan sirup, Adel tersenyum. Kemudian memberiku kode untuk diam dengan meletakkan telunjuknya di hidungku. Mata kanannya berkedip manja.

Rasa khawatir ketahuan oleh Winda dan Caca menyelimutiku. Saya tak bisa bereaksi apa-apa. Namun, rasa khawatir tersebut justru menaikkan gairahku lebih tinggi.

Kembali kutolehkan pandanganku kearah Adel. Sepertinya Adel menyadarinya, kemudian kembali menyeruput sirup dalam gelasnya. Memahami hal tersebut saya mempersilahkannya mengecupupku sekali lagi. Kali ini, kutelan seketika sirupnya, namun masih kupagut bibir indahnya. Sesekali kulirik Winda dan Caca yang masih terhanyut dalam film.

Mengetahui Winda dan Caca yang masih fokus terhadap film, kutambah aktivitasku. Lidahku menyeruak masuk kedalam mulut Adel. Tak mau kalah, Adel menggigit lembut serta disedot-sedot lidahku. Rasa manis sirup kokopandan masih samar terasa menempel di lidahnya.

"Ahhh... Ahh..." Suara film memenuhi ruangan kami menonton.

Seketika aktivitasku dan Adel terhenti ketika Caca mulai membetulkan posisi duduknya. Kini Caca mendekap erat bantal didalam pangkuannya.

"Erhm.." suaraku berdehem menutupi rasa gugup.

Kuamati kembali Winda dan Caca yang masih saja terpaku menyaksikan tayangan yang ada. Setelah adegan berganti, kulihat mereka menelan ludah. Mungkin menutupi kegugupan.

Beberapa menit kedepan, adegan phone sex berganti dengan adegan-adegan komedi yang mengundang tawa kami. Suasana kembali mencair, namun penis saya masih saja keras.

Usai adegan komedi, film kembali menayangkan kegiatan phone sex tokoh utamanya.

Tak kusangka, tangan Adel mulai nakal bergerilya meraba celana kolor yang kukenakan. Sensasi libido dan rasa takut ketahuan menghasilkan sensasi tersendiri. Jantung saya berdegup kencang, saya mampu merasakan aliran darah berjalan lancar tak karuan didalam tubuhku.

Seketika tangan Adel mulai menyeruak masuk celana dan mengelus-elus ujung penisku. Dengan posisi dudukku yang bersila, tak sanggup kubenahi posisi dudukku. Hanya kupangku bantal untuk menutupi aktivitas nakal Adel.

Melihat kejadian sebelumnya, kenakalan Adel semakin nekat bila tidak dipuaskan. Maka, seketika kupikirkan strategi untuk meredam tingkah nakal Adel.

Adel masih leluasa mengelus-elus penisku dengan tangan kirinya. Posisi duduknya kini semakin mendekat denganku.

Meskipun rasa was-was ketahuan Winda dan Caca, namun libidoku semakin naik seiring perlakuan Adel. Akal sehatku tak lagi bekerja.

Dengan hati-hati kulingkarkan lenganku melalui belakang punggung Adel, kemudian kuselipkan tanganku masuk dari bawah rok lipit hitam yang dikenakan Adel. Kupaksakan tanganku sehingga mampu meraih rekahan memek Adel.

Posisi duduk Adel kini condong kekiri, kepalanya diletakkan diatas bantal yang saya pangku. Tak mau kalah, Adel melepas tangan kirinya, kemudian tangan kanannya masuk kedalam celanaku melalui pahaku dan kembali meraih penis didalamnya.

"Ahhh.. ahhh.." Suara desahan berasal dari film yang kami tonton menggema seisi ruangan. Ditambah sajian visual kegiatan tokoh utama seolah saling meraba memberikan kepuasan masing-masing.

Kurasakan memek Adel sudah basah, kumainkan jari-jariku di wilayah sensitifnya itu. Tak tahan perlakuanku, ditanamkannya wajah Adel di bantal yang saya pangku. Kemudian kupercepat permainanku di wilayah klitorisnya. Tangan kirinya mulai mencengkeram bantal.

Aktivitas kami yang sedang asyik-asyiknya terhenti karena Winda tiba-tiba bersin. Segera kuhentikan aktivitas jari-jemariku di memek Adel, begitupun kegiatan Adel di penisku. Kemudian secara perlahan, kami memperbaiki posisi duduk seperti semula.

Masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi, saya dan Adel tidak lagi berani macam-macam.

Seperti film-film drama pada umumnya, film siang itu berhasil memainkan emosi kami berempat. Namun tetap saja, kejadian yang ada hanya akan terjadi didalam dunia drama saja.

Akhirnya, film yang kami saksikan-pun selesai. Kulihat jam masih menunjukkan pukul 12.25

"Yaaaahh. Udah selesai." Ujar Caca sedikit kecewa.
"Naskahnya mau diselesaikan sekarang apa besok nih?" Tanya Adel kepada rekannya.
"Nanggung sih, kerjain sekarang aja yuk!" Ajak Winda.
"Yasudah, bapak masak ya. Pada laper kan?" Ujarku kemudian.
"Adel bantuin masak aja ya? Hehe." Adel kembali bertanya pada rekannya.
"Huuu.. Yaudah, masak yang enak ya Del." Ucap Caca menanggapi.

Kemudian, kami bergegas mengerjakan tugas masing-masing. Winda dan Caca kembali menuju kamarku untuk mengerjakan naskah pementasan teater. Sedangkan, saya dan Adel menuju dapur untuk menyiapkan makan siang untuk kami berempat.

Sesampainya di dapur, saya dan Adel saling pandang mengingat apa yang terjadi saat menonton tadi. Kemudian kami tertawa geli hampir bersamaan.

"Hihihi... Nanggung ya pak?" Tanya Adel sembari mencari-cari bahan makanan di kulkas.
"Kamu nekat banget sih Del, kalau ketahuan bagaimana?" Tanyaku kemudian sedikit berbisik.
"Hihihi.. mau diterusin sekarang nggak?" Tantang Adel, tangannya mengangkat rok lipit hitamnya perlahan hingga hampir memperlihatkan pangkal pahanya. Seksi sekali.

Mendengar tantangan Adel, adrenalin beserta libidoku kembali naik. Namun tak kuhiraukan tantangannya. Seakan paham, Adel membawa beberapa sawi putih, wortel, dan brokoli ke hadapanku.

"Nih Pak, dipotong-potong ya pak." Perintah Adel.
Kemudian Adel berdiri diantara meja dapur dan saya, mengucir rambutnya kebelakang. Kami berhadapan, lalu Adel berjongkok, sedikit menarik celana kolorku dan mengeluarkan isinya. Seketika itu juga, penisku sudah dilahapnya.

Saya mengikuti saja permainan Adel, penisku dimainkan sembari memotong sayuran yang hendak kami masak. Rupanya, memotong sayuran sembari diperlakukan seperti itu tidaklah mudah.

Permainan Adel dibawah membuatku susah konsentrasi. Ditambah lagi, adrenalinku yang meningkat karena tiap saat Winda atau Caca bisa keluar kamar dan memergoki perbuatan mesum kami. Hasilnya, sayuran yang kupotong sedikit mencong-mencong.

Setelah beberapa wortel berhasil kupotong, Adel menghentikan aktivitasnya, lalu berdiri.

"Gantian dong pak, Adel juga pengen motong sayuran." Ujarnya sembari memelorotkan celana dalamnya. Kemudian diambilnya pisau dari tanganku dan mulai memotong sisa sayur yang belum terpotong.

Paham maksud Adel, kemudian saya yang berada dibelakang Adel jongkok untuk menunaikan tugas. Kusapukan lidahku di permukaan memek Adel. Merasakan kenikmatan, Adel meresponnya dengan menaikkan pantatnya dan membuka kakinya supaya lidahku bisa leluasa bermain di memeknya.

Kemudian kumainkan lidahku di klitorisnya, sesekali kutusuk-tusukkan lidahku kedalam lubangnya.

Merasa kegelian campur nikmat, Adel sedikit cekikikan, namun berusaha ditahan. Hal tersebut juga menyebabkan hasil potongan sayur Adel juga mencong-mencong.

"Pakhh.. nihh.. sayurnyah udahh selesehh motongnyahh.." ujar Adel memberitahuku sedikit mendesah.

Kuhentikan aktivitasku, setelah itu berdiri, memeluk Adel dari belakang. Mengecup leher Adel, disambut usapan lembut tangan Adel dikepalaku. Seketika kulepaskan pelukan serta ciumanku, Winda keluar kamar dan menghampiri kami.

Kami berdua sedikit mematung melihat Winda yang berjalan kearah kami. Kurasakan Adrenalinku semakin tinggi dibuatnya.

"Pak, Winda numpang ke WC ya?" Ujar Winda bersopan santun.
"Iya, monggo." Ujarku mempersilakan.

Kulihat wajah Adel yang semula tegang berubah menjadi cekikikan. Tangan kananya mengelus dada tanda lega.

Kemudian kusiapkan wajan, minyak goreng, dan bumbu dapur. Kutumis beberapa bumbu seperti bawang putih dan bawang merah, hingga aromanya tercium.

Winda yang menyelesaikan hajatnya keluar kemudian kembali menuju kamarku untuk kembali mengerjakan tugasnya.

"Pak, kalo gantian nanti bisa-bisa kentang semua dong?" Ujar Adel.
"Terus gimana dong?" Tanyaku kembali.
"Hmmmmm... Gini deh." Adel mengambil alih spatula dari tanganku dan memposisikan dirinya didepanku.

Sejurus kemudian penisku dikeluarkan dan ditempelkannya di memeknya lewat belakang.

"Kan udah janji gaboleh dimasukin, Del." Saya sedikit memberontak.
"Enggak dimasukin Pak Sugi sayaaang.. udah jangan bawel." Adel membela idenya.

Tangan Kiri Adel menekan penisku kearah memeknya, kemudian pantatnya digerakkan maju-mundur. Sensasi gesekan memeknya yang sudah licin terasa nikmat sekali.

"Kerasa nggak pak?? Hhh..." Tanya Adel memastikan.

Pertanyaan Adel kurespon dengan menggerakkan pinggulku mengikuti iramanya. Tangan kiri Adel kulepaskan, sehingga Adel bisa fokus memasak.
Tangan kiriku menekan-nekan penisku kearah memek Adel, sedangkan tangan kananku menggapai puting Adel lalu memelintirnya.

"Sepi amat sih Win, Ca.. Setel musik dong.." teriak Adel.
Seketika Winda dan Caca menyalakan musik, Adel mulai mengeluarkan desahan-desahan yang sedikit ditahan.

"Mmhhhh... Terushh.. mmmhhhh.." Desah Adel masih berusaha fokus memasak.

Permainan semakin kupercepat, kuberi tekanan lebih ketika kepala penisku menyentuh klitorisnya. Tak mau kalah, tangan kananku semakin gemas memelintir dan memainkan puting Adel. Sesekali kukecup pundaknya, menikmati aroma parfum kesayangannya.

"Adel bentar lagi pakhhh.. hhhhh.." ujar adel sedikit berbisik.
Kupertahankan tempoku, demi mengantarnya menuju puncak kenikmatan.

Kami tiba di puncak hampir bersamaan. Kaki Adel sedikit bergetar merasakan gelombang kenikmatan. Tangan kirinya meremas lenganku. Kepalanya sedikit menunduk. Matanya terpejam.

"Aaaakkk.." Adel memekik kecil, sepertinya berusaha ditahan supay tidak ketahuan rekannya.

Tak berselang lama.. crot.. crot.. crot.. Adel juga berhasil mengantarku ke puncah kenikmatan.
Kami berpelukan, bibir kami berbagutan.

"Makasih ya Pak guru kesayangan Adel." Ucapnya sembari mendaratkan kecupan di pipi kanan saya.
Kurespon dengan kecupan hangat di keningnya.

Setelah itu, kami melanjutkan memasak fuyung hai untuk pendamping capcay yang telah kami buat. Setelah semua siap, kami berempat menyantap hidangan yang telah tersedia.

Setelah makan bersama, saya membantu mereka mengerjakan beberapa bagian naskah. Pukul 18.00 mereka bertiga pulang.
 
Mantap surantap critanya..

Mantap ceritanya.... ditunggu lanjutannya
Klo bisa di kembangin lagi tambahin POV Adel

huehehe manstaap paak. ceritanya sederhana dan kata-katanya juga gak berlebihan. oh iya apakah ada murid murid lain yang di kasih " pelajaran khusus" pak hehe

Wah mantab kawan..

Terima kasih banyak suhu.. mohon bimbingannya :D

Ohya, maaf buat semua suhu-suhu yang komentarnya tidak saya quote. Tidak bermaksud apa-apa, cuma saya saja yang kurang telaten.. hehe.. sekali lagi, mohon dimaklumi sifat saya ya hu..
Saya selalu berusaha merespon masukan dan apresiasi dengan menyempatkan update tiap page.. semoga bisa konsisten.. hehe

Ane jadi ngefans nih sama adel fufufu :pandajahat:

Waduh.. bisa bahaya ngefans sama Adel suhu.. Pak Sugi saja dibikin pusing terus.. hehe

Lama" di sikat smua tuh

"Rencange" adel wonten mboten mas guru?

Hehe.. rencananya mau begitu, tapi kok saya baca-baca lagi agak maksa.. sementara fokus Adel dulu saja sepertinya.. mengalir saja, saya pasrah sama inspirasi yang masuk saja.. hehe
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd