Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Pengakuan

Part Two

Sarah Amalia (mulustrasi yang sangat mendekati 85%)


Sarah merupakan seorang ibu rumah tangga dan juga seorang Influencer. Awalnya sarah bekerja disebuah perusahaan swasta, namun semenjak memiliki anak pertama, suaminya meminta untuk resign saja karena memperhitungkan pertumbuhan dan perkembangan sang anak.

Sang suami tak pernah membatasi pergaulan, pertemanan sang istri karena sang suami tahu bahwa sarah yang terbiasa hidup dalam dunia pekerjaan pasti butuh juga untuk sesekali hangout baik itu temen kuliah, mantan rekan kerja. Hampir rata-rata teman hangout sarah adalah wanita yang sebagian besar mamah muda dan tak jarang juga sesekali ada suami atau pacar yang ikut, termasuk sang suami sendiri.

Sang suami pun dulu adalah tipe anak warkop dari sesama kuliah hingga masuk ke masa kerja. Tak jarang juga sang suami mengajak sarah dan anak untuk masuk dalam circle pertemanannya, sarah sendiri juga sudah ikut nge-warkop semenjak pacaran dengan suaminya jadi dia sudah paham jokes receh ala tongkrongan suaminya, hingga saat nikah pun dan punya anak ya aman-aman saja kalau sarah nimbrung di tongkrongan suaminya.

Suaminya selalu menjadi sasaran atau korban dari jokes tongkrongan, kalau jokes sudah mengarah ke suaminya itu sudah pecah banget. Karena ini tongkrongan warkop, jadi ada yang usianya kisaran 30-60an. Rata-rata yang duduk di warkop ini memang orang sekitaran sini (bisa dibilang satu kecamatan tapi beda desa). Warkop ini sendiri letaknya dekat rumah suaminya, warkop desalah lebih tepatnya cuma sudah modern karena ada wifi dan bentuknya toko, tapi orang desa sini nyebutnya tetap warkop.

Di warkop ini memang ada meja khusus (karena memang temen-temen dekat suaminya memang sering duduk di meja ini) jadi, khusus dalam artian hak veto.

Om Edi (Mulustrasi mendekati 85%)

Salah satu yang paling dekat dengan suaminya adalah Om Edi. Sarah memanggilnya om, karena usianya yang berumur, sekitar 55. Om Edi ini kerja serabutan, apa saja dikerjain asal ada uang rokok, makan dan untuk ngopi. Anak-anaknya sudah memiliki kehidupan masing-masing, istrinya baru saja meninggal karena sakit.

Tak jarang pula, Om Edi ini kerja dengan suaminya (sebut saja rudi). Om Edi sering di suruh antar jemput anak untuk ke sekolah, bersih-bersih rumah, perbaiki genteng bocor atau apalah, yang penting Om Edi ada pendapatan dan sering kali Rudi memberikan uang tip atau lebih, karena selain sayang namanya juga temen, lagian dari pada Om Edi ngutang sana sini yang ujung-ujungnya minjem duit juga mending dikasih kerja aja dan itu pun atas sepengetahuan Sarah juga.

Asiknya Om Edi ini kalau lagi kerja ya kerja, kalau sudah di tongkrongan ya kembali lagi sebagai senior nge-bullynya Rudi karena memang dia yang pemancing utamanya.
••

Hari ini sungguh melelahkan, setelah sampai di rumah sarah langsung menuju kamarnya tanpa sempat mengganti pakaian, dia langsung merebahkan diri di kasur.

Mata terpejam dan terasa nafas yang datar, namun selang 5 menit nafas datar berubah memburu dan dilengkapi buliran keringat di dahinya. Suara desahan yang keluar dari bibirnya menyadarkannya dan ada terasa lembab pada bagian vaginanya yang membuat celana dalamnya basah.

Sarah bangkit dan duduk ditepi ranjang, perlahan membuka mata dan bernafas dengan normal dan menyeka keringatnya.

"Kalau ibu belum siap, jangan dipaksa. Tenangkan diri ibu. Yang penting ibu sudah mau terbuka bahwa ada masalah yang terjadi itu sudah menjadi awal yang baik".

Sarah teringat kata-kata wanita yang sudah dipilihnya menjadi tempat dia menumpahkan permasalahannya. Wanita itu adalah seorang psikiater yang direkomendasikan oleh temennya.

Memilih seorang psikiater bukan karena dia tidak ingin terbuka dengan sang suami tapi ada pertimbangan-pertimbangan yang membuat dia tidak bisa bercerita dengan sang suami.

Sudah hampir sebulan ini dia berkutat dengan perkelahian antara dirinya sendiri, kecemasan yang berlebihan walau terlihat baik-baik saja di depan sang suami dan anak-anaknya, tapi kembali uring-uringan sendiri bila saat sendirian seperti saat ini.

Hingga dia memutuskan memilih saran dari salah satu sahabatnya untuk datang kepada psikiater tersebut, selain karena seorang wanita dan pertimbangan lain adalah menurutnya sesama wanita pasti lebih mengerti satu sama lain. Bila memilih psikiater pria, dia takut sang psikiater akan memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan (korban film, hehe).

Hari ini hari pertama dia mengunjungi sang psikiater, hari ini lumayan untuk dirinya bisa mengungkapkan sedikit bebannya, bahwa memang ada permasalahan yang terjadi sehingga membuat dirinya seperti ini, dia tak ingin ini terus berlarut-larut, dia ingin kembali menjadi sarah yang dulu.

"Baiklah, esok aku harus siap".
"Harus selesai, aku tak mau seperti ini terus"
"Yuk bisa .. Yuk bisa.."

Sarah menyemangati dirinya sendiri.
Dia bangkit dari ranjang, mengambil handuknya dan melangkah ke kamar mandi.
Sekilas dia melirik ke arah jam dinding, pukul setengah 5, sebentar lagi suami dan anak-anaknya akan pulang.
••
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd