Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Pergulatan Batin Ibuku

qsanta

Semprot Lover
Daftar
17 Sep 2014
Post
269
Like diterima
988
Bimabet
Pergulatan Batin Ibuku

Kembali, saya hadirkan cerita pendek. Selamat menikmati.

Sebagai seorang anak, aku termasuk anak yang, bisa dikatakan dekat dengan ibuku. Aku juga tahu hal - hal apa saja yang disukai dan atau tidak disukainya. Meski begitu, tentu kuakui masih banyak hal - hal yang hanya disimpan olehnya sendiri. Rahasianya yang hanya diketahui oleh ibu sendiri. Dan atau oleh ayah. Entahlah.

Kusadari, semakin bertambah umurku, semakin terlihat perbedaan antara ayah dan ibu. Semakin besar, aku semakin banyak menghabiskan waktu bersama teman - teman, dibanding bersama keluarga. Mungkin, karena itulah akhirnya ayah dan ibu memutuskan untuk berpisah. Aku memilih hidup bersama ibu. Meski juga aku sering main dan atau tidur di tempat ayah.
Selepas SMA, aku memutuskan untuk bekerja. Entahlah, aku serasa tak tega kalau terus kuliah. Karena keadaan keuangan keluargaku. Rumah, aku pulang hanya untuk tidur saja. Selebihnya kuhabiskan waktu bersama teman.

Setahun sudah selepas lulus sekolah. Suatu hari, aku memutuskan untuk santai di rumah. Di laptop, kulihat film porno. Entah kenapa, yang kulihat bertemakan pemerkosaan. Apalagi adegannya pakai ditali segala. Ribet namun hasrat untuk mengganti film belum ada. Pingin kencing, kupause filmnya. Lantas ke kamar mandi. Ketika kembali, nampak di kamar sedang ada mama, yang sedang merapikan pakaianku yang telah disetrika. Tentu saja aku terkejut karena posisi laptop yang masih hidup.

Untungnya mama sedang dalam membelakangi laptop, segera saja laptop kututup. Setelah itu, mama berbalik dan melihatku sedang menutup laptop. Setelah mama keluar dari kamaku, aku merasa lega. Karena mama tak ceramah, maka aku yakin kalau mama tak melihat layar laptopku.
***
Detik - detik berganti jadi menit dan menit pun silih berganti. Hari - hari pun terus berganti. Di suatu senja, di musim hujan, ketika itu hujan rintik. Berdiam aku di ruang tamu, berdua dengan mama yang sibuk memindahkan kanal tv.
“Gak ada yang seru.”
“Ya, wajar dong.”
“Coba kamu bawa laptopmu. Mama pingin lihat sesuatu.”
Kuambil laptop, kunyalakan dan kuberikan kepada mama. Mama lantas bertanya caranya agar bisa internetan. Kuberi tahu.

“Mau cari apa sih mah?”
Jawabannya sungguh diluar dugaanku.
“Mama cari film yang dulu kamu setel, inget gak saat kamu kayaknya abis dari kamar mandi. Terus mama nyimpen pakaianmu di kamar. Yang gambarnya kayak perempuan diperkosa.”

Aku terkejut. Aku terpana. Aku terperangkap kata - kata mama. Bagaimana mungkin aku ditanya mengenai hal - hal seperti ini…??? Kutatap mama. Wajahnya tidak menunjukan ekspresi marah. Kuputuskan, meski dengan gugup dan tangan bergetar, untuk mengambil laptop dari tangan mama. Kuhidupkan vpn dan kubuka perambaan. Kuketik alamat situs film porno internasional. Kuputuskan untuk kabur. Ke kamar misalnya. Namun perkataan mama mencegahku.

“Gimana cara muternya?”

Kujelaskan, sambil kupraktikan. Begitu mulai, suaranya terdengar keras. Kukecilkan. Namun mama malah menyuruh agar jangan dikecilkan. Kukembalikan lagi volumenya menjadi normal \ seratus persen. Kucoba lagi untuk kabur.

“Jangan pergi dulu. Ajarin caranya kalau mau ganti atawa cari yang lain.”

Terpaksa, dengan sangat terpaksa, aku kembali mengajari mama. Terpaksa, dengan sangat terpaksa, aku pilihkan film - film yang berdurasi pendek. Sekitar tiga atau lima menitan. Aku duduk di sebelah mama, ikut nonton. Tentu saja dalam hening.

Memasuki film ketiga, mama mulai berkomentar mengenai pemainnya, latarnya dan sebagainya. Kami melihat film berisi wanita, dari yang muda maupun tua, yang bergenre kekerasan. Terkadang bahkan ada tali temalinya.
Mungkin, hampir dua jam kami nonton. Mama berkomentar, bercanda, tertawa seolah menikmati adegan yang tersaji. Aku, tentu saja hanya bisa diam menyimak semua komentar mama. Mana mungkin aku berani mengelus, apalagi bertindak layaknya di film - film tersebut. Tak nyaman. Sungguh tak nyaman.

Akhirnya mama selesai menonton. Mama lantas bangkit dan pergi ke kamarnya. Baru setelah mama tiada, aku menyadari kalau aku ereksi.

Tiga puluh menit aku di sini, tanpa suara, tanpa percaya apa yang telah terjadi. Andai kuceritakan kepada teman, pasti takkan ada yang percaya.

Kusudahi semedi lantas ke kamar. Kukunci kamar, lantas mastrubasi.
***
Detik - detik berganti jadi menit dan menit pun silih berganti. Hari - hari pun terus berganti.
Kali kedua, mama kembali meminjam laptop. Aku, tentu diminta melayaninya. Berbagai jenis film dilihat. Anal, lesbian, masturbasi. Kali ini aku bisa melihat kalau, selera mama yang tipe - tipe kekerasan gitu.

Kami nonton dengan wajar, berpakaian dan diam. Suara yang ada hanyalah komentar - komentar mama yang tentu tidak kubalas. Selesai nonton, ya bubar.

Tak terasa, setahun ini kami sudah sering nonton bareng. Kali terakhir, di bulan Desember, saat akan masturbasi di kamar, setelah nonton bareng, mendadak aku penasaran mengenai tubuh mama. Akhirnya aku masturbasi sambil membayangkan mama.
Di sesi terbaru, mama mulai menonton film - film bertemakan sedarah. Ibu dan putranya, ayah dan putrinya, kakak dan adiknya, serta kombinasi itu.

Aku merasa semakin jengah, bukan karena komentar mama. Tapi karena mama mulai bertanya. Apa aku sudah pernah gituan? Sukanya yang seperti apa? Apa aku suka wanita yang lebih tua?

Tentu saja aku menolak menjawab.
Selalu, setelah selesai, mama selalu ke pergi meninggalkan aku yang ereksi.
Suatu hari, saat pulang ke rumah. Aku mendapati mama sedang nonton laptop, di ruang tv. Aku dimintanya ikut nonton bareng. Ternyata sedang melihat film bertemakan penyiksaan.
Entah karena lelah, atawa karena beban hidup yang semakin berat, aku lantas beranjak ke kamar mandi lalu muntah. Setelah itu kupaksakan ke kamar lantas tertidur.

Siangnya aku dibangunkan. Lantas diberi nasi padang. Kenyang makan, aku diberi obat, biasa, paracetamol. Karena memang, kalau sedang tidak enak badan, aku cukup makan obat warung.
Selesai makan obat, aku kembali tiduran. Sedang mama, duduk di kasur.
***
Derasnya hujan membuatku bangun. Terkadang kudengar petir menggelegar.
“Kamu kenapa semalam?”
“Gak tahu mah. Masuk angin mungkin.”
“Kamu kok mau sih nemenin mama nonton?”
“Kan disuruh mah. Lagian pan lagi gak ada kegiatan.”
“Sekarang, coba kamu jawab, kamu nafsu ya sama mama?”
“Nafsu? Marah maksud mama? Gak mah, gak marah kok.”
“Bukan marah. Masa kamu gak ngerti. Kamu pingin gituan ya sama mama?”
Aku diam membisu. Entahlah. Apakah mama serius atawa tidak. Jika kujawab ya, aku takut malah jadi diceramahi.
Kali ini petir berbunyi dengan kerasnya. Namun suara petir yang sungguh menggelegar, begitu menggelegar bagaikan tiada lagi yang lebih gelegar tidak membuatku terkejut.

"Mama ingin kamu perlakukan mama seperti di film-film."

"Maksud Mama?"
"Mama ingin kamu kerasin."
"Kerasin bagaimana?"
"Mama ingin diperkosa, dilecehkan, dihina, disiksa, dicabuli oleh kamu."
Aku hanya bisa diam, tanpa merespon.

"Semua itu, tentu hanya boleh terjadi saat kita sendiri. Kalau lagi ada tamu, kita bersikap biasa, layaknya ibu dan anak normal pada umumnya.
"Kalau tidak ada orang lain, perlakukan mama sesukamu."

***
Detik - detik berganti jadi menit dan menit pun silih berganti. Hari - hari pun terus berganti.

Sebulan sudah, sejak percakapan, lebih tepatnya perkataan mama. Aku belum berani bergerak.

"Ayo dong, mama kan udah bilang."
"Ayo apaan Mah?"
"Perlakukan mama semaumu."

***

Pagi hari, kudengar mama sedang masak. Aku teringat hari kemarin, di mana mama seperti menagih janji. Seperti biasa, pagi hari sambil masak, mama masih memakai daster.

Plak…, ku tampar pantat mama.

Mama terkejut lantas memalingkan kepala untuk melihatku.

Aku diam, tegang, menanti reaksi mama. Namun mama kembali memasak. Jantungku berdebar-debar, berdetak lebih kencang seperti genderang mau perang.

***

Pagi hari, seperti hati kemarin, mama sedang masak di dapur. Kuberanikan diri mendaya gunakan kedua tangan. Kudekati mama dari belakang, lantas tangan kiri meremas susu mama sedang tangan kanan meremas pantat mama. Tak lama, tanganku menggerayangi mama sekitar setengah menit.
 
Pagi hari, seperti hati kemarin, mama sedang masak di dapur. Kuberanikan melepas celana hingga hanya memakai kaos saja. Kuremas pantat dan susu mama sampai kontolku ngaceng.



Kuberanikan bertindak lebih jauh. Kujambak rambut mama hingga wajahnya mendekati selangkanganku. Seperti paham, mulutnya langsung melumat kontol. Kupegang kepala mama dengan kedua tangan sambil memompa kontolku ke mulutnya.



"Pejunya telan ya Mah." Selesai berkata begitu, kumuntahkan pejuku di dalam mulut mama. Kucabut kontol. Mama terlihat menelan. Tanganku masih mencengkram rambutnya. "Bersihkan sekalian ya." Mama lantas menjilati dan mengulum kontolku hingga bersih.



Kulepaskan cengkramanku. Mama kembali masak. Kuputuskan tetap berbusana seperti ini, hanya berkaos saja.



***



Pagi hari, seperti hati kemarin, mama sedang masak di dapur. Seperti kemarin, aku hanya berkaus. Kuambil tali plastik rapia. Tali tersebut kubuat melingkar, dengan lingkaran besar. Simpulnya kususun sedemikian rupa. Lingkaran tali rapia tersebut kumasukan ke kepala mama. Ujungnya kutarik hingga mencekik leher mama. Karena tak mau tercekik, otomatis mama menghentikan masak dan bergerak mengikuti arah tarikan tali rapia.



Kutarik tali rapia sampai ke ruang tv. Aku duduk di kursi, tali rapia terus kutarik hingga kepala mama dapat kujangkau. Kuarahkan kepala mama ke selangkanganku. Seperti hari kemarin, mulut mama langsung beraksi memainkan konyol. Kuatur irama dengan tanganku hingga aku memuntahkan peju di dalam mulut mama.



***



Permainan tali rapia menjerat leher kumainkan tiap pagi selama lima hari.



***
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Wah bisa a nih Hu dilanjutin ke gangbang atau diperkosa orang lain
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd