Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Senin pagi absen dulu biar cepet update lagi dinasnya

:tegang:
 
Sore-sore mampir dulu kemari
Menanti perjalanan dinas yang hot dilanjut

:motor3:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Halo semuanya! I'm back! Maaf kemaren2 sempet absen karena harus intens ke rumah sakit buat terapi. Tapi sekarang ane udah balik dan siap update lagi.


Episode 5: Penerimaan Emma

"Selamat malam Kak Emma" jawab Erwin seraya meninggalkan kamar Emma


Emma kini berada dikamarnya, bugil dan hanya ditemani vibrator yang menggetarkan klitorisnya pada memeknya. Ia menerima ini setelah dibuat squirt oleh adik iparnya sendiri, Erwin, yang sekarang keluar dari kamar dan mengerjakan sesuatu dibawah. Emma mencoba bergerak, setidaknya agar vibrator itu terlepas dari memeknya namun nggak bisa. Erwin memposisikannya sedemikian rupa sehingga Emma nggak bisa mengeluarkan vibrator yang terus bergetar itu dari klitorisnya


"Aaahhh...mmmmhhhsss...uuuhhhh..." Emma mendesah


Emma menyadari dua hal. Pertama-tama sebagaimanapun pikirannya membenci itu, tubuhnya menerima perlakuan Erwin kepadanya. Apa yang ia terima seharian ini jauh lebih baik dari seks dengan Ricky setahun terakhir. Tentu saja tubuhnya nggak menolak meskipun pikirannya tetap menjaga agar ia nggak jatuh kelubang affair ini lebih dalam lagi. Tapi sulit baginya berpikir jernih kala vaginanya 'diserbu' kenikmatan vibrator yang tak hentinya menggetarkan klitoris yang membuat pikirannya semakin kacau.


"Ooohhh...aaahhh...mmmmmmssssshhh...Erwiiiinnn" Emma mendesah


Hal kedua yang Emma sadari adalah semakin ia bergerak untuk melepaskan vibrator itu, yang ia rasakan justru nikmat. Sebuah perasaan geli dari vibrator yang menggetarkan dinding-dinding vaginanya semakin membuatnya larut dalam kenikmatan. Tubuhnya kini bersimbah keringat meskipun Erwin menyalakan AC dikamar Emma sebelum keluar tadi. Namun getaran demi getaran yang diberikan oleh vibrator yang terus menggetarkan klitorisnya membuat Emma kelabakan juga. Kini tubuhnya nggak berontak seperti sebelum-sebelumnya.


"Aaaahhh...mmmmhhhh...aaaahhh...aaahhh...fuckkkk" desah Emma


Emma semakin melonggarkan perlawanannya. Perlahan tapi pasti pertahanannya runtuh. Awalnya menolak kini Emma menerima setiap getaran pada vaginanya. Tubuhnya melunak. Tak hanya menerima, kini Emma menikmati getaran-getaran dari vibrator itu. Emma membuang jauh-jauh pikiran tentang affair. Ia nggak lagi memikirkan tentang janji-janjinya. Kini yang Emma mau hanyalah seks yang nikmat. Sudah lama ia nggak merasakan sesuatu senikmat ini pada vaginanya.


"Oooohhh...yesss...aaahhh...aaahhh...uuhhh" desah Emma


Kini mulut Emma semakin lepas mengeluarkan desahan-desahan penuh nikmatnya. Ia tak lagi memperdulikan perihal affair, bahkan ia memanfaatkan kamera yang dipasang Erwin dengan menatap kamera itu dan memberikan ekspresi menggoda karena Emma tau itulah yang diinginkan oleh Erwin. Wajah Emma yang nampak menikmati setiap getaran itu terekam sempurna oleh kamera Erwin dan Emma sendiri merasa dirinya bertambah seksi setelah menyadari kamera itu merekam ekspresi wajahnya. Emma semakin horny dan tubuhnya semakin larut dalam permainan ini.


"Erwin...aaahhh...kamu suka...aaakuuu...hhhhmmm..begini...aaaahhh...uuhhhh"


Tubuh Emma terasa lebih menikmati vibrator itu dan mulai menggelinjang penuh gairah. Emma seperti kehilangan kendali atas tubuhnya. Ia membiarkan tubuhnya merespon apapun terhadap rangsangan ini. Akibatnya adalah tubuhnya semakin dalam menikmati semua ini. Desahannya semakin lepas dan liar menggema dikamar yang sepi ini. Suara yang nggak pernah terdengar sepanjang pernikahannya dengan Ricky. Lenguhan nikmat memecah sunyinya malam.


"Uuuuhhh...yesss...yesss...ooooaaaahhh...shit...fff...ssshhh...fucccckkkk"


Mendengar desahannya sendiri membuat Emma semakin merasakan sensasi yang lebih pada tubuhnya. Ia merasa seksi dan membayangkan jika saja ada lelaki yang bisa membuatnya mendesah dan melenguh hebat seperti ini, maka pasti kehidupan seksnya akan jauh lebih baik. Tubuh Emma bergerak kesana kemari namun karena tangan dan kakinya diikat hanya sedikit arah yang bisa ia jangkau. Namun yang jelas kemanapun tubuh Emma bergerak, vibrator itu terus menggetarkan klitorisnya. Emma merasakan ia akan segera mencapai klimaksnya. Tubuhnya mulai menegang dan bergetar hebat sebelum akhirnya menegang hebat.


"Ahhhh...aaahhh...ahhhaaaahhhhiiyyyyaaaaaaahhhhhhhh..." desah Emma hebat


Emma pun klimaks dan memuncratkan cairan squirtnya kembali dan dengan cepat menyadari bahwa vibrator itu nggak berhenti dan terus melancarkan rangsangan-rangsangannya pada vagina Emma. Ia belum pernah mengalami ini sebelumnya. Biasanya setelah squirt ia diberikan waktu beberapa saat untuk istirahat dan 'melemaskan' vaginanya namun malam ini vibrator itu terus menggetari vagina dan klitoris Emma tanpa ampun. Sial bagi Emma mengingat ini adalah squirt keduanya dan malam belum larut. Tanpa diduga-duga tubuh Emma yang baru saja squirt langsung kembali menerima rangsangan-rangsangan tersebut. Ia kembali horny dan siap untuk ronde berikutnya dari getaran-getaran itu. Putingnya kembali mengeras seiring naiknya libido Emma. Pikirannya nggak bisa lagi terkontrol. Yang ia tau hanyalah Emma kembali sange.


"Shiiiitt...shiitt...aaahhh...fuck...lagiiiihhhh...sssshhh" desah Emma


Tangan dan kaki Emma terus meronta. Ingin rasanya Emma melepaskan ikatan pada tangannya dan mengontrol vibrator itu. Emma butuh vibrator itu menekan lebih dalam agar getarannya terasa lebih nikmat lagi. Tubuh Emma tersiksa akibat nggak bisa bergerak bebas. Ia hanya bisa mendesah dan wajahnya yang merah terekam jelas oleh kamera. Kepalanya naik turun dengan liar. Bibirnya terbuka mengeluarkan desahan penuh nikmat. Ini adalah kali pertama Emma mendesah sekeras ini semenjak pernikahannya. Emma menikmati ini semua.


"Aaaahhh...yessss...uuhhhh...aaahhh...aahhhh...ahhhhyaaaaaahhh"


Tubuhnya kembali menegang dan vaginanya berkedutan namun tubuh Emma seperti tertahan sesuatu sehingga kenikmatan ini nggak membawanya menuju klimaks. Emma mencoba menggerakkan pinggulnya memutar dan naik turun hingga tiba-tiba vibrator itu menekan klitorisnya lebih dalam lagi. Dalam sekejap Emma seperti diserbu oleh sebuah hentakan nikmat yang luar biasa. Getaran yang semakin terasa pada vagina dan klitoris Emma membuatnya nggak bisa menahan lagi. Sebuah serangan yang mendadak membuat tubuh Emma menegang dan mengejang kemudian bergetar dengan hebat.


"Yesss...hhhhaaa....aahhh..ahhh...uuhhh...shiiiitt...shit...uuhhhffffff...FUUUUUUUCCCCCKKK!!!!!"


Emma pun squirt untuk kali kedua dengan posisi tubuh terikat. Ia menoleh kearah jam dinding dan melihat jam menunjukkan pukul 9 malam. Tubuhnya mendadak tak berdaya namun getaran vibrator itu masih terasa pada vaginanya. Kencang dan kembali merangsang tubuh Emma yang kini terkulai lemas. Napas yang memburu semakin kencang kala vibrator itu terus menggetarkan vagina Emma yang banjir akibat multiple squirt. Tubuh Emma semakin bersimbah keringat dengan dada yang berdegup keras. Emma menggelengkan kepalanya dan menatap kearah kamera memohon pada Erwin untuk menghentikan ini.


"Sshhhh...mmmmhhh...Erwin please...aahhhh...aku udah lemes...ssshhhh...aaahhh...mmmmhhh...udah dooong" pinta Emma


Namun tak ada tanda-tanda Erwin masuk kekamarnya begitupun vibrator itu yang sama sekali nggak menunjukan tanda-tanda kehabisan baterai. Tubuh Emma masih terkulai lemas namun vaginanya kembali menikmati vibrator itu. Seluruh tubuh Emma nggak bisa bergerak akibat kelelahan hingga akhirnya Emma tak sadarkan diri...


---
CKLEK...

Suara pintu terbuka. Emma juga perlahan membuka matanya. Ia merasa pusing dan ia juga menyadari tubuhnya masih terikat seperti terakhir ia ingat, bedanya kali ini vibrator itu nggak lagi bergetar. Baterainya habis. Samar-samar dari pintu ia melihat sesosok laki-laki.


"Erwin? Please lepasin aku Win. Aku janji akan turutin kemauan kamu. Aku akan layani kamu sampe puas selama nggak ada Ricky" kata Emma


Sesosok lelaki itu nggak menjawab. Emma memastikan lagi sosok yang perlahan menghampirinya duduk dikasur sambil mengusap kakinya. Pandangan Emma masih nggak bisa fokus karena pusing namun ketika perlahan pusingnya hilang, ia mulai bisa melihat siapa lelaki yang tengah mengusap kakinya. Kagetlah Emma dengan sosok yang ada disitu.


"BENNY?! Nggak! Nggak mungkin! Ini mimpi! Kaya malam itu aku mimpi dientot kamu!" kata Emma kaget


PLAK!

Sebuah tamparan mendarat dipipi Emma yang berarti satu hal. Ini bukan mimpi. Ini nyata. Benny yang sudah bugil hadir disini malam ini dan kini tangannya tengah menjamah vagina Emma yang banjir akibat multiple squirt tadi. Jemari Benny lembut mengusap bibir vagina Emma kemudian perlahan jari Benny masuk dan mengocok memek Emma. Sentuhan Benny sungguh membuat Emma horny. Jemari Benny semakin cepat mengocok memek Emma membuat Emma tersadar akan nikmatnya fingering.


"Aaahhh...yesss...aaahhh...aahhh...fuckkk...ssshhhh...meeeee" desah Emma


Melihat Emma yang nggak bisa banyak bergerak akibat masih diikat membuat Benny semakin horny. Tangan dan bibirnya bermain pada payudara Emma. Meremas, menjilat dan sedikit menyedot serta menggigit kecil pentil Emma yang masih terikat tersebut. Emma nggak protes. Baginya bisa disentuh kembali oleh Benny adalah keinginannya yang sejak lama terpendam dan ketika keinginan tersebut akhirnya terpenuhi, Emma menyerahkan tubuhnya untuk itu.


"Yessss...Benny...aaahhh...aahhhh...uhhhhh...shiiit...entotin...mmmmhhh...aku...please...ssshhh" desah Emma


Mendengar Emma yang memohon untuk disetubuhi sungguh menaikkan libido Benny namun ia masih enggan untuk menyetubuhi Emma. Jemari Benny semakin cepat mengocok memek Emma membuat Emma semakin tersika oleh kenikmatan namun nggak bisa berbuat banyak. Ingin rasanya Emma menggenggam kepala Benny dan mencumbunya tanpa ampun kemudian mengocok kontol Benny sebelum menyepongnya dengan penuh nafsu. Ia rindu kontol Benny yang gagah dan perkasa. Ia rindu digauli oleh Benny. Ia rindu peju Benny dalam mulutnya.


"Ahhh...Benny...fuck...aaahh...ooohhh...oohh...masukin kontol...ahhh...kamu ke memek aku...Benny" pinta Emma


Namun Benny malah mempercepat jemarinya dan tentu saja hanya butuh waktu sekejap untuk Benny membuat tubuh Emma mencapai titik klimaksnya kembali. Emma kembali menegang dan berkat Benny yang mencekik leher Emma membuat Emma lebih merasa tak berdaya. Semakin tak berdaya dirinya, semakin nikmat yang ia rasakan. Sebuah sensasi baru yang dinikmati oleh Emma.


"Ahhhh...aahhh...affffssshhhh...SHHIIIIIIIITTTTT FUUUUUCCCCCKKKK" Emma mengerang hebat


Tubuhnya mengejang diiringi cairan squirt yang kembali muncrat dari vaginanya. Kini tubuh Emma bergetar hebat setelah squirt berkali-kali. Kepala Emma mendongak keatas dan matanya terpejam namun ia bisa merasakan Benny yang tadinya duduk disisi kasur kini memposisikan dirinya missionary. Emma tersenyum kala ia merasakan kontol Benny menggesek-gesek memeknya meskipun masih berat untuk membuka matanya. Perlahan Emma juga merasakan kontol itu didorong masuk kedalam vaginanya. Perlahan tapi pasti kontol Benny kembali menyeruak masuk kedalam liang senggama Emma.

BLESSSS...


"Aaaaaaaaahhhhh...akhirnyaaaaa..." desah Emma


Benny langsung mulai menggenjot memek Emma sambil menindih dan mencupang leher Emma yang seakan meminta untuk dijamah. Emma menikmati perlakuan Benny pada tubuhnya. Kontol yang terus memompa dalam memeknya dan kecupan serta jilatan lembut pada tengkuknya membuat Emma sedikit bergidik namun sungguh nikmat yang ia rasakan. Benny kemudian mengangkat kepalanya dan mata Emma melotot. Betapa terkejutnya Emma kala melihat sosok lelaki yang menggenjotnya tersebut adalah...


"EDO! SEJAK KAPAN..." kata Emma kaget


Buru-buru Edo menutup mulut Ema dengan tangannya dan terus menggenjot memek kakaknya tersebut. Emma bingung dengan yang sedang ia alami. Ia baru saja menerima kocokan memek dari Benny namun kini yang menyetubuhinya justru Edo. Ia nggak mengerti apa yang terjadi, yang ia mengerti adalah tubuhnya menginginkan ini. Tubuh Emma membutuhkan sentuhan dan genjotan semacam ini. Vaginanya dirangsang hingga squirt sebelum disodok oleh penis yang bisa membuatnya menggelinjang penuh nikmat.


"Aaahhh...what the fuck...aaahhh...sssshhh...." desah Emma


Edo terus memompa kontolnya. Sodokan demi sodokan diterima oleh Emma sebagai pembalasan atas boring sex life setahun terakhir. Pikirannya mungkin bingung tapi tubuhnya nggak peduli. Nikmatnya kontol yang tengah mengacak-acak memek Emma perlahan mempengaruhi Emma untuk melupakan sejenak kebingungan yang ada memaksa Emma menikmati semuanya. Dan Emma pun menuruti apa kata tubuhnya. Ia menikmati setiap genjotan dan sodokan dari Edo. Emma menganggap Benny bergantian dengan Edo ketika matanya terpejam.


"Ooohh...yessshhh...Edo...fuck me hard...aaahhh...and deep...ssshhh" pinta Emma


Edo mengabulkan permintaan Emma. Ia mempercepat tempo sodokannya pada memek Emma hingga membuat mata Emma terpejam menikmati permainan Edo. Kontol Edo yang keluar masuk memek kakaknya dengan cepat dan menyodok hingga dalam sungguh bisa membuat seks Emma dan Ricky setahun terakhir nggak ada artinya. Mulut Emma terbuka mengeluarkan desahan dan lenguhan penuh nikmat dari sesi seksnya malam ini dengan adiknya sendiri. Matanya masih terpejam.


"Aiiihhh...ssshhh...mmmmhhh...aaaahhh...uuuhhhhh..." desah Emma


Namun tiba-tiba Edo mencabut kontolnya dan Emma merasakan sesuatu dikasurnya. Emma pun kaget dan ketika ia membuka mata, ia kembali melotot. Berdiri disamping kasur adalah sosok Ricky yang bugil dengan kontol yang ngaceng. Emma panik dan nggak bisa berkata apa-apa. Entah ia harus menjelaskan apa pada suaminya yang mendadak pulang dan melihat istrinya bugil terikat dikasur dan mungkin saja ia melihat Emma disetubuhi oleh Edo.


"Mas Ricky? Kok udah pulang mas??" tanya Emma kaget

"Aku tinggal belum ada 1 hari kamu udah begini?" tanya Ricky balik

"Sh...a...aku bisa jelasin" kata Emma terbata-bata


Ricky nggak menjawab. Ia hanya naik kekasur dan langsung menyodokkan kontolnya ke memek Emma tanpa berbicara apapun. Emma yang panik mencoba menahan Ricky namun nggak bisa. Emma merasakan permainan Ricky malam ini sungguh berbeda seratus delapan puluh derajat. Permainan Ricky malam ini kasar dan sungguh liar. Sangat berbeda dari biasanya. Emma menganggap perlakuan Ricky kali ini karena amarahnya yang meledak-ledak melihat istrinya yang ternyata main gila dibelakang ketika ia sedang dinas keluar kota. Genjotan dan sodokan Ricky yang berbeda malam ini nggak bisa sepenuhnya dinikmati Emma lantaran dirinya dipenuhi oleh rasa bersalah dan ketakutan akan hubungan pernikahan mereka.


"Mas...aahhh...udah...ampun...sssshhh..." pinta Emma

"Sama gw ampun tapi sama Benny dan Edo minta terus!" balas Ricky


Emma semakin merasa bersalah namun ia nggak bisa melakukan apapun. Tangan dan kakinya masih diikat. Emma hanya mencoba nggak menatap wajah suaminya sebisa mungkin karena ia malu. Bukan hanya perselingkuhannya malam ini tapi juga Ricky kini tau mengenai skandalnya dengan Benny dan Edo. Namun Ricky memaksa Emma untuk membuka matanya dan menatap kearahnya. Emma nggak bisa menikmati pergumulan ini dan melihat wajah bersalah Emma membuat Ricky on fire. Ia semakin keras menghujamkan kemaluannya kedalam liang kenikmatan milik istrinya tersebut.


"Liat muka lo Emma. Ngentot sama laki-laki lain sampe ngedesah minta lagi tapi sama suami lo mukanya gini" kata Ricky

"Maa...aaahhh...maafin aku...ssshhh...udah...aaaahhh...affair sama laki-laki lain maaasss...aaaahhh"


Mendengar pengakuan Emma membuat Ricky semakin bersemangat mengoyak memek istrinya sampai tiba-tiba kontol itu mulai bergetar dan Ricky mengeluarkannya kemudian mengocoknya persis didepan memek Emma.


"Aaaahhh...AAAAAAAARRGGGGHHH" Ricky mengerang


Crot...
Crot...
Crot...
Crot...

Kontol itu memuncratkan spermanya kemana-mana. Sebagian besar mendarat dibibir vagina Emma namun ada juga yang mendarat diperut bahkan ke wajah Emma membuat Emma memejamkan matanya. Dada Emma berdegup kencang. Ia rasanya ingin mati saja setelah malam ini ia dipergoki sedang affair dengan laki-laki lain oleh suaminya sendiri. Namun ketika Emma membuka matanya untuk melanjutkan permintaan maafnya...


"Ricky aku..."


Permintaan maaf Emma terhenti lantaran yang ia lihat berada dipangkal pahanya sedang mengocok kontol adalah Erwin. Adik iparnya. Bukan Ricky. Erwin.


"ERWIN?!" kata Emma kaget

"Halo kak Emma. Memek kak Emma enak banget sumpah" kata Erwin

"Dari kapan kamu disitu?!" tanya Emma

"Hehehe aku daritadi disini. Fingering kak Emma sampe squirt, ngentotin kak Emma, ngeluarin peju aku disekujur tubuh kak Emma sampe akhirnya ngebongkar skandal-skandal kak Emma" kata Erwin


Emma menelan ludah. Ia nggak mengerti apa yang terjadi. Fingering tadi dilakukan oleh Benny, yang menyetubuhinya adalah Edo dan Ricky. Bagaimana bisa ia yang daritadi berada disini? Emma kebingungan dan memohon kepada Erwin menjelaskan semuanya. Erwin kemudian menjelaskan bahwa dirinya menghipnotis Emma dalam tidurnya dan ketika ia bangun yang ia lihat pertama kali adalah orang yang sangat ingin ia setubuhi kemudian setiap Emma menutup matanya lebih dari 5 detik dan membukanya kembali yang ia lihat adalah orang kedua yang ingin ia setubuhi begitu seterusnya. Hipnotis itu 'terhapus' dengan sendirinya ketika Erwin ejakulasi.

"Jadi...daritadi..." kata Emma

"Oh nggak cuma daritadi. Mungkin kak Emma inget beberapa hari lalu ketika kak Emma terbangun dengan peju diperut kak Emma dan besoknya kak Emma bangun tidur ada peju dimulut?" kata Erwin

"Itu semua ulah kamu???" tanya Emma

"Iya kak Emma sayang. Itu semua aku yang buat. Dan karena kak Emma udah membuka diri sama aku, mulai hari ini aku rasa nggak perlu pake hipnotis lagi. Kak Emma udah jadi pelacur pribadiku, budak seks dan sex toy yang harus siap aku mainin kapanpun aku mau atau aku kasih tau bang Ricky tentang affair kak Emma. Ngerti?" tanya Erwin


Emma mengangguk. Erwin melepaskan ikatan pada tubuh Emma dan membiarkan Emma membersihkan tubuhnya sebelum ia kembali kekasur. Erwin membiarkan Emma istirahat malam ini karena besok hari yang baru bagi Emma akan segera dimulai.


 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd