Pagi itu Emma membuka matanya dalam posisi yang nggak biasa. Ia berdiri telanjang dan terikat. Bukan terlentang dikasur tapi berdiri disebuah ruangan kosong. Emma menyadari kedua tangannya terangkat dan kakinya terbuka lebar. Semua terikat pada empat sisi berbeda. Emma yang kaget pun coba meronta namun sia-sia karena ikatan itu begitu kuat sehingga membuat Emma nggak bisa kemana-mana.
Emma menatap sekeliling. Ia menyadari satu hal, yakni ia berada di gudang belakang rumahnya. Di bagian belakang rumah Emma terdapat sebuah gudang yang dibangun oleh pemilik sebelumnya. Letaknya berada dibawah tanah. Emma dan Ricky jarang mengunjungi gudang itu selain untuk meletakkan barang tak terpakai. Terakhir Emma mengunjungi gudang ini semua masih berantakan namun kali ini rapi. Emma kemudian mendengar suara langkah kaki menuruni tangga.
"Ah, udah bangun rupanya" suara Erwin
"Erwin? Kenapa kamu bawa aku kesini Win?" tanya Emma
Erwin nggak menjawab. Dia hanya menghampiri Emma dan mengelus dan mengusap pipi kakak iparnya tersebut. Tangan Erwin menyentuh setiap senti tubuh Emma yang perlahan membangkitkan libido Emma. Erwin tau titik lemah Emma. Erwin tau apa yang membuat kakak iparnya terangsang dan sekarang Erwin akan menggunakan itu semua untuk membuat Emma tersiksa dalam nikmat. Erwin berpindah posisi dibelakang Emma dengan kedua tangannya kini meremas payudara dan memilin puting Emma secara bergantian. Bibir Erwin mengecup dan mencupang leher Emma.
"Ssssshhhh...aaaahhhh..." desah Emma
Tangan kanan Erwin perlahan bergerak turun dari payudara dan kini targetnya adalah vagina. Erwin membuka bibir vagina Emma dan mulai menyelusupkan jarinya kedalam. Memek Emma sudah basah. Erwin tertawa kecil ditelinga Emma dan jemarinya semakin dalam menyodok memek kakak iparnya tersebut. Emma mulai menggigit bibir mungilnya sebelum Erwin menarik jarinya dari memek dan mengarahkannya pada bibir Emma. Erwin mengoleskan jemarinya yang basah oleh cairan vagina ke bibir Emma. Erwin kembali mengulanginya dengan mengocok memek Emma kemudian mengoleskan jemarinya yang basah ke bibir Emma berulang kali.
"Aahhhh...Erwin...aaahhh...kamu ngapain...sssshhh" desah Emma
"Jilat" bisik Erwin
Emma menuruti perkataan Erwin dan mulai menjilati bibirnya sendiri. Ia menjilati cairan vaginanya sendiri dan tanpa diduga-duga Emma menyukainya dan membuatnya merasa seksi dan menggairahkan. Bahkan ketika Erwin kembali mengarahkan jarinya ke bibir Emma mengulum jari Erwin hingga menjilatinya sampai cairan vagina itu tak bersisa.
"Good slut" bisik Erwin
Erwin kemudian berfokus pada memek Emma. Jemarinya mengocok memek Emma dengan cepat memberikan rangsangan tak terduga yang nggak bisa ditolak oleh Emma. Seperti mobil yang tiba-tiba diinjak pedal gasnya, Emma langsung kaget dan menggelinjang ketika Erwin mulai menyodok-nyodokan jarinya di memek Emma.
"Aiiiiyyaaaahhh...aaahhh...aaahhh...ssshhh...uuhhhhh" desah Emma kaget
Dengan segera Erwin berpindah ke depan Emma dan berjongkok untuk menjilati memek yang ia idam-idamkan tersebut. Vagina yang sudah banjir milik istri dari kakaknya yang membuatnya terobsesi hingga akhirnya kini berhasil ia taklukan. Membayangkan itu membuat Erwin langsung bernafsu menjilati memek Emma. Lidahnya langsung menyeruak masuk menyapu bersih seluruh bagian vagina Emma. Mendapati jilatan seperti itu membuat Emma semakin merasakan nikmat. Mengingatkannya pada seks ketika Benny melahap habis vaginanya hingga squirt. Kali ini Emma merasakan sesuatu yang mirip. Bedanya hanyalah jilatan Erwin nggak terkontrol seperti Benny. Erwin lebih membabibuta dibanding Benny yang fokus. Namun apa yang Emma rasakan kali ini sungguh mendekati bahkan jika Erwin meneruskan seperti ini Emma yakin pasti ia akan squirt.
"Aaaahhhh...ooohhh...aaaahhh....haaaahhhsss...sshiiiittt...yeesss...terus...Bennyyyy" desah Emma kelepasan
Erwin pun langsung melepas jilatannya setelah mendengar nama Benny. Emma menyadari kesahalannya dan mencoba meminta maaf pada Erwin namun nggak digubris. Emma mencoba membujuk Erwin untuk melanjutkan jilatannya namun Erwin justru berjalan menjauhi Emma hingga berada dibelakang Emma. Jika saja tangan Emma tak terikat mungkin ia sudah mengocok memeknya sendiri. Emma terus membujuk Erwin agar kembali dan melanjutkan aksinya mengingat Emma sudah hampir menuju klimaks. Namun...
CTAAAARRR!!! Erwin mencambuk Emma dengan cukup keras. Targetnya adalah toket Emma.
"AAAAAAAAAAAHHHHH!!!!!" pekik Emma
CTARRRR!
"AAAAAAHHH SAKIIITT WIIINNN" pekik Emma lagi
CTAAAARRRR!!!!
"ADUUUHHH AMPUUUNN...SAKIIIITTTT" kata Emma
Cambukan demi cambukan yang diberikan Erwin memberikan tanda bekas merah pada bagian depan tubuh Emma. Setiap pekik dan erangan dari Emma menimbulkan hasrat dan kepuasan tersendiri bagi Erwin. Memberikan rasa berkuasa atas tubuh wanita yang nggak berdaya menjadi fetish barunya belakangan ini dan Emma benar-benar masuk kedalam fetish tersebut. Erwin beranjak menghadapi Emma. Dengan tangannya yang digunakan untuk mengangkat dagu Emma, Erwin pun menyampaikan sebuah pesan.
"Jangan pernah sebut nama itu lagi!" kata Erwin
"Ma...maaf Win" balas Emma
"TUAN! Panggil aku Tuan Erwin karena sekarang kak Emma adalah budak aku! Ngerti!" bentak Erwin
"Ng..ngerti Win" balas Emma
PLAK!!! Erwin menampar pipi Emma dan segera Emma pun menyadari kesalahannya
"AAAAAAHH!!!! Maaf Tuan Erwin. Maaf" kata Emma
Erwin kemudian mengambil sebuah vibrator dan kembali menghampiri Emma. Dinyalakan vibrator itu dan langsung diarahkan ke vagina Emma. Erwin menggetarkan bibir vagina Emma terlebih dahulu sebelum ia mulai menekan vibrator itu ke klitoris Emma
"Ssssshhh....aaahhh..." desis Emma
Melihat kakak iparnya yang sudah mendesis, Erwin semakin menekan vibrator itu hingga menyentuh klitorisnya yang sudah terlampau sensitif. Getaran yang diterima Emma membuatnya kembali merasakan nikmat yang tadi sempat terhenti. Apalagi ketika Erwin sedikit menggoyang vibrator itu di klitoris Emma yang semakin sensitif.
"Aaahhh...ssshhhiiittt...aaaahhh...uuhhhh...yessss" desah Emma
Erwin meminta Emma untuk nggak melepaskan tatapannya dari Erwin. Mata Emma pun terfokus pada mata Erwin sambil terus menikmati getaran vibrator itu pada vaginanya. Mulutnya menganga mengeluarkan desahan penuh nikmat yang membuat wajahnya terlihat begitu seksi dan erotis bagi Erwin. Melihat wajah itu Erwin semakin menggila dengan vibrator ditangannya. Erwin meningkatkan level getarannya lebih keras dan cepat lagi pada memek Emma yang sudah siap meledak. Erwin melihat tubuh Emma yang bergetar dan mencoba untuk meronta tanda akan klimaks pun menekan vibrator itu lebih dalam lagi membuat Emma semakin kelojotan.
"Ooohh...yess...yess...fuck...aahahhhh...shiii...oouuhhhh..."
Erwin pun justru melepas vibrator itu dan juga ikatan di salah satu kaki Emma untuk kemudian kaki itu diangkat lurus 90 derajat dan kembali diikat. Vibrator itu datang lagi untuk melanjutkan tugasnya memberikan kenikmatan pada vagina Emma menghasilkan desahan penuh nikmat yang menggema diruangan itu tanpa tertahan oleh Emma yang semakin nggak kuat menahan dirinya.
"Aaahhh...yess...yesss...aaooohhhhh...AAAAAAHHHH"
Desahan Emma diikuti oleh suara erangan nikmat dan tubuhnya yang menegang kemudian bergetar hebat ditutup dengan cairan squirt yang muncrat keluar membasahi lantai. Napas Emma yang terengah-engah nggak lantas membuat Erwin menghentikan aksinya. Erwin mengambil sebuah cambuk dan berjalan mengitari Emma setelah kembali menurunkan kaki Emma kelantai dan mengikatnya.
"Udah squirt, kira-kira apa yang harus aku lakuin ke kak Emma ya?" tanya Erwin
"Lepasin aku Win. Biarin aku istirahat" jawab Emma
CTAAARRR!
"AAAAAAHHH!!! Maaf Tuan. Maksud aku, lepasin aku Tuan. Biar aku istirahat" kata Emma
Erwin tersenyum dan melonggarkan ikatan tali tangan Emma. Melihat itu Emma merasakan ketenangan namun dalam sekejap ketenangan itu hilang kala Erwin justru memposisikan Emma menungging dengan tangannya tetap terikat keatas. Erwin melangkahkan kakinya kebelakang dan mulai mengarahkan jemarinya ke vagina Emma yang masih basah akibat squirt tadi. Erwin pun menjilati memek Emma dengan penuh nafsu membuat Emma kembali menggelinjang.
"Aaaaahhh...sssshhhh...mmmmmhhh...." desah Emma
Erwin mengambil kembali vibratornya dan menggetarkan klitoris Emma sembari lidahnya terus menyapu bersih vagina kakak iparnya yang sudah pasrah tersebut. Emma sendiri hanya bisa menikmati perlakuan Erwin yang menyiksa sekaligus memberinya kenikmatan yang belum pernah ia rasakan selama pernikahannya dengan Ricky. Bahkan cunnilingus + vibrator ini jauh lebih nikmat daripada seks dengan suaminya.
"Aaaaiiiiyyyyhhh...uuhhhh...aaaahhhh"
Emma terus menikmati apa yang diberikan Erwin pada memeknya. Lidahnya yang menyapu bersih bagian dalam memeknya ditambah vibrator yang menggetarkan klitorisnya sungguh merupakan combo luar biasa bagi Emma. Namun sepintas Emma terpikirkan jika ada kontol dihadapannya untuk ia sepong. Pikiran Emma sudah menjadi liar mengikuti tubuhnya yang semakin tak terkendali akibat perlakuan adik iparnya sendiri. Setiap hal yang dilakukan Erwin selalu membawa kenikmatan berbeda pada tubuhnya membuat Emma semakin nggak karuan dan dengan tubuhnya yang tak berdaya terikat begini Emma hanya bisa pasrah dan menuruti setiap perlakuan Erwin. Semakin Emma pasrah menerima Erwin, semakin pula ia menikmati lebih dalam permainan ini hingga tubuh Emma pun kembali menggelinjang dan bergetar diikuti memek yang berkedutan. Erwin menyadari itu dan ia justru menaikan intensitas permainannya hingga...
"Ooohhh...shhiiittt...Erwin...aaahhh...aaahhh...aaaahhh..AAAAIIIIYYYAAAAAAAAAHHHH"
Emma kembali squirt dan cairannya muncrat membasahi lantai. Belum kering lantai itu setelah cairan squirt pertama, kini semakin basah dengan squirt kedua dan Erwin pun memastikan ini masih jauh dari squirt terakhir hari ini. Erwin melepas seluruh pakaiannya dan berjalan memutar. Emma pun sadar kini giliran mulutnya yang akan menjadi target kala Erwin mengocok-ngocok kontolnya dihadapan wajah Emma yang tak punya pilihan selain menerima kontol itu. Emma langsung membuka mulutnya dan Erwin menghujamkan kontolnya.
"Ahhhhhgggkkk...uuhhhhhkkkk"
Emma tersedak kala Erwin mulai menyodok-nyodok kontolnya pada mulut Emma. Erwin langsung menggenjot mulut Emma tanpa rasa ampun. Kontolnya keluar masuk dengan cepat dan menekan dalam hingga deepthroat kedalam kerongkongan Emma. Kasar dan cenderung brutal apa yang dilakukan oleh Erwin terhadap kakak iparnya sendiri. Namun Emma menikmati itu. Perlahan ia mulai menerima dirinya tak lebih dari sebuah sex toy bagi Erwin dan Emma pelan-pelan bisa menerimanya karena toh Emma juga menikmati ini semua.
"Fuck mulut kak Emma enak banget" kata Erwin
Usai puas dengan mulut, Erwin bepindah kebelakang dan mulai mengatur posisi Emma agar pas untuk dieksekusi. Kontol Erwin pun mencelos masuk dengan mudah kedalam memek Emma. Membuat Emma mendesah penuh nikmat kala ia merasakan kemaluan lelaki menerobos kedalam liang kenikmatannya. Pinggul Erwin bergerak menggoyang kontolnya yang terus memompa memek Emma.
"Aaahhh...yess...yesss...uuhhhh...shhhhh....fuuuhhhsss...aaaahhh" desah Emma
Erwin semakin bernafsu setelah mendengar desahan Emma yang lantang dan penuh nikmat sambil tangannya menggenggam pinggang Emma dari belakang. Tak cukup jika hanya dengan menggenggam pinggang, tangan Erwin mencoba untuk meraih pipi Emma. Tujuan awal Erwin adalah untuk membuka mulut Emma lebih lebar namun mulut Emma justru lebih cepat 'meraih' jemari Erwin dan mengulumnya. Tak hanya sekedar dikulum, Emma juga menjilati jemari Erwin didalam mulutnya. Erwin yang kaget akhirnya semakin mengencangkan genjotannya.
"Fuck binal bener kak Emma. Mau threesome hah? Mau aku sodok dari belakang dan ada laki-laki lain yang nyodok mulut kak Emma hah?" Erwin meracau
PLAK!!!
Erwin menampar pipi Emma lantaran nggak menjawab pertanyaannya. Tangan Erwin pun mencekik leher Emma sambil pinggulnya terus menggenjot memek Emma. Erwin mengulangi pertanyaannya dan meminta Emma untuk menjawabnya namun sulit dilakukan oleh Emma lantaran sodokan dan genjotan serta cekikan Erwin yang sungguh nikmat membuatnya nggak bisa berkata apapun selain mendesah nikmat.
"Aaahhh...yesss...iya...Tuan...aaahhh...aku...uuuhhh...ooohhh...mauuuu...disod...aaahh...disodok...depan belakang...ngggghhhh" desah Emma disertai racauan
Mendengar jawaban Emma membuat Erwin semakin menggila. Ia menggenjot memek Emma lebih keras dan tangannya berpindah untuk menggenggam bongkahan pantat Emma. Kedua tangan Erwin membuka bongkahan pantat Emma dan melihat sesuatu yang nggak disangka-sangka oleh Erwin. 'Pintu belakang' Emma seperti sudah 'terbuka'. Erwin menggunakan jempolnya untuk memastikan. Ia membuka 'pintu belakang' Emma dan sontak membuat Emma kaget.
"Aaaaaaahhh...Tuan...ngapainnnn?" tanya Emma
"Kak Emma...udah pernah anal?" tanya Erwin
"U...udah Tuan..." jawab Emma terbata
"Sama bang Ricky?" tanya Erwin lagi
"Bu...bukan..." jawab Emma
"Hahaha aku belum pernah anal dan aku bakalan cobain pantat kak Emma sekarang" kata Erwin
Erwin pun langsung mencabut kontolnya dari memek Emma dan mengarahkannya ke lubang pantat Emma. Anal seks. Emma yang menyadari nggak bisa melakukan apa-apa hanya pasrah dan bersiap. Meskipun lubang pantatnya sudah diserbu beberapa kali, namun setiap kali ada kontol yang mencoba masuk selalu terasa sakit bagi Emma. Tak terkecuali kali ini. Senti demi senti kontol Erwin menyeruak masuk, yang dirasakan Emma adalah nyeri dan perih. Apalagi sudah lama 'pintu belakang' ini nggak dibuka oleh laki-laki. Emma pun meringis kesakitan namun itu justru menjadi bensin yang semakin membakar nafsu Erwin menguasai kakak iparnya.
"AAAAAAAAAAHHHHHH!!!!" pekik Emma
Kini kontol Erwin telah masuk sempurna kedalam lubang pantat Emma dan siap menganalnya. Erwin mendiamkan kontolnya terlebih dahulu sebelum ia mulai menggenjot pantat Emma. Ini adalah kali pertama Erwin melakukan anal seks pada wanita dan yang ia rasakan adalah nikmat. Desahan yang lirih keluar dari mulut Emma justru membuat Erwin merasakan nikmat. Jemari Erwin juga kembali 'memanasi' memek Emma dengan menggosok klitorisnya.
"Aaahhh...sssshhh...uuuhhhhh...hhhhhhhhgggg..." desah Emma
Erwin terus menggenjot pantat Emma dan jemarinya terus bermain di memek itu. Ia nggak menyangka ternyata dibalik wajah polos dan tingkah lugu Emma tersimpan rahasia kebinalan kakak iparnya dan kini Erwin tengah mengeksploitasi semuanya. Nggak ada lagi Emma yang polos. Emma yang Erwin kenal sekarang adalah mainan seks yang harus selalu siap melayani. Berbekal pikiran itu, Erwin semakin cepat dan dalam menyodok pantat Emma serta mengusap-usap klitorisnya. Desahan Emma yang lirih bercampur nikmat menggema digudang tersebut hingga tubuhnya kembali mengejang. Erwin mempercepat permainan jemarinya pada klitoris Emma.
"Aaaahhh...aaahhh...uuyyyaaaaaahhh...AAAAAAAHHHHHHHHAAAAAAAA"
Emma mendesah dan memekik kala ia squirt untuk ketiga kalinya ke lantai yang sama sekali belum kering. Erwin pun tertawa puas dan merasa cukup melakukan anal lalu ia mengembalikan kontolnya untuk menyodok memek Emma untuk merasakan sensasi memek basah setelah squirt. Kontol Erwin dengan mudah masuk kedalam memek kakak iparnya. Tangan Erwin meraih toket Emma dan meremas-remasnya.
"Tuan...aku istirahat dulu. Capek" pinta Emma
"Enak aja istirahat! Nanti lah kak Emma istirahat kalo aku udah ngecrot" kata Erwin
Erwin langsung menggenjot memek Emma dan mulai mengalirkan kenikmatan kepada tubuh Emma yang sudah bersimbah keringat. Sodokan demi sodokan diterima oleh Emma yang masih terus mengeluarkan desahan-desahan nikmat dari mulutnya setiap kali Erwin menghentak lubang vaginanya. Emma menikmati seks ini lantaran ini adalah pengalaman yang luar biasa setelah satu tahun tanpa orgasme dengan Ricky, kini dalam 2 hari ia berkali-kali squirt. Sungguh pengalaman yang membuat Emma melupakan seluruh janjinya untuk nggak lagi melakukan affair. Jika ini adalah hal yang harus ia lalui untuk mendapatkan kenikmatan, maka ia akan melakukannya. Meskipun ia harus menyerahkan tubuhnya kepada adik iparnya sendiri.
"Aaaahhh...uuuhhhh...yesss...oohhh God....sshhiiitt...fuuuaaaaahhhh" desah Emma
Erwin pun merasakan sesuatu yang berbeda. Memek Emma lebih menjepit dan seperti memberikan sensasi pijitan pada kontolnya. Memek Emma juga terasa lebih hangat. Erwin yang kaget dengan sensasi yang berbeda pun justru memompa kontolnya dengan lebih cepat. Emma meminta Erwin untuk pelan-pelan dan hati-hati agar nggak keluar didalam, namun Erwin nggak menghiraukan. Kontolnya semakin keras dan cepat keluar masuk memek Emma yang terus memberikan servisnya untuk memuaskan Erwin. Lalu tiba-tiba Erwin memberikan sebuah hentakan dan menekan kontolnya hingga mentok kedalam memek Emma.
"AAAAAAAARRRGGGHHH!!!!" Erwin mengerang
"AAAAAAAAAAHHHHH!!!!!" diikuti Emma memekik
Mata Emma melotot lantaran ia merasakan sesuatu didalam vaginanya. Erwin menembakkan spermanya didalam. Mendadak Emma menjadi ketakutan jika dirinya hamil anak dari adik iparnya sendiri. Emma menjadi paranoid sementara Erwin dengan santai mencabut kontolnya dan mengambil tissue untuk membersihkan kontolnya. Usai mengenakan pakaiannya kembali, Erwin melepas ikatan pada tangan dan kaki Emma hingga ia terduduk pasrah. Wajahnya masih shock.
"Kamu kenapa keluarin didalem?" tanya Emma
"Ya aku nggak tahan. Lagian memeknya enak banget" jawab Erwin santai
"Kalo nanti aku hamil gimana?"
"Bukan urusan aku. Kak Emma kan punya suami. Ajak aja suaminya ngentot terus keluarin didalem. Bilang deh hamil anak dia. Selesai"
Erwin keluar dari gudang dan nggak berapa lama kembali dengan nampan berisi makanan dan minuman. Dengan lahap Emma menyantap makanan itu bahkan setelah habis pun ia minta tambah porsinya. Erwin mengerti dan menambah porsi makanan dan minumannya. Setelah selesai, Erwin mengikat leher Emma dan menjadikannya seperti anjing. Erwin meminta Emma menungging dan kemudian Erwin mengambil buttplug lalu memasangkannya pada lubang pantat Emma.
"Aaaaaahhhhsss.....sakiittt" kata Emma
"Aku nggak menyangka akan pakein buttplug secepat ini. Aku bahkan mikir nggak akan pernah pakein buttplug ini ke kak Emma. Ternyata pantat kak Emma udah disodok duluan sama cowo lain. Hahaha" kata Erwin
Erwin pun memerintahkan Emma untuk merangkak mengikutinya keluar dari gudang. Emma terus merangkak meskipun setiap kali ia merangkak buttplug itu memberikan sensasi gesekan pada pantatnya. Nyeri namun nikmat juga. Erwin membukakan pintu dan mempersilakan Emma masuk kedalam rumahnya, masih merangkak. Ketika Emma tiba diruang tamu, ia melihat sesosok yang nggak ingin ia lihat.
"ASTAGA MAS! KAMU APAIN MBAK EMMA?!" kata Supri si satpam ketika melihat Emma merangkak dengan leher terikat