Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Perjuanganku Menaklukkan Ketakutan

Bimabet
Selamat tahun baru, minggu ini kudu update.
 
SEMOGA COVID SEGERA ENYAH DARI MUKA BUMI
STAY SAFE SEMUANYA
____________________________________________________________________


CHAPTER XXX: PENGUMUMAN TIBA
Hari-hariku kuhiasi dengan membantu ibu nunggu warung, sambil sesekali ke kota untuk bersua dengan kekasih. Tentu saja untuk lebih menghangatkan suasana, kami selalu bercumbu mesra setiap jumpa. Dan terasa sedih kala waktu sudah malam saat aku harus pulang.

Hubungan kami kalau bisa dibilang sungguh sangat tidak sehat, ketemu, ngewe, pulang dan terulang setiap kali ketemu. Tak ada waktu produktif. Sedangkan pasangan lain biasanya hangout, clubbing, atau yang lebih manis lagi buka usaha berdua.

Sebenarnya karena pikirankan sedikit kacau dengan statusku yang belum ada penghasilan ini. Setiap ketemu kulampiaskan dengan having sex dengan Dita.

Apalagi minggu lalu orang tua Dita, ke Jogja untuk menjenguk Dita, karena dia habis sakit.

Waktu itu ceritanya Dita tiba-tiba kumat sesak nafasnya. Maklum saja tuntutan pekerjaan, kuliah S2 dan tuntutan orang tua membuatnya banyak pikiran. Bahkan dia sempat masuk IGD di Panti Rapih. Aku baru tahu bahwa pikiran itu bisa mempengaruhi kesehatan. Untungnya tidak kenapa-napa, dikasih inhaler, obat dan pulang.

Setelah kejadian itu, orang tua Dita datang, satu rombongan dengan kakak sepupu juga yang ada di Jogja. Mau tak mau kami semua bertemu. Untungnya aku tak sendirian. Ada Ali sahabatku yang menemani.

Bicara soal Ali, dia ini sangat pandai bergaul, justru yang akrab ngobrol dengan orang tua Dita adalah Ali, mulai dari ngomongin kendaraan sampai ngomongi politik. Untungnya Ali belum lulus juga. Kalau tidak sudah pasti orang tua Dita berniat menjodohkan Ali dengannya.

Pikiran kacau ini berlanjut mendengar kabar bahwa kelulusan tes CPNS akan diumumkan pada minggu ini. Dari bebreapa instansi yang aku lamar, tinggal satu yang belum keluar pengumuman yaitu kementerian perdagangan. mudah-mudahan ini adalah jalanku.

Sore harinya ketika keluarga Dita pulang kembali, tinggal aku saja yang ada di kosan Dita, menemaninya. Kondisi tubuhnya lemah sekali kalau sudah sakit begini.

Dita rebahan, aku duduk di pinggiran kasur. Tak lama Dita bangun dan menyuruhku duduk bersandar di tembok, dia mau pahaku menjadi bantalan kepalanya.

Aku pun bersandar, namun aku terkaget dengan apa yang dilakukan Dita, dia membalikan badan, lalu membuka celanaku. Penisku pun dikulum olehnya.

“Ohh Tuhaaan enak sekali” Bisikku lirih.

Dita tersenyum melihat wajahku, kami pun bercumbu mesra.

Dan aktifitas sex kami pun berlanjut sampai klimaks tanpa penetrasi karena aku takut kalau dia kelelahan.

----------------------------------------

Waktu menunjukkan pukul 9 malam, aku baru pulang dari studio, aku dan bandku masih rutin latihan mengisi waktu kosong.

Sesampainya di kamar, aku melihat ada pesan singkat dari temanku Risa. Ada apa nih tumben sekali dia sms, pikirku.

Kubuka pesannya, dan kubaca perlahan

"Selamat ya Alan, kamu lolos CPNS. Ikut seneng"

Tulisan singkat itu membuatku bergetar, tak bisa berkata-kata.

Aku langsung menyalakan laptop, membuka website untuk mencari pengumuman dan ternyata benar adanya. Namaku ada di daftar sebagai peserta yang lulus.

Alhamdulillah puji syukur, akhirnya perjuangan selama ini menuai hasil. Aku pun membaca seksama pengumuman tersebut. Dan lebih bersyukur lagi karena dalam pengumuman itu tak ada tes lanjutan lagi seperti wawancara atau psikotes.

Kuhampiri Ibu yang sudah terlelap, aku bangunkan beliau

"Buu, aku keterima bu. aku keterima CPNS bu." Ucapku penuh haru sambil memeluk ibu.

"Alhamdulillah le, Ibu ikut seneng." balas ibu dengan mata berkaca-kaca menangis terharu.

Akhirnya anak bungsunya mendapatkan apa yang diimpikan selama ini.

"Terus habis ini tes apa lagi?" tanya ibu.

"Gak ada tes lagi bu, langsung pemberkasan" Jawbku

"Alhamdulillah le... ibu seneng banget.. Sana kasih tahu bapak di depan" pinta ibu.

"Iya bu." Jawabku

Aku kemudian kedepan, memberitahu Bapak yang sedang santai tiduran mendengarkan radio berisi pagelaran wayang kulit semalam suntuk.

Suasana haru pun menyelimuti keluarga kami.

Kabar bahagia ini membuatku tak bisa tidur semalaman karena saking bahagianya.

Pastinya kelulusan ku ini juga aku kasih tahu ke Dita, melalu pesan singkat. Namun sayang belum dibalas juga sampai pagi.

Aku baru bisa terlelap pukul 3 pagi saat para pedagang sayuran mulau berangkat ke pasar melewati depan rumahku.

Kurang lebih pukul 7 aku terbangun dan mengecek hp, ada sms dari Dita

“Alhamdulillah, aku ikut senang sayang... akhirnya mimpmi kita semakin terwujud”

Entah apa yang ada dipikiranku, nammun isi sms itu malah tidak membuatku senang. Seperti ada yang mengganjal. Mungkin kalimat pengharapan terakhir bahwa mimpi semakin terwujud adalah yang menggangguku.

Aku paham yang dimaksud Dita adalah mimpi memiliki keluarga kecil. Sebag akhir-akhir ini dia sering berbicara soal keluarga kecil para dosen di kampus. Memiliki keluarga kecil, tinggal di perumahan, di pinggiran kota Jogja.

Sedangkan aku harus membahagian orang tua terlebih dahulu.

Dilematis memang..
Minggu ini aku sudah berkabar dengan Dita kalau tidak bisa ketemuan dahulu, karena aku akan mengurus berbagai berkas yang harus disiapkan untuk pemberkasan CPNS.

Aku harus ke SD, SMP , SMA untuk legalisasi berkas, ke rumah sakit untuk bebas narkoba dan surat sehat, serta ke Polres untuk mengurus SKCK.

Mudah-mudahan semuanya lancar tak ada hambatan apapun.

Baru sehari, kabar bahagia ini sudah menyebar ke seluruh RT.

“Duh” kata dalam hatiku. Belum apa-apa udah kemana2 kabarnya.

bersambung...
 
otw lanjut
 
Bimabet
CHAPTER XXXI : LONG DISTANCE RELATIONSHIP

Mau tak mau long distance relationship atau yang sering disingkat LDR harus kujalani. Pacaran jarak jauh aku mulai aku tapaki. Dengan telah diterimanya aku sebagai calon pegawai negeri, aku harus berangkat ke Jakarta untuk waktu yang lama. Entah sampai kapan LDR ini aku pun tak tahu.

LDR dengan Dita akan berakhir apabila kita menikah nanti pastinya. Namun itu ku rasa masih jauh.

Yang utama sekarang buatku membalas budi orang tua terlebih dahulu. Hubungan jarak jauh dengan orang tua pastinya akan berlangsung lebih lama. Karena mau tak mau nantinya kalau pun aku menikah, aku tak akan tinggal bersama orang tua lagi.

Keberangkatanku kali ini tidak ditemani siapapun, hanya doa orang tua dan orang-orang terdekat yang menemani. Selama perjalanan aku selalu berkabar dengan orang-orang tersayang. Rasa bahadia, haru, sedih bercampur aduk menjadi satu. Mau tak mau harus aku jalani demi masa depan yang lebih baik.

Mengangkat drajat orang tua serta menjadi calon suami idaman bagi pacarku, Dita yang mengantarkanku sampai gerbang peron stasiun Lempuyangan. Stasiun yang sering menjadi saksi pertemuan dan perpisahan dua insan.

Di Jakarta aku akan singgah sementara di kosan teman yang sekaligus tetanggaku, Satriyo. Dia kebetulan juga keterima CPNS di lembaga yang berbeda. Jadwal masuk kerja nya lebih dulu dari tempatku.

Sesampainya di Stasiun Senen, benar-benar aku merasakan sebgai seorang perantau yang akan mencari penghidupan di Jakarta, mencari rezeki di kota yang sering aku lihat di TV.

“Oohh jadi begini rasanya pertama kali merantau,” kataku dalam hati.

Berbekal peta Busway dan peta jakarta yang aku beli di kereta, aku mulai melakukan perjalanan menuju daerah pramuka, disanalah temanku tinggal.

“alhamdulillah akhirnya sampai juga,” Sambut Satriyo menyapaku saat aku turun dari tangga halte.

Rupanya dia telah menantiku disana, sambil mencari sarapan pagi.

“Alhamdulillah yok, sampai juga di sini.” Jawabku singkat.

Kami pun berdua langsung mencari sarapan pagi.

Setelahnya, kami menuju kosan Satriyo yang tak jauh dari halte tadi, masuk di gang-gang sempit khas ibukota yang semakin padat.

Dengan datangnya kami ke ibukota, penduduk Jakarta semakin bertambah. Entah mau jadi apa kota ini, tanyaku dalam hati.

-----------------------------------------------------------------------

Malam hari pun tiba, di kosan dengan ukuran 4x3 kita tidur. Tak ada TV, tak ada radio. Hanya ada gitar menjadi teman menghabiskan waktu menunggu rasa kantuk datang.

Malam yang sendu bagiku. Tiba-tiba aku memikirkan hal-hal jauh kebelakang, flash back kebelakang. Aku ga menyangka akan sejauh ini. Aku bahkan masih tidak percaya bahwa aku akhirnya menginjakkan kaki dan akan tinggal di Jakarta untuk waktu yang pastinya akan lama.

Baru semalam, sudah kangen, ingin pulang, ingin tidur di rumah, ingin ngobrol sama Bapak Ibu.

Malam ini aku menjadi anak manja, mewek, mata pun berkaca-kaca.

“udah udah,, dilakoni aja. Ntar juga terbiasa” Ucap Satriyo menenangkanku. Dia rupanya tahu bahwa aku lagi memikirkan rumah.

Rumah dengan seisi kehangatannya, yang membuatku ingin selalu pulang.

Kemudian aku lantunkan lagu Sheilla on 7 yang bikin nambah aku ingin kembali ke Jogja.

Aku keluar kamar, menuju balkon kosan, duduk disana sambil memetik gitar, bernyanyi pelan-pelan. Sesekali mengusap mata yang sedikit berkaca-kaca.

Waktu menunjukkan jam 9 malam, aku tak henti-henti berkabar dengan Dita yang selalu menguatkanku sementara diluar ternata masih ramai orang lalu-lalang.

Berbeda sekali suasana Jakarta dengan kampung halamanku dimana jam 9 malam semua rumah sudah mulai dikunci.

-------------------------------

Pagi tiba, aku harus segera bergegas menuju Kantor Kementerian yang harus ditempuh dengan busway. Sengaja aku berangkat pagi sekali sekitar jam 5. Menghindari adanya kemacetan yang dapat bikin aku terlambat masuk.

Dengan baju putih polos lengan panjang, celana hitam, sepatu pantofel, dan menggendong tas ransel berisi berkas-berkas lengkap.

Di dalam bus, belum banyak orang yang naik, namun nampak sedikit ramai setelahnya. Aku mengamati beberapa orang lari-larian di tangga halte mengejar bus yang akan tiba. Suasana ramai seperti ini sangatlah asing bagiku tentunya.

Jam 6 aku sudah sampai gerbang kantor, yang dijaga satpam. Belum ada satu orang pun yang datang. Aku pun bertanya kepada satpam yang menunggu di pintu gerbang untuk memastikan bahwa alamat dan tempat yang aku tuju itu benar.

Syukurlah aku datang di lokasi yang tepat. Acara orientasi akan digelar di Aula gedung utama mulai jam 8 pagi.

Waktu mulai berjalan dan beberapa orang mulai berdatangan dengan memakai pakain sama persis denganku. Mereka mulai berkumpul di depan pintu aula, begitu juga aku.

Aku pandangai satu-satu orang yang mulai datang ini, rupanya memang sebagian besar berasal dari Jakarta, hanya sedikit yang berasal dari kampung sepertiku. Dapat dilihat dari cara berpakaian atau berdandan mereka.

Tampak mencolok sekali perbedaannya.

Aku pun mulai berkenalan dengan beberapa orang, yang tentunya berasal dari daerah luar Jakarta seperti pekalongan, jember, semarang, surabaya, kudus, demak, dan lain-lain.

Seolah merasa senasib, kita semua pun berkumpul di satu tempat. Berbeda dengan yang dari Jakarta, berperawakan necis dan rapih. Dan tentu saja terlihat bahwa ada sebagian dari mereka adalah ‘titipan’ pejabat kantor ini karena aku lihat beberapa orang nampak akrab dengan pegawai setempat.

------------

Selama tiga hari aku menjalani masa orientasi, sudah seperti mahasiswa baru yang diplonco sama kakak tingkat. Berbagai macam informasi kami terima. Aku yang baru pertama kali menginjak dunia kerja bahkan langsung ke dunia birokrasi seperti ini pastilah bingung.

Penyesuaian sangat perlu dilakukan, apalagi berurusan dengan yang namanya birokrasi.

Rasa minder pun menghampiri dimana sangat mencolok perbedaan antara orang desa dan orang kota. Aku merasa tidak ada apa-apanya dengan mereka yang berpakaian necis dan rapi itu. Seolah ada gap yang lebar antara kita.

Selama tiga hari ini aku jalani udah kaya setahun. Walaupun sudah ada kenalan beberapa teman, tapi tetap saja masih merasa kesepian. Walaupun tetap komunikasi aku jalin sama orang-orang terkasih, terutama keluarga di rumah dan tentu saja Dita, aku tetap merasa kurang.

Namanya jarak jauh kaya ada yang kurang sreg aja. Ini soal “rasa” yang kurang.

Setiap malam aku selalu komunikasi dengan keluarga, dan juga telepon Dita setelahnya. Setiap malam menjelang tidur. Mengucapkan “selamat tidur, nice sleep” melalui sambungan seluler.

Ah ini toh rasanya LDR, begitu menyiksa bagiku.

------

Hari terakhir orientasi pun usai, besoknya aku harus mulai masuk ke Unit kerja yang telah dibagi. Disitulah aku akan bekerja, mengembangkan karir dan mencari rezeki.

Dari ratusan CPNS yang hadir, yang menjadi teman satu unit ada 30 orang. Inilah yang akan menjadi teman satu angkatanku.

Mudah-mudahan semua lancar.

Bersambung....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd