Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Perjuanganku Menaklukkan Ketakutan

Bimabet
Hemmm seandainya bisa di balik mbak tika lah yg jadi calon istri ts
 
CHAPTER XIX: PIKIRAN SEMRAWUT

Joni ada di kamar sama teman-teman lain waktu aku tiba. Sudah lama rasanya ga berkumpul dengan mereka. Kawan yang selalu ada dikala suka dan duka. Kos itu selalu ramai saat siang dimana teman-teman kuliah Joni sedang berkumpul menunggu jam kuliah selanjutnya.

Biasanya mereka mengisi kekosongan dengan ngobrol kesana kemari sambil tiduran, merokok, ngopi dan nonton bokep seperti layaknya mahasiswa lelaki. Aku yang bukan perokok pun kudu bersabar dan berusaha membaur, sesekali pengen nyobain, akan tetapi aku tidak pernah merasakan nikmatnya menghisap asap rokok.

Memang katrok kata temenku. Tapi biarlah saja, memang begini keadaannya, toh tak merugikan orang lain. Malah bisa menghemat uang. Maklum saja keadaan ekonomi yang serba terbatas memaksak untuk pintar menghemat.

“Jon, gimana masalahmu sama pacarmu, udah kelar?” Tanyaku pada Joni yang daritadi sibuk buka laptop, nyusun skripsi. Aku teringat terakhir kali ketemu dia waktu mampir ke rumah, dia bercerita tentang masalah dengan pacarnya yang ternyata selingkuh.

“Udah beres bro, kita udah baikan, dan berkomitmen penuh buat lanjut ke jenjang yang lebih serius.” Jawab joni dengan santai, sambil menghisap Djarum Blank yang sudah mulai habis.

Joni ini adalah teman paling mengejutkan. Dari penampilan luar, dia adalah seorang good boy dengan pakaian necis, rambut klimis, dan terkesan anak baik-baik. Aku pun kaget banget dia jadi perokok. Sebelumnya dia menyentuh rokok aja sangat anti. Memang bernar kata orang bahwa tak ada yang mustahil di dunia ini, dan orang itu bisa berubah 180 derajat termasuk Joni yang berubah drastis serta aku yang mewujudkan impian bercinta dengan Mbak Tika.

Obrolan selanjutnya didominasi oleh topik pembicaraan seputar sepakbola, dimana liga champion mempertemukan Bayern Munchen vs Inter Milan yang dikomandoi oleh pelatih kontroversial Jose Mourinho. Aku yang penggemar AC Milan cuman bisa mendengar keseruan di ruang kamar kos itu.

Hari menjelang sore, aku pun mulai meninggalkan kos, kembali ke rumah. Selama di kos tadi aku hanya berpikiran soal Mbak Tika, wanita yang menyita waktu singkatku yang berkesan. Aku pun berjanji dalam hati agar menjaga semuanya rapat-rapat dan bertekad tak mengulanginya. Karena aku tahu bahwa sangat sakit jika Mas Roy tahu pacarnya ada main denganku.

Saat ini aku bertekad untuk mulai serius dengan Dita, yang ternyata melakukan panggilan daritasi dan tak terjawab olehku.Dita besok hari balik ke Jogja. Dia sudah ditunggu oleh tugas kuliah yang menumpuk serta kerjaan juga.

Memang Dita ini orang yang sangat pintar, bisa mengatur dua hal sekaligus antara kuliah S2 dan Kerja. Bahkan S2 nya adalah hasil dari beasiswa. Dulu aku sempat ragu apakah dia sanggup menjalaninya. Mengingat akan sangat susah bagi mahasiswa kampusku mendapatkan beasiswa kuliah S2.

Dita menyampaikan kabar bahwa esok hari dia akan tiba dengan bus Mira, Dia minta aku menjemputnya di Pertigaan Janti, tempat dimana orang mulai naik dan turun bus jurusan Jogja Solo. Mungkin anak-anak mahasiswa perantau yang dari arah timur pasti hapal dengan Pertigaan Janti.

Aku pun mengiyakan untuk menjemputnya. Seperti biasanya akan ku jemput dia di belokan sebelum lampu merah arah ke terminal.

Sebenarnya aku curiga apa kabar yang akan dibawa Dita sepulanya dari kampung. Sebab, dia seperti menyimpan sesuatu di kepala, dari smsnya yang ku terima, seperti ada sesuatu yang terpendam.

Mungkin nanti kalau dia sampai bari aku tanyain. Tebakanku adalah soal kondisi orangutanya.

Sampai detik ini aku belum mengetahui perkembangan terakhirnya. AKu dapat kabar sebelumnya kalau kondisinya melemah.

Perjalanan ke rumah kali ini sedikit melambat, karena pikiranku yang sedang terisi macam-macam.

Aku membayangkan segala hal yang kemungkinan bisa terjadi ke depannya. Apabila aku serius dan tetap berpacaran dengan Dita, konsekuensinya adalah aku harus segera menikahinya demi mewujudkan impian Ayahnya untuk melihat Dita menikah dengan pria pilihannya.

Di lain pihak aku memikirkan sendiri orang tuaku yang kesusahan masalah finansial. Kakak ku yang pertama memang sudah bekerja, namun untuk memikul semua beban ekonomi rasanya kurang.

Yang selalu kuingat adalah pesan Ibu ku diamana aku diminta untuk bekerja di Jakarta dan mencari jodoh disana.

Hal yang sangat aku benci sebenarnya karena kata ‘Jakarta’. AKu tak ingin bekerja di Jakarta. Ingin ku adalah lulus, mencari kerja di Jogja, apabila sampai tahunan tidak dapat kerja, aku mau merantau ke luar pulau Jawa, bukannya ke Jakarta.

Tapi semua aku pasrahkan saja semua. Aku akan jalani apa adanya. Yang jelas tekadku adalah mencari kerja dari Jogja, bukan merantau ke Jakarta dulu kemudian mencari kerja. Jadi ada sebuah prinsip dimana aku ke Jakarta adalah karena bekerja, bukan niat dari dalam hati untuk ke Jakarta untuk mencari kerja.

Tak terasa aku sudah dekat ke rumah. Sebelum sampai aku sempatkan main dulu ke studio, disana ada teman yang nongkrong. Ngobrol sebentar soal acara pentas di Alun-alun. Ternyada band ku diundang khusus untuk manggung.

Padahal latihan sekarng sudah jarang karena personilnya sibuk skripsi. Tapi ya mau tak mau aku harus iyakan karena jarang sekali kesempatan manggung di alun-alun.

Menjelang maghrib aku pun pamit pulang, di rumah sudah ada Bapak dan Ibu yang sedang ngobrol di teras dengan sajian teh hangat dan peyek di toples.

AKu pun ikut nimbrung untuk ngobrol bersama mereka bercengkerama bersama keluarga. Sungguh hal yang sangat indah.


bersambung...
 
Jadi kangen mbak Tika..
Dengan segala kelembutan namun penuh gejolak terpendamnya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd