awazomiya666
Semprot Addict
- Daftar
- 31 Oct 2019
- Post
- 472
- Like diterima
- 12.536
POV RINA
Malam itu aku sampai didesa bersama yunita dan tak lupa barang bawaanku, jujur saja aku sudah tidak enak hati dengan pernikahan ibu. Jujur aku tidak dapat menebak hal apa yang akan terjadi, namun dari mimpi mimpi aneh tersebut aku dapat menyimpulkan sesuatu bahkan itu seperti sebuah kode atau petunjuk
" sayangg... "
baru saja aku sampai teras rumah. ibu sudah menyambut kami dan langsung menggendong yunita
" yudi mana " sambung ibu
" gak ikut bu "
ia menatapku tajam, naluri seorang ibu dapat merasakannya. Merasakan ada sesuatu yang terjadi pada kami
" jangan bilang "
" gak ada masalah kok bu tenang aja " aku memotongnya
" beneran ya "
" iya bu tenang aja hehehe " kucoba mencairkan suasana
" yaudah istirahat aja "
Kami segera masuk dan membenahi semua barangku, entah kenapa aku merasa sangat lelah setelah perjalanan kesini. Padahal biasanya tidak seperti itu, saat aku masuk ke ruang tengah sebuah foto pak kades dan ibu membuatku kaget, karena tidak pernah kulihat sebelumnya
" ini foto kapan bu " tanyaku
" ohh waktu itu hehehe "
" baru ya, soalnya baru liat "
" iya hehehe "
" hmmmm mmm "
Ibu benar benar cepat berpindah kelain hati setelah bapak pergi, padahal bisa dibilang kepergian bapak belum lama tapi aku masih belum rela melihat ibu menikah lagi, ditambah dengan pak kades
" dia lagi ke sodaranya juga, dikota deket kamu juga katanya "
" hmmm " aku tidak memberi tanggapan
" kalo mau makan ada didapur ya "
" hmm "
" ibu mau jalan dulu, yunita ikut ya "
Tak lama mereka berlalu dan pergi.
Sungguh aku tidak rela melihat foto ini, selama menikah ibu tidak mau foto bersama bapak. Aku jadi penasaran sebenarnya ibu terkena pemikat pak kades atau memang benar benar menyukainya? karena kurasa sangat tidak mungkin jika terkena guna guna atau apalah itu, tapi..... ah sudahlah aku harus beristirahat karena lelah setelah perjalanan panjang
Aku terbangun mendengar suara ibu
" rina makan dulu "
suara ibu memanggil dan aku segera menemuinya
" bu abis ini ke makam bapak yu " ajakku
" hmmm ibu udah kok kemarin kesana "
" ohhh iya "
Jawabannya sungguh tidak meyakinkan, tapi yasudahlah yang penting aku bisa kesana. Aku jadi semakin curiga bahwa ibu memang sudah tidak peduli dengan bapak, terlebih setelah ia akan dinikahi pak kades. Apa yang ibu kejar hanya harta dan tahta saja? jujur aku masih merasa takut jika nanti setelah menikah, pak kades akan memainkanku layaknya sebuah boneka, melakukan hal apapun padaku.
Aku duduk bersimpuh disamping batu nisan yang bertuliskan nama bapak, membacakan ayat ayat suci, membersihkan daun dan rumput liar yang mengotorinya. Mataku tak henti meneteskan air mata, ingin rasanya aku menceritakan keluh kesah pada bapak, aku ingin tidur dipelukannya lagi seperti dulu.
Pak, rina disini pak, sebentar lagi ibu mau menikah.
Rina berat pak menanggung ini sendirian, apa ini semua akibat kelakuan rina?
Pak, rina belum bisa merelakan ibu menikah lagi, ada orang lain yang hadir dikeluarga rasanya rina belum bisa.
Andai saja rina diberi kesempatan bertemu bapak sekali lagi
Kutaburkan bunga dan air dimakam bapak, setelah semuanya selesai aku segera pergi.
Entahlah aku merasa berat untuk meninggalkan makam bapak, seperti ada seseorang yang memelukku disana. Namun waktu terus berjalan dan semakin mendekati hari pernikahan ibu.
" rina "
seperti biasa seseorang memelukku dari belakang yang sudah pasti itu rosa
" ocha hehe "
" loh kamu kenapa? abis nangis ya " ia mengusap pipiku
" dari makam bapak "
" hmmm " ekspresinya seketika berubah
" resti mana? " tanyaku
" dirumahnya mungkin "
" ke kebun teh yu "
aku mengajaknya dan sengaja agar tidak berlarut dalam kesedihan yang bercampur kebingungan ini, rasa khawatir juga turut hadir
" sabar ya rin " ia mengusap pundakku
" gapapa kok cha " aku mencoba tersenyum
Udara dingin yang berhembus membuat fikiranku lebih tenang, meresapi setiap desirnya agar bisa sedikit menghilangakan beban fikiran
" gatau deh kayaknya aku belum bisa ngizinin ibu nikah lagi "
" hmmm pasti sih " rosa selalu mengerti keadaanku
Ia kembali memelukku dibukit perkebunan teh itu
" yang aku heran kenapa harus sama pak kades " kataku
" kadang kita gabisa tau perasaan orang lain, termasuk orang tua kita "
" iya aku faham, tapi kenapa harus sama pak kades "
" iya iya " ia memelukku erat dan merebahkan kepalanya dipundakku, suasana sesaat menjadi hening.
" maen gak ajak ajak " suara wanita terdengar dari belakang
" ehehe kamu lama sih tadi " ujar rosa
" dede nya mana rin? " tanya resti
" dirumah sama ibu "
" oiya ya lupa kan barusan aku liat haha "
Duduk di perkebunan teh bersama sahabatku jadi teringat pada masa masa sekolah dulu
" dulu kamu abis diputusin nangis disini haha " kataku pada rosa
" ih enggak banget ya aku dulu hahaha "
" eh eh gimana rin nangisnya aku lupa haha " goda resti
" apaan aku khilaf ya itu mah "
Aku memeluk mereka dengan erat, sungguh masa masa indah
" ajak kita ke kota dong rin " ujar resti
" iya ih kan pengen nyari jodoh juga disana "
" hehe emang disini udah gak ada cowok? "
" pengen dapet orang kota juga akutuh haha "
Aku jadi kepikiran sesuatu, mengenai mereka dan tempat tinggalku
" aku juga pengen nyari kerja lagi sih " kataku
" iyaa ih yu kesana yu "
" kalian izin ke orang tua dulu aja "
" siap deh hehe "
Terpancar sebuah semangat dari wajah mereka, memang sudah lama aku akan mengajak mereka namun masih belum sempat, mungkin ini saatnya
Kami kembali pulang setelah seharian menghabiskan waktu di puncak perkebunan teh, saatnya kembali ke realita dan bersiap menghadapi pernikahan ibu dengan pak kades
" yaudah nanti aku kabarin ya kalo berangkat " ujarku pada mereka
" hehe asiikkk "
Aku segera masuk kerumah dan menemui ibu
" udah pulang? " kata ibu
" udah bu, yunita mana "
" tidur dikamar "
Apa aku harus kembali membahas masalah pernikahan ibu? jika ditunda akan selalu ada ganjalan rasanya, mau tidak mau ibu harus mengetahuinya
" hmmmm kalo soal nikah gimana bu "
" paling ibu kerumah si kakek nanti buat wali "
Haduhh padahal bukan itu yang kumaksudkan
" ibu udah yakin? "
" banget, yakin banget " katanya tersenyum
Mengenai mimpi aneh yang sering kualami, apa perlu aku memberitahu ibu? aku merasa itu bukan mimpi biasa, seperti ada pertanda bahwa akan terjadi sesuatu.
" ibu butuh pendamping " sambungnya
" tapi harus dipertimbangkan juga bu "
" iya ini juga hasil pertimbangan ibu, bukan sebentar loh "
Ibu begitu yakin dengan pilihannya, masalahnya semakin kesini aku semakin merasakan firasat yang kurang baik. Aku masih belum mengerti dengan jalan fikiran ibu, padahal belum lama bapak meninggalkan kami tapi sudah seperti itu.
Tapi daripada aku terus berfikiran negatif lebih baik mendoakan yang terbaik saja untuk ibu, dan mungkin siapa tau setelah menikah pak kades akan berubah menjadi lebih baik, aku berusaha melihat sisi positif dari setiap orang
Malam itu aku sampai didesa bersama yunita dan tak lupa barang bawaanku, jujur saja aku sudah tidak enak hati dengan pernikahan ibu. Jujur aku tidak dapat menebak hal apa yang akan terjadi, namun dari mimpi mimpi aneh tersebut aku dapat menyimpulkan sesuatu bahkan itu seperti sebuah kode atau petunjuk
" sayangg... "
baru saja aku sampai teras rumah. ibu sudah menyambut kami dan langsung menggendong yunita
" yudi mana " sambung ibu
" gak ikut bu "
ia menatapku tajam, naluri seorang ibu dapat merasakannya. Merasakan ada sesuatu yang terjadi pada kami
" jangan bilang "
" gak ada masalah kok bu tenang aja " aku memotongnya
" beneran ya "
" iya bu tenang aja hehehe " kucoba mencairkan suasana
" yaudah istirahat aja "
Kami segera masuk dan membenahi semua barangku, entah kenapa aku merasa sangat lelah setelah perjalanan kesini. Padahal biasanya tidak seperti itu, saat aku masuk ke ruang tengah sebuah foto pak kades dan ibu membuatku kaget, karena tidak pernah kulihat sebelumnya
" ini foto kapan bu " tanyaku
" ohh waktu itu hehehe "
" baru ya, soalnya baru liat "
" iya hehehe "
" hmmmm mmm "
Ibu benar benar cepat berpindah kelain hati setelah bapak pergi, padahal bisa dibilang kepergian bapak belum lama tapi aku masih belum rela melihat ibu menikah lagi, ditambah dengan pak kades
" dia lagi ke sodaranya juga, dikota deket kamu juga katanya "
" hmmm " aku tidak memberi tanggapan
" kalo mau makan ada didapur ya "
" hmm "
" ibu mau jalan dulu, yunita ikut ya "
Tak lama mereka berlalu dan pergi.
Sungguh aku tidak rela melihat foto ini, selama menikah ibu tidak mau foto bersama bapak. Aku jadi penasaran sebenarnya ibu terkena pemikat pak kades atau memang benar benar menyukainya? karena kurasa sangat tidak mungkin jika terkena guna guna atau apalah itu, tapi..... ah sudahlah aku harus beristirahat karena lelah setelah perjalanan panjang
Aku terbangun mendengar suara ibu
" rina makan dulu "
suara ibu memanggil dan aku segera menemuinya
" bu abis ini ke makam bapak yu " ajakku
" hmmm ibu udah kok kemarin kesana "
" ohhh iya "
Jawabannya sungguh tidak meyakinkan, tapi yasudahlah yang penting aku bisa kesana. Aku jadi semakin curiga bahwa ibu memang sudah tidak peduli dengan bapak, terlebih setelah ia akan dinikahi pak kades. Apa yang ibu kejar hanya harta dan tahta saja? jujur aku masih merasa takut jika nanti setelah menikah, pak kades akan memainkanku layaknya sebuah boneka, melakukan hal apapun padaku.
Aku duduk bersimpuh disamping batu nisan yang bertuliskan nama bapak, membacakan ayat ayat suci, membersihkan daun dan rumput liar yang mengotorinya. Mataku tak henti meneteskan air mata, ingin rasanya aku menceritakan keluh kesah pada bapak, aku ingin tidur dipelukannya lagi seperti dulu.
Pak, rina disini pak, sebentar lagi ibu mau menikah.
Rina berat pak menanggung ini sendirian, apa ini semua akibat kelakuan rina?
Pak, rina belum bisa merelakan ibu menikah lagi, ada orang lain yang hadir dikeluarga rasanya rina belum bisa.
Andai saja rina diberi kesempatan bertemu bapak sekali lagi
Kutaburkan bunga dan air dimakam bapak, setelah semuanya selesai aku segera pergi.
Entahlah aku merasa berat untuk meninggalkan makam bapak, seperti ada seseorang yang memelukku disana. Namun waktu terus berjalan dan semakin mendekati hari pernikahan ibu.
" rina "
seperti biasa seseorang memelukku dari belakang yang sudah pasti itu rosa
" ocha hehe "
" loh kamu kenapa? abis nangis ya " ia mengusap pipiku
" dari makam bapak "
" hmmm " ekspresinya seketika berubah
" resti mana? " tanyaku
" dirumahnya mungkin "
" ke kebun teh yu "
aku mengajaknya dan sengaja agar tidak berlarut dalam kesedihan yang bercampur kebingungan ini, rasa khawatir juga turut hadir
" sabar ya rin " ia mengusap pundakku
" gapapa kok cha " aku mencoba tersenyum
Udara dingin yang berhembus membuat fikiranku lebih tenang, meresapi setiap desirnya agar bisa sedikit menghilangakan beban fikiran
" gatau deh kayaknya aku belum bisa ngizinin ibu nikah lagi "
" hmmm pasti sih " rosa selalu mengerti keadaanku
Ia kembali memelukku dibukit perkebunan teh itu
" yang aku heran kenapa harus sama pak kades " kataku
" kadang kita gabisa tau perasaan orang lain, termasuk orang tua kita "
" iya aku faham, tapi kenapa harus sama pak kades "
" iya iya " ia memelukku erat dan merebahkan kepalanya dipundakku, suasana sesaat menjadi hening.
" maen gak ajak ajak " suara wanita terdengar dari belakang
" ehehe kamu lama sih tadi " ujar rosa
" dede nya mana rin? " tanya resti
" dirumah sama ibu "
" oiya ya lupa kan barusan aku liat haha "
Duduk di perkebunan teh bersama sahabatku jadi teringat pada masa masa sekolah dulu
" dulu kamu abis diputusin nangis disini haha " kataku pada rosa
" ih enggak banget ya aku dulu hahaha "
" eh eh gimana rin nangisnya aku lupa haha " goda resti
" apaan aku khilaf ya itu mah "
Aku memeluk mereka dengan erat, sungguh masa masa indah
" ajak kita ke kota dong rin " ujar resti
" iya ih kan pengen nyari jodoh juga disana "
" hehe emang disini udah gak ada cowok? "
" pengen dapet orang kota juga akutuh haha "
Aku jadi kepikiran sesuatu, mengenai mereka dan tempat tinggalku
" aku juga pengen nyari kerja lagi sih " kataku
" iyaa ih yu kesana yu "
" kalian izin ke orang tua dulu aja "
" siap deh hehe "
Terpancar sebuah semangat dari wajah mereka, memang sudah lama aku akan mengajak mereka namun masih belum sempat, mungkin ini saatnya
Kami kembali pulang setelah seharian menghabiskan waktu di puncak perkebunan teh, saatnya kembali ke realita dan bersiap menghadapi pernikahan ibu dengan pak kades
" yaudah nanti aku kabarin ya kalo berangkat " ujarku pada mereka
" hehe asiikkk "
Aku segera masuk kerumah dan menemui ibu
" udah pulang? " kata ibu
" udah bu, yunita mana "
" tidur dikamar "
Apa aku harus kembali membahas masalah pernikahan ibu? jika ditunda akan selalu ada ganjalan rasanya, mau tidak mau ibu harus mengetahuinya
" hmmmm kalo soal nikah gimana bu "
" paling ibu kerumah si kakek nanti buat wali "
Haduhh padahal bukan itu yang kumaksudkan
" ibu udah yakin? "
" banget, yakin banget " katanya tersenyum
Mengenai mimpi aneh yang sering kualami, apa perlu aku memberitahu ibu? aku merasa itu bukan mimpi biasa, seperti ada pertanda bahwa akan terjadi sesuatu.
" ibu butuh pendamping " sambungnya
" tapi harus dipertimbangkan juga bu "
" iya ini juga hasil pertimbangan ibu, bukan sebentar loh "
Ibu begitu yakin dengan pilihannya, masalahnya semakin kesini aku semakin merasakan firasat yang kurang baik. Aku masih belum mengerti dengan jalan fikiran ibu, padahal belum lama bapak meninggalkan kami tapi sudah seperti itu.
Tapi daripada aku terus berfikiran negatif lebih baik mendoakan yang terbaik saja untuk ibu, dan mungkin siapa tau setelah menikah pak kades akan berubah menjadi lebih baik, aku berusaha melihat sisi positif dari setiap orang