Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Petualangan Birahi Joni

banyak wanita...kayaknya bakal rame niiih.. ditunggu kelanjutannya
 
wuih penjahatnya udah pada nongkrong disini, jagoannya baru datang itu juga atas undangan
dari geng cungkring....hahaha ha h ah :hua:
:baca:Om @denjo, walaupun banyak yg copas gak masalah.
justru tantangan buat Om denjo untuk merevisi dari yg dicopas orang laen.
jadi ada gaya khas om denjo dari yg pernah dicopas.

Ngomong apaan :bingung:
Siap... karena itu update jadi tertunda karena saya terpaksa harus merivisi agar tutur ceritanya berbeda dengan yang sudah tersebar. Mohon bersabar.
 
Semangat suhu...tetap dinantikan update ceritanya suhu...
 
Bagian 1: Kenikmatan Pertama (1)

POV Joni

Rintik hujan mulai turun ketika aku keluar dari Kampusku. Dengan setengah bongkok untuk melindungi buku2 yang aku bawa, aku berlari menuju halte bus yang tidak jauh dari kampusku.

Seandainya saja kalau tadi pagi aku menuruti saran teman kosku untuk membawa payung ke kampus, sudah tentu aku tidak akan kehujanan seperti sekarang. Namun aku menolaknya karena pagi tadi cuaca memang cerah. Namun ternyata cuaca cepat berubah, dan terbukti siang ini hujan mulai turun.

Pagi tadi sebenarnya Sinta, pacarku, juga menawarkan untuk bareng ke kampus naik mobil bersamanya. Namun aku pun menolak. Rasanya tidak enak saja setiap hari nebeng mobil pacar. Bagaimanapun aku juga masih punya gengsi.

Saat aku sedang berlari menuju halte bus. Dari arah berlawanan sebuah mobil melaju melintasi kubangan sehingga percikan air kubangan tersebut mengenai celana dan bajuku. Reflek, aku melompat menghindar agar percikan air kubangan tersebut tidak mengenai seluruh pakaianku.

“Hai!!!! Hati2 dong...!!!!” teriakku

Tiba2 mobil tersebut berhenti dan menepi. Bergegas aku menghampiri mobil tersebut dan mengetuk kaca mobil tersebut dengan kesal. Kaca pintu mobil tersebut terbuka, seorang wanita tersenyum dan dengan ramah menyapaku,

“Maaf ya dik...” kata wanita tersebut, “Jadi kotor pakaiannya. Mau kemana?” tanyanya

Aku yang tadinya dongkol, jadi tertegun begitu melihat betapa cantiknya wanita tersebut. Menurut taksiranku, usia wanita tersebut tidak terpaut jauh denganku, paling 5 tahun diatas aku. Lamunanku buyar setelah wanita tersebut membuka pintu mobilnya dan menyuruhku masuk kedalam mobil tersebut dan duduk disampingnya.

"Ayo masuk. Biar aku antarkan...!!!" katanya


Dengan agak ragu akupun masuk ke mobil dan duduk disamping wanita itu. Dalam hatiku berucap, “Ini baru rejeki...”

"Maaf jadi basah kuyup," kata wanita itu. "Pulang kuliah ya?"
"Ya, Mbak. Serius nih mau mengantarkan saya ke tempat kos?" akui balas bertanya.
"Karena saya telah membuat pakaian kamu kotor, saya akan antarkan kamu. Kan gak mungkin kamu naik angkot dengan pakaian kotor seperti itu. Emang tempat kos kamu dimana?" kembali wanita itu bertanya.
"Tempat kosku agak jauh dari sini Mbak. Saya sengaja cari tempat kos di daerah pinggiran yang ongkos sewanya murah. Habisnya kalau kos yang dekat2 sini sewanya mahal. Gak kejangkau oleh orang seperti saya ini" Jawabku.
“O ya kenalkan, aku Mirna...” kata wanita tersebut.
“Saya Joni, mbak” balasku
“Ooo namamu Joni to...???” kata mbak Mirna sambil kembali menjalankan mobilnya.

Baru beberapa lama mobil berjalan,

"Jon sebelum ketempat kos kamu, kita mampir dulu ketempatku ya? Aku mau ganti baju dulu biar nyantai." Ajak mbak Mirna. Aku hanya menganggukkan kepala saja sebagai tanda setuju.

Rumah mbak Mirna ternyata tidak jauh dari tempat kejadian, yang berarti dekat juga dengan kampusku. Sebuah rumah mewah dipinggir jalan besar.

Seorang wanita lain muncul ketika mobil berhenti di teras. Dari cara bicaranya wanita yang muncul dari dalam rumah itu pasti pembantu mbak Mirna.

"Mbak Minah, ini Mas Joni teman Mirna. Ambil handuk buat Mas Joni, Mbak...!!!” perintah mbak Mirna kepada wanita yang barusan muncul tersebut, yang ternyata bernama Minah, sambil menunjuk ke arahku.

“Gak usah Mbak. Toh tidak lama khan?” ujarku
“Jangan gitu Jon, aku gak mau melihat kamu masuk angin. Pakaianmu basah kuyup gitu. Bila perlu mandi dulu. Mbak... Mbak Minah...!!!” panggil mbak Mirna kembali.
“Ya Non..." jawab Minah sambil mendekat ke mbak Mirna.

“Antarkan Mas Joni ke kamar mandi. Selesai mandi antarkan Mas Joni ke kamar tidur depan. Sekalian kamu siapkan pakaian punya Den Angga yang ada dilemari kamar depan agar dapat dipakai sama Mas Joni” perintah mbak Mirna ke Minah. Angga adalah adik Mirna yang dulu kuliah di kampus yang sama denganku. Kini Angga sedang menyelesaikan kuliah S2nya di Jerman.

“Mbak...” belum juga aku selesai bicara, mbak Mirna sudah memotongnya,
"Jangan menolak Jon. Di rumah ini cuma ada aku sama Mbak Minah jadi kamu jangan grogi dan malu2 gitu. Nyantai aja. Sana gih buruan mandi biar gak masuk angin. Setelah itu kita makan...” jelas mbak Mirna.

Aku gak bisa menolak dan menuruti perintah mbak Mirna. Dari kamar mandi aku mendengar mbak Mirna menyuruh mbak Minah untuk menyiapkan makan.

"Mbak Minah siapkan makan. Setelah itu mbak boleh istirahat di belakang. Jangan masuk ruang utama kalau tidak aku panggil...!!!" perintah mbak Mirna.

Sementara aku mandi, Mbak Mirna mengganti pakaiannya. Setelah selesai berganti pakaian, Mbak Mirna duduk di ruang makan menanti aku selesai mandi. Tidak lama kemudian aku muncul dengan berbalut handuk sambil membawa pakaian basahku dengan ditemani Minah. Ketika berpapasan dengan Mbak Mirna di ruang makan, baik aku maupun Mbak Mirna sama2 saling pandang dan terdiam.

Aku kaget dengan baju yang dikenakan Mbak Mirna. Mbak Mirna telah mengganti bajunya dengan kaos longgar yang tipis sehingga kedua susunya yang besar itu tercetak dengan jelas dan karena kedua susu tersebut tidak dibungkus dengan BH maka kedua pentil susunya terlihat jelas dari balik kaos Mbak Mirna. Karena belahan leher kaos Mbak Mirna yang rendah dan longgar, maka pangkal susu Mbak Mirna dapat terlihat dengan jelas olehku. Rok yang dikenakan oleh Mbak Mirnapun telah diganti dengan celana pendek model hot pant yang super pendek dan super ketat. Jantungku berdegup semakin kencang ketika pandanganku tertuju pada sepasang paha Mbak Mirna yang mulus dan selangkangan Mbak Mirna yang tampak menonjol.

Sementara Mbak Mirnapun sepertinya kagum dengan bentuk tubuhkui yang sangat bagus. Dadaku yang bidang dihiasi bulu2 dada yang menawan. Otot2 perutku tampak kencang. Begitu pula dengan kedua otot lenganku yang kekar. Bentuk tubuhku ini karena aku rajin berolahraga dan fitness.

Dengan sedikit gugup Mbak Mirnapun berkata, "Berikan aja pakaian basahmu sama Mbak Minah, biar dicuci. Toh besok kamu bisa mampir untuk mengambilnya!" ujarnya

"Jadi ngrepoti nih MBak." Kataku
"Gak apa2 Jon. Aku gak merasa direpoti kok.”

Kemudian aku menyerahkan pakaian basahnya ke Minah sambil berjalan menuju ke kamar tidur yang ditunjukkan oleh Minah untuk berganti pakaian. Setelah berpakaian, segera aku keluar dari kamar dan menuju ke ruang makan dimana Mbak Mirna telah menunggguku.

“Ayo Jon kita makan dulu. Semoga aja kamu suka dengan maknanannya" ajak Mbak Mirna begitu melihat aku telah ada diruang makan.

Kembali aku tertegun sejenak, melihat bongkahan susu Mbak Mirna yang mengintip dari balik kaosnya.

"Nyantai aja kali. Gak usah tegang gitu kayak lihat hantu saja" ledek Mbak Mirna.
"Makasih Mbak. Mbak baik banget," puji Joni.
“Biasa aja kali...... " ujar Mbak Mirna sambil berjongkok mengambil serbet yang jatuh. Ketika Mbak Mbak Mirna berjongkok otomatis aku dapat melihat dengan lebih jelas dua bongkah susu putih yang besar tanpa BH milik Mbak Mirna.

Wajah Mbak Mirna memang cantik. Kulitnya putih. Meskipun agak gemuk namun hal itu menambah kesintalan tubuhnya sehingga bentuk tubuhnya makin mempesona. Entah mengapa aku merasa betah berada dirumah Mbak Mirna. Jantungku berdetak semakin kencang. Aku semakin penasaran ingin melihat lebih detail lagi setiap lekuk tubuh Mbak Mirna. Aku membayangkan alangkah nikmatnya jika aku dapat menikmatii tubuh montok wanita didepannya tersebut. Rasanya dia ingin membuka celana pendek Mbak Mirna untuk dapat melihat secara langsung bagian selangkangan itu dan juga kaos Mbak Mirna sehingga dapat melihat kedua susu montok Mbak Mirna tanpa penghalang.

Aku jadi terbayang tubuh montok Sinta pacarku. Bentuk tubuh Sinta tidak jauh beda dengan tubuh Mbak Mirna. Sehingga saat melihat keindahan tubuh Mbak Mirna dengan pakaian seperti itu, ingatanku melayang membayangkan tubuh Sinta. Selama berpacaran dengan Sinta, aku baru sekali melihat keindahan tubuh Sinta. Saat itu tanpa sengaja aku melihat keindahan tubuh Sinta yang terbalut baju renang karena saat itu secara kebetulan memang Sinta habis berenang di kolam renang yang ada di rumahnya. Begitu melihat kehadiranku, dengan serta merta Sinta langsung meraih handuk dan membungkus tubuhnya dan bergegas pergi menuju ruang ganti. Setelah mengganti baju renang dengan baju panjang dan longgar yang tidak menampakkan lekuk2 keindahan tubuhnya, Sinta baru menemuiku.

Selama pacaran dengan Sinta, aku memang belum pernah melakukan ML. Paling hanya berciuman dan paling jauh sebatas raba meraba. Terkadang aku pingin lebih dari itu, apalagi jika mendengar cerita teman2ku saat mereka berpacaran. Hampir semua teman dekatku telah merasakan nikmatnya menyetubuhi pacar masing2. Namun begitu karena kebaikan Sinta yang selama ini dia berikan padaku, sampai saat ini aku masih sangat mencitai Sinta, walau aku tahu bahwa aku belum dapat menikmati apa yang selama ini dinikmati teman2ku. Suatu saat nanti pasti diriku akan merasakannya juga. Karena alasan itu pulalah, sambil menikamati makananku, sesekali mataku memandang tubuh indah Mbak Mirna. Aku tidak ingin me-nyia2kan pemandangan indah dihadapanku tersebut.

POV Mirna

Selesai makan, aku dan Joni berpindah ke ruang tengah. Aku mencoba mencairkan suasana dengan bertanya pada Joni.

"Kuliah di xxxxxx, ambil jurusan apa? Tingkat berapa sekarang?" tanyaku.
"Teknik Mesin, sekarang tinggal nyusun skripsi, Mbak." Jawab Joni.
“Wah hebat juga kamu Jon.” pujiku.
“Suka rokok? Ambil saja kalau mau" kataku sambil menyodorkan sebungkus rokok. Saat itu aku dapat melihat kalau dari tadi pandangan Joni tidak lepas dari dadaku. Dia terus memandangi keindahan susuku.
"Hei, hei, kenapa melihatnya kemari,” godaku pada Joni sambil menunjuk ke dadaku.
“Rokoknya disini" lanjutku sambil menunjuk sebungkus rokok di atas meja.
"Oh! Maaf ......... Makasih Mbak saya tidak merokok.” Jawab Joni sedikit gugup ketika ketahuan olehku kalau dia sedang memperhatikan susuku.
"Apa yang kamu lihat, Jon?" Tanyaku dengan nada menggoda.
"Ah engggak, Mbak" jawab Joni
"Kamu punya pacar, Jon?" kembali aku bertanya.

Joni tidak menjawab. Kemudian sambil menyalakan rokok aku menggeser dudukku sehingga tepat di depan Joni. Posisi dudukku sengaja mengangkang sehingga aku yakin kalau sekarang Joni dapat melihat dengan jelas belahan yang ada diselangkanganku. Dan karena hot pant yang aku pakai dari bahan yang agak tipis, maka Jonipun dengan jelas dapat melihat bayangan hitam di selangkanganku dari balik hot pant yang aku pakai. Aku yakin saat ini Joni pasti tahu kalau aku tidak mengenakan CD.

Sambil menikmati rokokku, aku lihat pandangan Joni terus tertuju dibagian bawah tubuhku. Pasti dia sedang membayangkan jembutku yang sangat lebat dan mungkin dia juga membayngkan sesuatu yang lebih indah bersembunyi dibalik kerimbunan jembutku. Sesekali dia menatap ke pahaku yang putih dan mulus. Sepertinya Joni sedang mengagumi keindahan setiap bagian yang ada di tubuhku.

Sedang asyik2nya menikmati pemandangan didepan matanya, aku coba ngobrol lagi dengan Joni.

"Ngobrol dong." kataku dengan nada menggoda. Aku tahu bahwa Joni masih asyik menikmati keindahan tubuhku. Melihat keindahan tubuhku yang ada di depan matanya, mulut Joni sampai gak bisa berkata2. Tampak wajahnya memerah menahan gejolak nafsu di dalam dirinya. Melihat hal tersebut, akupun jadi terbawa nafsu. Tiba2 timbul ideku untuk mengerjai Joni.

"Kamu kenapa, Jon? Sakit ya?" tanyaku.
“Jangan2 kamu masuk angin. Minum obat ya?" sambungku

Belum sempat Joni menjawab pertayaanku, aku sudah menghilang meninggalkannya dan sebentar kemudian aku kembali dengan mambawa sebutir pil dan segelas air putih. Kemudian kuberikan pada Joni.

“Nih obatnya. Ayo diminum...!!!” perintahku. Pil tersebut sebenarnya bukan obat masuk angin atau flu tapi obat perangsang. Pil tersebut sengaja kuberikan pada Joni karena aku tahu bahwa sebenarnya Joni lagi terangsang melihat diriku sehingga aku memberinya obat perangsang tersebut agar nafsu birahinya semakin tinggi.

Akibat memandangi keindahan tubuhku, seperti orang yang terkena hipnotis, Joni hanya menurut saat aku memberinya obat untuk diminum, dan diapun meminum obat tersebut.

Setelah minum obat yang aku berikan, beberapa menit kemudian aku melihat reaksi obat tersebut dalam tubuh Joni. Dia semakin gelisah. Dahinya berkeringat. Mengetahui kondisi Joni tersebut aku tampak tersenyum. Aku bangkit dari tempat dudukku semula dan kini aku telah duduk disamping Joni.

"Bagaimana Jon, agak baikkan?" tanyaku sambil me-mijit2 kepala Joni.
"Sebenarnya aku tidak sakit, Mbak. Tapi setelah minum obat yang mbak berikan, aku jadi seperti ini" Jawab Joni dengan suara agak parau menahan gejolak nafsunya yang semakin menggelegak.
"Emang kenapa, Jon?" Tanyaku pura2 tidak tahu. Padahal dalam hati aku bersorak kegirangan karena sebentar lagi aku bakal merasakan kenikmatan yang telah lama hilang dariku sejak tunanganku meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat terbang.

Gejolak birahi Joni sudah tidak dapat dikendalikan lagi apalagi setelah minum obat yang yang aku berikan. Joni semakin nekat, lalu dengan sekejap dia telah berhasil memuluk erat tubuh montokku lalu bibirnya menyergap bibir indahku.

Mendapat perlakukan seperti itu aku bukannya berontak menolak tetapi aku bahkan membalas lumatan bibir Joni yang liar tersebut. Dari cara Joni mencium bibirku, aku tahu bahwa ternyata Joni belum berpengalaman dalam bercinta, tapi justru itu membuatku semakin senang. Berarti sebentar lagi diriku akan mendapatkan perjakanya Joni. Hal itu membuat diriku semakin bernafsu untuk dapat melampiaskan hasrat birahiku yang lama terpendam.

"Ah Jon, Kamu nakal!!!! teriakku dengan suara manja sambil melepaskan pagutan bibir Joni.
"Habis Mbak sih bikin Joni gak kuat nahan nafsu." balas Joni.
"Itu namanya kamu lelaki normal." Jelasku
"Mbak, Joni pingin... " Kata Joni ragu2.
"Pingin apa Jon, ngomong aja. Kamu terangsang lihat tubuh Mbak, terus kamu pingin ngentoti Mbak???” kataku to the point.
"Bener Mbak? Tapi terus terang aku belum pernah melakukannya." kata Joni lagi.
"Sekarang lakukan apa yang ingin kamu lakukan. Dengan senang hati Mbak akan melayanimu. Sebenarnya dari tadi Mbak juga sudah kepingin..." jelasku.

Mendengar jawaban dariku tersebut membuat Joni semakin bernafsu. Dipeluknya tubuhku lebih erat lagi. Pelukannya kali ini tidak ragu2 lagi. Ciumannyapun mulai lembut dan makin terarah. Merasakan hal itu, aku mencoba sejenak melepaskan pagutan bibir Joni.

"Jon, kamu bohong sama Mbak ya??? Kamu sudah sering meniduri pacar kamu, ya kan???" tuduhku
"Sungguh Mbak, Joni belum pernah ML!!!" jawab Joni bersemangat, “Boro2 ML, ciuman seperti sekarang aja kadang2, Mbak.....” lanjutnya
“Kacihan deh loe...” ledekku
“Nah sekarang bersiaplah. Sebentar lagi kamu akan merasakan kenikmatan surga dunia. Mbak akan memberikan pengalaman yang seumur hidup gak akan kamu lupakan” lanjutku sambil tanganku me-ngelus2 bagian selangkangan Joni yang semakin menggembung.

Merasakan besarnya tonjolan diselangkangan Joni, aku jadi semakin bernafsu. Dengan cekatan aku mulai membuka satu persatu pakaian yang dikenakan Joni. Dan dalam waktu singkat kini Joni hanya tinggal memakai celana boxer yang menutupi tubuh bagian bawahnya. Dan karena Joni tidak mengenakan CD maka begitu tanganku masuk kedalam celana boxer Joni, aku dapat langsung menyentuh kontol Joni yang sudah ngaceng.

"Gila...!!! Kontol kamu gede banget...!!!” teriakku ketika tanganku menyentuh kontol Joni. Penasaran aku tarik celana boxer Joni tersebut hingga melorot ke ujung kakinya, kontolnya yang gede dan panjang itu langsung mengacung bagai pentungan hansip.

“Wow, Jon. Ternyata dugaanku tidak salah. Saat melihat kekekaran tubuhmu waktu sehabis mandi tadi, Mbak sudah membayangkan bahwa kamu pasti memiliki kontol yang super... dan ternyata memang benar2 kontol yang super. Udah gede panjang lagi..." jelasku.

Joni merasakan kenikmatan pada kontolnya ketika dengan lahapnya aku mengulum kontolnya. Bibirku yang merah dan seksi itu ber-putar2 dan meng-isap2 kontol Joni. Joni menggeliat2 menahan nikmat yang luar biasa.

"Uuuuhhh... nikmat Mbak... Ouuhhh...... ssshhhhh..... aaahhhhh.... eenaakk sekali sshhhh... aaahhhh..." Karena Joni belum pernah dioral seperti itu maka dia terus mengerang merasakan kenikmatan yang baru pertamakali ini dia rasakan. Sementara aku terus mengisap dan melumat kontol Joni dengan lahapnya. Kontol Joni makin mengeras dan ber-denyut2. Aku tahu bahwa sebentar lagi Joni akan menyemprotkan pejunya. Maka akupun semakin lahap melumat, mengisap dan mejilat seluruh batang kontol Joni hingga beberapa detik kemudian dia tak mampu lagi menahan kenikmatan yang dirasakannya.

“Aaaaahhh... Mbaaakkk... aaakkkuuuuu... keluuuaaaaarrr...!!! Aaaaahhh...!!!” teriak Joni.

Crot... croott... crooottt... kontol Joni berdenyut2 dan memuncratkan cairan pejunya.

Tanpa melepaskan kontol Joni dari mulutku, aku melahap cairan peju yang baru saja keluar dari kontol Joni. Setelah peju itu tidak keluar lagi dari kontol Joni, aku baru melepaskan kulumanku pada kontol Joni tersebut.

“Hmmmm... Sekarang Mbak baru percaya bahwa kamu emang jarang dan mungkin belum pernah ngentot dengan perempuan,” kataku yang dengan tidak malu2 lagi sekarang aku mulai berkata dengan vulgar.

"Peju kamu gurih dan wangi baunya...." lanjutku sambil terus menjilati batang kontol Joni. Sesekali biji pelir Joni tidak luput dari jilatan dan isapan lidah dan mulutku. Karena aku terus menjilatinya maka batang kontol Joni mulai ngaceng lagi.

"Nah mulai bangun lagi tuh,” kataku sambil melepaskan jilatanku pada kontol Joni dan bangkit berdiri. Sebenarnya aku berdiri untuk mengajak Joni ke kamarku untuk menuntaskan birahiku yang semakin memuncak, namun ternyata begitu aku bangkit, dengan penuh nafsu Joni langsung memagut bibirku dan berusaha membuka seluruh pakaian yang aku kenakan sehingga tubuhku kini sudah dalam keadaan telanjang bulat. Sejenak aku melepaskan ciuman Joni,

POV Joni

“Kita pindah ke kamarku aja yuk biar lebih leluasa...???” ajak Mbak Mirna lalu menarik tanganku menuju ke kamarnya dan begitu sampai di kamar, Mbak Mirna langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Tanpa disuruh, secara insting aku naik ke atas tubuhnya yang dalam posisi mengangkang. Kutenggelamkan wajahku diantara kedua susu Mbak Mirna yang bulat, besar dan montok itu. Mulutku mulai mengenyot dan menjilati kedua susu Mbak Mirna secara bergantian sehingga lama2 pentilnya makin tegak dan mengeras.

“Ohhh... Jon... terus Jon... sedot yang kuat susu Mbak, Jon...” rintih Mbak Mirna sambil menggigit bibir bawahnya dan memintaku untuk terus mengisap kedua susunya. Matanya merem melek menikmati jilatan dan isapan lidahku di susunya.

Sementara tangan kananku memegang susu Mbak Mirna sambil terus menjilati dan menyedot2 pentil susu Mbak Mirna, tangan kiriku menempel di selangkangan Mbak Mirna tepat di atas bukit nonoknya. Terasa olehku tangan kiriku menyentuh bagian yang lembut dan lembab yang ditutupi dengan rimbunnya bulu2 jembut yang tebal dan hitam. Ada cairan lengket tersentuh oleh ujung jariku saat aku mulai membelah bibir nonok Mbak Mirna dan memasukkan ujung jariku kedalam celah hangat tersebut. Penasaran aku mencoba mencium cairan tersebut dan tercium olehku bau yang belum pernah aku cium sebelumnya. Mungkin itu adalah bau kas nonok perempuan. Bau tersebut semakin menambah nafsu birahiku.

Aku semakin bernafsu menjilati kedua susu Mbak Mirna. Bibirku mengulum pentil Mbak Mirna dengan lembut dan menjilatinya dengan lidahku sambil jari2 tanganku mengobel dan merojok nonoknya. Aku dapat merasakan nonok Mbak Mirna yang semakin lama semakin basah akibat cairan birahinya yang terus keluar. Mbak Mirna memejamkan matanya meresapi kenikmatan yang diperolehnya.

Perlahan, jilatan lidahku merambat turun dari dada Mbak Mirna. Kini jilatan lidahku mulai menjilati daerah sekitar puser Mbak Mirna, kemudian jilatanku semakin turun sehingga kini mulutku tepat di depan nonok Mbak Mirna.

Perlahan aku merentangkan kedua paha Mbak Mirna lebar2, supaya aku dapat melihat dengan jelas nonok Mbak Mirna. Sekarang nonok Mbak Mirna hanya berjarak sekitar 10 cm di depan wajahku, maka aku semakin jelas dapat melihat nonok Mbak Mirna. Aku perhatikan dengan seksama nonok tersebut, "Ooo, ini toh yang namanya nonok itu, begini toh bentuknya...!" kataku dalam hati.

Tampak jelas bibir luar nonok Mbak Mirna yang berwarna kemerahan. Bibir nonoknya terlihat terbuka sehingga memperlihatkan bibir bagian dalam dan liang nonoknya. Sementara di bagian sudut atas bibir nonoknya tersebut ada seonggok daging berwarna merah muda menonjol keluar. Aku menduga itu pasti itil Mbak Mirna.

**********
Bagian 1: Kenikmatan Pertama (2)
 
Terakhir diubah:
Bagian 1: Kenikmatan Pertama (2)


POV Mirna

Beberapa lama Joni tampak terpana memperhatikan semua pemandangan luar biasa yang mungkin baru kali ini dia lihat dalam hidupku secara nyata. Sementara nafsuku sudah gak mau diajak kompromi lagi akhirnya dengan gemas aku getok kepala Joni.

"Aduuhh...!" Joni menjerit kecil dan kaget ketika tanganku menjitak kepalanya.
"Kamu ngeliatin apa sih... Jon...?" tanyaku manja. Aku tahu kalau Joni lagi memperhatikan nonokku yang dihiasi bulu2 jembut yang hitam lebat tersebut. Aku bisa merasakan hembusan nafas Joni yang terasa panas menandakan nafsu birahinya yang semakin tinggi.
"Kok cuma dilihatin aja...?" kembali aku bertanya, membuat Joni sedikit kikuk.
"Eehh... ohh... nggak, habis baru pertama kalinya aku melihat nonok perempuan secara nyata, Mbak. Nonoknya bagus... Mbak!" jawab Joni dengan polos.

"Ah masa sih...?" sahutku. Aku semakin tidak sabar menunggu aksi dari Joni lebih lanjut. Seperti aku harus memancing gairahnya biar dia tambah bernafsu. Aku sengaja mengusap2 itilku dengan jari2ku. Dengan kedua jari tanganku, itilku kupencet sedemikian rupa hingga itilku tersebut tambah mencuat keluar. Namun akibat rangsangan pada itilku tersebut, nonokku semakin banjir oleh cairan birahiku.

"Masa sih nonok Mbak bagus, Jon? Bagus apanya...? Kalau bagus kok cuma diliatin aja?" Sambungku sambil jari2 tanganku masih bermain2 di itilku.

Karena Joni gak kunjung juga melakukan aksinya di nonokku, perlahan aku pegang kepalanya dengan kedua tanganku dan kugerakkan wajahnya semakin dekat dengan nonokku. Sambil menggoyang2kan pantatku, aku sodorkan nonokku agar dimainkan oleh mulut dan bibir Joni. Sekarang jarak nonokku dengan wajah Joni semakin dekat sehingga aroma khas bau nonokku tercium hidung Joni. Sebuah aroma dan bau yang aku yakin baru kali ini dia rasakan. Kulihat ke bawah, Joni memejamkan matanya sambil menghirup aroma yang tercium oleh hidungnya. Membuatku semakin gemas saja.

"Iiihhh..., kamu tuh ngapain sih, Jon? Tadi cuma ngeliatin nonokku aja, sekarang cuma menciumi baunya aja...!" suaraku dengan wajah cemberut, yang sontak membuyarkan lamunannya. Namun Joni malah tersenyum melihatku.
"Eh maaf, Mbak. Habis baru pertamakali aku mencium bau yang seperti ini. Beneran lho Mbak. Nonok Mbak wangi... banget...!" lagi2 dengan polosnya Joni menjawab pertanyaanku.

Sementara itu cairan birahiku terus keluar dari dalam nonokku mebasahi bibir nonokku sehingga bibir nonokku semakin mengkilat dan kurasakan bulu2 jembutkupun sudah basah kuyup. Cairan birahi itu semakin banyak keluar sejalan dengan semakin memuncaknya nafsu birahiku. Rasanya aku semakin tidak tahan untuk segera menikmati kontol Joni memasuki liang nonokku. Sehingga saat Joni hendak menjilati nonokku, aku tarik kepalanya agar naik kembali ke atas dan begitu wajahnya telah sejajar dengan wajahku, aku langsung melumat bibirnya dan sebentar kemudian melepaskannya kembali.

“Oughhh.... Joooonnn.... Sssshh... aagchhhh... sekarang mmaasuukkiin....... kontolmu... Jooonnn... ooughhh... Mbaaakkk... tidak taahan lagi... ceepaat... Jooonnn... Mbaaakk... ingin merasakan kontolmuuu...yang besaaarr itu... Mainin nonoknya ntar aja masih banyak waktu.” aku mengerang menyuruh Joni untuk segera memasukkan kontolnya kedalam liang nonokku.

“Ayo sayang masukkin kontolmu kedalam liang nonok Mbak. Nonok Mbak dah gatel pingin digaruk sama kontol besarmu...!!!” akibat nafsu yang telah menguasaiku tanpa malu lagi aku merengek meminta Joni segera memasukkan kontolnya kedlam liang nonokku. Aku sudah tidak sabar untuk segera merasakan nonokku disodok oleh kontol lelaki.

Semenjak tunanganku meninggal, sudah satu tahun lebih aku tidak merasakan nonokku dimasuki oleh kontol lelaki. Dulu hampir setiap ada kesempatan aku dan tunanganku selalu memuaskan nafsu birahi kami. Dimana saja kapan saja asal ada kesempatan kami selalu berpacu dalam birahi. Kini entah mengapa nafsu itu kembali berkobar saat aku bertemu dengan Joni. Kini aku telah benar2 menginginkannya. Aku pingin merasakan nonokku kembali disodok oleh kontol lelaki. Dan kini telah ada kontol lelaki yang telah siap memasuki nonoknya. Ya kontol itu adalah milik Joni. Kontol Joni lebih segalanya dibandingkan dengan kontol tunangannya. Dan itu yang membuatku ingin segera merasakannya.

Aku lihat Joni bingung tidak tahu harus mulai dari mana, sementara nonokku sudah sangat gatel ingin digaruk oleh kontolnya, ingin agar kontol besar itu ngentotin nonokku, maka tanganku kemudian meraih batang kontol Joni yang panjang dan besar itu kemudian mengarahkannya hingga posisinya tepat berada di atas belahan nonokku.

Dada Joni tampak berdegup kencang. Aku tahu ini adalah pertama kali dalam hidupnya merasakan bagaimana rasanya bersenggama dengan seorang wanita. Melihat hal itu, aku mencoba membuatnya rileks.

"Jon.., kok kamu tegang sih..? Santai saja, Mbak tahu kamu baru pertama kali ngentot dengan perempuan, nikmati saja." kataku. Dengan perlahan tanganku membimbing batang kontol Joni agar posisinya tepat sehingga batang kontolnya dapat menembus kedalam liang nonokku. Pinggulku sedikit kugoyangkan sehingga posisi ujung kepala kontol Joni tepat dalam jepitan bibir nonokku.

POV Joni

“Sekarang kamu turunkan pantatmu pelan2” perintah Mbak Mirna.

Pelan2, aku kemudian menekan pantatku ke bawah.

Sleeep............

Ujung kontolku mulai membelah celah yang lembab dan hangat. Aku memejamkan mata merasakan geli bercampur ngilu, menikmati gesekan kulit kepala kontolku dengan bibir nonok Mbak Mirna.

“Tekan lagi Jon...” Mbak Mirna memberi komando padaku.

Bless... sleep... bleess... sleppp... bleess.... sleeeppp.....

Aku menurunkan pinggulku, terasa batang kontolku perlahan menerobos masuk ke dalam liang nonok Mbak Mirna. Sedikit demi sedikit batang kontolku masuk lebih dalam lagi kedalam liang nonok Mbak Mirna seiring dengan dorongan pantatku.

"Oouhhh... Mbaakk...!" hanya itu rintihan yang sanggup keluar dari mulutku merasakan berjuta kenikmatan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Terasa begitu lembut dan hangat bibir dan dinding liang nonok Mbak Mirna tersebut menjepit dengan erat seluruh batang kontolku.

"Oouuuhhhh... gimana sayaaangg... Enaakkan... Aahhh... ssttt... aduuhhh.. gilaa...! Kontol kamu... sssstttt... Oouugghh... Kontol kamu gede banget... sayang. Liang nonokku terasa penuh terisi batang kontolmu, Edaann...! Aaaaahhhh... Jooooonnn..." Mbak Mirna mulai merintih merasakan nikmat pada nonoknya yang sedang terisi oleh kontol besarku.

"Aahh... Mbakkk...! sssssttttt.... Oooohhhh.... benar kata orang ngentot itu... sssssstttttttt... nikmat sekaliiiiii...!" desahku

“Ssshhh.... aaaaghhhh... Joon... kontolmu.... sssshhhh.... Eenaakk Joonn... puaskan aku dengan kontolmu yag besar itu.... ssshhhh... ooooohhhhh....” desis Mbak Mirna.

Mata Mbak Mirna merem melek ketika aku mulai menaik-turunkan pantatku sehingga kontolku keluar masuk liang nonoknya. Mbak Mirna begitu menikmati enjotan kontolku yang super besar tersebut.

Melihat Mbak Mirna mulai menikmati enjotanku, aku mencoba mempraktekan apa yang selama ini sering aku lihat dari film2 bokep. Aku mulai melumat bibir Mbak Mirna, kemudian menjilati leher, telinga dan akhirnya mulutku mengisap2 kedua susunya bergantian. Akibat aksiku tersebut membuat desahan Mbak Mirna semakin menjadi.

“Ouuhhh...... ssshhhhh..... aaahhhhh.... Joonniiiii..... kon tooolllmuuuu... eenaakk sekali sshhhh... aaahhhh...” Mbak Mirna mendesah keenakan menikmati entotanku.

“Hmmhhhh..... slrrppp..... hmmmm.... slrrrppp... nonok Mbak juga eenaaakkk... oohhhh.... sslrrpppp.... seempiitt sekali... ooohhhh.... slllrrpppp.....” aku melenguh keenakan merasakan nonok Mbak Mirna yang sangat ketat menjepit batang kontolku sambil mulutku mengisap2 susu Mbak Mirna.

Setiap aku menggerakkan kontolku, aku merasakan otot2 yang melingkar di liang nonok Mbak Mirna bagai memijit2 dan meremas2 batang kontolku. Makin cepat gerakan kontolku, liang nonok Mbak Mirna semakin kuat memijit dan meremas batang kontolku. Kontolku terasa diremas2 dan dipijit2 di dalam nonok Mbak Mirna. Aku merasakan tubuhku dijalari oleh rasa nikmat yang tiada tara. Sementara Mbak Mirna juga tak henti2nya merintih dan mendesah.

“Ouughhh... Joonn... teeruusss... ssooddokkk nonokkuuuu... dengaaannn kooon toooolmu... aaaggghhhh....” Mbak Mirna mengerang menikmati sodokan kontolku di liang nonoknya.
“Hhhhmmmm... aaaaghhh... nonok Mbaaak... benaaarr-benaar... sseeemmpitt enaaakkk... oouughhh ... jepitan nonoknya terasa banget di koon tooolllkuuu... sssstttttt... aaaaahhhh...“ akupun melenguh keenakan merasakan jepitan dinding liang nonok Mbak Mirna dibatang kontolku..
“Teekkaaannn... lebih daaalllaamm... Joooon... yaaahh... begituu... ssshhhhh... oouughhh...” rintih Mbak Mirna memintaku untuk menekan lebih dalam. Kuturuti permintaan Mbak Mirna dengan menyodokkan kontolku kuat2 sehingga kontolku terbenam sampai pangkalnya.

Kami berdua sudah tidak ingat apa2 lagi selain menikmati nikmatnya persetubuhan kami yang semakin menggila. Aku semakin cepat mengeluar masukkan kontolku didalam liang nonok Mbak Mirna yang semakin basah, sementara Mbak Mirna sendiri dengan semangat menggoyangkan pantatnya mengimbangi gerakanku. Walaupun kamar tidur Mbak Mirna dilengkapi dengan AC, namun tubuh kami berdua basah bermandikan keringat akibat membaranya nafsu birahi kami berdua dan semakin panasnya persetubuhan kami.

“Aaagghhh... akuuu... sudah tidak tahan laaagiiii... ouugghhhh... Jooonnn...... aku mau keluar Joooonnn... ough enaaaaakkkk sekali kontollmuuuu..... aaaagghhhhhh..... Jooooon.... akuuu... keluaaarrrrr......... aaaaghhhhhhh!!!!!” Mbak Mirna mengerang. Mbak Mirna mencapai puncak kenikmatannya, tubuhnya mengejang saat ia mencapai puncak kenikmatannya, tangannya memelukku erat2.

Seeerrr..... sssseeerrrrr.... sssseeerrrrr........ Nonok mbak Mirna berdenyut2 mengeluarkan cairan orgasmenya. Aku merasakan batang kontolku tersiram oleh hangatnya lendir kenikmatan Mbak Mirna dan aku juga merasakan dinding nonok Mbak Mirna berkedut2 meremas2 batang kontolku. Aku diam gak bisa bergerak karena kedua kaki mbak Mirna melingkar kuat dipinggangku. Kontolku masih di dalam liang nonok Mbak Mirna.

Setelah badai orgasmenya selesai, mbak Mirna melepas pelukannya dan kedua kakinya kembali ke posisi semula, sehingga aku dapat mulai lagi menyodokkan kontolku keluar masuk nonok Mbak Mirna kembali. Gak lama kemudian aku merasakan ada sesuatu yang mendesak mencoba keluar melalui ujung kontolku.

“Oughh... aaaahhhh.... sshhhhh... aaaghhhh... Mbaaakkk.... Akkkhhuuu... juuggaaa... mmaaauuu.... Mbaaaakkk.....” akupun melenguh. Merasakan pejuku sebentar lagi akan muncrat. Aku semakin mempercepat sodokan kontolku didalam nonok Mbak Mirna.

Aku merasakan pejuhku mendesak. Kupercepat kocokan kontolku di dalam liang nonok mbak Mirna. Mbak Mirna semakin kuat mengencangkan otot2 nonoknya, agar aku cepet muncrat.

“Aaacchhhhhhh..... Mbaaaaaaakkkkk.... akuuuu.... keluaaarrrrr......!!!!” teriakku.

Crrrrrooooooooootttt... crrrrooooooottttt... crrrroooooottttt... tak kurang dari tujuh kali semprotan pejuhku. Banyak sekali pejuh yang kusemprotkan ke rahim mbak Mirna, sampai2 ia tersentak.

Kubenamkan dalam2 kon kolku, hingga terasa kepala kontolku seperti memasuki liang kedua. Ternyata kon kolku menembus mulut rahim mbak Mirna dan itu berarti pejuhku langsung menyemprot di dalam rahim mbak Mirna.

“Ohhh... Jooonnn... enak sayang... nikmat sayaaannggg... ohhhh...” mbak Mirna merintih lagi.
“Uggghhh... hangat sekali pejuh kamu, Jon...” ucapnya.

Kami lalu berciuman mesra dengan memainkan lidah masing2 dari cara mbak Mirna menciumku, aku bisa belajar ciuman yang dalam dan membangkitkan gairah.

“mmmmmmpppphhhhhhh... ahhhh... mpppppphhhhhhh... ohhhhhh... mpppphhhh...” erang mbak Mirna saat berciuman denganku. Kontolku masih terbenam dalam2 di liang nonok mbak Mirna dan masih terus berkedut2 sehingga menimbulkan rasa nikmat bagi mbak Mirna. Mbak Mirna kemudian membalasnya dengan menggerakkan otot2 nonoknya untuk meremas2 kontolku dan dengan gemas tangannya menekan pantatku. Akibatnya justru denyutan kontolku semakin terasa di liang nonok mbak Mirna, sehingga diapun akhirnya mendapatkan orgasme kembali.

“Ooooohhh... Jooooonnn... aaakkuuuu... keluuuaaaaarrr... laaagggiiiiiii...!!!” mbak Mirna kembali menjerit saat mendapatkan orgasme kembali.

Seeerrrr... seeerrrrrr... seeerrrrrrr... seeerrrrrr... liang nonok mbak Mirna kembali menyemburkan lahar kenikmatannya membasahi kontolku yang masih terbenam dalam2 di liang nonoknya, aku merasakan batang kontolku menjadi hangat akibat semburan cairan dari dalam liang nonok mbak Mirna, dan kurasakan juga dinding nonok mbak Mirna berdenyut dengan kuatnya saat menyemburkan lahar kenikmatannya itu.

Mbak Mirna memelukku erat2, sementara kakinya ia kaitkan kembali dengan erat dibelakang pantatku menekan pantatku, sehingga kontolku semakin terbenam di liang nonoknya. Beberapa saat kemudian Mbak Mirna melepaskan kaitan kakinya ditubuhku tampak dari wajahnya terpancar kepuasan.

"Luar biasa Jon. Baru kali ini aku merasakan nikmat seperti ini" gumam Mbak Mirna.

Begitu kaitan kaki Mbak Mirna lepas, aku menggerakkan pantatku ke atas bermaksud hendak mencabut kontolku dari nonok Mbak Mirna. Namun justru Mbak Mirna mendekap erat tubuhku.

"Jangan dicabut dulu, Jon...!!!" pinta Mbak Mirna
"Aku masih ingin merasakan kontol besarmu didalam nonokku." lanjutnya.

Bagiku hari itu merupakan saat yang tak mungkin bisa kulupakan. Hari pertama merasakan nikmatnya bersenggama dengan perempuan. Nikmat yang selama ini hanya dapat dibayangkan dari cerita teman2nya sekarang menjadi kenyataan. Dia mengalami dan merasakan sendiri nikmatnya menggumuli tubuh perempuan seperti yang telah diceritakan oleh teman2 selama ini.

Setelah kontolku mengecil, aku pun tidak ingin tubuh mbak Mirna menahan beban tubuhku. Aku turun dari atas tubuh mbak Mirna. Lalu berbaring disamping mbak Mirna yang sedang merasakan nikmatnya persetubuhan denganku. Ada perasaan kecewa dihatiku ketika turun dari atas tubuh bugil Mbak Mirna. Rasanya sayang kalu harus melepaskan tubuh indah wanita itu.

POV Mirna

"Kenapa diam Jon?" tanyaku sambil menelusuri tubuh Joni dengan tangan kiriku. Nafas Joni masih terlihat turun naik. Degup jantungnya masih tak teratur.
"Capek Jon?" tanyaku kembali. Jani diam. Aku tersenyurn.

“Kamu hebat, Jon. Aku betul2 puas, kamu benar2 perkasa. Aku pingin terus merasakan keperkasaan kontol besarmu ini...!!!” kataku sambil tanganku terus meremas dan mengocok dengan lembut batang kontol Joni yang masih lemas setelah dua kali memuncratkan pejunya. Perlahan namun pasti kontol itu bergerak2 dan ketika aku melihat kebawah, aku berseru kegirangan: "Ngaceng lagi???!!!”

“Jon... Aku pingin lagi???" rengekku dengan manja dan genit. Aku gak ingin basa-basi. Karena akupun baru saja merasakan keperkasaannya. Dan akupun juga telah menikmati kehebatan kontol Joni tersebut.

“Mbak mau dientot lagi? Sekarang? Sampai pagipun aku akan layani. Aku juga masih ingin merasakan nikmatnya jepitan liang nonok Mbak” kata Joni sambil menggulingkan tubuhnya hingga berhadapan dengan tubuhku. Kurasakan ujung kontol Joni menyentuh kulit perutku.

"Kamu bena2 perkasa Jon!!" pujiku sambil menciumnya.

Ternyata birahi Joni naik begitu cepat. Mungkin karena dia baru saja merasakan nikmatnya persetubuhan dengan seorang perempuan sehingga nafsunya begitu menggebu2. Disamping itu juga karena pengaruh obat yang kuberikan padanya membuat kondisinya selalu fit walapun dia telah 2x mencapai puncak kenikmatan bersamaku. Nafsunya dengan cepat bangkit. Kembali didekapnya tubuhku yang montok.

Aku berusaha melepaskan dekapan Joni. Aku bangun dari posisi tidurku dan aku tarik tangan Joni agar dia juga bangun dari posisi tidurnya. Sekarang kami dalam posisi duduk berhadap2an. Wajah kami begitu berdekatan, aku dapat merasakan nafas yang keluar dari hidung Joni yang panas menerpa wajahku, lalu dengan lembut Joni mengecup perlahan bibirku.

“Ohhhh...” aku mendesah.

Joni melanjutkan aksinya dengan melumat seluruh bibirku, lidahnya mulai menerobos masuk ke dalam rongga mulutku, kemudian lidahnya menari didalam rongga mulutku. Aku membalas dengan menyentuhkan lidahku ke lidah Joni, lidah kami menari bersentuhan di dalam rongga mulutku.

Sambil tetap mencumbu biirku, tangan Joni pun mulai beraksi. Kedua tangan Joni kini pelan2 mulai turun dari leherku yang jenjang ke arah kedua susuku yang besar, bulat dan montok. Setelah kedua susuku berada dalam genggamannya Jonipun mulai meremas2 kedua susuku, yang terkadang diselingi dengan pilinan2 lembut di kedua pentilnya.

“Aaaaahh... ssshhh... oohh...” desahku merasakan nikmatnya sentuhan dan remasan tangan Joni di kedua susuku.

Aksi Joni semakin menjadi, ciumannya berpindah dari bibir ke leherku, membuatku semakin menggeliat, lalu turun kearah dadaku. Dengan lembut pentil susuku sebelah kanan dikenyotnya, lalu dilanjutkan dengan jilatan2 dipentilku tersebut dan kadang2 diisap2nya susuku. Sementara tangan kiri Joni aktif meremas dan memilin susu dan pentilku, tangan kanannya meluncur kearah selangkanganku. Dengan gerakan perlahan tapi pasti tangan kanan Joni telah berada tepat dibelahan nonokku yang sudah basah. Dengan lembut jemari Joni menggesek2 itilku. Aksi Joni pada susu dan nonokku tersebut menghasilakn efek yang luar biasa bagiku. Kombinasi aksi tersebut membuatku semakin mendesah, rintihan kenikmatan tak henti2nya meluncur dari mulutku.

“Oohh... enak... terus... kamu hebat Joon... oohh... kamu makin pintar Joooonn... sssstttt... ooooohhhh... melayang aku jadinya... puaskan aku lagi, Jon... oooohhhh...” rintihku.

Kemudian Joni turun dari tempat tidur lalu jongkok dipinggir tempat tidur. Dia tarik pantatku hingga posisi pantatku kini tepat berada dipinggiran tempat tidur sehingga belahan nonokku kini tepat berada di depan muka Joni. Sekali lagi ditariknya pantatku lebih maju dan diletakkannya kedua kakiku di atas pundaknya. Dengan posisi seperti itu, kini Joni akan dapat dengan mudah dan leluasa meekplorasi bagian selangkanganku.

Posisi wajah dan mulut Joni sedemikian dekatnya dengan bibir nonokku. Aku yakin pasti aroma bau nonokku kembali tercium olehnya. Kayaknya Joni sudah tidak sabar ingin segera merasakan dan mencicipi bagaimana rasanya menjilati nonokku yang tadi sempat tertunda.

“Ooouuhh Joooonnn...!!! Sssstttt... aduhh kamu...!!! Yaahh... gitu... sshhttt..." Aku mengerang begitu Joni mulai menjulurkan lidahnya dan dengan rakusnya menjilati bibir luar nonokku.

Belahan nonokku yang merekah basah tersebut begitu mengundang hasrat Joni untuk menyusupkan lidahnya lebih dalam lagi ke dalam nonokku. Perlahan Joni menyapu bibir nonokku bagian bawah, ada sedikit kebasahan disitu, sejenak Joni menyeruput lendir bening yang keluar dari dalam liang nonokku.

"Hhmmm... gurih mbak..." kata Joni dengan polosnya. Tampak olehku betapa dia sangat menikmatinya.
"Sluurrrppp... sluurrrp... hhhmmmm... enak juga ya Mbak..." ujar Joni sambil menikmati lendir dari nonokku tersebut.

"Ouuhh Joooon... itu baru lendir pelumas aja. Oooooohh... ssssssttttt... Kalau kamu bisa bikin aku orgasme dengan lidahmu, kamu akan menikmati lendir yang lebih banyak lagi yang keluar saat aku orgasme. Makanya kamu harus bikin aku orgasme dengan permainan lidahmu. Ooohhh... Joooon... terus Jooonn... sssttt..... ooouuuggghhh..." kataku sambil merintih manja dan sesekali mendesah menikmati jilatan Joni pada nonokku.

Aku membuka pahaku semakin lebar dan dengan jari2 tanganku aku berusaha menguakkan belahan nonokku lebar2 agar lidah dan mulut Joni dapat bergerak lebih leluasa di belahan nonokku. Ternyata usahaku tidak sia2, kini lidah Joni dapat menyusup lebih dalam lagi diantara belahan bibir nonokku.

"Oouuhhhhhhh... sssttt... yah begitu sayanggg... terus... masukkan lidahmu lebih dalam!!! Yaahhh... teruusss... oouugghhh..." eranganku menikmati sentuhan lidah Joni.
”Aaaaaah... Jooooonnn... jilat terus memekku... Iya jilat yang itu, Jon. Jilat itilku. Aaaaahhh...” Aku semakin merintih2 nikmat saat jilatan lidah Joni mengenai itilku sudah semakin membersar dan keras hingga mencuat keluar.

Saat lidah Joni mulai menyentuh itilku yang sudah semakin keras tersebut, rintihanku semakin keras.

"Oouuggghh... Joonnn... yahhh... teruss... yang lembut sayanggg... Oooohhh... ssssttttt... oooohhhhh... edann... Enak banget...! Aduuhhh... sssttttt... kamu ternyata... uuufff... mulai pintar juga... ssssttttt..." aku terus mendesah dan merintih menikmati cumbuan Joni.

POV Joni

Sebenarnya aku melakukan hal tersebut tidak lebih karena dorongan instingku dan juga mempraktekkan apa yang selama ini kulihat dari video bokep serta semua yang kudengar dari cerita teman2ku tentang bagaimana cara melakukan oral sex pada nonok perempuan.

Aku merasakan lendir yang keluar dari liang nonok Mbak Mirna semakin banyak.

“Hhhhmmmm...! Ternyata nikmat juga rasa lendir nonok wanita itu.” Ujarku dalam hati. Aroma khas nonok Mbak Mirna semakin tajam menusuk hidungku seiring semakin banyaknya lendir yang keluar membanjiri nonoknya, membuatku semakin bernafsu menjilati setiap bagian di nonok Mbak Mirna, terutama itilnya yang berwarna merah muda tersebut. Lidahku terus menjilati itil Mbak Mirna dengan dengan irama yang teratur, baik ke samping maupun ke atas dan ke bawah.

"Adduuuhhh... Jooonnn... sssssttttt... yaaahhhh teruusss... jilat itilku Joooon... aduuuuuuhh.... nikmat sekali...! Sssssttttt... ooooohhhhh... kayaknya aku mau sampai nih...! Terusss... Jooooon, itilku Jon itilku..... sssssttt... oooohhhh!!!" Rintihan Mbak Mirna terdengar semakin keras, dan sekarang dia menjerit2 begitu aku dengan gemas mulai mengulum dan mengemut itilnya layaknya mengemut sebuah permen.

Aku masih terus mengulum dan mngemut itil Mbak Mirna dengan gemas bercampur nafsu. Kontan tubuh Mbak Mirna kelojotan, menggelinjang hebat merasakan nikmat yang amat sangat. Ternyata itil merupakan bagian yang paling sensitif bagi Mbak Mirna. Pusat kenikmatannya terletak pada itilnya. Bongkahan pantat Mbak Mirna sekarang semakin diangkat ke atas menyambut setiap jilatan dan kuluman lidahku pada itilnya. Mbak Mirna menekan kepalaku kuat2 sehingga kepalaku otomatis tenggelam di jepitan kedua pangkal pahanya. Posisi demikian membuatku sulit bernafas, apalagi mulutku masih terus mengulum dengan buasnya itil Mbak Mirna yang sepertinya terasa semakin besar dan keras.

Kedua tangan Mbak Mirna telah lepas dari kepalaku. Dari sela2 bulu jembut Mbak Mirna, aku dapat melihat kini kedua tangan Mbak Mirna meremas2 kedua susunya. Sepertinya Mbak Mirna berusaha menambah rangsangan terhadap dirinya. Kepala Mbak Mirna mendongak ke atas dan kedua bola matanya terpejam merasakan nikmat yang luar biasa.

"Aaaaahhhh... Joooonnn... ooouukkhhh... sssstthhh... Ampun eeenaak baaangeeeet...! Adduuuhh... yyaaahhh... sedikit lagi... yahhh... uufff... kkhh... kk...ka... kamu ingin merasakan... sssstttt... ouuhhh... ingin mencicipi lendirku kaann...? Yaahhh... sedikit lagi... dikiiit lagi sayaaanggg...! Uughhh... emut terus...! Uuhhh... lebih keras lagi. Yaahhh... terus isap itilku... teruusss... emut yang kuat saying... yaahhh begitu...!" jerit dan rintihan Mbak Mirna terdengar putus2. Sementara itu mulutku terus mengisep kuat itil Mbak Mirna.

Tiba2 suara desahan dan jeritan Mbak Mirna berhenti tidak terdengar lagi, yang ada tubuh Mbak Mirna bergetar hebat dan kelojotan. Pantat dan pinggulnya bergoyang kesana kemari namun pagutan dan isepan mulutku pada itil Mbak Mirna tetap tidak aku lepaskan sehingga kepalaku ikut bergerak mengikuti gerakan liar bongkahan pantat Mbak Mirna, padahal tanganku yang tadi meremas2 bongkahan pantat Mbak Mirna sudah berusaha menahan gerakan liar tersebut. Aku tetap mempertahankan posisi mulutku mengisep dan memagut itil Mbak Mirna.

Tak lama kemudian kelojotan tubuh Mbak Mirna terhenti. Aku merasakan tubuh Mbak Mirna meregang hebat, kedua pahanya kejat2 menghimpit kuat kepalaku yang membuatku kembali sulit untuk bernafas. Namun aku rela menahan nafas hanya untuk menanti apa yang akan terjadi pada saat Mbak Mirna mencapai puncak orgasmenya. Kadang lidahku menjulur2 menggelitik liang nonok Mbak Mirna lalu kembali kujilati itilnya. Dua bibir nonoknya aku gigit2 kecil bergantian. Mbak Mirna semakin menggerinjal nikmat, pantatnya diangkat tinggi2 dan aku merasakan nonoknya berkedut2.

"Aahhh... essshttt... ituu...! Yahh... ituu...! Uuuhhh... enakkhh... enak banget...! Aahh... esshhtt... Uuhhh... ini sayangg...! Yaaahh.., ini aku keluarin cairanku ya...? Oouuuhhh... sssstttt... nikmatt sekaliiii.. Aaaaaaaahhh...!!!" teriak Mbak Mirna kencang sekali seiring dengan orgasme yang dialaminya.

Ser... seerr... seeerrr... terasa dimulutku semburan hangat cairan bening kental yang keluar dari liang nonok Mbak Mirna mengalir masuk ke dalam mulutku dan langsung kutelan. Benar seperti yang dikatakan Mbak Mirna, cairan yang dikeluarkan liang nonoknya benar2 sangat lezat, gurih dan ada sedikit rasa asin. Sungguh suatu sensasi yang baru pertama kali aku alami dan aku rasakan selama hidupku.

5 sampai 6 kali mulutku menangkap semburan cairan lendir yang membanjir keluar dari liang nonok Mbak Mirna. Saking derasnya aliran lendir itu menyembur mulutku, membuatku sampai tersedak. Semburan cairan itu semakin melemah sampai akhirnya berhenti sama sekali hanya tinggal tetesan2 saja. Walau begitu aku tetap tidak mau melewatkannya begitu saja. Dengan telaten aku masih menjilati sisa2 lendir yang keluar dari nonok Mbak Mirna tersebut.

Jepitan kedua paha Mbak Mirna di kepalaku mengendor, sehingga aku dapat mengambil nafas panjang. Aku hirup udara dalam2 karena saat kepalaku dalam jepitan kedua paha Mbak Mirna terpaksa diriku menahan nafas sampai dadaku terasa sesak. Namun pengorbanan itu sebanding dengan sensasi dahsyat yang aku dapatkan. Melalui isepan dan jilatan mulut serta lidahku disetiap bagian nonok Mbak Mirna, khayalanku selama ini menjadi kenyataan, yaitu merasakan nimatnya, lezatnya dan enaknya lendir yang keluar dari liang nonok seorang wanita.

POV Mirna

Setelah badai orgasmeku mereda, dan kejang2 tubuhku berhenti, Joni segera berdiri. Tangan kirinya merengkuh tubuhku sementara tangan kanannya memegang daguku lalu dia cium dengan lembut bibirku. Setelah itu tangan kanan Joni kemudian beranjak ke susuku dan dengan lembut mengusap2nya. Sesekali dia pilin pentilku yang sudah sangat keras tersebut. Perlakuan tambahan yang dilakukan Joni tersebut telah memberikan sensasi yang belum pernah aku alami selama ini.

Walaupun Joni belum pernah melakukan sebelumnya, ternyata dia punya bakat terpendam yaitu pandai memuaskan wanita. Itu terbukti saat dia telah memberiku orgasme yang luar biasa dahsyatnya dan dia juga tahu cara memperlakukan wanita pasca orgame, sungguh aku terbuai dibuatnya.

Akibat kecupan2 lembut bibir Joni di bibirku serta usapan lembut tangannya di susu dan pentilku, membuat gelora birahiku bergejolak kembali. Desahanku mulai terdengar kembali dari mulutku. Tangan kiriku mulai bergerak kearah selangkangan Joni lalu kuelus2 kontolnya sehingga kontolnya yang sedari tadi sudah tegang semakin keras dan membuatnya melenguh menahan nikmat. Aku ciumi dada Joni, pentil susunya tidak luput dari isepan dan jilatanku.

Jilatanku mulai turun ke bawah, kugenggam kontol Joni dengan tanganku, saking besarnya kontol Joni membuat tanganku tidak dapat menggemgam seluruh batang kontolnya. Masih ada sedikit bagian yang tidak tergenggam oleh tanganku.

Lalu akupun mulai menjilati kepala kontol Joni. Lidahku kadang2 bermain di lubang kencingnya, sambil tanganku meremas2 lembut bagian batang kontol Joni tersebut. Akibatnya tubuh Joni bergetar, lenguhannya kembali terdengar, kepalanya terdongak matanya terpejam menikmati jilatan lidahku serta remasan tanganku di kontolnya.

“Oooooohh... Mbaaaakkkk..... ssssttttt.... terus... enak jilatannya... Enak juga dientot mulut Mbaaakkk, ssssstttt... ooooohhhh.... Mbaaaakkkk......” desah Joni yang mulai berani berkata vulgar. Mulutku mulai mengulum2 kontol Joni, mulutku maju mundur dikontolnya sambil tangan kananku terus meremas2 batang kontolnya dan tangan kiriku mempermainkan biji pelirnya.

Joni semakin melenguh mendapatkan perlakuan dariku tersebut. Kedua tangannya memegang kepalaku, reflek dengan perlahan dia memaju mundurkan kepalaku mengimbangi gerakan maju mundur mulutku di kontolnya.

“Ooooohhhhh... aaargghhh... Mbaaaakkk... enak betul kulumanmu, Mbaakkkk... ssssttttt... aaaargggghhhh...” Joni mendesah.
“Terus Mbak... terus... kulum kontolku... ssssttttt... ooohhh...” kembali Joni mendesah.

Kepala Joni mendongak, mulutnya setengah terbuka dan matanya terpejam menikmati permainan mulut dan tanganku di kontol dan biji pelirnya, tubuhnya semakin bergetar. Aku tidak mau Joni mencapai puncak kenikmatannya dengan mulutku, aku ingin Joni mencapai puncak kenikmatannya dengan nonokku. Karena nonokkupun ingin kembali merasakan nikmatnya sodokan kontol Joni yang super tersebut. Maka akupun menghentikan kuluman pada kontol Joni. Aku ingin Joni tidak buru2 mencapai klimak. Aku pijat kuat2 daerah antara anus dan kemaluan Joni sehingga kontolnya yang hampir menyemburkan pejunya mendadak tidak jadi menyemburkan pejunya. Kemudian aku berdiri dan turun dari tempat tidur dan berjalan kearah meja rias yang tidak jauh dari tempat tidur. Sambil berpegangan pada tepian meja rias tersebut, aku menunggingkan pantatku.

“Ayo Jon, puaskan Mbak lagi. Entoti lagi nonok Mbak dengan kontol besarmu itu... bawa Mbak kepuncak kenikmatan lagi, ooohhh... ayo Jon...” Sambil memandang Joni melalui cermin yang ada dihadapanku, aku merengek untuk segera dientot oleh Joni sambil tanganku mengusap2 belahan nonokku yang sudah sangat basah oleh lendir birahiku itu.

Jonipun bangkit menghampiriku. Matanya menatap nanar pada bongkahan pantatku yang bahenol. Dan disela2 pantatku, liang nonokku siap menerima sodokan kontol Joni.

“Ayo sayang, berikan aku kepuasan, berikan aku kontolmu yang panjang dan besar itu. Buruan sayang masukkan kontolmu yang besar itu...,” aku terus merengek2 agar Joni segera ngentoti nonokku. Suaraku terdengar manja dan penuh nafsu birahi, menantikan kontol Joni yang besar itu menyodok liang nonokku.

Joni mulai memposisikan tubuhnya dibelakangku. Diaturnya pantatku sedemikian rupa sehingga posisi liang nonokku sejajar dengan kontolnya. Aku membantunya dengan meraih batang kontolnya dan mengarahkannya tepat di depan liang nonokku.

“Ayo!!! Masukkan Jon, jangan ragu2.” Perintahku.

Joni menekan kontolnya sesuai posisi yang aku arahkan.

“Ya, tekan Jon!!!” teriakku ketika ujung kontol Joni terasa menyentuh celah bibir nonokku.

Joni menekan pantatnya sehingga batang kontolnya mulai membelah bibir nonokku.

Sleeeppppp.......... Kepala kontol Joni terjepit diliang nonokku.

Aku yang merasakan lesakan kontol Joni di liang nonokku tersentak. Rasanya ada yang mengganjal di liang nonokku.

Perlahan tapi pasti Joni mulai menusukkan batang kontolnya menyeruak masuk liang nonokku yang masih sempit itu dan sudah lama tidak pernah dikunjungi oleh batang kontol lelaki. Sedikit demi sedikit kontol Joni mulai terbenam di dalam liang nonokku.

Bleeessss...... bleeeessss.... Bleesssss....

“Pelan2 Jon, jangan terlalu nafsu nyodoknya nonok Mbak sakit...! Kontolmu kegedean sih. Rasanya nonok Mbak penuh terisi oleh kontolmu...” kataku ketika Joni mulai menusukkan kontolnya lebih dalam lagi kedalam liang nonokku.

Dan Bleesssssssss....

Dengan sekali hentak Joni mendorong masuk semua batang kontolnya sehingga terbenam seluruhnya di dalam liang nonokku.

“Aaaagghhh... nonok Mbak terasa lebih sempit...,” Joni mengerang keenakan. Matanya terbeliak ketika kontolnya terjepit di antara dinding nonokku yang sempit. Joni merasakan nikmatnya cengkeraman liang nonokku yang ketat. Memang dalam posisi nungging, maka liang nonok wanita itu akan terasa lebih sempit. Sehingga jepitannya akan terasa lebih ketat.

“Aduh...!!! Oooghhh... Nakal kamu Jon... Aaahhh.... Ssssstttttt... aaaaghhh... Joooon...” aku menjerit lalu mengerang antara sakit dan nikmat merasakan kontol Joni memenuhi rongga nonokku.

Aku mulai merasakan enak akibat nonokku dipenuhi oleh kontol Joni. Nonokku berdenyut2, seolah meremas2 batang kontol Joni dengan lembut. Kini Joni mulai mengeluar masukkan kontolnya di liang nonokku.

Sssrtttt.... Bleeessss.... Srrttttt.... Bleeeesss.... Sssrrttt.... Bleeessss.....

“Ouughh.... eenaaakk... aaaghhh.... ssstttt... Jooonnn... enaaak... kontolmuuu... enak Jooonnn... aahhh... genjot terus nonok Mbak, Jon. Sssstttt... aaaaaahhh....” Aku mendesah keenakan.
“Sssttttt... uuughhh... nonok Mbak... terasa seempiittt... enaaakk... baaangeeeeet... aaahhhh...!!!” Joni pun mengerang kenikmatan.

“Ooohhh... Jon... terussss... genjot nonok Mbaaak... genjot yang cepaaatt Jon... yang kuaaat... aaawwww... teeruusss Jooonnn... yaaah beegitttuuu Jooonnn... makiiiinn ceppaatt... aaaghhh Jonnnn... makin kuaaatt Jooonnn.... Mbaaaakkkkk... ssstttt... oooghhhh... mmmau keluuarrrrr Jon... ooooohhhh enaaaakkkk...” aku mengerang sejadi2nya merasakan nikmatnya dientot oleh Joni.

Mendengar eranganku, Joni mempercepat keluar masuk kontolnya di dalam liang nonokku, dan saat Joni merasakan kedutan kuat dinding nonokku pada batang kontolnya, iapun lalu menekan kontolnya sekuat2nya ke dalam liang nonokku, dan

Seeerrrrrrr.... Seeerrrrr....... Seeerrrrrrr..... Seeerrrrrr...... liang nonokku akhirnya menyemburkan cairan orgasmeku kembali.

“Ooouugghhh... Jooooon.... Eeenaaaakkk..... nikkmaaattt.... hhhmmmm” Aku mengerang keenakan saat nonokku mulai menyemburkan cairan orgasmeku.

Joni mendiamkan sejenak kontolnya di dalam liang nonokku, untuk memberi kesempatan kepadaku menikmati puncak kenikmatan yang kuraih dan aku yakin Joni pasti merasakan nonokku berkedut2 dengan kuat seiring dengan menyemburnya cairan orgasmeku.

Terlihat nafasku masih memburu, mataku terpejam, mulutku menyunggingkan senyuman kepuasan. Sudah ke-3 kalinya aku mencapai puncak orgasmeku dan merasakan kenikmatan bersetubuh.

Setelah nafasku mereda, pelan2 Joni mulai kembali memajumundurkan kontolnya di liang nonokku. Aku pun melenguh merasakan gesekan batang kontolnya di dinding nonokku, mukanya semakin memerah saat kedua tangan Joni mulai menggerayangi kedua susuku dan meremas2nya sambil tetap menggenjot kontolnya keluar masuk liang nonokku dengan perlahan. Erangankupun kembali terdengar, nafsu birahiku perlahan mulai menyala kembali.

*****************

Bagian 1: Kenikmatan Pertama (3)
 
Terakhir diubah:
Bagian 1: Kenikmatan Pertama (3)

POV Joni

Irama genjotanku yang pelan tapi teratur, membuat Mbak Mirna merem melek menikmati sensasi gesekan kontolku di dinding nonoknya. kedua Mbak Mirna merasakan kenikmatan yang amat sangat, saat tanganku meremas kedua susunya dan jariku memilin pentilnya yang semakin menegang, Lenguhan dan desahan terdengar dari mulutnya

“Ooohhh... Jon... aaaghh... enak Jon... kontolmu... enak sekali... terus Jon genjot nonok Mbaakkk... sssssttttt... aaaagghh...” desah Mbak Mirna.

“Enak Mbak, oooogghh... nonok Mbak juga enak...” akupun mengerang keenakan merasakan jepitan nonok Mbak Mirna di kontolku. Kontolku semakin gencar keluar masuk di liang nonok Mbak Mirna dan gerakannya semakin bertambah cepat.

Mbak Mirna yang merasakan kontolku semakin gencar keluar masuk diliang nonoknya bertambah melenguh. Desahan dan erangannya semakin menjadi. Cairan pelicin semakin banyak mengalir dari liang nonok Mbak Mirna, sehingga liang nonoknya semakin basah.

Creek.. crekk... crek... bunyi kontolku yang keluar masuk di liang nonok Mbak Mirna yang sudah sangat basah tersebut. Bagi kami suara tersebut justru menambah gairah birahi kami berdua. Nafsu birahi kami semakin membara seiring dengan semakin kerasnya suara yang ditimbulkan akibat dari beradunya dua kelamin kami berdua.

“Oooogghhh... Jooon. Enaaaak... teruss genjot... teruss....yyaaaahh... sssttt... ooohhh... Jon kontolmu betul2 enaaakk... terus Jon terus.... Genjot teruss... nonok Mbaakk... ooooohhh... sssttt... aaahhh...” Mbak Mirna merintih dan mendesah keenakan.

Akupun semakin cepat menyodokkan kontolku keluar masuk liang nonok Mbak Mirna, sambil satu tanganku meremas2 kedua susu Mbak Mirna secara bergantian dan satu tanganku lagi menggosok2 itil Mbak Mirna. Sementara itu tangan kanan Mbak Mirnapun mulai mengelus2 biji pelirku. Elusan dan remasan di biji pelirku tersebut membuatku makin keenakan dan makin kencang memaju mundurkan kontolku.

“Hhmmm... enak Mbaakkk... nonok Mbak enaaaak... rapet dan semppitt... ooogghh... hhmmmm...” aku berbisik lirih di telinga Mbak Mirna.
“Oohhh... Jon... Ooohhh... percepat genjotanmu Jon... aaaghh... Mbaaakkkk mau keeluaarrr laaggiii... iyaaa Joooonnn... aaaaahhhh...” rintih Mbak Mirna yang merasakan puncak kenikmatannya akan ia raih kembali untuk ke-4 kalinya.

Aku tersenyum mendengar jeritan Mbak Mirna.

“Jangan2 ini pengaruh obat yang aku minum tadi yang membuat staminaku prima terus sehingga dapat membuat Mbak Mirna untuk ke-4 kalinya mau meraih puncak kenikmatannya” batinku.
“Hhhmmm... aaggghhh... keluarin Mbak... keluarin... enaaakk Mbak kontolku... ini terima kontolku... aaaghhh” kataku sambil mempercepat genjotanku.
“Iyyaaahh... Jon... iyaaaahhh... kontolmu enaaak sekaliii... ooooughhh Jooon... Mbaakk gak kuat lagi Jon... aaaghhh... Jon.... aaaghh... Mbaaaakkk keluar Joooonnn... aaaaaaahhhhhh!!!!” Mbak Mirna menjerit kencang.

Seeeerrrrrrr..... Seeerrrrrr.... Seeerrrrrr... Seeerrrrrrr..... Seeerrrrrr..... nonok Mbak Mirna memuntahkan cairan orgasme untuk ke-4 kalinya dan liang nonoknya menjadi semakin becek oleh cairan orgasmenya.

Nafas Mbak Mirna memburu menikmati puncak pendakian yang berhasil ia raih untuk ke-4 kalinya. Aku kembali mendiamkan kontolku terbenam di liang nonok Mbak Mirna untuk memberikan kesempatan kepada Mbak Mirna menikmati sensasi orgasmenya.

Kemudian Mbak Mirna berusaha berdiri dari posisi nunggingnya sehingga kontolku terlepas dari jepitan nonoknya. Plooop..... bunyi kontolku yang terlepas dari jepitan nonok Mbak Mirna. Mbak Mirna melihat kontolku bergoyang begitu terlepas dari jepitan nonoknya.
Mbak Mirna mendorong tubuhku sehingga tubuhku terlentang di atas tempat tidur. Kemudian Mbak Mirnapun merangkak menaiki tubuhku perlahan.

Mbak Mirna mulai menggesek2kan batang kontolku di belahan nonoknya. Lalu dengan tidak sabar Mbak Mirna mulai meraih kontolku dan diarahkan ke liang nonoknya,

Slleeeeppppp..... kontolku terjepit bibir nonok Mbak Mirna. Lalu Mbak Mirna mulai menurunkan pantatnya, bleeeeeeeesssss...... kontolku mulai menyeruak masuk liang nonoknya. Seiring dengan dorongan pantat Mbak Mirna yang semakin kebawah, bleeeeeeeesssss...... kontolku semakin dalam masuk ke liang nonoknya. Dengan sekali hentakan kuat Mbak Mirna menekan pantatnya kuat2 ke bawah dan bleeeeeeeesssss...... kontolku akhirnya terbenam seluruhnya di liang nonoknya.

“Aaaghhhh..... Joon, masuk semua kontolmu dinonok Mbaaakkk.... aaaahhh... sudah lama Mbak tidak merasakan kontol yang besar.... oooogghhhh... sssttt...” Mbak Mirna melenguh merasakan kontolku yang terbenam di liang nonoknya.
“Mbaaaakkkk... aaaaghhh... enak Mbaaak... nonok Mbak enaaak... ooooohhhh...” akupun mengerang keenakan merasakan ketatnya jepitan liang nonok Mbak Mirna.

Tanpa menunggu lama, Mbak Mirna mulai menggerakkan pantatnya naik turun, sehingga kontolku keluar masuk liang nonoknya dengan sendirinya sambil menggoyangkan pantatnya.

Mbak Mirna yang sudah berpuasa selama satu tahun lebih tidak merasakan kontol lelaki semakin liar beraksi di atas tubuhku. Goyangan pantatnya betul2 hebat, kadang2 pantatnya naik turun, kadang2 ia putar2. Aku merasakan kontolku menyodok2 liang nonok Mbak Mirna dengan keras, kadang2 aku merasakan kontolku seperti sedang mengebor nonok Mbak Mirna saat ia memutar2 pantatnya.

“Ooohhhh... enak Jon, enaknya kontolmu.... aaaahhh... hhmmmmhh... aaaghh, enak nonok Mbaakkk... sssttt... aaahhh...” Mbak Mirna merintih keenakan.

“Hhhmmm... Mbaakk, nikmmat sekali... nonok Mbak betul2 legit...ooohhh Mbaaak... terus Mbak... goyang terus... ooohhh... putar Mbak, putar...!!! Sssttt... aaaaahhh...” aku mengerang merasakan kenikmatan saat kontolku keluar masuk di liang nonok Mbak Mirna dan kadang2 aku merasakan kontolku seperti diputar2 saat Mbak Mirna memutar2 pinggulnya.

Saat Mbak Mirna sedang dalam posisi mendudukiku, sambil menaikturunkan pantatnya dengan penuh semangat, aku melihat kedua susu Mbak Mirna bergoyang2 seiring dengan naik turun pantatnya. Aku mulai meremas2 kedua susu tersebut. Bahkan tidak hanya tanganku yang beraksi, mulutkupun mulai ikut beraksi menjilat dan mengisep kedua susu Mbak Mirna silih berganti. Kedua pentilnya pun tak luput dari jilatan dan isepanku, sehingga kedua pentil Mbak Mirna semakin mengeras.

“Aaaghhh Joooon... isepp... yaaah... oohhh... terus isepp susu Mbak... ooohhh...” Mbak Mirna mendesah keenakan menikmati seranganku di susunya dan serangan kontolku di nonoknya.

Gerakan naik turun pantat Mbak Mirna semakin bertambah cepat. Akibatnya kontolkupun semakin gencar menyodok2 liang nonok Mbak Mirna. Gerakan Mbak Mirna mulai tidak beraturan, tubuhnya kadang2 mengejang, nampaknya Mbak Mirna hampir mencapai puncak kenikmatannya yang ke-5 kalinya.

“Aaagghh Jooon... enaaak sekaliiii Jooon, ooogghhh... Mbaaaakkkk mau keluar lagi Jooon... aaagghhh... kontolmu memang nnniiikkkmaaat...” Mbak Mirna mengerang.
“Oooghh... ssssttt... aaahh... hhhmmm... iiyaaa Mbaaaakkk... Aakuu juga mau keluuuaaar Mbaaaakkk..... sssssttttt... aaaaaghhh.....” lenguhku.
“Ayo Jon kita barengan... Mbaaaak... jugaa... mau kellluaar... oooghhh... Jooon... aaaaahhhh!!!!!” Mbak Mirnapun berteriak kencang.

Kontolku semakin cepat keluar masuk di liang nonok Mbak Mirna seiring dengan semaik cepatnya gerakan naik turun pantat Mbak Mirna. Tiba2 tanganku memegang kedua bongkah pantat Mbak Mirna dan menekan pantatnya ke bawah dengan kuat sambil kusodokkan kontolku ke atas sehingga kontolku masuk dalam2 di liang nonok Mbak Mirna. Seketika tubuhku mengejang dan pada saat yang bersamaan tubuh Mbak Mirnapun bergetar dengan hebat nonoknyapun berkedut2 dengan kuat. Mbak Mirna memeluk tubuhku dengan erat.

Crroooottt..... ssssrrrrrr..... ccroooottt..... ssssrrrrr..... ccrooottt..... ssssrrrr..... ccroooott..... sssrrrr.....

Kontolku menyemburkan pejuku berbarengan dengan nonok Mbak Mirna yang menyemprotkan cairan orgasmenya. Mbak Mirna merasakan dinding nonoknya hangat akibat siraman pejuku dan Mbak Mirnapun juga merasakan batang kontolku berkedut2 dengan kuat di dalam liang nonoknya. Sementara itu selain merasakan kontolku menjadi hangat akibat disirami oleh cairan orgasme Mbak Mirna, aku juga merasakan dinding nonok Mbak Mirna meremas2 kuat batang kontolku membuat batang kontolku serasa dipijit2 di dalam liang nonok Mbak Mirna.

Nafas kami berdua terengah2. Kedua tubuh kami seolah menyatu. Keringat kami berdua membanjiri seprai tempat tidur Mbak Mirna. Kami berdua tersenyum penuh dengan kepuasan . Kami berdua betul2 merasa puas dengan permainan seks hari ini. Kami berdua terkapar kelelahan kehabisan tenaga.

Setelah nafas kami kembali teratur sambil masih berpelukan Mbak Mirna berbisk lirih ditelingaku,

"Kamu memang luar biasa... hebat..." puji Mbak Mirna.
“Mbak juga hebat, selama hidupku tidak akan pernah melupakan peristiwa ini.” balasku.
“Masa iya sih???” tanya Mbak Mirna.
“Sungguh...!!!!” jawabku lalu dengan lembut kukecup kening Mbak Mirna.
“Mulai sekarang kamu jangan panggil Mbak ya??? Panggil saja Mirna... Toh usia kita menurutku gak terpaut jauh” pinta Mbak Mirna.
“Usia kamu berapa Jon???” lanjut Mbak Mirna.
“25. Emang usia Mbak berapa???” Joni balik bertanya.
“Tuh kan, jangan panggil Mbak” pinta Mbak Mirna sambil memencet hidungku dengan manja
“Sori, habisnya belum terbiasa, Mir” jawabku
“Gak beda jauh dengan usiamu hanya terpaut 5 tahun di atas kamu, Jon.” jelas Mirna.
“Jon, Mirna ingin malam ini kamu temanin aku ya? Kamu mau kan, Jon???” tanya Mirna
“Maaf Mir... kalau malam ini aku tidak bisa. Aku harus menyelesaiakan revisi skripsiku. Besok aku sudah janji konsultasi dengan dosen pembimbingku.” Jelasku memberikan alasan karena tidak dapat memenuhi permintaan Mirna. Tadi siang aku sudah janji dengan dosen pembimbingku untuk berkonsultasi.
“Kalau besok aku tidak terlanjur janji dengan dosenku dengan senang hati aku pasti mau menemani kamu Mir. Siapa sih yang enggak mau tidur ditemani bidadari yang cantik???” godaku pada Mirna sambil memijit lembut ujung hidungnya.
“Lain waktu pasti aku akan tidur disini atau kalau perlu aku pindah kos kesini, biar setiap saat kita dapat mengulang kenikmatan seperti ini” sambungku
“Huuuuuhhh... Maunya tuh... Enak aja memangnya aku enggak kerja apa!!!???” balas Mirna sambil mencubit pinggangku.
“Tapi Jon, sori ya aku gak dapat ngantar ketempat kos kamu. Aku capek banget habis dihajar sama kamu” kata Mirna.
“Tapi enak kan dihajar sama aku??? Ya sudah kamu istirahat aja Mir, biar aku pulang naik angkot saja, lagian aku sudah biasa naik angkot” jawabku.

Aku bangkit dari tidurku menuju kamar mandi untuk membersihkan diriku dengan meninggalkan tubuh telanjang Mirna yang masih tergolek lemas di atas ranjang. Sebentar kemudian aku keluar dari kamar mandi dan mengenakan pakaianku kembali. Setelah berpakaian rapi, aku berpamitan sama Mirna untuk pulang ke tempat kosku. Namun begitu aku hendak melangkah pergi, Mirna mencegahku.

“Tunggu Jon!!!” tahan Mirna. Dalam keadaan masih telanjang bulat, dia berjalan kearah sofa yang berada di kamarnya. Tampak dia mengambil sesuatu dari dalam tas kerjanya kemudian dia menghampiriku dengan membawa amplop tebal dan menyerahkannya kepadaku.
“Ambil ini Jon” kata Mirna.
“Apaan ini Mir???” tanyaku dengan tangan gemetar menerima amplop tersebut.
“Uang...” jawab Mirna.
“Aku mohon jangan kamu tolak. Ini bukan berarti aku membelimu. Aku hanya mau berterimakasih karena hari ini aku merasakan suatu kenikmatan yang telah lama hilang dari hidupku. Aku benar2 merasa bahagia hari ini. Aku mohon kamu mau merimanya mungkin kamu akan membutuhkannya. Jumlahnya tidak seberapa. Semua itu tidak sebanding dengan kebahagian yang telah kamu berikan padaku. Jika kamu masih membutuhkannya lagi bilang saja padaku jangan malu2” jelas Mirna.
“Terima kasih, Mir.” Balasku sambil memeluk tubuh telanjang Mirna lalul mengecup lembut bibir dan kening Mirna.
“Sering2 tengokin Mirna ya, Jon??? Kapan saja kamu boleh datang kesini.” Kata Mirna.
“Pasti Mir. Aku pasti akan kangen dengan ini. Apalagi yang ini...” jawabku sambil tanganku menoel susu dan nonok Mirna.

Akhirnya dengan tubuh agak lemas, aku berjalan meninggalkan rumah Mirna. Dan karena aku memiliki uang, aku putuskan untuk pulang naik taxi saja. Kemudian aku memanggil taxi untuk mengantarkanku kembali ke tempat kos. Di dalam taxi aku membuka amplop pemberian Mirna yang berisi sebundel uang lembaran lima puluh ribuan yang berjumlah 100 lembar yang berarti isi amplop itu sebanyak 5 jt rupiah. Wajahku bersinar melihat uang tersebut seumur hidupku, aku baru kali ini menerima amplop berisi uang jutaan rupiah. Uang itu sungguh sangat jauh di atas uang bulanan yang dikirim orang tuaku.

Sesampainya ditempat kos, walau badan terasa capek, namun karena kenikmatan, kepuasan dan uang yang barusan kuperoleh membuat malam itu tetap bersemangat menyelesaikan tugas2 dari dosen pembimbingku.

**************

Bagian 2: Trio Susi, Tina dan Tuty (1)
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd