Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Petualangan Tio

PETUALANGAN TIO
CHAPTER 35


Note :

Dilarang meng copy cerita ini tanpa izin. Jikalau ingin me-repost ,mau copas, mohon nama penulis dicantumkan dan izin dulu melalui DM,. harap cantumkan watermark nama ane Ruang_imajinasi. Jikalau ketauan akan ane kejar akun nya.


Terimakasih ...




Saat ini aku sedang berada di sebuah kamar rumah sakit. Bella menderita trauma berat. Psikologis nya runtuh, dia masih belum bisa berbicara untuk menjelaskan apa yang terjadi tadi malam.

Pagi ini aku menemani nya sejak malam tadi. Kejadian aneh begitu cepat seakaan akan ada sesuatu besar yang terjadi. Pemukulan saat pulang dan malam hari nya melihat Bella disekap, sedangkan Nadia entah kemana.

Aku terus mencoba menghubungi nya sejak semalam namun hasilnya nihil. Aku beberapa kali menelpon Tante untuk memberi tahu kalau Nadia hilang namun hasilnya pun sama. Aku hanya memberi pesan kepada Satira yang akan tiba sebentar lagi ke rumah sakit.

Jam sudah menunjukan pukul 8 pagi, kondisi Bella masih terpasang infusan dengan detak jantung normal. Dokter memberi tahuku tadi pagi kalau Bella hanya menderita trauma berat dan ada sedikit gangguan di bagian kepala nya karena terdapat pukulan benda tumpul yang membuat ingatan nya sedikit terganggu.

Aku syok sejak dari tadi, ingin aku curhat tapi kepada siapa, untunglah ada Satira yang selalu menanyakan kondisi ku setelah pemukulan kemarin sore.

Tok..tokk..tokk...

"Masukk..." ucapku melihat sosok bidadari berhijab dengan cantiknya telah tiba di rumah sakit ini. Yaa Satira sudah tiba.

"Kak..." ucapnya lembut.

"Ini sarapan buat kakak. Gimana kondisi Bella?" tanya nya kepadaku sambil memberi sebungkus nasi itu.

"Yaa menurut dokter, kepala nya terbentur benda tumpul, namun kakak tak melihat bekas benda itu. Ingatan nya mungkin sedikit terganggu dia trauma berat saat ditanya oleh dokter tadi. Mudah-mudahan dia kembali normal" ucapku menjelaskan kondisi terkini Bella.

"Yang sabar ya kak..oh yaa sampai sekarang Nadia belum ngasih kabar?" Tanya dia lagi.

"Entahlah...Tante pun sama ponsel nya tidak aktif. Kakak juga bingung harus mencari kemana.." ucapku yang sudah pasrah dengan Nadia.

"Apa kakakk tidak cek kerumah Ibu ?" Tanya Satira lagi.

"Belum sih...mengingat kondisi Bella seperti ini mana sempat kakak kesana" jawabku lagi.

"Ya sudah makan dulu, kalau kakak kuat, mending pergi kerumah Ibu, biar Satira yang jaga Bella" ucapnya menawarkan diri.

"Hmmm...baiklah...kakak akan coba" jawabku tersenyum.

"Naahh. Gitu dong...senyumnya bikin candu hihihi..." ucapnya riang.

Aku tersenyum melihat senyuman manisnya. Reflex saja wajahku mendekati nya, namun saat bibirku akan menyentuh bibir nya...tiba-tiba...

"Eitsss....masa ciuman di depan istri kakak sih...sudah makan dulu...semangat ya kak..." ujarnya menolak ajakan ciuman ku.

"Iyahhh..Ra..."

Aku memang bodoh. Terlalu sering memikirkan selangkangan sampai-sampai harus berbuat hal seperti itu di depan Bella dengan kondisi yang sedang lemah. Aku kemudian sarapan, lalu mandi untuk menyegarkan tubuhku. Aku memakai kembali pakaian nya karena tidak bawa salin. Setelah semuanya beres, aku pun berpamitan kepada Satira.

"Kamu yakin Ra..jagain Bella sendirian?" Tanyaku kepadanya.

"Yakin ko kak..kakak hati-, hati ya...kabarin kalau ada apa-apa" ucap Satira.

"Oke Ra..." jawabku tersenyum.

Aku kemudian keluar dari rumah sakit dan berjalan menuju mobil. Saat sampai di mobil, aku heran dengan adanya tulisan memakai cat semprot di area kap mobil ku.

"MOKONDO...FU*CK YOU...."

"ANJ1111NNNGGG....Siapa yang lakuin ini sih..." gerutuku yang langsung kesal dengan tulisan itu.

"Apa jangan-jangan kedua orang itu yang kemarin mukulin aku?" Ucapku lagi dalam hati.

Aku langsung saja masuk ke dalam mobil, mobil kupacu dengan kecepatan sedang. Hatiku berdebar apa maksud semua ini. Aku terus mengendarai mobilku menuju rumah Tante. Saat lampu merah, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kacaku.

"BUKAA..." Ucap seseorang itu memberi gestur untuk menyuruhku membuka kaca mobil.

Aku berusaha untuk tenang, karena orang yang memakai helm fullface itu juga tidak se arogan 2 orang kemarin. Dia kemudian memberikan aku sebuah amplop polos. Aku nampak heran, siapa dia sampai-sampai so' mengenaliku dan memberikan amplop itu.

"Hey...apa maksudnya?" Tanyaku kepada pengendara motor itu.

Namun dia tak menjawab malah pergi meninggalkan ku dan tiba-tiba mengacungkan jari tengah kepadaku. Sontak aku terkjut dengan sikapnya yang awalnya sopan malah menjadi tidak ramah. Aku berusaha mengejar namun namanya juga pakai mobil pasti kejebak macet lah anyingg....

Aku kesal..kesal..kesal...

Ada apa dengan semua ini semenjak pulang dari Bali ???.

Aku berusaha tenang, mengambil nafas panjang dan melepaskan nya. Aku berusaha konsentrasi lagi karena membawa sebuah kendaraan, jika oleng ya celaka lah nying..hehe maaf emosi.

Saat lampu merah lagi, aku dengan gegabah membuka isi amplop tadi. Hatiku berdebar apa isi dibalik amplop itu. Sebuah kertas muncuul dan terdapat tulisan ...

"Hey....mokondo...datang ke tempat ini jam 7 malam. Sudah lama kita tidak bertemu. Kita habiskan malam ini dengan penuh kenangan. Salam, Ramdan."

*Note Ramdan sahabatku saat kuliah, penerus usaha pemandian air panas saat Salsa dan Aris ikeh-ikeh kimono*

Begitulah isi amplop itu saat kubaca. Aku mendadak jadi ingat dia, namun sepertinya ada yang aneh, kenapa dia malah mengacungkan jari tengah ? Aku tau betul sifat dia, tapi ko ?

Apa jangan-jangan dia yang menulis di kap mobilku ? Kalau benar? Ahhh...bangs44ttt...

Aku coba menghubungi nya, namun nomor ponsel nya tidak aktif. Aku semakin tak sabar untuk mencari dimana Nadia berada. Otaku mendadak rumit dengan kejadian ini. Perjalanan seakan lebih lambat untuk sampai ditujuan. Lampu merah jahanam membuatku sering tertahan.

Setelah berkutat dengan lampu merah, akhirnya aku sampai juga ditujuan. Mobil Tante terpampang dengan jelas berada di garasi, namun terdapat satu mobil yang tak asing bagiku, yaa Om Feri berada dirumah ini nampaknya.

Saat aku akan masuk tiba-tiba...

"Ahh...ahhh...ahhh..."

"Oohh...Pahh...."

"NADIAA......TANTE...."

Aku terkejut dengan suara itu. Namun aku tak menemukan dimana mereka. Aku cari berbagai sudut ruangan tak ada orang. Terus suara desahan itu dari mana???.

"Cari suara ini ???. Ahh..ahhh..ahhh...Oohhh...Pahh..." ucap seseorang berada diatas lantai rumah Tante dengan memakai buff perampok.

"Siapa lu ? Mana Tante sama Nadia" tanyaku kepadanya yang memakai buff ala perampok itu.

"Hahahahaha....buat apa lu cari orang itu...hutang Tante lu banyak sama bos gue..." ucapnya sambil berjalan turun ke arahku.

"Maksud lu apa hah ?" Tanyaku kemudian.

Kini dia mengitari tubuhku, aku sangat tidak mengenal suara orang ini. Tubuhnya aku taksir seperti seangkatan Om Feri, tinggi tegap dan kekar. Apa ini Om Feri ? Tak mungkin tubuhnya seperti ini . Ramdan? Gak mungkin juga dia kurus seperti ku, terus siapaa dongg....

"Lu gak usah cari dia lagi..kalau lu ingin bertemu, gue izinin. Lu udah baca kan kertas dalam amplop itu ? Gue tunggu disana " ucapanya.

Aku masih diam mencerna ucapan nya. Tubuhnya masih mengelilingi tububku seakan menantang untuk berduel. Tatapan matanya begitu tajam seperti predator yang akan menerkam mangsanya. Aku begitu tak yakin untuk melawan tubuh kekar seperti ini. Tubuhku jelas jauh, walau aku juga sedikit kekar dibawahnya.

"Dimana Om Feri ?" Tanyaku dengan jantung berdebar.

"Hahahaha...ngapain juga lu tanya si tua bangka itu. Dia udah kena hiv lu cari-cari. Dia udah direhab" ucapnya mengejutkan ku.

Hiv ? Sejak kapan? Aku sudah lama tak berkomunikasi dengan nya. Gumamku.

"Oke nampaknya kita cukup untuk bertemu empat mata secara langsung. Gue tunggu ditempat yang sudah ditentukan..Bughhh..bughh..bughh..." ucapnya yang langsung memukul perutku bertubi-tubi.

"Eunghh...heugg...bang*saatttt.....uhuk..uhukk..." ucapku menahan perih di bagian perut ku itu.

"Hahaha...segitu kemampuan lu ? Hahaha...modal Kontol doang dapetin 2 cewe, malah mau tiga ya kabarnya hahhaa...nihh..kalau lu laki duel, bukan modal kontol.. bughh..bughhh..." ucapnya lagi.

Aku semakin tak berdaya dengan serangan mendadak itu. Tubuhku dipukul dan ditendang untuk kedua kali nya. Lalu lelaki itu menyeret meninggalkan ku dan melempar tubuhku keluar rumah. Badanku linu saat mendarat di batu halaman rumah.

Anyingg...lahhh...

"Rumah ini gue sita sebagai jaminan hutang Tante lu. ..gua gak sabar ingin buat lu mati... kelamaan nunggu drama tak berguna...Gue tunggu lu." ancamnya sambil menodongkan sebilah pisau.

Dia kemudian pergi membawa motor yang tersimpan di samping mobil Om Feri. Aku kemudian berusaha bangkit menahan rasa sakit ini. Dengan sekuat tenaga akhirnya aku sampai di mobil.

Kubuka ponsel ku untuk mengabari Om Anton kalau Tante dan Nadia diculik.

"Tutt...omm..engghhh...Ommm.." ucapku sambil menahan rasa sakit diperut ini.

"Haloo..Tio...apa kabar...semuanya baik-baik saja?" Tanya Om Anton.

"Semuanya sangat tidak baik Om..." ucapku.

"Apaa...? Apa yang terjadi Tio..." tanya Om Anton.

"Tante...Tantee....Nadiaa..diculik Om..." ucapku.

"APAA...? SIAPA YANG MELAKUKAN NYA ?" Tanya Om Anton.

"Entahlah Om, tapi mereka memberi tahu Tio kalau Tio disuruh datang ke alamat ini, nanti Tio kirim, barangkali Om bisa nyuruh Greg dan Leo untuk mengawalku?" Pintaku kepadanya ..

"Oke baik Tio,,kirim saja alamat nya, Om akan suruh bodyguard terbaik Om untuk mengawalmu" ucapnya di sebrang sana.

"Baik Om terimakasih" ucapku yang reflek menutup ponsel ku.

Aku mencoba memberitahu Salma namun ponsel nya sedang tidak aktif , kemudian aku menelpon Billy pun sama hp nya tidak aktif. Kemudian aku berusaha menelpon Salsa, memberitahu kejadian ini.

"Tuuttt....Saa..Salsa..." tanyaku.

"Emmpphh...eemmphh...yaa..yaa.Tio..." desah suara Salsa disebrang sana.

"Sal...sorry...gue ganggu...lu bisa emmm...telpon Aris gak buat bantuin gue..." pintaku.

"Bantuinn...ehhh..sayyangg..bentar dulu...stop...yaa Yo...sorry gue lagi emmm..gitu lah...bantuin apa yoo" ucapnya yang nampak sedang bercinta itu.

"Tante sama Nadia diculik Sal, gue bingung harus minta bantuan ke siapa. Om Feri gak ada dirumah Tante, malah mobilnya saja yang ada. Bella semalam ada yang sekap, terus gue bawa ke RS. Makanya gue minta bantuan Aris, yaa semoga dia mau" pintaku.

"Astagaa... okey okey...entar gue bilang yaa...gue lagi layanin Om-Om sorry yaa..." ucapnya.

"Oke Sal..thanx yaa...sorry sekali lagi..." ucapku meminta maaf.

"Okee Yoo...ntar gue kabarin yaa..." ucapnya.

Blank....otak-ku Blankk..

Entah harus kesiapa aku meminta pertolongan. Semua yang dekat denganku sudah kuhubungi. Hape aja boba 3, kuota sekarat atau memang habis batre..masa sih bersamaan...??? Gumamku...

Hanya 1 jalan yaitu meminta Om Anton supaya kedua Bodyguard yang disini mengawalku.

Aku segera kembali ke R.S dimana istriku Bella sedang dirawat. Kupaju mobilku dengan keadaan sedang, sambil menahan rasa mual di perutku atas kejadian tadi.

Singkat waktu , aku pun sampai di RS. Aku melihat Bella masih belum tersadarkan diri. Satira pun masih setia menjaga sahabat nya itu. Aku kemudian masuk , berbincang dengan Satira yang terkejut dengan keadaanku.

"Kakkk...dipukul sama siapa lagi" Tanyanya yang sangat lembut sekali saat berbicara, percis seperti Bella.

Aku pun menjelaskan kepada Satira perihal semua hal ini, mulai dari parkir mobil, lampu merah jahanam , amplop dan dirumah Tante. Satira melotot tak percaya dengan kejadian yang menimpaku 2 hari terakhir ini. Dia benar-benar khawatir dengan kondisiku. Ahhh aku mencoba untuk tegar menghadapi semua ini. Aku melamun memikirkan hal aneh yang menimpaku.

"Satira akan selalu bersama kakak ko, kakak yang kuat ya..Bella sudah siuman tadi dan sudah mulai mengingat kembali . Dan alhamdulillah dia bisa sedikit demi sedikit. Dokter memberi obat lagi dan dia tidur untuk memulihkan pikiran nya." Ucap Satira.

"Makasih ya Ra...kamu malah jadi direpotkan..." ucapku.

"Tidak apa-apa kak.." jawabnya tersenyum.

*****

Malam pun tiba. Sesuai jam yang sudah ditentukan, aku bergerak sendiri menuju tempat itu. MODAL NEKAT...yaaa...aku selalu tak gentar dengan apapun yang akan terjadi. Saat kuliah aku merasakan bagaimana saat di Bully dan aku bisa menghadapi nya, walau tidak terlalu penting untuk aku ceritakan di cerita ini, atau mungkin bisa jadi aku akan meneruskan cerita ini di episode lain.

Bella memang masih sering beristirahat, sesekali dia sudah ingat siapa diriku dan aku memeluknya. Kami berbincang ditemani Satira yang sudah seharian di R.S ini.

"Jaga kesehatan ya...kakak pasti bisa kembali dengan selamat. Kakak jangan gentar, berdoa semoga dilancarkan. Satira ada dibelakang kakak.." ucapnya sambil merapihkan kaos ku yang terlihat kusut itu.

"Raa...makasih yaa...kakak pasti akan baik-baik saja. Kakak minta kamu jagain Bella ya...maaf sekali lagi merepotkan kamu...untuk keperluan disini, kamu pakai atm ini, nanti kakak kasih tau pin nya.." ucapku sambil memegang kedua bahu nya.

"Tidak usah kak, Satira cukup ko disini..." ucapnya.

"Noo....pegang saja sebagai jaga-jaga. Kakak masih ada atm lain.." ucapku tersenyum.

"Hmm...baiklah..kalau kakak maunya seperti itu" ucapnya.

Aku hanya mengangguk , senyuman manis nya menambah semangat melawan keanehan dengan orang itu yang memukuliku akhir akhir ini. Tatapan matanya seakan menyihir mataku, menyihir kekuatan ku menjadi bertambah untuk segera menghajar mereka.

"Kaakk...." ucapnya lirih.

"Iyaa Ra..." jawabku.

Tiba-tiba Satira mencium bibirku begitu dalam. Ciuman di depan Bella yang tergolek lemah begitu membingungkan perasaanku. Ciuman singkat itu mungkin bisa jadi menambah semangatku.

"Maaf ya Kak. Satira hanya bisa memberi seperti ini, semoga bisa jadi semangat kakak. Satira yakin kakak akan baik-baik saja." Ucapnya meyakinkan ku.

"Pasti...itu pasti...kakak akan baik-baik saja. Kalau engga, kamu gak akan jadi istri ketiga kakak" ucapku menggombel.

"Husss...jangan bahas itu...itu hanya khayalan Satira saja kak...semangat yaaa...ayo selesaikan permasalahan kakak. Setiap masalah pasti akan ada jalan keluar kan?" Ucapnya.

"Pasti...ya sudah kakak berangkat ya, titip Bella." Pintaku kepadanya.

"Pasti kak..." jawabnya tersenyum.

Aku berlalu pergi meninggalkan Satira dan Bella. Kini aku mengendarai mobil yang masih terdapat tulisan mokondo itu. Aku arahkan mobilku menuju tempat yang nampaknya sangat jauh dari pusat kota. Aku sangat yakin dengan diriku sendiri, entah hasilnya akan bagaimana, aku hanya ingin semuanya selamat. Terutama Nadia dan Tante.

Setelah sekitar 45 menit, akhirrnya aku sampai di utara kota Bandung. Aku melihat kembali alamat yang di dalam amplop itu. Aku yakin ini tempatnya, tapi masa iya tempatnya sepi gini?

Aku dihadapkan ke sebuah bangunan yang mirip Villa. Villa kecil yang berada diatas ketinggian itu dapat langsung melihat suasana kota Bandung yang begitu indah di malam hari. Aku coba turun dari mobil setelah memarkirkan nya di sebrang rumah atau Villa itu.

Aku mencoba masuk, tak ada orang satupun di pintu masuk. Aku berjaga-jaga supaya tidak mendapat serangan mendadak. Kulihat sekeliling memang begitu merinding sekali disini. Namun suasana ketakutan ku mendadak sirna saat terdapat tulisan running text berada di pintu masuk.

"MASUKLAH PECUNDANG...HAHAHHAA..."

Entah ditunjukan kepada siapa, yang pasti itu buat ku lah..

Saat aku membuka pintu, aku langsung memasang kuda-kuda.. namun nampak memang tidak ada orang. Saat aku akan maju tiba-tiba...

"Bugh...."

Sebuah kaki langsung melayang kepunggung ku ala pemain Smacdown Shawn Michael. Sontak aku terpelanting kedalam membuat pintu terbuka.

Prok...prokk..prokk..

"Punya nyali juga lu datang kesini..hahhaa..." ucap lelaki ber skin Buff itu.

"Mana Tante dan Nadia, cepat kasih tau..." ucapku.

"Oohh...tidak segampang itu..." ucapnya.

"Mau lu apa hah ? Uang? Gue kasih..." ucapku kepadanya.

"Hahaha...pengangguran dapet uang dari mana? Perusahaan Tante lu udah bangkrut. Hahahaa..." ucapnya merendahkan ku.

"Sebaiknya lu pulang aja deh..***k akan berguna juga lu disini malah akan jadi santapan makan malam..hahaha...mereka akan jadi budak sex selamanya...hahaha..."

"Bajing*nnn...bangs***aatt...." gerutuku.

"Hadapi dulu gue, kalau lu ingin ketemu mereka." Ucapnya sambil memasang kuda-kuda.

Aku pun tak tinggal diam. Kupasang jurus kuda-kuda janda pirang, dengan ilmu bela diri yang sempat aku timba saat sekolah, aku yakin bisa mengalahkan nya.

"Hiyaa.....bughh..bugghh..sttt..bughhh..."

Pertempuran baru dimulai, kakinya begitu cepat sampai tubuhku tersungkur. Aku tangkis setiap pukulan yang dia layangkan kearahku. Sesekali aku juga memukul perutnya, menbalas kejadian tadi siang.

"Bughh..bugghh..anji**nngg..."

"Bangg*saat...."

Suara yang begitu tidak ramah terdengar ditelinga kita berdua. Suara pukulan bag big bug menambah kesaktian adu jotos ini. Aku selalu mengingat kelemahan seorang manusia kalau sedang berduel. Untung saja ingatan ku kuat dan aku mencoba memukul bagian terlemah manusia.

*bughhh...

"Ahhh....anjritt.t..." ucap lelaki itu menahan pukulan ku.

Aku terus melawan ,menghindar lelaki ber-skin Buff itu. Aku kemudian fokus mengarahkan tangan ku untuk menuju area wajahnya. Disaat momen yang tepat, tubuhnya tersungkur. Aku mencekik lehernya seperti yang dilakukan Jhon Chena saat beraksi diatas ring membuat dia kewalahan.

"Hengghh...egnnhhh...."

Suara nya tertahan dengan sangat lemah, entah kekuatan dari mana aku bisa menirukan gaya Jhon Chena itu dengan mencekik lehernya dari belakang sambil tubuhnya tengkurap menahan siksaaan dan pukulan demi pukulan yang kulakukan. Teknik mengunci leher yang kulakukan akhirnya membuat nya tak berdaya. Tubuhnya lemas dan terkapar. Aku mengeccek denyut nadi nya pertanda dia sudah meninggal.

Aku seketika merenung telah membunuh 1 orang, aku membuka buff itu dan saat aku lihat ternyata si orang cinese yang tempo hari melakukam Bukake kepada Salma. Aku mengerenyitkan dahi, kenapa dia malah menyuruh ku kesini dan mengetahui segala nya tentangku?


Aku menyesal membunuh dia, yang jika aku tau kalau seharunya aku bertanya dulu siapa yang ada dibalik ini. Otak ku langsung tersadar, lalu aku membiarkan orang itu terkapar disana. Aku segera masuk untuk mencari dimana Tante dan Nadia berada.

Aku bersiiap lagi dengan gaya kuda-kuda janda pirang. Aku memutari tubuhku memperhatikan sekeliling agar aku tidak mendapat prank lagi. Lalu terdapat 2 orang bertubuh besar nampak datang menghampiriku tanpa kaos nya dan hanya memakai celana panjang.

"Hebat sekali..." ucap pria besar itu.

"Apa masih kuat lawan kita? Sudah bunuh bawahan kita loh bro..." ucap pria satunya lagi.

"Mana Nadia dan Tante ? Cepat...kalau tidak akan kubuat kalian seperti dia " ancamku kepadanya sambil menunjuk orang cinese itu yang terkapar tak berdaya.

"Tidak semudah itu...hadapi kami dulu" ucap kedua pria itu.

Aku tak gentar dengan mereka, aku lawan mereka semampuku. Aku terus mendapat pukulan di bagian perut dan juga wajah. Darahku mulai keluar dari pelipis ku.

"Hahaha...segitu doang kemampuan lu" ucapnya sambil mempiting tubuhku.

"Bughh..bughh...rasakan ini...bughh..bughh..."

"Bajingann...enghh...heugg..."

"Ya tuhannn...kuatkanlah aku..." seketika aku berdoa, karena berdoa itu kewajiban.

Dan entah kekuatan dari doa itu mungkin, aku tak lama kemudian mendapat sebuah kekuatan. Kutendang perut pria yang memukul perutku itu. Tanganku berusaha untuk bergerak melepas dari cengkraman pria dibelakangku. Saat terlepas ,aku membalas perbuatan mereka. Aku memukul mereka dengan membabi buta.

Kekuatanku seperti terisi penuh, amarah datang secara tiba-tiba. Jika kalian pernah menonton film The Raid, seperti itulah gayaku saat berhadapan dengan kedua pria yang berbadan seperti Kane dan Undertaker itu. Secara bergantian aku memukul mereka yang kewalahaan dengan kekuatanku yang tiba-tiba itu.

Kutendang bagian terlemah laki-laki , yaa apalagi kalo bukan biji kontol. Kutendang saat momen mereka sedang lengah membuat kedua pria itu meringis kesakitan. Aku kemudian menggunakan gaya pemain Smackdown kurt angel ,Ankle lock . Dengan teriakan ku membuat pria itu langsung berteriak meminta ampun saat kaki nya aku kunci menggunakan tangan dan lehernya aku kunci dengan kaki.

Krekkk....

Aku rasakan kaki kirinya patah.

"Arrrgghhh...ampunnn...ampunnn..." ucap pria itu.

"Bajingann...kaliann...rasakan ini..." ucapku kepada pria satunya lagi.

Aku kunci pria kedua dengan gaya jhon chena lagi. Pria itu takluk dan memohon ampun karena nafasnya mulai tak terasa lagi. Tubuhnya lemah karena cengkramanku ke bagian leher nya membuat saluran nafas nya terhenti. Aku lepas kan kedua pria itu yang sudah tersungkur lemah. Tak lupa sebagai pentupan aku tendang kedua muka sangar mereka.

*Note...adegan baku hantam nya agak dipercepat yaa...susah ngungkapin kata-katanya.*

Aku kemudian bergegas mencari dimana kedua orang yang kusayang berada. Di kamar bawah tidak ada, dapur, ruang tamu tentut tidak ada. Aku kemudian mendengar suara teriakan yang berada dilantai atas. Aku berlari secepat mungkin dan menemukan satu buah kamar yang kuyakini kalau itu tempat dimana Tante dan Nadia berada.

Saat aku akan membuka pintu itu tiba-tiba...

Slebb......euuungghh...

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Aku pingsan. Tubuhku seakan terbius oleh suntikan yang ditancapkan oleh seseorang entah muncul dari mana. Tubuhku lemas tak berdaya saat diseret oleh seseorang yang tak bisa kulihat.

Saat kesadaranku mulai kembali pulih, aku merasakan tanganku diikat disebuah kursi, mataku tertutup oleh sebuah kain sedangkan kaki ku pun tak luput di ikat oleh mereka. Kurasakan tubuhku telanjang, aku tak merasakan tubuhku berbalut pakaian yang kupakai tadi.

"Woyy..bukaa...bajingaannn...anji***ngg..kalian semua..."

"Papahhh....."

"Nadiaa...Nadiaa.a...."

"Tioo...."

"Tann..Tantee...dimana kaliannn..."

"Hikss...hikss..hikss..."

"Kakak..."

"Salmaa...?"

"Iyaa Kakk...mereka bajingan kak..hikss..hikss..."

"Dimana kaliann...heyyy..."

Aku terus berteriak namun tak ada yang menjawab. Mataku masih tertutup kain tanpa bisa melihat arah kemanapun. Suara tangisan Nadia Tante dan Salma terdengar di ruangan ini.

Aku tak tahu posisi mereka berada dimana. Aku terus meracau sampai perutku dipukul lagi, wajahku dipukul juga sampai darah kembali bercucuran..

"DIAAMMMM...."

Ucap suara wanita yang tak aku kenal..

"Nadiaa...pangeran mu sudah datang...penuh nyali menyelamatkanmu. Tapi sayang nya dia terlalu bodoh...hanya memikirkan memek... memek...dan memeek..." ucap wanita itu.

"Siapa kaliannn...dimana mereka,,bughh...eungghhh...." suaraku tertahan oleh pukulan demi pukulan di perutku.

"AKU SURUHH..DIAMMM....JANGAN BERSUARA SELAIN AKU...buka kain si pangeran itu..." perintah wanita itu kepada orang disekitarku.

Aku akhirnya bisa merasakan kembali penglihatanku normal lagi, saat mataku sudah terbuka, aku benar-benar tidak percaya apa yang sudah terjadi denganku 2 hari terakhir ini. Dihadapanku terdapat Nadia , Tante dan Salma yang sudah bugil dengan tubuh terikat sedang dijilati oleh seorang wanita yang tak aku kenal.

Wanita itu membelakangi ku menampilkan tubuhnya yang mulus. Aku melihat sekeliling terdapat dua orang yang sangat aku kenal, sangat kenal malahan. Mereka hanya tersenyum melihatku yang sudah tak berdaya ini.

"Bajingaannn...bangsat...kaliann..." gerutuku.

"Bughh...."

"Ouhhh..."

"GANTENG-GANTENG BUDEG YAA...." Hardik wanita tadi.

Wanita yang sedang menjilati vagina ketiga orang yang kusayang itu mulai berbalik. Dia dengan senyuman manis nya dengan WATADOS alias Wajah Tanpa Dosa berani melakukan hal keji kepada ku dan ketiga wanita ku. Aku benar-benar tidak percaya kalau dia mungkin dalang dibalik semua ini. Aku begitu marah, seketika benci kepadanya. Amarahku seakan tak terkendali setelah apa yang dia lakukan kepada ketiga orang yang kusayangi itu. Dia masih menatapku dengan tubuh telanjang nya . Senyuman manis nya memang dapat mampu meluluhkan hati siapa pun lelaki yang menatap nya. Dia masih mematung menatapku dan mengucapkan ....

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Haii....Tiooo....."
.
.
.
.
.
.
 
Terakhir diubah:
@Ruang_imajinasi terima kasih konfirmasinya...
Sebenarnya saya komentar seperti itu hanya sekedar mengingatkan kepada para pembaca untuk jangan terlalu memaksakan kehendak kepada para penulis...
Dan akhirnya seperti dikau kan demi pembaca akhirnya pusing sendiri...
Untung dirimu termasuk "jago" bisa berimprove walau pusing sendiri ;) ;) :Peace::Peace:

Tetapi belum tentu penulis2 lain, khan kasihan juga dirimu aja sampai pusing, gimana yang akhirnya malah bikin buntu dan mandek ceritanya, yang rugi kan yang baca juga

Sekali lagi selamat berkarya bos, maaf kalau jarang komentar
:beer::beer::beer::beer::beer:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd