Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG REGRET

Mantap nih. Akhirnya keluar juga cerita baru. Selalu tertarik sama cerita dari suhu dragoace.

Kalo bosen ama yg hijab. Masukin aja yg pake cadar sekalian bang
Good Luck
 
#2 Latar Belakang

Pagi hari ini. Awan mendung, semilir angin berhembus membuat dahan-dahan ranting pohon bergemericik menenangkan, embun-embun masih menempel di permukaan benda. Suasana yang sangat cocok untuk kembali ke alam mimpi.

Secara resmi Robb sudah terdaftar menjadi salah satu mahasiswa di sebuah perguruan tinggi terkemuka di negeri ini. Dia tak hanya sendiri, sahabatnya juga lulus ujian psikotes dan wawancaranya. Wanita yang di temui Robb saat melaksanakan ujian tertulis juga ternyata lulus tahapan wawancara dan psikotes. Dan seperti biasa, alam semesta tidak mengizinkan mereka di masa-masa tersulit. Jurusan yang diambil Robb, Daris maupun Indah berbeda mengakibatkan ruangan tempat mereka melakukan masa orientasipun berbeda.

Saat ini Robb dan Daris sedang berada di atas motor dan mengendarainya. Robb dan Daris kini menempati rumah paman dari Robb karena pamannya pindah tempat kerja sehingga rumah itu kosong. Walaupun jarak antara rumah itu dan kampus cukup jauh, namun Robb tidak bisa menolak permintaan dari ibunya untuk memangkas pengeluaran. Robb juga berhasil mendapatkan beasiswa pendidikan yang menjadikannya bersekolah gratis, namun karena jaraknya yang jauh dari kota asal maka ibu Robb bersikukuh untuk memangkas segala pengeluaran semaksimal mungkin untuk persiapan terjadi hal yang tidak diinginkan. Apalagi paman Tom bersedia membiayai tagihan rumah itu membuat mata ibu Robb semakin hijau.

Mereka sudah sampai di kawasan kampus dan langsung bergegas menuju gedung tempat mereka akan melakukan kegiatan orientasi. Mereka sedikit terlambat karena keadaan lalu lintas yang padat dan beberapa kali Robb salah memilih jalan dan akhirnya membuat mereka memutar jauh dari jalan yang seharusnya. Hanya bermodalkan aplikasi peta yang ada di ponsel pintar, kurang bisa membuat Robb menguasai jalanan di kota ini. Robb cukup bingung dengan kondisi lalu lintas di kota ini. Banyak sekali persimpangan yang berjumlah 6, fly-over yang arahnya kurang sesuai dugaan. Ditambah lagi Robb sempat terkagum-kagum dengan beberapa baleho raksasa yang terpampang di beberapa ruas jalan. Baleho yang berisikan teknologi terbarukan. Kemajuan teknologi di kota ini semakin meninggalkan kota-kota kecil lainnya yang tersebar merata di negeri ini. Disaat ponsel milik Robb merupakan barang yang cukup mewah di kota asalnya, di kota ini sudah merupakan barang umum yang wajib dimiliki tiap warga. Itu juga salah satu tujuan Robb memilih berkuliah di perguruan tinggi itu. Dirinya ingin berperan dalam memajukan teknologi, sehingga kualitas hidupnya dan keluarganya bisa menjadi lebih baik.

Robb sudah berada di ruangan yang cukup luas. Layout ruangan itu sengaja di atur sedemikian rupa seperti melakukan seminar nasional. Robb sedang mencari kursi yang bernomori nomor urutnya. Hal yang cukup sulit dilakukan karena kondisi ruangan sudah ramai dan beberapa kali Robb tidak sengaja menginjak kaki seseorang hanya untuk memeriksa apakah kursi yang masih kosong itu adalah kursinya. Setelah beberapa menit mencari akhirnya ia mendapatkan kursinya dan tak lama setelah itu pembawa acara memulai acaranya.

~~~~~~​

Acara berlangsung membosankan. Atau mungkin bagi sebagian besar orang di ruangan itu. Bagaimana tidak, para pengisi acara terkesan berbicara sendiri di depan para mahasiswa baru menerangkan cenderung hanya membaca peraturan, kebijakan, visi dan misi serta struktur birokrasi kampus itu melalui layar yang ukurannya cukup besar tanpa sekalipun memperhatikan kondisi para pendengarnya.

Tika menguap beberapa kali di tengah-tengah acara itu. Sorot matanya lesu, tubuhnya menyender malas, dan giginya terus menggigiti tutup pulpen agar kesadarannya dapat terjaga. Kepalanya mulai bergerak kearah kanan dan kiri untuk menyadarkannya karena kini kelopak matanya mulai mencoba untuk menutup bola matanya. Saat wanita itu mencoba merengangkan tubuhnya, matanya menangkap pemandangan yang cukup langka persis di sebelah kanannya. Ada seorang pria yang dengan rajinnya mencatat semua perkataan pengisi acara serta semua hal yang terpampang di layar besar yang ada di depan mereka.

“rajin ya?” bisik Tika ke pria yang ada di sebelah kanannya.

Pria itu masih saja fokus ke depan, tidak menghiraukan sekitarnya.

Merasa tidak dianggap, Tika lalu berdehem dan mengatakan hal yang sama namun dengan volume lebih keras. Pria itu sedikit terkejut dan menolehkan kepalanya ke arah Tika.

“maaf aku gak denger, tadi ngomong apa?” ujar pria itu.

Tika memajukan bibir bagian bawahnya karena respon yang tidak mengenakan dari pria itu. Bingung.

Pria itu segera kembali fokus ke acara itu lagi karena Tika tidak segera menjawab pertanyaan. Takut ketinggalan materi sepertinya. Tika hanya bisa melihat wajah pria itu dari samping. Bingung apa yang harus diperbuatnya.

“iyaaa. Udah kebiasaan soalnya” Pria itu kembali menoleh ke arah Tika dan mengajaknya untuk bersalaman. “Robb. Robbie” ujarnya.

Tika sedikit terkejut dengan pria itu. Dengan gugup ia menjulurkan tangannya. “Tika. Cantika”.

Robb hanya tersenyum dan kembali fokus ke acaranya meninggalkan Tika yang masih gugup. Baru pertama kali dirinya diajak kenalan oleh orang macam Robb. Sedikit basa-basi, langsung menjulurkan tangan, bersalaman, lalu pergi lagi. Aneh.

Acara berlangsung cukup lama. Sudah beberapa kali pergantian pengisi acara dan dengan pemberian materi yang berbeda. Satu hal yang sama, isi perut para peserta sepertinya sudah mulai kosong. Suasana sudah tidak sekondusif seperti awal karena para mahasiswa baru lebih memilih untuk mengobrol dengan teman sebelahnya.

Tika kini sedang memegangi perutnya. Melilit. Seperti ada tali yang mengikat perutnya. Pagi tadi Tika memang tidak sarapan terlebih dahulu karena dirinya telat bangun. Asisten rumah tangganya sudah menyiapkan makanan namun Tika bersikeras untuk tidak sarapan dengan alasan ojeg online yang dipesan sudah menunggu di depan gerbang rumah. Untungnya dia tidak terlambat untuk datang ke acara orientasi ini. Tika sudah sangat tidak fokus dengan apa yang pengisi acara bicarakan. Dia sibuk dengan permasalahannya sendiri.

Sedang asyik-asyiknya menggerutu karena perutnya yang sakit, Tika dikejutkan oleh sebungkus roti yang tiba-tiba ada di meja bangkunya.

“makan itu. pasti gak sarapan kan tadi pagi?” ujar Robb setelah meletakkan Roti di bangku Tika. Robb juga mengeluarkan satu bungkus lagi untuk dirinya.

“emang boleh makan disini?” ujar Tika.

“emang bakalan keliatan? Udah makan aja daripada kamu mati” ujar Robb.

“hmmm” Tika mengambil roti itu dan memakannya. Enak sekali.

“dimakan juga” ujar Robb masih mengunyah sembari ia mencatat perkataan dari sang pengisi acara.

“kata kamu, daripada aku mati. Aku masih belum mau mati tau” Tika menghabiskan rotinya. Mengambil persediaan minum yang ada di tasnya. Kecewa. Kecewa karena dirinya lupa mengisi ulang botol minumnya.

“iyaaa tau kok” Robb memberikan botol minumnya.

Darah Tika berdesir. Jantungnya berdegup kencang.

“mau ga? seret kan abis makan roti murahan? Haha” ujar Robb masih terus memegangi botol minumnya untuk segera diambil oleh Tika.

“mau mau” Tika menerima botol itu meneguk beberapa kali lalu mengembalikan ke pemiliknya.

“perutnya masih sakit?” ujar Robb sambil memasukkan kembali botolnya ke dalam tasnya.

“masih, cuman udah gak begitu sakit. Makasih ya rotinya” ujar Tika.

Robb hanya membalas dengan senyumannya dan langsung kembali fokus ke acara.

~~~~~~​

Acara di ruangan itu akhirnya selesai tepat pada tengah hari dan pembawa acara mengumumkan untuk kembali ke tempat ini satu jam dari sekarang karena akan ada agenda lain. Suasana suka cita tergambarkan oleh para mahasiswa baru dan mereka langsung berhamburan untuk segera menuju kantin.

Robb dan Tika masih duduk di bangkunya. Kebiasaan Robb memang seperti itu. Ia tidak suka berdesak desakan dengan banyak orang. Lebih baik keluar dari ruangan paling akhir daripada berdesak desakan. Hal itu juga dilakukan oleh Tika. Perutnya yang masih sedikit perih mengakibatkan dirinya juga malas berdesak desakan. Pasti perutnya akan tertekan jika ia berdesak-desakan. Membuat kondisi semakin lebih buruk.

“rame juga ya ternyata” ujar Tika.

Robb hanya membalas dengan berdeham saja. Matanya fokus ke arah layar ponselnya. Ia mengirim pesan ke sahabatnya untuk menunggu di depan ruangan sahabatnya. Ia akan segera ketempatnya.

“kamu mau kemana robb? Makan?” ujar Tika.

“iya mungkin kalo kantin gak rame rame banget”

“mau ikut aku ga? aku tau tempat makan enak deket sini”

“mahal ga? aku miskin haha”

“yaelah apaan deh haha. Aku traktir kalo kamu mau. Balasan dari roti yang tadi kamu kasih”

“yaaah gak ikhlas berarti itu. engga deh. aku sama temenku aja nanti”

“iihhh. Ayo makan aja. Ajak temenmu juga gapapa”

“gak mau.. ngerepotin. Masa hari pertama udah ngerepotin orang aja”

“aku maksa”

“aku gak mau dipaksa”

“argh!” Tika ngedumel, melipat tangannya di depan dadanya. “yaudah aku ikut kamu”

“aku gak mau dipaksa”

“aku gak maksa!”

“itu namanya maksa”

“terserah!”

Robb hanya tertawa melihat respon Tika. Ia lalu bangkit dari bangkunya karena suasana ruangan sudah cukup sepi. Ia langsung bergegas menuju ruangan tempat sahabatnya berada.

Tika mengikuti dari belakang cukup tergesa-gesa karena Robb berjalan cukup cepat. Ngedumel.

Sepanjang perjalanan menuju tempat Daris, tidak ada obrolan diantara mereka. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Tika sibuk mengejar Robb yang berjalan cukup cepat dan ditengah keramaian, Robb sibuk mencari-cari dimana letak ruangan Daris berada. Banyak sekali koridor di gedung ini. Koridor-koridor ini bersatu layaknya labirin bagi Robb. Membingungkan. Ini merupakan kali pertamanya berada di gedung yang sangat luas dengan koridor sebanyak ini. Bukan hanya koridornya, ruangannya juga serupa jika dilihat dari luar.

Akhirnya dengan perjalanan yang cukup panjang, Robb bertemu dengan sahabatnya. Cukup melelahkan. Robb lalu mengobrol dengan Daris masih di koridor depan ruangan Daris. Robb mengajak Daris untuk makan namun Daris belum ingin makan, ia sudah menghabiskan stok cemilan yang sengaja ia bawa sehingga kini dirinya sudah cukup kenyang.

Setelah cukup lama mengobrol dan cukup beristirahat, Robb merasa ada yang janggal. Cukup lama ia diam saja setelah menyadari perasaan yang janggal itu. Daris juga cukup bingung dengan perubahan mimik Robb secara tiba-tiba.

“ada yang ketinggalan bro?” ujar Daris saat kepala Robb bergerak ke kanan dan ke kiri seperti mencari sesuatu.

“kayaknya ada, tapi gue lupa apa yang ketinggalan” ujar Robb mulai berpikir sambil menggigit ibu jari kanannya. Gestur menggigit ibu jari adalah tanda dirinya sedang berpikir keras.

Daris yang tidak tahu apa-apa karena Robb juga datang hanya sendiri dan tidak membawa apa-apa, ikut mencari sesuatu di tengah keramaian. Walaupun dirinya tidak tahu apa yang sebenarnya ia cari.

“Astaga!!” ujar Robb. “tadi tika kan ngikutin gue. Kok dia gaada sekarang!?” Robb sedikit gusar. Matanya mulai aktif mencari orang dari ujung koridor sampai ujung lainnya. Namun usahanya sia-sia.

Daris hanya bisa menepok jidatnya sendiri karena melihat tingkah sahabatnya. Bisa-bisa nya ia lupa jika ada seseorang yang mengikutinya.

“orangnya kayak apa?” ujar Daris.

“cantik, putih, namanya tika” ujar Robb mulai berjalan menyusuri koridor itu.

“hampir semua cewek yang gue temuin kayak gitu! yang lebih spesifik lah!” ujar Daris mengikuti Robb.

“duuhh gatau gue. Ingetnya itu doang. Dia cantik. Namanya juga cantik pake a” Robb mulai panik. Terlihat dari mimik wajahnya yang tidak tenang dan cara berjalannya yang grusak-grusuk jika ada seseorang di depannya.

Daris hanya geleng-geleng kepala mendengar penjelasan yang tidak ada bobotnya dari Robb. “Ada ya orang yang pinternya kebangetan tapi lupa kalo ada orang yang mengikutinya” pikir Daris. Daris lalu berpisah dengan Robb dan akan segera menghubunginya jika menemukan Tika walaupun dirinya tidak tahu orang yang bernama Tika itu seperti apa. Yang penting membantu teman.

Robb kembali menyusuri jalan yang ia lewati. Untungnya ia memiliki kemampuan untuk itu. Jadi bukan masalah besar baginya untuk kembali ke ruangannya dengan rute yang sama persis seperti saat ia berangkat.

Ia terus berjalan dengan tergesa-gesa. Menanyai semua orang yang sekiranya mengenal Tika. Menyapa semua wanita yang terlihat seperti kesakitan. Namun hasilnya nihil. Ia sudah berada di depan ruangannya semula tanpa hasil. Terengah-engah

Ia mencoba kembali menuju ruangan Daris namun persis sebelum dirinya beranjak ada seorang wanita yang menyapanya. Wanita yang ia temui saat melakukan ujian tertulis.

“hei robb” ujar Indah.

Robb lalu berhenti sejenak dan menyapa balik.

“kok panik banget keliatannya. Ada apa?” ujar Indah.

“temen aku ilang. Aku lagi nyari”

“hah? Kok bisa ilang? Orangnya kayak apa?”

“gatau aku juga kenapa bisa ilang. Dia lagi sakit perut sih katanya. Orangnya cantik, putih juga. namanya juga cantik tapi pake a”

“hah? Apaan si robb hahaha”

“ini beneraan. Liat ga? aku panik nih. Anak orang aku tinggalin lagi sakit”

“gatau si robb, cuman tadi aku liat ada cewek di lobby. Sendirian gitu. kasian juga aku tapi bingung juga. mau ku sapa tapi gaenak, belum kenal, nanti disangkanya aku penjahat lagi haha”

“emang kamu dari mana?”

“dari lobby

“sendirian?”

“iya sendirian”

“berarti itu kamu dong”

“lah? Kan sekarang aku lagi gak di lobby”

“oh iya”

Tanpa pikir panjang, Robb langsung bergegas ke arah lobby. Meninggalkan Indah yang hanya menyaksikan dirinya sambil geleng-geleng kepala. “Orang aneh” batin Indah.

Robb sedikit berlari menuju tempat tujuannya karena ia merasa bersalah telah meninggalkan Tika yang mungkin masih kesakitan. Ia tetap grasak-grusuk saat ada kumpulan orang yang menghalangi jalannya.

Akhirnya Robb sampai di lobby dan benar kata Indah, ada seorang wanita yang tengah duduk di salah satu bangku yang ada di lobby sambil memegangi perutnya. Wajahnya pun terlihat menahan sakit. Robb langsung beranjak ke arah wanita itu.

“hei tik. Kok disini?” ujar Robb berada di depan Tika. Berdiri.

“tanya aja sama tembok tuh! sebel” Tika mendengus kesal. Kepalanya ia alihkan ke arah lain. Tidak mau memandang lawan bicaranya.

Robb yang bingung karena sikap Tika, hanya duduk di sebelahnya. Terdiam.

Ini memang pengalaman keduanya menghadapi wanita yang marah padanya. Mungkin marah cenderung kesal. Ia tidak bisa memikirkan cara apapun untuk membuat wanita itu berdamai dengan dirinya. Ia memang jarang berinteraksi dengan wanita dan dekat dengan wanita. Pengalaman satu-satunya dirinya dekat dengan seorang wanita dan bahkan pernah menjalani hubungan pacaran adalah saat dirinya masih siswa baru di SMA. Dia pernah memainkan permainan truth or dare bersama teman-temannya dan pada saat itu gilirannya. Ia diminta untuk menyatakan cinta kepada salah satu siswa wanita di kelasnya saat itu tanpa wanita itu mengetahui bahwa Robb sedang memainkan permainan. Tak disangka, wanita itu menerima Robb. Wanita yang bahkan Robb belum memulai masa pdktnya dan hanya ia lihat dari fisiknya saja. Beruntungnya lagi saat itu, wanita itu sangat pengertian terhadap persahabatannya dengan Daris. Namun hubungannya kandas karena ada seseorang yang iri dengan hubungan mereka. Rahasia Robb dibongkar dan wanita itu sangat kesal kepadanya karena tidak memberi tahunya dari awal. Setelah itu, nyaris kehidupan sekolahnya diisi oleh Daris dan sahabat-sahabat pria nya.

“makan yuk” ujar Robb.

Hening.

Robb memutar otaknya berkali-kali agar dapat menemukan kata atau perbuatan apapun untuk membuat Tika meresponnya. Dia hanya bisa melihat Tika yang masih kesakitan memegangi perutnya.

Setelah beberapa menit hanya berdiam diri, saling menolak pandangan, entah insting entah apa, Robb menggenggam tangan Tika dan langsung menariknya untuk segera bangkit.

“apaansih narik narik!” ujar Tika. Ia menarik kembali tangannya yang digenggam oleh Robb namun gagal. Robb memeganginya dengan cukup kuat.

“ayo kita ke kantin. Makan. Kamu sakit. Jangan dipaksain. Kita masih ada waktu 30 menit lagi” ujar Robb mulai berjalan menuju kantin. Atau lebih tepatnya keluar dari gedung itu. Robb masih belum tau dimana kantin itu berada.

“ngapain narik narik sih!” Tika masih berontak dan tak mau diajak berjalan.

“biar kamu gak ilang lagi” ujar Robb singkat. Ini membuat Tika terdiam dan hanya mengikuti kemana Robb pergi.

Robb yang bingung sekaligus khawatir dengan kondisi Tika, hanya berjalan sesuai dengan nalurinya. Ia tidak tahu dimana kantin itu berada. Hal itu diketahui oleh Tika yang merasa Robb membawanya memutar mutar kawasan kampus saja. Tika hanya bisa tersenyum karenanya. Ia hanya diam. Mengikuti kemana arah Pria ini akan membawanya.

“aku nyerah. Aku gatau dimana kantinnya” ujar Robb berhenti di depan sebuah ruangan. Ruangan kumpulan organisasi mahasiswa sepertinya.

“gapapa, giliran aku ya yang ngasih tau jalan” ujar Tika menarik tangan Robb.

“emang tau?”

“tau”

“sok tau ah”

“yee gak percaya”

Tika dengan senyumannya sepanjang perjalanan akhirnya bisa mengantar Robb ke kantin. Senyuman kemenangan langsung tersungging di bibir Tika dan ia memamerkannya ke Robb. Robb hanya bisa tersenyum kecut menahan malu. Harusnya dialah yang mengantarnya, bukan malah sebaliknya.

Tika langsung menuju meja yang kosong dan langsung memesan makanan. Robb hanya mengikuti. Posisi mereka kini berhadapan.

“ini udah bisa dilepas kan?” ujar Tika menunjuk tangannya yang masih dipegang erat oleh Robb.

Robb dengan terkejut langsung melepas genggamannya. Mukanya memerah.

“tau dari mana?” Robb membuka obrolan mengurangi gugupnya.

“tadi aku udah sempet tanya ke orang-orang tapi aku gakuat jalan perutku sakit, eh kamu dateng, maksa ke kantin, dan ternyata kamu malah muter-muter gak jelas. Yaudah aku tungguin aja sampe nyerah hahaha”

“dih perut sakit malah ngerjain orang” Robb menggerutu malu.

Tika hanya tertawa melihat tingkahnya. Robb lalu membuka ponselnya dan memberi kabar ke sahabatnya bahwa dia sedang berada di kantin bersama wanita yang dicarinya. Barangkali ingin menyusul. Dan benar saja, beberapa saat kemudian Daris sudah ada di kantin dan makanan yang mereka pesan juga sudah datang.

“gak ngajak indah sekalian robb?” ujar Daris saat bergabung bersama Robb dan Tika.

“oh iya. Lo ada nomernya? gue gaada”

“lah kemarin gak sekalian minta?”

“enggak. Kan cuman makan kemarin”

Daris menepok jidatnya lagi karena tingkah Robb. Tika hanya tersenyum semu melihat tingkah mereka berdua. Mulai memakan makanannya. Daris juga ikut membeli beberapa cemilan untuk persiapan agenda orientasi selanjutnya.

“jadi ini temen lo yang ilang?” ujar Daris duduk di sebelah Robb memakan sedikit cemilannya.

“iya. Beneran cantik kan?” ujar Robb sambil memakan makanannya.

Daris dan Tika sedikit tersedak akibat perkataan Robb.

“kenapa lo? Minum nih?” ujar Robb memberikan minumannya kepada Daris. Tika langsung meminum minumannya.

Daris meminum minuman yang diberikan Robb lalu memasang ekspresi yang cukup terkejut sekaligus kagum karena Robb mengatakannya dengan lantang di depan orangnya langsung tanpa basa-basi.

“lo gak malu?” ujar Daris.

“kenapa gue malu?”

“ya lo sadar kan di depan lo ada orangnya?”

“sadar” Robb menganggukan kepalanya dan sekilas melihat ke arah Tika.

Daris hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kagum. Dirinya tidak punya kemampuan untuk bisa mengatakan hal serupa langsung di depan orang yang bersangkutan.

Butuh hubungan yang cukup serius bagi Daris untuk bisa mengatakan kekagumannya terhadap seorang wanita di depan wanita itu langsung. Satu-satunya hal yang mungkin tidak diketahui Robb tentang Daris. Daris memang terkenal playboy saat bersekolah dan memang Daris selalu bercerita jika dirinya sedang mendekati seorang wanita sehingga Robb mungkin tidak mengira tentang sifatnya ini.

“kenapa si ris?” ujar Robb mulai risih dipandangi oleh Daris.

“gapapa, gue kagum aja”

“kagum kenapa deh?”

“itu elo bisa bilang orangnya cantik langsung di depannya”

“lah? Bukannya beneran cantik? Emang menurut lo dia gak cantik?” ujar Robb menunjuk Tika. Tika hanya bisa tertawa melihat tingkah kedua pria di hadapannya.

“haduuh. Udah udah lupakan aja” ujar Daris salting.

“apaan sih lo? Gajelas” Robb menggerutu.

Seketika itu tawa Tika pecah. Untung saja makanannya sudah tertelan semua sehingga tidak menimbulkan hujan lokal. Tingkah Tika membuat Robb semakin bingung. Robb memutuskan untuk diam saja. Menikmati santapan terakhirnya.

Beberapa menit kemudian, mereka sudah menyelesaikan makannya dan langsung kembali ke ruangan masing-masing. Agenda kedua akan segera berlangsung.

~~~~~~​

Agenda kedua masa orientasi adalah berkeliling mendatangi ruangan-ruangan yang ada di kampus itu. Ruang kelas, ruang para dosen, ruang administrasi dan ruangan-ruangan lain yang menunjang jalannya kegiatan belajar dan mengajar kampus itu. Kampus ini memiliki luas wilayah yang cukup besar. Ada 4 gedung utama di kawasan ini, yang paling dekat dengan pintu gerbang adalah gedung yang berisikan ruangan-ruangan administrative, di sebelah utaranya sekaligus gedung paling belakang di kawasan itu adalah gedung bertingkat dengan ruang kelas dan ruang para dosen serta kawasan kantin yang berada persis di belakang gedung itu, di sebelah barat daya dari pintu gerbang adalah gedung bertingkat yang berisikan ruangan-ruangan khas laboratorium dan sejenisnya, lalu terakhir di sebelah timur gedung khas laboratorium adalah gedung yang berisi ruangan-ruangan yang digunakan untuk segala macam rapat. Para mahasiswa baru, baru mengetahui bahwa gedung yang digunakan untuk kegiatan orientasi pagi tadi merupakan gedung untuk rapat. Rapat apa saja bisa dilakukan di sana, baik dosen, dewan, maupun organisasi-organisasi mahasiswa.

Robb sangat tidak suka kegiatan ini. Karena memang dirinya tidak suka berjalan sambil berdesak desakan. Ada sekitar 60 orang lebih dalam satu ruangan asalnya. Jika ruangan yang didatangi tidak terlalu luas, maka ia pasti akan berdesak-desakan saat berada di dalamnya. Namun, ketidak sukaannya itu terbendung karena selama berkeliling, Robb selalu terkagum dengan kondisi ruangan-ruangan itu. Adanya robot-robot yang menunjang pembelajaran serta computer generasi terbaru menambah kekagumannya terhadap perguruan tinggi ini. Era modern sudah dimulai.

Karena kejadian dengan Tika barusan, secara otomatis tangan Robb langsung menggenggam tangan Tika saat mereka diperintahkan keluar dari ruangan itu. Tika tak bisa menolak karena dirinya pun tidak ingin berpisah dengan Robb di kondisi yang sangat ramai sesak itu. Dirinya hanya diam saja, tersenyum sepanjang perjalanan dan mengikuti kemana arah pria yang menggenggamnya akan membawanya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
CANTIKA
IMG-20190124-214348.jpg
 
Terakhir diubah:
SUDAH UPDATE!! Semoga pada seneng.

Seperti biasa ane butuh masukan agar tulisan makin bagus haha.

ENJOY!!

NB: mohon bersabar yang menunggu adegan ss-nya haha. masih belum mau ke sana dulu :)
 
SUDAH UPDATE!! Semoga pada seneng.

Seperti biasa ane butuh masukan agar tulisan makin bagus haha.

ENJOY!!

NB: mohon bersabar yang menunggu adegan ss-nya haha. masih belum mau ke sana dulu :)

Ok butuh masukan? Kalo ke gaya penulisan ngak ada hu
Tapi Dosennya hu "!!
Dari kagum akan kepintarannya robby, kesederhanaan dan kemandirian robby lalu turun kehati Dosennya jatuh cinta sama robby hu xixixi
10165754_201809010802570263.gif


 
Mantaapp hu, multi pov.
Semoga cwe nya bnyk jg.
Ada dosen ny jg.
Klo cerita sebelumnya kn musuh ny temen seangkatan, semoga nanti musuhny para OB yg lg memperbudak mahasiswi dan dosen.
Maaf lancang.
 
Bimabet
Bazeeng, siapa yg bikin crita ginian ??!!!!
Bagus banget huaa, bahasanya beda. Pertahankan suhu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd