Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG REGRET

#4 Status Sosial
Beberapa hari kemudian.

Robb baru bangun dari tidurnya saat langit sudah mulai menguning menuju warna oranye tanda hari sudah akan berakhir. Sebelumnya memang dirinya menyelesaikan bahan bacaan untuk bahan mengajarnya beberapa hari ke depan. Ujian sekolah akan segera tiba dan dirinya harus siap jika diminta oleh para siswa mengajarkan materi tambahan.

Ia membuka ponselnya yang masih terpasang pada charger-nya dan dirinya mendapati banyak pesan yang masuk. Kebanyakan memang percakapan grup kelasnya yang membahas tentang tugas yang diberikan oleh salah satu dosen. Ada satu pesan yang memang menjadi perhatian bagi Robb. Pesan yang bertuliskan “robb, dimana? makan yuk laper nih” dari seorang wanita yang ia kenal dari awal masa orientasi hingga sekarang. Namun sayangnya pesan itu dikirim enam jam yang lalu yang berarti pada pukul sebelas siang. Robb hanya menghembuskan nafasnya kecewa karena pesan itu sudah dirasa kadaluarsa.

“maaf aku baru bangun hehe” balas pesan itu.

Robb beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi dan ia segera membersihkan tubuhnya. Tubuh yang belum ia bersihkan hampir selama duapuluh empat jam lamanya.

Karena sifat kamar mandi yang bisa memunculkan pemikiran-pemikiran yang liar, tiba-tiba terlintas dipikiran Robb tentang tubuh Indah yang ia nikmati beberapa hari yang lalu dan membuat penisnya secara perlahan menegang. Robb yang sadar langsung menggeleng-gelengkan kepalanya mengalihkan perhatian. Penisnya kembali ke ukuran normal. Dirinya menghela nafas dan melanjutkan kegiatannya lagi tanpa ada gangguan lain.

Setelah mandi, ia langsung memakai kaus yang ia ambil di lemari di dalam kamarnya. Ia lalu memutuskan untuk rebahan lagi karena memang hari ini seperti hari libur bagi Robb. Tidak ada jadwal kuliah dan juga tidak ada jadwal mengajar di bimbel. Robb berselancar di feed media sosialnya lagi dan melihat berbagai katalog gadget-gadget keren keluaran terbaru. Robb tergiur namun dirinya tidak bisa berbuat apa-apa karena kondisi perekonomiannya.

Sedang asyik-asyiknya berselancar memanjakkan matanya melihat katalog gadget, ada dua pesan yang masuk hampir bersamaan. Robb memutuskan untuk membuka pesan yang terletak paling atas di daftar notifikasi ponselnya.

“sekarang lagi ngapain?” isi pesan itu.

“lagi tiduran aja sambil ngasih makanan ke mata. Mataku laper haha” balasnya.

Robb lalu beralih ke pesan kedua.

“lagi ngapain robb?” isi pesan kedua.

Belum sempat membalas pesan itu, ponsel Robb mendapatkan panggilan dari seorang wanita yang bertuliskan nama Cantika di layar ponsel Robb. Robb yang sedikit terkejut langsung menerima panggilan itu tanpa menunggu beberapa detik.

“hayo!! Lagi nontonin apaa?? Pasti nonton yang engga engga deh.” ujar suara wanita di seberang.

“apa sih tik haha. Ini ada helm VR keren banget. Kayak di film yang dulu sempet aku tonton pas sekolah”

“bohong. Hahaha”

“yee gak percaya”

Ada sedikit keheningan beberapa saat karena kedua orang itu tidak tau apa yang harus dikatakan dan diperbuat.

“udah makan?” ujar Robb memecah suasana hening.

“belum”

“gaada yang masak di rumahmu?”

“ada. Tapi udah abis tadi siang. Kamu aku ajak, malah tidur. Sore emang gapernah masak. Mama sama papa pulang dan mereka biasanya udah makan diluar”

“hehe. Memanfaatkan libur”

“dasar”

Hening lagi.

“yaudah aku ke rumahmu ya. Kita makan. Aku juga laper”

“siap pak robb. Aku siap siap”

“dandan ya biar cantik haha”

“pake a ga cantiknya?”

“pake dong hahaha”

Candaan-candaan jenis itu yang bisa membuat hubungan mereka kian hangat.

Robb lalu beranjak dari kasurnya dan langsung menuju lemarinya untuk mengambil pakaian yang dirasa cocok untuk berkeliaran mencari makanan di malam hari. Kemeja tipis berwarna biru langit dengan motif garis-garis dan jaket hoody yang bernada sama menjadi pilihan Robb. Ia juga menggunakan celana levis dengan warna lebih gelap dari atasannya. Tak lupa juga ia menyemprotkan parfum ke arah tubuhnya untuk wewangian.

Robb keluar dari kamarnya dan mendapati Daris sedang memetikan gitar miliknya yang sepertinya baru sampai hari ini setelah ia memutuskan untuk memaketkan gitar miliknya yang ada di kota asalnya. Daris memang suka dengan alat musik gitar dan oleh karenanya saat sekolah, dirinya digila-gilai para wanita karena kemahirannya memaikan alat musik itu yang ia tunjukkan di beberapa kesempatan seperti pentas seni sekolah dan class meeting.

“wey mau kemana bang?” ujar Daris mendapati Robb keluar dari kamarnya dengan setelan cukup rapi.

“mau makan sama tika. Mau ikut?” ujar Robb.

“emmm. Daripada gue ganggu, kayaknya gue nitip aja deh. ada duit kan lo?”

“yaelah apaan deh haha. Dia kali yang bakal ganggu.”

“udah beda Robb haha. Sekarang udah bukan sekolah lagi dan elo tuh tergila-gila banget sama Tika. Keliatan kok hahaha”

Robb hanya terdiam melihat sahabatnya mengolok-oloknya. Ia hanya tersenyum dan pergi meninggalkan Daris yang tersenyum puas karena melihat senyuman Robb. Ia mengeluarkan motornya dan langsung menuju kediaman Tika.


~~~~~~
Langit sudah berganti warna menjadi hitam. Matahari baru saja tenggelam meninggalkan negeri ini berganti menuju negeri lain yang membutuhkan sinarnya. Seorang wanita sedang berada di depan cermin kamarnya, bersolek. Wanita itu sedang menunggu pria yang mungkin sebentar lagi akan tiba di depan rumahnya. Ia memoles wajahnya menggunakan bedak dasar kemudian dilanjutkan oleh bedak bedak lain yang membuat wajahnya kian bersinar. Ia selanjutnya mengoleskan lipbalm di bibirnya sehingga bibirnya tidak kelihatan kering. Selesai melakukan semua itu, ponselnya berdering dan menunjukkan nama Robb di layar ponsel tersebut.

“tika aku udah di depan” ujar suara pria di seberang.

“iyaa. sebentar lagi siap. Tunggu” ujar Tika langsung menutup telefonnya.

Ia lalu mengambil blazer biru muda yang sudah ia siapkan di kasurnya. Ia memakainya untuk membalut kaus hitam yang dipakainya. Ia lalu keluar dari kamarnya dan melewati kedua orang tuanya yang sedang menonton televisi di ruangan tengah.

“pah pinjem mobil ya” ujar Tika mengambil kunci mobil yang berada sebuah kotak yang berada di sebelah televisi.

“mau kemana?” ujar pria yang cukup berumur itu.

“mau keluar sama teman” ujar Tika bergerak mendekati kedua orang tuanya dan mencium tangan kedua orang tuanya.

“temen yang mana? Bukannya udah pisah sama Windy?” ujar seorang wanita yang juga sudah cukup berumur.

“temen kuliah dong hehe”

“cowok apa cewek?” ujar papah Tika.

“cowok pah. Boleh kan?”

“ya boleh aja” ujar papah Tika sambil beranjak dari duduknya.

“loh pah. Mau kemana?” ujar Tika.

“mau ketemu sama temen kamu. Boleh kan? hahaha”

Tanpa menunggu persetujuan Tika, papahnya langsung berjalan menuju pintu depan meninggalkan istrinya yang hanya senyum senyum saja sedangkan anaknya kebingungan. Namun Tika tidak ambil pusing terlalu lama dan ia langsung menuju garasi rumahnya.

Sesampainya di garasi, ia lalu masuk ke dalam mobil sedannya yang hanya mempunyai dua pintu saja. Pintu garasi secara otomatis membuka saat mesin mobil itu menyala. Semacam ada sebuah sinyal yang dikeluarkan mobil tersebut sehingga membuat pintu garasi terbuka. Tika langsung menginjakkan gas dan melewati halaman rumahnya dan mendapati papahnya sedang mengobrol dengan seorang pria yang masih berada di sebelah motornya. Secara otomatis pintu gerbang terbuka lebar saat mobil yang dikendarai Tika berada persis di depan gerbang itu. Tika lalu melajukan mobilnya melewati gerbang itu dan juga melewati kedua pria yang kini sedang melihat ke arah dirinya. Setelah mobil itu berada di luar gerbang, sekali lagi pintu gerbang yang cukup besar itu menutup secara otomatis.

Robb terlihat cukup terkejut saat sebuah mobil berwarna merah tua yang berada di dekatnya. Ia yang sedari tadi melayani papah Tika mengobrol ke sana ke mari, seketika langsung terdiam.

“robb. Masukin motornya ke dalem aja. Kita naik mobil” ujar Tika keluar dari mobilnya.

Robb sedikit melamun namun akhirnya tersadar karena panggilan dari papah Tika. Robb lalu memasukkan motornya masuk ke dalam halaman rumah itu setelah sang empunya rumah secara manual membuka gerbang rumahnya.

Papah Tika segera masuk ke dalam rumahnya lagi saat Robb selesai memakirkan motornya di halaman rumahnya sesuai arahannya.

“kamu bisa nyetir?” ujar Tika yang berada di samping mobilnya.

Robb hanya menggeleng. “kenapa pake mobil sih tik?” lanjut Robb.

“udah malem robb. Nanti aku sakit hehe”

“aduh. Manja amat haha”

“yee maklum”

“kenapa kalo kuliah gak bawa mobil aja?”

“males robb, capek tau. Pagi pagi udah macet-macetan”

“manja”

“maklum”

Robb hanya diam saja menanggapi Tika dan menjadikan suasana menjadi hening dan canggung.

“omong-omong baju kita samaan loh warnanya hahaha” ujar Tika yang masih berada di sebelah mobilnya. Mereka berdua berada di sebelah mobil itu.

“sehati ya haha”

“iyeuhhh hahaha”

“yaudah hayuu kita berangkat biar gak kemaleman nanti”

“sekarang aku ya yang nyetir, besok-besok harus kamu. nanti kalo ada libur lagi aku ajarin kamu nyetir. Kamu harus bisa” ujar Tika seraya masuk ke dalam mobilnya.

Robb hanya diam saja tidak menanggapi perkataan Tika dan berjalan menuju pintu mobil lainnya. Setelah Robb duduk dengan nyaman, Tika langsung menginjak pedal gas mobil itu dan mobil itu melaju menuju salah satu mall di kota metropolitan itu.

Selama perjalanan, hanya satu dua obrolan saja yang tercipta. Itupun hanya sekedar Robb bertanya apakah sudah memiliki surat izin mengemudi, berapa harga mobil ini, punya berapa mobil, penurunan harga VA karena terlibat kasus (hahaha).

Tika juga cukup bingung dengan keadaan yang canggung ini. Dirinya sering mencuri lihat lawan bicaranya saat berhenti di suatu persimpangan sambil menunggu lampu lalulintas berubah warna menjadi hijau. Namun yang ditemukannya adalah ekspresi Robb yang seperti tidak nyaman, seperti ada suatu yang mengganjal namun urung bisa diungkapkan. Memang baru pertama kali mereka melakukan hal ini. Pergi malam-malam menggunakan mobilnya. Selama ini memang yang mereka lakukan saat bepergian bersama adalah hanya saat setelah selesai kelas kuliah, dan itu juga hanya ke tempat-tempat yang dekat dengan wilayah kampus saja dan malamnya biasanya mereka habiskan dengan berbalas pesan dan terkadang melakukan video call jika jaringan sedang lancar dan juga saat sahabatnya yaitu Windy tidak menghubunginya. Walau begitu, ini memang ide Tika dan ia memang ingin menghabiskan hari ini bukan hanya di kamarnya dan ditemani oleh Robb namun memang bersama-sama secara fisik bersama Robb. Memulai langkah besar memang pasti sulit.

Jalanan di kota ini cukup ramai karena waktu pulang kerja. Segala macam transportasi umum terlihat penuh dan sesak. Tika sesekali melihat Robb yang sedang memandang pemandangan kota malam hari dari jendela mobil itu dengan khusyuk. Tika tidak tau apa yang harus ia lakukan. Cara paling mudah berusaha memacah keheningan adalah menyalakan radio dan mendengarkan musik.

Selagi Tika memutar-mutar stasiun radio untuk mencari lagu yang ia sukai, tiba-tiba Robb menggaet tangannya dan memutar pemutar radio itu kembali ke stasiun radio sebelumnya. Saat tangannya digenggam oleh Robb, Tika sedikit terkejut dan langsung menarik tangannya lagi menuju kemudi mobilnya. Untungnya bagi Tika, pencahayaan yang minim saat ini telah menutupi wajahnya yang cukup memerah karena kejadian barusan. Setelah mendapatkan stasiun radio yang diinginkan, Robb kembali hanyut dalam lamunannya melihat isi dan kehidupan kota saat malam.

Cintaku bukanlah cinta biasa
Jika kamu yang memiliki
Dan kamu yang temani ku seumur hidupku

Begitulah bunyi penggalan lagu yang terdengar di mobil itu membuat suasana semakin syahdu.

“robb” ujar Tika perlahan menghadap lurus kedepan.

“kenapa tik?” ujar Robb mulai menolehkan kepalanya ke arah Tika.

“jangan suka ngagetin”

“maaf”

Hening. Robb kembali menatap pemandangan di luar mobil.

Saat penggalan lirik lagu itu terdengar kembali, terdengar samar-samar suara dengungan keluar dari mulut Robb. Tika yang menyadari hal itu hanya tersenyum. Senyum puas karena membuat dirinya tahu lagu favorit Robb. Lagu yang memang sudah cukup berumur. Namun melodinya, nadanya, suara sang penyanyinya memang menyejukkan jiwa.

“kok bisa suka sama lagu itu?” ujar Tika saat lagu tersebut selesai diputar dan diganti suara sang penyiar yang sedang membacakan kiriman-kiriman pesan dari para pendengar.

“gatau tik. Emang lagunya populer banget pas sekolah dulu. lagu baru. Penyanyi baru. Berasa fresh aja gitu” ujar Robb yang kini mulai memandang lurus kedepan. Tidak lagi ke arah jendela.

“lagu baru? Bukannya ini lagu lama ya?”

“keluar pas aku masuk sma deh pokoknya”

“aduh. Kok jauh banget ya haha. Disini lagu itu udah lama robb. Kayaknya pas aku SD deh keluarnya”

“masa sih? Kok baru denger pas sma ya?”

“yaudahlah gapapa. Toh emang lagu dulu enak enak”

“emang yang kalo disini lagu-lagu yang beredar kayak gimana?”

“gak ngerti lah robb. Aku bukan ahlinya haha”

Robb memajukkan bibir bawahnya. Bingung respon apa yang harus ia berikan.

Akhirnya mereka tiba di sebuah mall yang megah sekali bila dilihat dari kejauhan. Tika melajukkan mobilnya ke basement mall itu untuk mendapatkan tempat parkir karena tempat parkir sudah cukup terisi penuh.

Setelah mendapatkan tempat parkir, mereka berdua keluar dari mobil dan langsung menuju pintu masuk mall itu.

Mata Robb bersinar-sinar saat melihat isi di dalam gedung yang cukup mewah ini. Orang-orang berlalu lalang mengtari sudut-sudut gedung itu. Berbagai macam hologram dengan warna serta design yang sangat bervariasi terlihat di seluruh bagian depan toko-toko yang berjejer rapi. Para pemilik toko ikut meramaikan suasana dalam menawarkan produk yang mereka jual. Udara dingin langsung menusuk kulit Robb yang tidak ia tutupi dengan pakaiannya. Tika yang melihat tingkah Robb yang hanya berdiri mematung di tengah jalan mall itu hanya tersenyum dan langsung meraih tangan Robb dan menariknya menuju tempat makan yang biasanya menjadi tempat makan favorit bersama sahabatnya.

“ini pasti mahal mahal ya harga-harganya” gumam Robb yang matanya tambah bersinar saat mereka melewati salah satu pusat gadget di mall tersebut.

Gumaman itu terdengar oleh Tika dan ia langsung membelokkan kepala Robb agar pandangan Robb tidak terpaku ke kumpulan gadget-gadget yang di tampilkan di toko tersebut.

“laper ya matanya?” ujar Tika sambil tersenyum.

“aku gak boong kan?” ujar Robb hanya mengangguk menjawab pertanyaan dari Tika.

Mereka berjalan, melewati toko-toko pakaian, mainan, elektronik, kacamata, menaiki escalator dan akhirnya sampai di tujuan.

Mereka disambut oleh pelayan restaurant itu dan langsung diarahkan ke tempat yang kosong. Kemudian pelayan itu memasukkan sebuah kotak kecil ke dalam socket yang berada di tengah meja itu dan keluarlah daftar menu berbentuk hologram yang muncul di tengah-tengah meja makannya yang berisi makanan dan minuman yang tersaji di restaurant itu. Pelayan itu langsung pergi setelah melaksanakan tugasnya.

Tika langsung menghempaskan bokongnya ke sebuah sofa sedangkan Robb harus menarik sebuah kursi. Mereka duduk berseberangan.

“ayo robb dipilih” ujar Tika.

“kamu duluan aja” ujar Robb sedikit gugup. Ia sekilas melihat daftar harganya cukup tinggi bagi seseorang dengan tingkat perekenomian setingkatnya.

“santai robb. Pilih aja. Aku yang traktir” ujar Tika menyadari gelagat Robb.

“gak mau. Ngerepotin” ujar Robb

“aku maksa”

“aku gak mau dipaksa”

“aku gak peduli” ujar Tika tersenyum. Manis sekali

Robb hanya terdiam. Menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menatap wajah Tika yang masih tersenyum.

“tik. Jangan mentang-mentang kamu kaya, aku miskin. Kamu bisa seenaknya” ujar Robb datar masih melihat wajah Tika.

Senyuman Tika langsung hilang saat mendengar ucapan itu keluar dari mulut Robb. Tika terkejut karena lawan bicaranya berpikiran bahwa dirinya memanfaatkan kekayaan orang tuanya.
“aku juga lagi berusaha buat bikin keadaanku jadi lebih baik. aku memang butuh bantuan. Bahkan di kotaku dulu, aku juga ikut bekerja buat keluarga juga. tapi bukan bantuan jenis kayak gini” ucap Robb.

“robb! Dengerin aku!” ujar Tika. Ekspresinya berubah serius. “aku engga seenaknya. Iya aku mau bantuin kamu…….” ucap Tika terputus.

“tapi bukan kayak gini caranya tik” ujar Robb sedikit meninggikan nadanya.

“dengerin aku dulu robb!!!” suara Tika cukup membuat pengunjung lain dan beberapa pelayan menunda pekerjaannya dan meluangkan waktu untuk mencuri lihat ke arah suara Tika.

Robb cukup terkejut karena bentakan dari Tika dan memilih untuk menundukkan kepalanya.

“aku.. cuma pengen traktir kamu… gaada maksud apa-apa apa selain itu…. tau kenapa aku pengen traktir kamu?” bisik Tika sedikit sesenggukkan.

Robb mulai menaikkan kepalanya. Memandang kembali wajah Tika yang mendung.

“aku hari ini ulang tahun… boleh kan traktir temen pas lagi ulang tahun…… aku gaada maksud apa apa kok robb selain itu…” ujar Tika mulai meneteskan sedikit air matanya. Tika langsung mengusap matanya menggunakan lengannya untuk menghapus sedikit air matanya.

Robb terkejut saat Tika mengungkapkan hal itu. Matanya sedikit melotot karenanya. Ia hanya bisa melihat Tika yang sibuk menghapus air matanya menggunakan lengan bajunya.

“kenapa kamu gak bilang dari awal”

“kamu gak pernah tanya robb” ujar Tika.

Hening.

Tika masih sibuk menghapus air matanya karena air matanya tidak bisa berhenti keluar.

“selamat ulang tahun ya tik. Semoga semua keinginan kamu tercapai” ujar Robb menggenggam tangannya yang masih berada di atas meja.

Senyum langsung tersungging di bibir Tika walaupun air matanya belum bisa berhenti keluar.

“apaan sih. Tadi marah-marah” ujar Tika menarik tangannya yang digenggam oleh Robb.

“kamu gak bilang”

“kamu gak peka”

“maklum. Dan juga tadi papahmu kenapa gak bilang apa apa sih?”

“papah sih emang suka lupa. Padahal tadi pagi udah ngucapin haha”

Robb hanya mengangguk saja menanggapi cerita Tika.

“kamu kapan?”

“rahasia”

“ihhh”

“aku lupa sejujurnya”

“masa lupa?”

Robb hanya mengangguk. Wajah Tika sedikit mengkerut.

“aku tanya daris deh besok” ujar Tika.

“yee jangan dong”

Keadan cukup mencair akibat kejadian tersebut. Mereka lalu memesan makanan dan kali ini Robb legowo bahwa dirinya ditraktir oleh Tika.

Pelayan melayani pesanan mereka dan tak perlu menunggu lama pesanan mereka datang. Mereka memakan makanan itu dengan cukup lahap karena memang keduanya belum mengisi perut mereka sejak siang tadi. Suasana menjadi lebih baik diantara mereka berdua. Candaan-candaan, guyonan-guyonan keluar dari mulut keduanya bergantian. Bahkan sesekali Tika tersedak karena guyonan yang dikeluarkan oleh Robb. Begitupun sebaliknya.

Setelah menyelesaikan makannya, Tika memutuskan untuk langsung pergi karena ia ingin membeli barang terlebih dahulu. Ia meminta Robb menemani. Robb mengiyakan dan mereka langsung pergi ke tempat yang diinginkan setelah Tika selesai membayar pesanannya.

Mereka kembali melewati berbagai toko-toko. Rute yang sama ketika mereka menuju restaurant itu. Namun ada yang sedikit berbeda, jika sebelumnya Tika terkesan menarik tangan Robb selama perjalanan, kali ini Tika merangkul tangan Robb sepanjang perjalanan menuju toko tujuannya. Mereka kembali bersenda gurau selama perjalanannya.

Sesampainya di toko yang dituju Tika langsung melepaskan rangkulannya dan menuju rak-rak yang berisi banyak sekali tas-tas selempang dari berbagai macam merk. Meninggalkan Robb yang tidak tahu apa-apa tentang barang yang ada di hadapannya.

Tika semakin tenggelam karena matanya melihat banyak sekali tas-tas yang telah ia lihat di iklan-iklan dan ingin sekali membelinya namun dirinya belum sempat karena kesibukan kuliahnya. Sampai-sampai Tika tidak tahu bahwa pria yang bersamanya sudah tidak berada di tempat dimana ia meninggalkannya. Tika sibuk melihat-lihat dan memilih-milih mana yang akan ia beli.

Setelah cukup lama berputar-putar di toko itu, akhirnya Tika berhasil menentukan pilihan tas mana yang harus ia beli. Ia segera memanggil salah satu pramuniaga untuk mencatat barang yang akan dibeli. Lalu ia langsung menuju kasir untuk membayarnya dan langsung keluar dari toko itu.

“hadeuh ditinggal lagi deh” ujar Tika saat menyadari bahwa pria yang bersamanya tidak ada dimanapun dirinya melihat.

Tika melihat jam yang ada di tangan kirinya dan sedikit terkejut karena jam sudah menunjukkan pukul Sembilan malam. Itu berarti dirinya hanya berputar-putar di satu toko selama hampir satu jam lamanya. Dirinya semakin resah karena pria yang bersamanya tidak kunjung menunjukkan batang hidungnya.

Tika beberapa kali menelfon nomor Robb namun tidak ada jawaban.

Dirinya seperti anak yang kehilangan induk karena ia hanya berdiri di depan toko itu. Kebingungan.

Beberapa menit kemudian. Saat wajah Tika mulai kusut karena kesal kepada Robb. Pria yang ditunggu-tunggupun akhirnya datang. Robb berjalan sedikit terburu-buru dan nafasnya pun tersengal-sengal saat mendatangi Tika.

“maaf tik” ujar Robb.

Tika masih menunjukkan wajah kesal dan langsung pergi menuju tempat parkir dimana mobilnya berada. Robb hanya mengikutinya tanpa ada obrolan diantara mereka.

“jahat” ujar Tika saat sampai di depan mobilnya berada.

“maaf maaf” ujar Robb berada di hadapannya.

“kemana tadi?” ujar Tika ketus.

“beli ini. muter-muter nyari yang cocok” ujar Robb mengeluarkan sesuatu dari dalam kantung celananya. Sebuah gelang yang tersusun dari sebuah benang yang dilingkari dengan banyak kelereng-kelereng kecil berwarna biru muda yang di dalamnya berisikan huruf-huruf yang disusun menjadi sebuah kata bertuliskan Cantika Carlyle. Nama lengkap Tika. “selamat ulang tahun. Maaf cuman bisa ngasih ini” lanjut Robb memberikan benda itu kepada Tika.

Wajah Tika yang tadinya mendung, berangsur berubah menjadi cerah dan akhirnya tersenyum menerima benda pemberian Robb.

“makasih”

Tika langsung memakainya di tangannya. Bersama dengan jam tangannya.

Suasana kemudian menjadi hening dan canggung karena keduanya bingung ingin mengatakan apa lagi.

“udah yuk pulang” ujar Tika membuka kunci mobilnya dan masuk ke dalam mobilnya. Robb mengangguk dan mengikuti.

Mereka berdua kembali terjebak di situasi yang canggung lagi selama perjalanan.

Saat ini kondisi jalan sudah tidak seramai saat mereka berangkat tadi. Tika memutuskan untuk menyalakan radio lagi dengan tujuan mencairkan suasana yang aneh ini. Namun cara itu nampaknya kurang efektif di kondisi saat ini.

“lain kali bilang kalo mau pergi-pergi. Biar aku gak nyariin” ujar Tika memecah keheningan.

“kamu sibuk sama dunia sendiri sih. Aku pergi masa gak sadar”

“tinggal bilang apa susahnya”

“iya iya. Lain kali”

Perjalanan lebih singkat dibandingkan saat perjalanan berangkat. Saat ini mereka sudah berada di kawasan rumah Tika dan menyisakkan beberapa belokan saja hingga sampai ke tujuan. Robb yang sedari tadi melamun selama perjalanan akhirnya mengejutkan Tika saat hanya menyisakkan satu belokan terakhir menuju rumah Tika. Robb mengatakan bahwa dirinya lupa membelikannya makanan untuk Daris dan membuat Tika tertawa karenanya. Tika sedikit mengomeli Robb lalu memutuskan untuk memutar arah dan mencari restaurant kecil terdekat.
Mereka menemukannya dan memesankan makanan untuk Daris.

“beli apa tadi?” ujar Robb membuka obrolan.

Saat ini mereka berada di dalam restaurant dan menunggu pesanan datang.

“tas selempang hehe. Udah lama pengen beli tapi belum sempet” ujar Tika masih memerhatikan gelang pemberian Robb.

“kenapa sih itu? gak suka ya?”

“ehh? Suka bangeettt. Lucuuu”

“diliatin mulu lagian. Kirain gak suka”

Tika hanya tersenyum ke arah Robb dan akhirnya mereka tertawa bersama-sama. Entah apa alasannya.

Beberapa menit kemudian, pesanan mereka datang, mereka sempat berdebat siapa yang akan membayarnya namun kali ini dimenangkan oleh Robb.

Mereka lalu kembali ke arah mobil, masuk ke dalam mobil lalu Tika menginjak pedal dan melaju ke arah rumahnya.

Pagar rumah Tika kembali membuka secara otomatis saat mobilnya berada di depan pagar itu. Saat pagar terbuka cukup lebar, Tika memasukkan mobilnya dan secara otomatis pula pagarnya tertutup. Selagi menunggu pintu garasi terbuka, mereka berdua turun dari mobil.

“makasih ya traktirannya. Selamat ulang tahun sekali lagi” ujar Robb sambil berjalan menuju Tika yang berada di seberang.

“ya sama sama. Walaupun ini bukan ulang tahun terbaik, tapi gapapa deh. baru pertama juga aku ngerayain ulang tahun sama cowok haha” ujar Tika tersenyum.

“loh? Aku pertama kali?”

Tika hanya mengangguk dan tersenyum.

Sekali lagi mereka terjebak di keheningan.

“peluk boleh?” ujar Robb.

Tika terkejut dengan permintaan Robb namun dirinya hanya bisa tersenyum dan mengangguk kecil tanda menyutujui permintaan Robb.

Robb langsung memeluk tubuh Tika. Membisikan ucapan selamat ulang tahun sekali lagi tepat di telinganya dan tanpa sadar mereka berciuman. Tika sedikit terkejut karena ini merupakan pengalaman pertamanya dicium oleh seorang laki-laki dibibirnya. Ia tidak bisa berbuat apapun karena walau otaknya sedikit menolak, namun tubuhnya sama sekali tidak bisa memberikan respon apapun. Hal yang hanya ia lakukan adalah memeluk pinggang Robb dan menikmati bibirnya dicium oleh Robb.

Cukup lama mereka berciuman hingga akhirnya terdengar suara kunci pintu terbuka dan Robb langsung melepaskan ciuman dan pelukannya dan benar saja papah Tika keluar dari rumah untuk memeriksa keadaan.

“oohh udah pulang. Pintu gerbang kebuka tapi gaada siapa-siapa yang masuk” ujar papah Tika dan ia langsung masuk ke dalam rumahnya lagi.

Robb dan Tika menjadi salah tingkah dan suasana menjadi canggung kembali.

“udah malem aku pulang ya?” ujar Robb memecah keheningan. Ia langsung beranjak menuju motornya yang terparkir tidak jauh dari mobil saat ini.

“makasih ya robb” ujar Tika tersenyum.

“sama-sama tik” ujar Robb ikut tersenyum.

Robb melanjutkan berjalan menuju motornya dan Tika memasukkan mobilnya masuk ke dalam garasi. Tika lalu langsung lari keluar dari garasi itu karena menduga Robb akan kesulitan dalam membuka gerbang utama rumah itu. Benar saja, Robb sudah berada di depan gerbang namun tidak terjadi apa-apa. Gerbang tertutup sangat rapat.

Tika sedikit berlari sambil tertawa melihat Robb yang kebingungan. Ia lalu menekan sebuah tombol yang berada tembok dekat gerbang itu dan gerbangpun mulai terbuka.

“kalo mau manual, pencet ini robb hahaha” ujar Tika dengan nada sedikit mengolok.

“maklum. Norak haha”

Robb pamit dan akhirnya pergi meninggalkan Tika. Tika terus tersenyum saat dirinya masuk ke dalam rumah dan menuju kamarnya. Ia melemparkan tas selempang yang baru saja ia beli ke sembarang arah dan langsung menjatuhkan diri di kasurnya. Ia lalu berteriak namun tertahan oleh guling yang menyumpal mulutnya. Wajahnya kini sangat merah mengingat semua kejadian yang baru saja terjadi. Ia lalu mengirim pesan kepada sahabatnya bahwa dirinya bertemu seorang pria yang sepertinya sudah berhasil mengambil hatinya. Tak lama kemudian, sahabatnya langsung menelfonnya dan mereka berbincang-bincang mengenai pria yang sudah mengambil hati Tika. Hal yang cukup langka terjadi.

Setelah lebih dari satu jam Tika berbincang-bincang dengan sahabatnya melalui telefon, ia menutup telefonnya dan langsung mengirim pesan kepada pria itu sambil terus tersenyum.
“aku suka. Makasih ya :)

This message has been sent.

“tidur. Gelangnya jangan diliatin mulu. Udah malem” balasan pesan itu tak lama kemudian.

“ini mau tidur”

“semoga mimpi indah”

“kamu juga :)

Tika akhirnya bisa tertidur setelah beberapa menit dirinya hanya bisa tersenyum sambil memandangi langit-langit kamarnya. Perasaan baru yang dirasakan oleh Tika. Detak jantung terasa kian cepat. Inikah yang dinamakan jatuh cinta?

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
CANTIKA CARLYLE
41712157-167965627425054-6227029815015893880-n.jpg
 
Terakhir diubah:
Rob hoki ny gede , belum ada status sudah dapat cium, apalagi kalau ada status. Indah belum nongol, bakalan epic nih indah vs cantika. Cantika dari awal memang suka rob sedangkan indah baru menyadari ny..
 
Bimabet
Suhu cuma mau mengingatkan endingnya jangan seperti kemarin sadending apa tred sekarang sama juga :|
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd