Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [Remake] Perjalanan Ke Suatu Pulau

talitalitali

Pendekar Semprot
Daftar
15 Dec 2015
Post
1.594
Like diterima
5.376
Bimabet
DISCLAIMER




Ini salah satu cerita favorit saya yang ingin juga saya remake.
Kalau di ceritanya rencana perjalanan selama beberapa hari tapi sayangnya ceritanya cuma 1 part aja.


Jadi saya mencoba mengubah ke versi saya sendiri lagi.







Tentu saja rawan lama update karna yang [Remake] Naught Wife Sarah part Side Storynya belum beres :Peace:









Silahkan di nikmati.



===================


INDEX


part 1,2,3
part 4,5
part 6

part 7
part 8





***










Siang itu suasana di kantin , belakang kampus itu tampak ramai dengan para mahasiswa dan mahasiswinya,
gelak tawa, suara dering ponsel, suara alat makan beradu, suara mesin kas semua bercampur jadi satu.
Di salah satu meja , tampak tiga mahasiswi yang cantik sedang asik menikmati makanannya.
Tak lama dua orang mahasiswa menghampiri mereka.







“Hi girl… coba lihat ini!”
kata seorang mahasiswa itu pada tiga mahasiswi itu.











Seorang dari mahasiswi itu mengambil brosur itu dan melihat isinya, isinya berupa iklan liburan ke
sebuah pulau dengan pemandangan laut indah yang eksotis, suasana pulau itu dikatakan dalam brosur
sebuah pulau yang romantis membuat anda lupa pulang.





“Apaan nih To?”
tanya Winda, gadis manis berambut pendek terikat ke belakang itu.


“Ini adalah liburan kita, Win!”
jawab Anto.



Seorang mahasiwi lain, yang bernama Cindy , mengambil brosur itu dari tangan Winda , lalu melihatnya .



“Hmm , asik juga yah, tapi ini cuma buat orang borju.."
"Lihat aja biaya tournya, mahal…”

Cindy berkomentar.



Anto tersenyum, begitu juga , Bayu temannya karena mereka sudah punya rencana lain.



“Kita ke sana , engak lewat tour itu..."
"Tapi kita ke sana , dengan sewa kapal sendiri yang tentu biayanya jauh lebih murah…"

"Asyik kan bisa ngerasain seperti di Titanic?"
"Kalau pesawat terbang gitu kan ga bisa 100% nikmatin perjalanannya”

terang Anto .


Ketiga gadis yang cantik cantik itu melihat ke Anto.







”Gimana caranya?"
"Sewa kapal lebih mahal dong..”

tanya Cindy penasaran .


“Tenang aja , Paman si Bayu , itu orang pelabuhan."
"Dia kenal seorang yang menyewakan kapal , dengan harga murah..”

kata Anto.



”Kapalnya sih gak gitu mewah , tapi cukup lah, ada tiga kamar buat kita-kita.”
kata Bayu berpromosi.


“Iya asal bener aja kaya Titanic, bukannya titasik hihihi.”
canda Cindy.


“Terus biayanya , jadi berapa seorang?”
tanya Winda yang mulai tertarik.


“Gini aja, semua orang siapin dua juta aja.."
"Masing masing , itu buat sewa kapal."

"Selebihnya terserah, bisa buat uang saku.”

kata Bayu lagi .




Tak lama ada seorang lagi yang datang menghampiri mereka.


“Hi.. lagi pada ngapain nih?”
kata seorang dosen muda, yang tiba- tiba sudah berada dekat mereka.


“Eh Bu Helen, ini…kita lagi bikin rencana buat liburan semester nih.”
terang Vivian , seorang mahasiswa , yang paling cantik dan agak pendiam itu.



Dan sekali lagi Anto menerangkan rencana liburan mereka pada dosen muda yang cantik itu.
Setelah mendengar penjelasan itu , Helen pun menganguk.



“Vi, kamu ikut?”
tanyanya .


“Maunya sih ikut , tapi mesti tanya ortu dulu nih..”
jawab Vivian .




“Emmm… saya boleh ikut gak?”
tanya Helen lagi.


“Serius nih mau ikut?!”
seru Anto.


Helen tersenyum ,



”Serius dong, emang acaranya tertutup buat dosen yah?”
jawab Helen


“Enggak..enggak kita ga bermaksud nolak kok."
"Kita malah seneng banget kalau Ibu ikut."

"Asal jangan ngasih kita kuliah dikapal aja ntar, hehe..”

jawab Bayu bercanda.



“Kamu ini dasar!”
kata Helen menepuk kepala pria itu dengan brosur



“Tapi jangan panggil saya Ibu dong ini bukan jam kelas.."
"Kan kesannya tua ntar.."

"Panggil Ci…kan udah sering saya bilang!”




Mereka pun tertawa-tawa.



“Eh, Vi, sekalian aja ajak, si Vina, please yah!”
kata Bayu yang kebetulan naksir adik Vivian yang bernama Vina itu .


“Iyah , nanti saya coba ajak dia."
"Tapi mesti tanya ortu dulu nih."

"Boleh gak.”

jawab Vivian .



“Eh omong omong berapa lama sih, perginya?”
tanya Helen lagi.


“Hmm, kira-kira seminggu deh, paling lama sepuluh hari.”
jawab Anto.


“Yah udah, kita bicarakan besok lagi deh."
"Pokoknya kasih kabar yah , yang bisa ikut siapa saja..”

kata Bayu.




“Oke deh, segini dulu aja."
"Kalau mau ajak yang lain juga masih boleh sih.."

"Tapi jangan terlalu banyak.."
"Soalnya kapalnya gak terlalu besar loh...”

lanjut Anto .



Mereka pun sepakat, untuk bertemu lagi besok, untuk memastikan bisa atau tidak.





***





Esok harinya mereka berkumpul lagi di kantin belakang kampus mereka. Semuanya jadi berangkat.
Tentunya beberapa dari mereka berbohong, pada orang tua mereka, dengan alasan wajib dari kampus
mereka. Yang paling berbahagia saat itu adalah Anto karena gadis pujaannya Vivian akhirnya ikut juga.


Sudah setahun lebih Anto melakukan pendekatan terhadap Vivian, memang susah karena Vivian memang seorang mahasiswi
favorit yang bukan cewek gampangan. Memang Anto belum menyatakan cintanya pada gadis itu, dia menunggu saat yang
tepat agar hasilnya tidak mengecewakan karena mendapat cinta gadis ini memang ibarat makan ikan yang banyak durinya,
kalau tidak sabar dan pelan-pelan niscaya durinya akan melukai. Namun tanda-tanda ke arah sana sudah ada, selama ini
Vivian memang sudah menunjukkan reaksi positif atas usaha Anto. Dalam liburan kali inilah Anto berencana mengungkapkan
perasaan hatinya.



Hal serupa juga dirasakan oleh Bayu, permintaannya agar Vivian mengajak adiknya, Vina terkabul. Dia mengenal gadis itu ketika mengantarkan tugas kelompok ke rumah Vivian dan saat itu yang menerima adalah Vina. Waktu itu dia sempat berkenalan
di pintu rumahnya tapi belum jauh karena Vina sudah keburu dipanggil ayahnya dari dalam rumah. Bayu mencatat, nama-nama temannya di carik kertas. Bayu ,Anto, Vivian, Vina, Winda, Cindy dan Helen.





“Eh ngomong-ngomong.."
"Lo orang mesti cepat setor uang dua jutanya dulu yah.."

"Gua mau bayar sewa kapalnya nih..”

kata Anto .



"Yah udah..."
"Gua tranfer aja yah.."

"Kasih no rekeningnya dong.”

kata Cindy yang cantik dan centil itu .


Bayu pun segera menyebutkan no rekening banknya .


”Eh, di kapal itu ada dapurnya.."
"Jadi bisa dipakai buat masak."

"Lo semua mesti inget bawa bekal buat masak!”

kata Anto.



Mereka pun menganguk .



”Sebagian sudah gua atur, beras, dan lauknya sudah gua siapin."
"Paling gua harapin tambahan dari lo-lo pada.”

kata Anto lagi .



”Sip, deh tenang aja…”
kata Helen .





“Oke deh, kalau gitu kita tinggal tunggu waktu keberangkatan kita yah..”
kata Anto lagi dengan semangat.



Mereka pun menganguk.



Waktu yang ditunggu telah tiba, mereka pun berkumpul di kampusnya. Setelah semua siap,
dengan menyewa dua buah taxi, mereka berangkat menuju pelabuhan dimana kapal yang
mereka sewa bersandar .



”Wah, kapalnya lumayan yah!!"
"Bagus juga!!”

kata Cindy ketika melihat kapal yang mereka sewa.


”Halo! Saya Bagaskara, yang akan mengemudikan kapal ini..”
kata kapten kapal itu memperkenal diri.


Cindy pun menyalami kapten kapal yang setengah baya itu .


”Halo kapten..”
sapa Bayu.


”Halo juga Bayu..”
jawab Kapten itu yang sudah cukup akrab dengan bayu sebelumnya .


”Wah , teman-teman kamu , cantik-cantik yah.”
kata Kapten Bagaskara yang membuat Cindy tersipu genit.

”Ayo naik!”
ajak kapten itu .



Mereka pun menaiki tangga kapal itu .


”Nah ini kamar, itu juga semua ada tiga kamar."
"Kalian pilih deh mana yang cocok.”

kata Kapten Bagaskara.


Mereka pun memilih, Vivian dan adiknya, serta Helen, di kamar tengah. Sedangkan Cindy dan Winda di kamar belakang.
Anto dan Bayu menempati kamar depan. Setelah membereskan barang-barang bawaanya, di kamar kapal itu.
Mereka pun kembali berkumpul dengan kapten kapal itu.


Kapten kapal itu menerangkan lagi, dimana dapurnya, dimana ruang kemudi, dan ruang lainnya.


“Nah ini buat yang mau mancing, ini rell troling.”
terang kapten kapal itu .


“Wah asik juga , boleh coba nih.”
seru Bayu.


“Satu lagi yang penting.”

Bagaskara menambahkan.

“Kalau terjadi apa-apa ambil kotak berisi penunjang kehidupan ini disini."
"Kelak akan sangat membantu dalam keadaan darurat!”

kata pria paruh baya itu seraya membuka sebuah tempat mirip brankas di salah satu koridor kapal.



Di dalamnya ada sebuah kotak merah sebesar CPU berbahan plastik tebal. Benda itu sengaja diletakkan
disitu agar mudah diambil bila diperlukan pada saatnya. Para muda-mudi itu mangut-mangut mendengar
penjelasan itu.



“Lama perjalanan sampai ke pulau itu.."
"Kira-kira tiga empat hari.”

terang kapten Bagaskara.


Mereka pun menganguk.


“Oke kalau tidak ada pertanyaan lagi…"
"Bisa kita berlayar sekarang?”

tanya kapten itu.

“Sip.. berangkat!”
jawab mereka hampir bersamaan



Perlahan kapal itu bergerak, meninggalkan pelabuhan itu, menuju lautan luas .













#Bersambung.





***















(Ilustrasi Helen)



(Ilustrasi Cindy)



(Ilustrasi Winda)



(Ilustrasi Vivian)



(Ilustrasi Vina)
 
Terakhir diubah:
PART 1







(Ilustrasi Cindy)










Anto dan Bayu berada di dekat ruang kemudi bersama kapten kapal itu, mereka asyik ngobrol dengan Kapten Bagaskara soal kelautan
dan Sang Kapten berwajah kebapakan itu juga membagikan banyak pengalamannya selama 30 tahun lebih di laut pada mereka.


Sedangkan Vivian, adiknya, serta Helen , masih berdiam di kamarnya. Cindy dan Winda asik berkeliling kapal itu .

Di belakang kapal mereka melihat tiga orang anak buah kapal. ABK itu sedang membersihakan dek kapal itu.
Ketiganya berkulit gelap , dan tampangnya agak seram.




“Mau mancing non?”
tanya seorang diantara mereka .


“Eh engak bang, cuma lihat-lihat aja.”
jawab Cindy.


“Oh…gitu gak apa-apa.”
“Saya suka di lihatin kok..”

“Apa lagi sama cewek cantik.. hehehe.”

goda ABK yang berkumis dan kurus tinggi itu.




Winda risih mendengarnya, tapi tidak begitu bagi Cindy. Gadis cantik 21 tahun yang memang genit dan centil itu malah menanggapinya dengan senyum. Selain mahasiswi dia bekerja part time sebagai SPG sehingga memang terbiasa menebar pesona seperti itu, kehidupan seksnya juga lumayan liar, dia dikenal sebagai bispak yang pernah jual diri ke Oom-Oom dengan tarif tinggi.






“Uh bisa aja deh si abang..”
balas Cindy.






Ketiga ABK itu tersenyum pada Cindy. Tiga pasang mata itu menatapnya dengan penuh hasrat pada kedua gadis belia itu terutama Cindy yang saat itu memakai kaos kuning tanpa lengan dipadu dengan hotpants dari bahan jeans yang pendek dan ketat. Dengan demikian keindahan tubuhnya tercetak jelas, lengan dan paha jenjangnya yang mulus itu membuat ketiga pria ini menelan ludah. Winda yang saat itu memakai kaos longgar dengan celana sedengkul juga menjadi tontonan mereka tapi kalah perhatian dari temannya yang pakaiannya lebih berani itu.





“Eh Cindy balik yuk..”
ajak Winda yang merasa tak nyaman dengan tatapan mereka.






Cindy pun mengikuti ajakan temanya untuk balik ke kamarnya. Pandangan ketiga pria itu mengikuti sosok tubuh mereka yang menjauh terutama Cindy yang sengaja melenggak-lenggokkan pinggul indahnya seperti berjalan di catwalk, terlebih ketika gadis
itu menoleh sekilas dan mengedipkan mata pada mereka.






“Gila , cantik-cantik yah tuh cewek, bikin nafsu ..”
kata ABK yang paling tua berumur sekitar 50an bertubuh kekar itu.




“Tul tuh apalagi yang badannya semok itu”,
“Nafsuin banget!”


“Kayanya dia suka gua!”
“Tadi liat gak dia ngedip gitu hehehe..”

timpal temannya yang bergigi agak tonggos itu.


“Ngaco dia ngedip gitu ke gua lagi!”
“Gua liat jelas kok!”

kata yang kurus tinggi itu.




Mereka kasak-kusuk sendiri padahal kedua gadis itu sudah menghilang dari pandangan mereka.




“Hei! ngapain disitu ngerumpi!”
sebuah bentakan dari belakang tiba-tiba membuat mereka terkejut dan menoleh ke arah suara.


“Yat, dari tadi saya panggil suruh periksa ruang mesin kok ga jawab?!”
“Malah ngerumpi! Ayo sana !”

perintahnya galak.


“Iya…iya kapten, maaf-maaf!”
pria tonggos bernama Yayat itu pun langsung berlari kecil ke dalam.


“Kamu Oman, ikut saya ke ruang kemudi!”

“Masa ngepelnya belum beres juga!”
“Kapal udah jalan tahu!”

perintahnya lagi pada yang kurus tinggi itu,








Bagaskara memang berwibawa di mata anak buahnya, sekali perintah saja mereka sudah menjalankan perintahnya.
Kadang memang dia harus bersikap keras begitu sebagai seorang pemimpin, namun di saat-saat santai dia akan
akrab bagaikan teman lama dengan mereka.




Malam hari , seusai makan malam , para mahasiswa mahasiswi itu bersenda gurau di dek tengah kapal itu.
Walau tak semewah Titantic, tapi kapal itu di lengkapi televisi dan DVD player. Sambil menonton film mereka
ngobrol membicarakan keindahan tempat rekreasi tujuan mereka. Lain dengan Cindy, di tengah film dia mulai
merasa bosan karena subtitle filmnya agak ngaco (maklum DVD bajakan) sehingga tidak terlalu mengerti,
maka dia memilih keluar dari dek itu, menikmati hembusan angin malam lautan luas itu dengan menghisap
sebatang rokok mentolnya.



Tidak jauh dari tempatnya tiga ABK itu sedang beres-beres dan melihat ke arahnya, sekali lagi mereka
menikmati keseksiantubuhnya. Dengan hot-pants jeansnya, paha mutih mulusnya terlihat jelas.

Satu ABK yang bernama Gino nekat mendekat dan menegurnya.






“Wah , sudah malam ngapain aja diluar gini?”

“Nanti masuk angin lho Non!”

katanya membuka pembicaraan.


“Ih, bikin kaget saja, saya kira siapa!”
jawab Cindy.


“Lagi ngapain Non?”
“Sendirian di sini..”

tanya Gino lagi.


“Lagi butuh ngerorok bang.”
“Cindy abis makan, abang mau?”

jawab Cindy sambil menawarkan rokoknya pada Gino.




”Ah engak ah, rokoknya mentol..”
“Nanti saya jadi impoten!”

jawab Gino .


“Hihihi .. emang sekarang gak impotent?”
canda Cindy genit sambil tertawa kecil.




“Wah yah engak toh Non, mau di coba juga boleh!”
jawab Gino semakin berani.




Wajah Cindy agak memerah, sepertinya dia melepar bumerang.
Dua ABK lain juga melihat jelas, Gino berhasil mendekati Cindy.





“Dasar abang-abang mesum.”
batinnya.


”Ah..abang, bisa aja!”
“Masa ajak saya nyoba sih?”

jawab Cindy.





”Hehehe, maaf deh non..”
“Maklum di laut jarang ada cewek secantik non.”

Gino melepas rayuannya.



Cindy menjadi ragu untuk menggodanya, dia tidak terlalu sedang mood untuk berlaku binal.
Dia pun melempar sisa rokoknya ke laut, menghembuskan asap rokok dari mulutnya, dan berkata..





”Sudah yah bang.”
“Saya masuk dulu, dingin disini.”






Cindy pun berjalan cepat masuk ke dek tengah kapal itu untuk bergabung kembali dengan temannya.







Beberapa jam kemudian mereka pun masuk ke kamar, dan bersiap untuk tidur. Begitu juga dengan Cindy,
yang masuk ke kamar bebarengan dengan Winda. Mata Cindy masih terbuka lebar, sedangkan Winda sepertinya
sudah asik di buai mimpi indahnya. Namun entah apa yang ada dipikirannya, tiba-tiba perlahan kancing celana
hotpannya di bukanya , dan perlahan resletingnya pun ikut di buka.


Perlahan jarinya masuk ke balik celana dalam putihnya, dan merabai selangkangannya sendiri.


Mulutnya mengatup matanya terpejam. Cindy melakukan masturbasi. Ini memang sering di lakukannya,
kalau dia sedang horny tiba-tiba , tapi ini di sebuah kapal. Apa yang di imajinasikannya tidak lain bercinta
dengan para ABK itu. ABK yang berumur jauh lebih tua darinya , dan berwajah gahar, berkulit kasar.

Sudah lebih dari dua bulan Cindy tidak merasakan sentuhan pria sejak putus dari pacar terakhirnya sehingga
kini libidonya menggebu-gebu merindukan belaian, ciuman dan persetubuhan dengan lawan jenis yang perkasa
dan mampu membuatnya menggelepar-gelepar.






“Aduh ini kenapa horny abis.”



“Pengen kontol..”
“Pengen ngentot..”

ucapnya dalam hati.





Ssh...





“Abang tadi wanginya enak!
“Jantan abis.”



“Pasti kontolnya enak..”






Aah..





“Gua kayaknya horny karna keinget wanginya!”
lanjut percakapan dirinya didalam hati.






Tangannya terus bermain di selangkangnnya sendiri , sampai tubuhnya mengejang. Dan perlahan tangannya keluar dari balik celana dalamnya. Jelas terlihat jari-jarinya yang basah akibat lendir birahinya. Cindy membersihkan jari jarinya dengan tissue seadanya.


Setelah menaikan kembali resleting celananya lalu dia tertidur pulas.
















#Bersambung
 
Terakhir diubah:
PART 2





(Ilustrasi Vivian)




(Ilustrasi Helen)










Hari Kedua




Esok harinya, Bayu dan Anto, asik memancing dengan troling di belakang kapal itu, di bantu dengan
dua orang ABK kapal itu. Vivian, Vina , dan Hellen berada di dek tengah, Vivian dan Helen sedang asyik
ngobrol sambil bersandar di pagar kapal, Helen sedang bercerita tentang rencana pertunangannya yang
tinggal tiga bulan lagi dan Vivian juga berbagi cerita tentang kehidupan cintanya yang sedang dibayangi
Anto, dia meminta pendapat dan nasehat dari dosen itu, sementara di belakang mereka Vina sedang
berbaring di sebuah kursi santai sambil mendengarkan lagu dari MP3 playernya.



Sebuah kacamata hitam menghiasi wajahnya. Yayat si tonggos itu ketika lewat di depan mereka matanya
tidak bisa lepas dari ketiganya, terutama Vina yang sedang berbaring dengan celana pendek dan tank top
kuning yang mini sehingga perutnya yang rata itu terlihat.




“Siang Non.”
sapanya pada mereka sambil cengengesan yang dibalas ramah oleh ketiganya.






Winda membaca buku di dek terbuka, menikmati angin laut yang segar. Cindy memeperhatikan Anto dan Bayu yang sedang memancing. Tapi jelas matanya menatap, para ABK itu. Ada birahi tersendiri dalam diri Cindy kepada para ABK itu. Cindy
melamun dan mengkhayal, bagaimana rasanya jika vaginanya di masukan penis mereka.







“Gua udah gila ngentot kayaknya.”



“Duh kalau udah ada rasa-rasa kayak gini..”
“Pengen diganjel kontol!”

pikir Cindy dalam lamunannya.




“Gua dapet.. gua dapet..!!”
seru Anto membuyarkan lamunan jorok Cindy.




Dengan di bantu Bayu dan Gino, perlahan lahan, ikan yang terpancing Anto di tarik ke atas kapal.
Lumayan besar ikannya, cukup untuk memberi makan semua orang dikapal itu bila ditambah empat
ekor hasil sebelumnya yang berukuran biasa saja.






“Wah, entar malam bisa pesta ikan nih!”
kata Bayu.




“Yup…”
“Kasih aja ke Bu…”
“Eh Ci Helen, dia kan masaknya jago!”

kata Anto.





Malam itu , selesai makan ikan bersama , mereka pun bersiap kembali ke tempat tidurnya.
Sebelum pergi tidur Bayu sempat ngobrol-ngobrol dengan Vina dulu sambil berkeliling kapal,
mereka berhenti di ujung depan kapal itu mengobrol di bawah bintang-bintang di langit,
romantis bagaikan adegan Leonardo dan Kate Winslet di film Titanic itu.



Sepertinya hubungan mereka makin nyata, saat itu Bayu mulai berani memegang tangan Vina,
namun Vina dengan malu-malu menarik lagi tangannya dan mengajak ngobrol kembali.
Hatinya berdebar-debar, demikian pula halnya dengan Bayu, pemuda itu sangat berbunga-bunga
karena usahanya yang mulai berbuah.



Masih dalam saat yang sama, kita tengok sebentar keadaan Anto, pemuda itu sedang berjalan
menuju kamar Vivian hendak meminta odol untuk sikat gigi, sekalian berdalih agar bisa ngobrol dengannya.
Dia menemukan pintu kamar yang ditempati Vivian beserta Helen dan Vina terbuka sedikit. Melalui cermin besar
di samping pintu dia dapat melihat sebagian keadaan di dalam, tapi tidak ada siapapun di atas ranjang itu.



Dia lalu membuka pintu itu lebih lebar tanpa menimbulkan suara dan melongokan kepala
ke dalam, benar tidak ada orang di ruang itu, tapi terdengar suara siraman shower dari kamar
mandi di dalam sana.





“Hei, ada yang mandi, siapa nih ?”
pikirnya mulai ngeres.






Dia tahu Vina tidak akan kembali dalam waktu dekat karena baru tiga menit yang lalu sedang jalan-jalan di luar.
Maka dengan mengendap-endap Anto mendekati kamar mandi dan mencari celah mengintip. Betapa bersyukurnya
Anto menemukan celah pada tempat engsel pintu yang sambungannya agak renggang sehingga bila menepelkan
mata di sana akan langsung terlihat ke dalam yang tepat menghadap shower. Di bawah siraman shower itulah Anto
melihat hal yang paling di impikannya, tubuh polos Vivian, gadis impiannya itu, bukan hanya itu di sana juga ada
Helen yang sedang menggosok tubuhnya dengan sabun.





Penis Anto langsung bangkit melihat kemolekan tubuh kedua wanita cantik itu. Payudara Vivian sangat montok
dan kencang ukurannya 34C dengan puting kemerahan yang menggiurkan, sedangkan Helen walaupun payudaranya
sedang tapi bentuknya bagus, bulat seperti bakpao dengan puting mungil nya yang berwarna lebih gelap dari Vivian.
Baik kemaluan Vivian maupun Helen keduanya ditumbuhi bulu-bulu lebat yang hitam legam, kontras dengan kulit
mereka yang putih. Tangan Anto mulai memegangi penisnya dari luar celana trainingnya dan memijatnya perlahan.

Obrolan mereka di dalam juga terdengar oleh Anto. Sepertinya mereka sedang membicarakan tentang kehidupan
cinta masing-masing.




“Emang dulu sama mantan kamu waktu SMA udah ngapain aja Vi?”
itulah pertanyaan Helen yang pertama didengar Anto.


“Nggak kok, kita cuma jalan bareng paling pegangan tangan..”
“Papa gua kan orangnya strict banget sih!”



“Ciuman juga nggak yah?”

tanyanya lagi dan dijawab Vivian dengan gelengan kepala.





Jawaban ini membuat hati Anto senang, berarti Vivian memang benar-benar gadis suci sesuai yang diharapkannya.







“Ci sendiri gimana sama tunangannya?”
Vivian yang punggungnya sedang digosok Helen bertanya balik.




“Hihihi…”




“Yah gitulah, gimana yah omongnya?”
“Yeee…udah ngapain hayo !”

goda Vivian.





“Mmm…”


“Coba-coba aja sih selama ngga ngerusak keperawanan.”
“Gapapa kan?”

Helen menjawab agak malu-malu.





“Oiya mau tanya Ci.”
“Emang kalau French kiss itu enak ga menurut Cici?”


“Soalnya saya kadang ngeliat di film sampe main lidah gitu.”
“Tapi kayak geli tapi gimana gitu..”

tanya Vivian.



“Well… I think it is hot enough and I enjoy it.”
“Ssttt… jangan bilang sapa-sapa yah, ini rahasia kita aja.”

jawab Helen



“Vi coba liat sini.”

“Biar gua ajarin lu sedikit.”

katanya seraya membalikkan tubuh Vivian saling berhadapan dengannya.





Anto tidak bisa mendengar jelas dialog-dialog terakhir Helen karena dia setengah berbisik. Dia hanya
melihat mereka sudah berdiri berhadapan lalu Helen menyeka rambut panjang Vivian ke belakang.
Mata Vivian terpejam lalu Helen menempelkan bibirnya pada bibir Vivian. Wow, Anto terangsang
sekali melihat adegan yang ini, tangannya yang tadi hanya memijat dari luar kini masuk lewat atas
celananya dan meraih penisnya untuk dikocok.





Tak disangka, gadis sealim Vivian dan wanita berkharisma seperti Helen bisa melakukan adegan
sesama jenis seperti itu. Anto tidak marah melihat cewek yang dikejarnya melakukan hal itu karena
dia tahu itu tidak berisiko dan mengakibatkan hilangnya keperawanan, sebaliknya dia sangat terangsang
melihat kedua wanita cantik itu berciuman. Vivian membuka mulutnya membiarkan lidah dosen itu bermain dalam mulutnya.



Mereka berciuman sambil berpelukan erat, tangan mereka saling raba punggung dan pantat masing-masing.
Bibir Helen makin turun menyusuri leher hingga tiba di payudara montok Vivian.





“Aahhh…Ci!”
desah Vivian.





Darah Anto semakin menggelegak ketika pertama kalinya mendengar gadis idamannya itu mendesah.







Brak!







Sebuah suara pintu besi dari luar membuat Anto terkejut,



“Sialan ada yang dateng!”
omelnya dalam hati dan bersiap-siap pergi dari situ.



Anto keluar dari kamar itu tapi di koridor kosong tidak ada siapa-siapa, jadi tadi itu suara apa ya?
Perhatian Anto tertuju pada pintu besi tidak jauh dari sana, dia yakin suara itu berasal dari pintu besi itu.
Seingatnya Bram pernah menerangkan bahwa di dalamnya hanyalah gudang. Namun Anto tetap penasaran
ingin tahu apa yang menimbulkan suara barusan. Dengan hati deg-degan dia mendekat ke arah pintu itu dan didorongnya…





Tidak terkunci, nampak sebuah tangga mengarah ke ruang bawah yang gelap sekali.





“Halo!!”

“Siapa disitu ?!”

serunya ke bawah.





Tidak ada jawaban, Anto memberanikan diri menuruni tangga dan melihat sekeliling. Sampai di anak
tangga terbawah dia melihat sekeliling yang gelap dan pengap, tidak ada tanda-tanda kehidupan,
malah dia mulai merinding membayangkan yang seram-seram.

Maka segera Anto pun kembali ke atas tapi tiba-tiba.







Whhaaa!
jeritnya kecil





“Ngapain si lo orang nongol mendadak gitu?!!”
“Ngagetin aja!”

Dia mengomel pada Vina dan Bayu yang lewat situ dalam perjalanan kembali ke kamar Vina.





“Lo yang ngapain disitu To!”
“Gelap-gelapan gitu cari apa?”

balas Bayu.





“Ngga kok, tadi gua denger ada suara aneh aja!”
“Makannya gua periksa..”



“Tahunya lu duaan nongol di depan gua mendadak gitu!”
“Gimana ga jantungan tuh!”





“Emang lo nemu apa di bawah sana?”

tanya Bayu lagi.







“Nggak ga apa-apa, angin kali tadi, balik yuk!”

ajaknya.







Anto bersama Bayu pun akhirnya kembali ke kamarnya. Sebelum naik ranjang Anto sempat masturbasi di toilet
membayangkan tubuh bugil Helen dan Vivian barusan.







“Gak akan bisa gua lupain yang tadi gua lihat!”





Aaah!!





“Vivian!!”
“Gua harus miliki lo!!”














#Bersambung...
 
Terakhir diubah:
PART 3




[
(Ilustrasi Winda)​




















“Aku tak menyangka kamu akan menjadi Kapten kapal.”
ucap wanita itu


“Hahaha, sudah berapa lama?”
ucap Pria disebrang sana sambil menghisap batang rokok kesayangannya.




“Entahlah..”
“5 tahun?”

jawab Wanita itu.




Didalam ruangan kabin khusus untuk kapten itu ada dua insan yang sedang mencoba nostalgia.
Perjalanan liburan ini tak disangka menjadi acara reunian kepada dua orang yang pernah saling menyatu.





“Sebaiknya aku kembali ke kamar.”
Winda pun berdiri dan berjalan menuju pintu keluar







“Winda!”



“Hm Ada apa?”

Winda menoleh.







Hmph cup





“Aku merindukanmu.”





Winda hanya tersipu dan menuju pintu keluar.







Kisah antara Winda dan Kapten Kapal ini, Bagaskara adalah sepenggal kisah lama antara anak remaja. Hubungan mereka harus kandas karna Bagaskara yang harus berpergian jauh. Sebenarnya tak aka kata putus diantara mereka, hanya saja Bram tiba-tiba menghilang.





Winda orangnya cukup sering terbelenggu dengan pahit percintaan. Dibalik tampangnya yang judes dan terlihat cuek, namun didalamnya ada sedikit kerapuhan dan ruang untuk diobati.





Tak bisa di pungkiri bahwa Winda masih memiliki perasaan yang sama terhadap Bagaskara.
Dia juga merindukannya.









Saat keesokan hari, disaat semua sedang memancing, dibalik kacamata hitam yang ia kenakan, sebenarnya sering mencuri pandang mencari keberadaan Bram. Dan saat matanya berhasil menemukan apa yang dicarinya, perasaan bahagia itu selalu muncul.





Bagaskara tak hanya sekedar masa lalu, namun Bagaskara jugalah yang pertama kali mengajarkan Winda akan dunia yang penuh dengan cinta dan kenikmatan. Winda yang memang polos dulunya, sangat mudah sekali dipengaruhi oleh Bram. Segel yang ada pada dirinya dibuka oleh Bagaskara.





Terlihat Bagaskara pun melirik kearah Winda, seketika mereka berdua melempar senyuman tipis.

Mereka pun sepakat untuk tidak terlalu berdekatan saat sedang ramai-ramainya seperti ini.







“Ayo pancing lagi yang banyak Ton!”
ucap Bayu yang terdengar antusias dan membuyarkan momen yang sedang dinikmati Winda.





“Sabar woi!”
“Kalau kebanyakan nanti gimana ngabisinnya?”

balas Anton.





Selanjutnya yang terdengar adalah suara candaan dan musik hinggar bingar memandu kebersamaan para mahasiswa dan mahasiswi itu menuju malam.









***







Winda baru saja selesai mandi dan hendak keluar kamar.





Aaaa plak!





“Aduhh!”
“Ditampar banget nih?”





“Ya lo ada-ada aja didepan pintu.”
“Bikin kaget lah!”



“Ada apa Bagaskara?”

lanjut Winda berbicara sambil mengelus pipi Bram yang tampak memerah.





“Pengen lihat kamu”





Wajah Winda langsung memerah.





Cupp!
Sebuah kecupan mendarat di kening Winda.





“Ikut aku Win..”





Bagaskara langsung menarik tangan Winda, dengan langkah cepat dan hati-hati mereka menulusuri lorong-lorong didalam kapal itu.
Saat hampir sampai kesuatu ruangan, Bagaskara kaget karna dia tak sengaja melihat Bayu dan Vina ada disebrang mereka. Bram pun memberikan isyarat kepada Winda untuk tidak bersuara.



Winda sebenarnya tak tahu, dirinya mau dibawa kemana oleh Bram, tapi setidaknya hatinya sedang berdebar-debar.





Dengan gesit Bram pun berhasil untuk melangkah tanpa disadari oleh Bayu dan Vina.
Tapi rintangan berikutnya adalah Bagaskara melihat Anton sedang berdiri disuatu ruangan.
Tak mau ambil pusing, Bram mencoba untuk membuat dirinya dan Winda tidak terekspose sama sekali.





“Sedikit lagi sampe ini.”
batin Bagaskara.







Karna dengan perasaan terburu-buru, Bagaskara tak sengaja menutup pintu besi itu dengan kencang sehinga menimbulkan bunyi gaduh.





BRAK!







“Shit.”
bisik Bagaskara.





“Sebenarnya aku mau dibawa kemana sih Bagaskara?”
tanya Winda.





NGIIT!

suara pintu besi dibuka perlahan.





Bagaskara pun langsung menarik Winda dan mendekap mulutnya.
Dia pun bersembunyi dibalik dinding besi yang mencuat keluar.





“Halo!!”
“Siapa disitu ?!”

Winda pun menyadari kalau itu adalah suara Anton.





Tak lama pintupun terdengar seperti ditutup. Winda yang agak kesusahan bernafas langsung menarik kebawah lengan Bram.





Mmhuahh...hah hah





“Kamu mau ngapain sih sebenernya?”
“Gua berasa diculik begini.”





Dengan nafsu yang menggebu-gebu Bagaskara langsung memeluk dan meremas payudara kanan Winda.





“Aku gak tahan ingin mengungkapkan rasa rindu aku ke kamu.”
“Dari siang tadi, aku tahu kamu nyariin aku terus.”



“Aku bawa kamu kesini untuk mengingatkan kembali ke kamu”
“Sebesar apa perasaan aku ke kamu.”

bisik Bagaskara ditelinga Winda.



Bagaskara sudah tahu betul bagaimana menaklukan Winda, karna dialah yang pertama kali memberikan karakter baru pada hidup Winda. Winda pun langsung luluh dan horny seketika, saat Bram menggunakan lidahnya menggelitik leher Winda yang terpampang dengan jelas itu. Ada satu titik dibagian lehernya, yang jika terus menerus dirangsang, akan memberikan efek menggila pada diri Winda.







“Aaah..sshhh Bagaskara!”
desah Winda.





“Aku bawa kamu keruangan ini..”
“Karna ruangan ini cukup kedap suara, sehingga kamu gak perlu khawatir.”



“Kamu masih ingat kan, apa yang aku suka?

tanya Bagaskara.







Winda menggangguk dan mulai merebahkan badannya di dada Bagaskara.





“Suara desahan aku...”
ucap Winda.





“Hehehe udah siap?”



Winda pun kembali menggangguk.













***









Tak lama Winda kembali ke kamarnya, saat masuk kedalam ternyata sudah ada Cindy.





“Darimana aja lo?”
“Kapal gak terlalu gede gini bisa gak keliatan??”

tanya Cindy penasaran.





“Muka lo kenapa?”
“Kok basah?”

lanjutnya.



“Iya nih gua tadi langi di tanjung kapal..”
“Rebahan disana mandangin bintang-bintang..”


“Terus ketiduran, ini juga kebangun gara-gara kecipratan air laut.”

Jawab Winda berbohong.





Cindy hanya mangguk-mangguk.





“Gw tidur duluan ya Cin..
“Gw masih ngantuk banget.”

ucap Winda.





“Okay.”





Setelah Winda cuci muka dan sikat gigi, dia pun langsung tertidur pulas. Dia benar-benar kelelahan melayani Bram.
Tak hanya mulut, tapi juga vaginanya yang dipompa secara konsisten cepat oleh Bagaskara benar-benar membuatnya menggila.
Hingga badanya saat ini merasakan kelelahan.



Sementara itu Cindy masih berbaring dengan mata terbuka lebar. Winda sudah tampak terlelap setelah ngobrol-ngobrol sebentar tadi. Dan perlahan Cindy beringsut dari ranjangnya, berjalan pelan, dan dengan hati-hati membuka pintu kamarnya. Dia berusaha tidakmenimbulkan suara sedikit pun . Setelah keluar dari kamarnya , Cindy diam sesaat di deck tengah itu , yakin temannya sudah terlelap, Cindy berjalan keluar.

Angin laut malam itu berhembus kencang , menerpa rambut kemerahannya yang indah. Sambil berdiri bersandar
di pagar kapal itu Cindy menghisap sebatang rokoknya. Matanya berlirik ke kiri dan kekanan, tapi tak ada orang.


Dengan berpegangan pada pagar kapal itu , Cindy berjalan ke deck belakang . Saat itu dia menemukan,
Gino sedang membereskan tali senar, bekas di pakai memancing tadi siang.






Cindy pun mencoba mendekat kearahnya.





“Bang lagi ngapain?”












#Bersambung...
 
Terakhir diubah:
kayaknya dulu judulnya bukan ini, perjalanan ke pulau terkutuk ato apa gitu....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd