PART 8
“
Bajigur! Mana si Oman ini?!”
Batin Yayat
“
Mati nanti kita cuk!”
TRRTTTTTKK DUARRRRR
“
WASEEMMM!!”
“
Ampun banget dah sama badainya!”
“
Kudu buru-buru masuk kedalem ini!”
ucap Yayat
“
Lapor kapten dulu kali ya.”
Baru beberapa saat melangkah tiba-tiba suara gemuruh seperti menghilang, Yayat pun menoleh kearah langit.
“
Lah badainya ngilang dong?!”
ujarnya sambil tak percaya
“
Ya wes lah, lapor kapten dulu baru cari si Yayat!”
“
Tak tempeleng nanti kepalanya ninggalin aku ditengah badai gini!!”
***
(
ilustrasi Winda)
“
Hehehe, saatnya menagih janji.”
“
Eh?”
Bagas pun langsung menarik kepala Winda kearah selangkangnya
“
Lakukan tugasmu lonte!”
ucap Bagas tegas.
Winda pun memberikan senyuman binal saat mendengar perintah dari Bagas.
“
Kamu memang kapten kapal yang hebat.”
ucap Winda dengan ekspresi penuh gairah
“
Hehe, tentu saja!”
“
Lihatkan bagaimana aku dengan mudah menghindari badai tadi?”
“
Lalu mengapa kamu memerintahkan anak buahmu untuk berjaga-jaga?”
ucap Winda sambil mengelus-elus kejantanan Bagaskara.
Bagas pun meraih belakang kepala Winda dan menarik sedikit rambut Winda membuat Winda tersentak kaget dan mendesah “Aah” dengan nada yang manja.
“
Untuk menunjukan kepadamu, seberapa hebatnya aku.”
“
Dannn...”
Bagas sedikit menunda menyelesaikan kalimatnya, dan iya perlahan mengeluarkan kejantanannya dari balik celananya.
“
Dan setiap kapten yang hebat, punya tongkat rahasia digenggamannya.”
Mata Winda pun melotot melihat apa yang ada dihadapannya, perlahan matanya itu berubah menjadi sayu, terkagum-kagum dengan
benda yang akan menjadi kewajiban bagi dirinya untuk dipuaskan.
“
Dan tongkat ini menuntut untuk menguasai hak nya!”
Bagas pun dengan segera memasukan kontolnya kedalam mulut Winda dengan kasar bertepatan dengan kalimat terakhirnya.
HOEKKKMMPPHHMMMM
Winda terlihat seneng sekali dengan perlakukan Bagas tersebut. Dengan penuh perasaan Winda memberikan pelayanan terbaiknya.
Yang ada didalam fikirannya saat ini hanyalah bagaimana ia dapat mampu memberikan kepuasaan atas hasratnya yang menggebu-gebu.
Winda pun tak habis pikir, bagaimana perasaan di masa lalunya itu dapat terus tersimpan didalam memorinya, dimana sampai saat ini,
jika “rasa hasrat”-nya terpanggil, ia dapat berubah serendah ini.
Baginya saat ini, tubuh, harga diri, jiwa, perasaan, dan apapun yang melekat pada tubuhnya saat ini adalah milik Bagaskara seorang.
“
Kapten!”
Krekkk
suara pintu terbuka..
“
Eh!!”
Bagas pun menoleh kearah suara tersebut, Winda terlihat kaget dan ingin segera bangkit dari kondisinya, namun tangan Bagas langsung menahan kepala Winda dengan kuat.
“
Oh kamu Yat, kenapa?”
“
Eh.ee. itu kapten..”
ucap Yayat terbata karna melihat pemandangan didepannya.
Bagas pun tersenyum melihat mimik Yayat
“
Itu.. itu.. kap..”
Yayat masih terbata-bata sambil melihat kearah selangkangan kaptennya.
“
Ngghmmnpp”
desah Winda yang masih berusaha untuk melepaskan kepalanya sambil menepuk-nepuk paha Bagaskara.
“
Itu apa Yat! Yang jelas dong!”
ucap Bagas dengan penekanan tinggi dan lantang
Yayat pun seperti dipukul balik kesadarannya, langsung gelagapan merapihkan kata-kata yang ingin segera ia keluarkan dari mulutnya.
“
It..itu..kapten.. bba..badainya...”
belum selesai omongan Yayat, Bagas melepaskan cengkramnya pada kepala Winda
“
puahhh...hahh..hha..haah..”
suara Winda terngengah-engah pada saat kepalanya berhasil lepas dari selangkangan Bagas,
dan ia pun berusaha untuk dapat mengatur nafasnya dengan berusaha mendapatkan oksigen sebanyak-banyaknya.
“
Yayat!”
“
Iyy..yaa.. kap..kapten!”
jawab Yayat yang semakin berdebar-debar dan gelagapan.
Ia sama sekali tak bisa melepaskan pandangannya dari wajah Winda yang baru saja mengulum kejantan Sang Kapten.
“
Sini ikutan!”
perintah Bagas.
*****
(
ilustrasi Vina)
“
Aduhh....”
ucap Vina sambil memegang kakinya.
“
Kamu gak papa Vin?”
tanya Bayu.
Suara kilat yang besar tadi sempat mengagetkan mereka berdua, dan hal itu membuat Bayu tak sengaja kehilangan
keseimbangnya dan hal itu pula membuat Vina yang sedang ketakutan menjadi melompat. Kondisi kapal yang terus bergoyang,
membuat Vina tak dapat berdiri stabil, ketika ia melompat dari pelukan Bayu, sehingga membuat kakinya sedikit merasakan sakit ketika ia terjatuh.
“
Kaki aku bay.. sakit...”
ucap Vina sambil mengelus-elus kakinya.
“
Aku pegang ya Vin..”
Bayu mencoba untuk mengecek apakah parah kondisi kakinya Vina.
“
Maaf ya Vin aku tadi kaget sampe gak bisa meluk kamu erat.”
ucap Bayu sambil mulai memegang kaki Vina.
“
Gak apahsshh Bay.. siapa juga yang gak kaget denger petir segede itu.”
ucap Vina sedikit meringgis saat Bayu memengang bagian kakinya yang sakit.
Secara tak langsung, suara desah Vina membuat dada Bayu begetar.
Suatu benda yang sempat tegang diawal perjuang mereka ditengah badai tadi, sekarang semakin menegang dengan maksimal.
Pikiran Bayu sekilas menjadi kalut.
“
Anjir desah gitu aja enak banget didenger!!”
“
Gimana pas..”
Tak lama Kapal kembali bergoyang, membuat Bayu sedikit terangkat kedepan. Tangannya yang sedang mengelus kaki Vina terangkat, dan..
“
Ashhh Bayy.yuhh...”
desah Vina kencang.
Bayu pun segera mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Diapun melirik kebawah, dan melihat tangan kanannya tepat berada diatas pangkal paha Vina.
Bayu semakin kalut atas pikirannya.
“
Vin..”
“
Maaf ya, aku gak....”
Bayu pun menekan kembali bagian itu.
“
Aaaasshhhh..”
#BERSAMBUNG