Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA (RIKA) Kutukan Itu Bernama Birahi

fran81

Guru Semprot
UG-FR
Daftar
4 Nov 2010
Post
574
Like diterima
2.865
Lokasi
Di Anu
Terakhir diubah:
Kutukan Itu Bernama Birahi
.
.



Aku terbangun dengan hentakan yang entah kenapa serasa menyayat hati. Kutarik nafas dengan berat. Walaupun ranjang yang kutiduri dalam rumah yang sudah beberapa minggu ku diami ini terasa begitu nyaman, dan membuatku merasa aman serta terlindungi, namun gundah dihatiku masih saja selalu mendapatkan panggung-nya. Dan setiapkali gelombang itu datang, aku masih saja merasa terombang ambing sendirian

Kilirik sekilas jam weker digital yang memancarkan sinar redup itu. 04.12. Pemilik rumah ini, entah bagaimana bisa selalu menempatkan barang-barang pas pada tempatnya. Dan saat ini, sang pemilik rumah “terusir” dari kamar nyamannya karena keberadaanku. Rumah nyaman ini-pun dengan aneh disebutnya dengan “sarang” – entah kenapa.

Aku kembali menatap langit-langit. Kilasan-kilasan ingatan masa lalu kembali membuatku menarik nafas panjang. Beberapa minggu lalu, aku diboyong oleh kakak iparku, mas Adrian – yang dengan bego, kutiduri, setelah dia menceraikanku dengan suami brengsek yang memaksaku menjadi seorang pelacur di Surabaya. Ah, kehidupanku…

Sebenarnya aku lahir dikeluarga yang baik-baik. Diberi nama dengan baik pula, Rika Avarini Suci – kurang baik apa sih namaku? Tapi, mengapa pula kehidupan yang harus kujalani seperti ini?

Eh!?

Jam berapa ini?

Aku kembali memutar badan untuk menatap jam beker digital dimeja itu, kali ini dengan semangat, yang entahlah – kurasakan begitu aneh, beberapa hari ini. 04.34

Dan aku menyeringai aneh – Aneh? Ah, Binal kalau aku boleh mendiskripsikan dengan tanpa kemunafikan

Yep, si-pemilik rumah ini, pada jam-jam segini, setiap hari… ah…

Dan aku turun dari ranjang nyaman ini, mengendap-endap absurd, keluar kamar dengan langkah kaki sepelan mungkin, menuju ke ruangan yang berada di sebelah belakang dari rumah ini. Sebuah ruangan yang sementara dipakai tidur sang pemilik rumah. Sebuah ruangan yang pada saat dia mengantarku keliling rumahnya, disebutnya dengan ‘Dojo’

Dan disanalah aku, berjongkok dengan hati-hati didepan pintu yang tadi kudorong membuka sedikit dengan hati-hati. Menggigit bibir bawahku sendiri dan menahan nafas. Pria muda itu, si pemilik rumah, sepupu dari kakak Iparku, melakukan gerakan-gerakan liar nan indah, hampir seperti menari. Gerakan-gerakan ritmik yang kuduga berupa jurus-jurus beladiri silat. Dengan mimik muka dan mata tajam yang penuh dengan konsentrasi serta tubuh bagus berotot setengah telanjang yang dipenuhi dengan keringat

Dan aku semakin kuat menggigit bibir bawahku, menahan apapun yang kurasakan menguar panas dari dadaku. Berusaha mati-matian agar tidak mendesah. Beberapa hari ini, setiap pagi, moment indah inilah yang selalu mengganguku.

Shit!

Menjadi wanita macam apa-pula aku ini?

Beberapa minggu lalu, saat masih dipaksa menjadi pelacur oleh mantan suamiku, hampir setiap malam aku disentuh dan digumuli oleh orang asing yang mem-booking-ku. Bahkan dalam sehari, aku bisa melayani nafsu dua sampai lima tamu. Pada titik itu, aku begitu benci dengan yang namanya sex – begitu muak dengannya. Aku menganggap urusan sex hanyalah bagian dari kebejatan dunia yang dengan fulgar dibiarkan tumbuh dan berkembang secara liar oleh Tuhan

Aku dengan segala kepahitan pengalaman itu, seharusnya begitu membenci dorongan rasa seksual seperti ini. Atau, Apakah aku sudah mendapatkan kutukan yang bernama birahi?

Ini semua gara-gara mas Adri, yang memberiku Orgasme malam itu. Kebejatan terakhirku, yang kulakukan dengan kakak iparku sendiri… ah…

Orgasme, yang seakan memicu iblis binal apapun yang bersemayam dalam raga hina-ku ini

Ah, rasanya tidak adil juga kalau semata-mata menyalahkannya

Dan mataku masih menatap tubuh kekar yang seakan memancarkan aura kejantanan dengan taraf yang sama sekali tidak bisa aku deskripsikan. Begitu… menggemaskan dimataku…

Ah…

“HosH!” teriakan orang itu seakan menyentakkanku. Aku tahu, teriakan itu mendandakan akhir dari pertunjukan indah ini. Dengan kalap, aku segera berjingkat-jingkat kemrungsung meninggalkan tempat itu

Nafasku kacau balau dibalik pintu kamar yang kutiduri. Selameeet! Desisku dalam hati. Hampir aja ketahuan. Eh, tapi setelah ini, jadwal dia adalah mandi. Dan rumah aneh ini hanya memiliki satu kamar mandi, yaitu kamar mandi didalam kamar ini. Aku segera melompat kembali ke ranjang, pura-pura tidur

Aku tengkurap dengan jantung deg-deg-an gak karuan, bahkan itu sebelum ide gila ini muncul di-otak bejatku. Entah apa yang kupikirkan, tiba-tiba aku sudah melepas celana pendek yang tadi kupakai. Menyelipkan dengan sembrono dibalik bantal, lalu kembali tengkurap, pura-pura tidur dengan memposisikan tangan diatas mukaku. Jantungku terasa benar-benar hampir copot

Anjingg… apa yang kulakukan???

Bego-bego-bego!!! Batinku berkecamuk didalam dada dengan deburan yang menar-benar membuatku gemetaran karena pergumulan perasaan anatara merasa bodoh, hina dan malu setengah mati

Masa aku sengaja eksibisionis kepada anak muda itu sih???

Kepada sepupu kakak iparku yang dengan baik hati sudah menampung wanita sepertiku dirumah nyaman-nya?

Tapi, semua ini sudah tidak dapat diralat lagi. Terlambat, karena langkah itu sudah kudengar mendekat kearah kamar ini. Dan dengan hati-hati pintu kamarku terbuka

Aku membayangkan, betapa kaget-nya sang pemilik rumah yang melihat pemandangan seorang janda montok setengah telanjang, mantan pelacur, tergeletak dengan pose menantang diranjang-nya sendiri dengan baju yang paling tidak sopan yang bisa kamu bayangkan. Mempertontonkan pantat semok-putih berbalut celana dalam tipis seksi, pantat yang sering dipuji bahkan cecapi, diciumi bahkan dijilati oleh manusia-manusia bejat yang dulu sering mem-boking-ku. Bibir bawahku kugigit semakin keras, menahan rasa apapun yang ada didada-ku kini.

Dan langkah itu kudengar terhenti, persis disamping ranjang. Mendekat dengan hati-hati. Dadaku semakin berdegub dengan kencang. Aku membayangkan, kemudian si-pemilik rumah dengan kalap menubruk-ku dan menggumuliku dengan liar. Ah…

Aroma keringat jantan semakin tercium oleh hidungku saat tubuh berotot yang kuintip dan kujadikan fantasi setiap pagi itu kurasakan semakin mendekat. Jantungku terasa hampir meledak. Tanpa kusadari, aku memejamkan mata seerat yang aku bisa dan menggenggam seprei sekeras-kerasnya. Berharap, temaramnya runagan ini melindungi kepura-pura-an-ku

Dan aku menunggu saat itu tiba…

Saat tiba-tiba aku ditubruk dan digumuli, mungkin diperkosa…

Dan aku semakin panas-dingin…

Ohh… aku akan diperkosa…

Ohh…

Aku…

Aku merinding, deg-deg-an dan gemetar sendiri…

Vaginaku kurasakan berkedut-kedut

Sial! Kenapa pula vagina brengsek ini musti berkedut?

Dan aku merasakan, selimut yang sebagian tertindih oleh kaki-ku yang dengan jalang berpose seksi, seseksi yang aku bisa ini, ditarik…

Aku mendesah lirih…

Anjingggg!!!! Kenapa pula aku harus mendesah??

Begooo!!!!

Iiiyaaahhh… aku akan diperkosa…

Diperkosa oleh tubuh kekar berotot dengan keringat beraroma sangat jantan itu…

Aku akan…

Apa yang harus aku lakukan?

Aku…

Apakah aku harus mendesah saat dia menyetubuhiku?

Saat kontol besar yang seminggu belakangan ini sering dengan “secara tidak sengaja” kulirik itu menusuk lorong kewanitaanku yang sudah sangat lembab ini?

Aku…

Apa yang harus kulakukan?

Apayang harus kulakukan kalau dia tahu, vaginaku sudah sebasah ini?

Aku...

Apakah aku harus membalas pelukan kuatnya?

Aku…

Apakah aku harus membalas ciuman kasar nya?

Aku…

Aku bingung…

Aku…

Menunggu… Disetubuhi…

Aku…

Aku…

Aku diselimuti?

Eh?

Dan pria itu melangkah menjauh, masuk kedalam kamar mandi dan mulai kudengar gemericik shower mengguyur tubuhnya…

Aku membalikkan badan dengan lemas…

Dan teringat untuk kembali bernafas…

Kutarik selimut itu menutupi seluruh badan berkeringatku, menahan malu dan mulai memaki diri sendiri…

Apa sih yang aku pikirkan????

Begoooo!!!!

Maluuuu…

---
“Eh, sudah bangun mba?” sapa suara di belakangku, mengagetkan. Pria muda itu, Dede, sepupu kakak iparku sudah berdiri diambang pintu dapur, sudah berbaju komplit sambil dengan cuek ngibas-ngibas rambut pendek-gaya-nya

“UHUKK…” dan aku dengan memalukan tersedak. Kaget tauk!

“Eh, maaf, kaget ya?” iba-nya dengan suara nge-bass, bernada cuek nan jantan, sambil dengan sepontan (Uhuy!) mengambil tissue diatas meja makan dan mengulurkan-nya ke arahku. Aduuh, perhatian banget sih si imut ini…

“Eh, anu…” aku gelagapan, ngapain juga aku harus gelagapan? Malu-maluin aja deh! Kayak ABG aja, padahal udah expired ini…

Yep, kita sekarang ada di dapur yang memang jadi satu dengan ruang makan. Setelah tadi aku merasa sangat butuh minum, panas-dingin sendiri karena pikiran kotor dan kebegoanku sendiri. Malu banget deh, pakai acara kesedak segala!

Walah biyungg…

Dan pria muda berkharisma itu dengan cuek mendekati kompor, kulirik, ternyata dia sudah menjerang air didalam ketel yang kini mencicit-cicit, mungkin dilakukan sebelum ke-kamar tadi. Menyeduh teh dua gelas dan mengulurkan salah satunya kepadaku. Eh, iya juga ya? Baru nyadar, setiap pagi, kan dia selalu membuatkanku teh manis?

Eeeggghh… perhatian banget sih, adik kecil gagah-imut ini? Ganteng lagi… Aduhhh, apa sih yang ku pikirin?

“Tumben mbak Rika bangun pagi” katanya cuek sambil duduk di kursi dan mulai menatapku

Aduuh… jangan dilihatin gitu dong, melting nih…

Aiihh, apa sih yang ku pikirin???

“I… iya nih, gak tau kenapa tadi bangun… udah… udah merasa seger…” jawabku tergagap

Dia tersenyum, manis banget sih…

Jangan manis-manis dong… melting nih… Njiir! Pikiranku masih aja gila!! Udah donggg!!!

“Biasanya bobo lagi, eh, mau ikutan cari sarapan?” Tanya-nya kalem

“Eh… i… iya, ayuk…” jawabku masih agak gagap, ngapin juga aku gagap yak?

Dan dia tersenyum lagi

“Apasih, senyam-senyum? Eh, tunggu dulu, maksudnya bobo lagi? Eh?” tanyaku bego “Eh, jangan-jangan kamu…”

Dia nyengir

“Kamu tau kalau…” sumpah bilah tampah, aku bener-bener deg-deg-an memikirkannya “…kalau aku intip…?” desahku lirih, pasrah, plus super duper malu

Dia nyengir semakin lebar

“ooooggghhhh…” aku menunduk sambil menutup muka dengan tanganku… sumpah-sumpah-sumpah malu banget tauuuuu…

“Ga papa lagi, orang aku juga cuman latihan rutin ini, malah aku yang minta maaf kalau suara latihanku membangunkan mba Rika…” ujrnya kalem, adem dan dewasa. Anyir, malu-ku sekarang terasa dikuadratkan!

“Anu… maaf…” cuman desisan itu yang bisa keluar dari mulut bodoh-ku

“Santai aja lagi. Yuk!” katanya sambil lalu dan berdiri

“Eh? Yuk ngapain?” Tanya-ku sumpah bego banget

“Lah?! Cari sarapan lah!” katanya lagi sambil berlalu

“Iya….” Ujarku pendek sambil mengintil langkahnya

Dia tiba-tiba berhenti, dan memutar badan menghadapku dan tersenyum semakin tengil

“Apa lagi?” rajuk-ku sok imut, sambil mendorongnya gemes. Ni anak dari pagi dah bikin aku panas-dingin. Nyadar gak sih?

Dia malah tersenyum, tambah nyengir tengil gitu

“Apa!?” tanyaku sok tegas sambil sok melotot

“Pakai celana dulu dong… masa keluar cuman mau pakai CD sih?”

HAH?

Dan aku melihat kebawah, ke arah selangkanganku sendiri…

Oooo Maaaaiiii Goddddd……….

Ingin rasanya aku mengubur kepalaku sendiri di pasir sangking malunya…

Malunyaaaaa…..

---

“Apaan sih? Senyam senyum!” hardik-ku tengsin saat kulirik dari tadi si Dede ini dengan tengil senyam-senyum sambil ngeliatin aku makan bubur ayam, yang sumpah, seenak apapun rasanya kayak jadi plain aja, keguyur sama rasa malu, keinget kejadian bego tadi.

Kita memang sarapan bubur ayam di warung Pak Brewok, yang kata Dede, paling enak di sekitar komplek perumahannya. Dan aku pastinya sudah pakai celana! Celana panjang! Puas?!!

“Mba Rika lucu” aku-nya cuek

“Weekz!” Aku meleletkan lidah

“Mba Rika cantik” lanjutnya kalem cuek, sambil lalu

DEG!

Anak ini!!!

---

PLUK!

Aku meletakkan gelas berisi teh panas dimeja kerjanya. Meja kerja atau meja belajar ya? Pokoknya meja dengan sebuah PC dan gunungan kertas-kertas yang tertata rapi dengan label berwarna-warni diatasnya. Sebagian besar berjudul Proposal Kerja Sama atau Studi Kelayakan Bisnis

“Makasih mba” ujarnya cuek, sambil sekilas melirikku

Lirikan sialan yang membuatku belingsatan memeriksa tubuhku sendiri.

Sudah sopankah anda?

Itu yang terlintas dalam pikiranku. Karena kejadian memalukan tadi pagi begitu membekas. Maka malam itu, aku mencari dan memakai baju malam ku yang paling sopan. Yang dengan jengkel kemudian kuketahui sendiri sebuah fakta tentang begitu binalnya diriku, sampai baju sopan aja tidak punya. Maka, dengan penuh pertimbangan, persis seperti orang mau ngedate, padahal cuman mau nyantai aja, aku mencoba semua baju yang kubawa, demi memutuskan baju mana yang menurutku pantas kupakai

Hadeh!

Situasi macam apa pula ini?

Padahal aku cuman mau nyamperin anak kecil ini, yang dari sore sudah kelihatan serius di depan PC nya, setelah tadi se-siangan pergi entah kemana, membiarkanku belingsatan merindu…

Merindu?

Wediyan!!

Pokoknya aku pengen membuatkan-nya minuman hangat, untuk teman kerjanya, atau belajar, atau apapun lah!

Ah, padahal kalau diingat-ingat lagi, aku gak pernah membuatkan minuman hangat untuk suamiku, eh, mantan suami lebih tepatnya…

Ah, lagian tiap pagi kan Dede ini dengan telaten selalu menyiapkan minuman hangat buatku. Ya itung-itung balas budi-lah. Plus, aku kan juga sudah diijinkannya tinggal di rumahnya. Dede ini baik banget…

Ah, itu cuman alibi ding…

Sebenernya, aku cuman pengen nyamperin Dede aja…

Pengen deket-deket…

Eh?

Apa sih ini?

Apa yang terjadi pada diriku?

Ngaca woi!!

”Iya” jawabku pendek sok kalem

Tapi begitu aku mendekat, deg-deg-an itu datang lagi. Tubuh anak ini harum banget. Membuatku bertanya-tanya, parfumnya apa ya? Baunya harum, tapi nggak wangi yang lebay gitu, kayak macho-kalem-nyegerin-ngangenin gitu…

Ssshhhh… aku mikir apaan sih?

“Ngapa sih mba? Aku bau ya? Udah mandi lho padahal” ujarnya tiba-tiba sambil melihat aneh kearahku

“Eh? Enggak! Enggak! Enggak bau kok…” jawabku tengsin

“Kok ngendus-ngendus gitu?” senyumnya sambil mengerutkan dahi, imut

“Eeeh, enggak kok! Anu… wangi malahan… parfumnya apa sih De?” jawabku gelagepan, berusaha mengalihkan pembicaraan

“Gak pakai parfum ini, cuman abis mandi aja” jawabnya cuek. Tapi sambil menatapku

Tatapan mata-nya lucu. Kelihatan kayak polos banget, tapi tajem, sekaligus adem. Kayak siapapun bisa berlindung dibawah pancaran-nya. Kayak merasa aman kalau didekat si Dede ini. Merasa…

Disayangi…

Tatapan mata ini…

Begitu…

Menghipnotis…

Dan entah setan mana yang mendorong, kepalaku sepontan (uhuy!) maju…

Aku…

Mencium bibirnya…

Dan Dede membalas pagutanku...

To be Conticrot dulu ya Suhu, biar gak bosen bacanya...





Eh, suhu, sekedar promo, saat ini nubi juga sedang menulis CerBung di mari: TRAMPOLINE
silahkan dilihat-lihat, barangkali bisa menghibur Master dan Suhu di
sini
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd