Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Ritual Sex di Gunung Kemukus

Mantab hu... Dilanjutkan terus ya... Ditunggu updatenya...
 
semakin seru aja, kang ujang, jaga stamina kang jgn sp sakit
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
dari bebrapa cerita, yg berlatar ritual kemukus, ini yg paling top menurut penilaian saya, bgmn pendpt yg lain?
 
Bab 14 : Pembicaraan 4 mata

"Gimana, Jang ? Udah dapet kontrakannya ?" tanya Bi Narsih, begitu aku sampe. Kebiasaan Bi Narsih dari dulu, baru sampe, belom juga duduk sudah ditanya.

"Sudah, Bi. Sudah Ujang panjer, tadi. " kataku, sambil duduk di sofa empuk.

"Alhamdulillah, kalau sudah dapat. Bibi bikinin kamu kopi, ya !" sebenarnya aku ingin menolak, tapi bibi orangnya suka sensi kalo aku gak mau dibikinin kopi atau makan. Bisa ngomel panjang.

"Jang, kamu makan dulu, ambil sendiri di meja." kata Bi Narsih dari dapur.

"Iya, Bi. " aku teringat dengan amplop pemberian Lilis, yang belum sempat aku buka. Di amplop tertulis Aku mencintaimu, 9 hari kebersamaan kita, benar benar nembuatku bahagia. Terimakasih sayang, sudah membuatku bahagia. Kubuka amplopnya, di dalamnya ada 15 lembar uang 10.000 atau sama dengan 150.000 uang pemberian, Pak Budi. Uang yang cukup besar pada tahun 1994. Aku masukan uang itu ke dalam amplop, lalu aku masukkan ke dalam kantong celana. Aku nengambil makan dari meja, lalu makan dengan lahapnya.

"Nah gitu, makan yang banyak. " kata Bi Narsih yang melihatku makan dengan, lahapnya. Diletakkannya segelas kopi di meja. Selama ini, kalau di rumah Bi Narsih, aku makan sedikit karna malu.

"Assalam mu'alaikum..." aku dan Bi Narsih berbarengan menjawab ucapan salam.

Desy dan Dinda masuk, bergantian mereka mencium tangan Bi Narsih dan tanganku. Adik kakak yang sama sama cantik, pikirku. Wajar saja, Bi Narsih cantik dan Mang Karta juga ganteng.

"Mamah jadi ke rumah Tante Leni, gak" tanya Desy.

"Gak jadi, Des. Besok aja ke sananya. Dari Tante Leni, mamah mau ke Leuwiliang ke rumah Uwak, mungkin nginep." kata Bi Narsih.

"Kita gak jadi pergi, Bi ?" tanyaku. Kalau tau gak jadi pergi, aku bisa lebih lama di rumah Mas Gatot, aku bisa ngentot Mba Wati, 2-3 ronde lagi.

"Iya, Jang. Mamang mau ngajak kamu ngambil gerobak." jawab Bi Narsih.

Ba'da Isya, aku dan Mang Karta pergi mengambil gerobak yang sudah di beli. Tempatnya tidak jauh, mungkin #300 m dari rumah. Walau jaraknya dekat, ngobrolnya yang lama. 1 jam lebih, dab selama 1 jam itu aku hanya jadi pendengar yang baik. Kadang kadang aku ikut bicara apabila, ditanya. Selebihnya, mendengarkan.

Ahirnya kami pulang,juga. Mungkin sudah tidak ada topik nenarik yang dibicarakan. Sampai di rumah, bibi agak ngomel.

"Aa kalau sudah ngobrol, kupa waktu. Dari jam 8 sekarang sudah jam setengah sembilan." omel Bi Narsih. Mang Karta hanya tertawa.

"Anak anak mana, Neng?" tanya Mang Karta. Mang Karta selalu memanggil Bi Narsih, Neng. Mungkin panggilan kesayangan.

"Lagi belajar, besok sudah mulai Ujian kenaikan kelas," jawab bi Narsih.

"Jang, ke atas yuk!. Mamang mau bicara." mang Karta mengajakku loteng. Entah, apa yang akan dibicarakannya, sampai mengajak ngobrol di atas. Pasti sangat rahasia dan tidak boleh didengar orang.

Mang Karta mengajakku masuk kamar atas. Hening, Mang Karta beberapa kali menarik nafas, sekan mengumpulkan tekad untuk berbicara, kepadaku.

"Ujangkan tahu, mamang pernah kecelakaan ? Sejak itu mamang jadi, impoten. Ma..mamang tidak bisa......" mang Karta diam, seolah apa yang akan dikatakannya adalah beban yang sangat berat.

Aku diam, berusaha mencerna setiap kata yang keluar dari mulut, Mang Karta. Aku berusaha memahaminya, lelaki yang sudah aku anggap sebagai ayahku, sendiri.

"Mamang, tidak bisa ngasih nafkah batin ke Bibimu. Mamang mencintai Bibimu, Jang. Mamang ingin Bibimu, bahagia..." Mang Karta terisak, berusaha menahan tangisnya agar tidak, pecah.

Jantungku berdegup, kencang. Mungkinkah Mang Karta sudah tau perselingkuhan Bi Narsih, di Gunung Kemukus? Atau mungkin juga, Mang Karta tahu kelakuanku dengan Bibi, kemarin. Aku mulai ketakutan.

"Mamang, minta tolong...." mang Karta kembali menarik nafas, panjang. "Tolong bantu Mamang ngasih nafkah, batin.!"

"Mak...maksud, Mamang?" aku sangat terkejut dengan permintaan, Mang Karta.

"Mamang, sudah tahu semuanya. Bibimu yang cerita. Kalian bertemu di Gunung Kemukus. Kamu pasti heran? Sebenarnya Mamang yang nyuruh bibimu ke Gunung Kemukus, karna usaha Mamang lagi goyang. Tapi alhamdulillah, sekarang usaha Mamang sudah lancar lagi. Semua hutang sudah bisa mamang, lunasi. Waktu kalian bertemu di Gunung Kemukus, bibimu cuma mau selamatan, aja. Karna sudah berhasil." kata Mang Karta.

"Terus, gimana ?" tanyaku semakin penasaran.

"Mamang cuma minta tolong, bantu Mamang ngasih nafkah batin, Bibimu. Buat Bibimu, puas. Bibimu masih muda, Jang. Nafsunya besar, mamang sudah tidak busa memberikannya. Mamang impoten, sudah berobat ke mana mana, tapi gak ada hasilnya, karna ada urat syaraf Mamang yang kejepit waktu, kecelakaan. Dari pada Bibimu maen sama gigoli, takutnya malah kena penyakit, Jang. Mamabg, mohon....!" Mata Mang Karta berlinang menagan tangisnya. Begitu besar rasa cintanya, ke Bi Narsih. Sampai dia rela Bi Narsih berhubungan sex dengan pria lain.

Perlahan, aku menganggukan kepala, menyanggupi permintaan Mang Karta.

"Terimakasih, Jang. Mamang nau ustirahat, dulu." mang karta menepuk pundakku sebelom keluar kamar, meninggalkanku yang termenung, sendiri.

Semuanya berawal dari Mas Gatot dan Mbak Wati, yang mengajakku ritual di Gunung Kemukus, lalu aku bertemu dengan Pak Budi dan Lilis,. Aku juga bertemu dengan Bi Narsih, di Gunung Kemukus, walau aku pangling dan tidak menyadari, wanita bergamis dab berhijab lebar itu adalah, Bi Narsih. Tapi Bi Narsih tentu saja tidak akan pangling denganku. Dia sangat mengenalku. Bi Narsih menganggapku, hanya berpura pura tidak mengenalnya waktu di Gunung Kemukus.

Sekarang keadaan berubah terlalu, jauh. Sekarang Bi Narsih bukan hanya sekedar, bibiku. Tapi aku harus memberinya nafkah batin, atas pernintaan Mang Karta yang impoten. Aku harus memberi Bi Narsih, kepuasaan seksual, birahi terlarang antara keponakan dan bibi.

Lamunanku terhenti, Bi Narsih masuk kamar, tersenyum menatapku. Bi Narsih terlihat cantik, kulitbya yang bersih, walau tidak bisa dikatakan putih, tapi juga tidak hitam. Bi Narsih menarik dasternya ke atas, melepaskannya melewati kepala. Di balik dasternya, Bi Narsih tidak mengenakan apa apa. Sekarang aku bisa melihat sekujur tubuhnya yang bugil.

Toket Bi Narsih kecil, perutnya rata tanpa kemak. Bagian tubuhbya yang paling menonjol adalah, pinggulnya yang lebar, besar dan pahanya yang besar. Jembutnya sangat lebat, sehingga aku tidak bisa melihat belahan memeknya, tertutup jembut.

"Jang..." gumam Bi Narsih, lansung melumat bibirku dengan lembut. Bukan lagi kecupan sayang bibi ke keponakannya. Tapi ciuman wanita dewasa yang dibalut birahi ke pria yang siap memberinya kepuasan.

Tangan Bi narsih menarik kaos yang aku pakai, melepaskannya lewat kepala. Celanakupun dilepaskannya hinnga, akupun bugil seperri Bi Narsih.

Bi Narsih kembali mencium bibirku dengan bernafsu, lalu beralih menciumi leherku, djilatinya leherku, membuatku merinding kegelian. Tangannya memelintir puting dadaku, membuatku semakin terangsang. Bi Narsih yang keibuan berubah menjadi binal.

Bi Narsih berpindah ke pentil dadaku, dijilatinya sambul dihisap hisap, sementara tangannya mengelus elus kontolku, kadang dikocok kocoknya dengan bernafsu.

"Jang, kontol kamu bisa panjang dan sebesae ini? Kamu apain? Mana keras..." bi Narsih memandangku dengan tatapannya yang binal dipenuhi nafsu birahi.

"Sudah dari sananya, Bi." kataku.

"Jang, katanya mau jilatin, memek Bibi? Nih, Bibi kasih kamu jilatin memek, bibi!" kata Bi Narsih. Bi Narsih merangkak di atas tubuhku, memeknya diarahkan ke wajahku dan wajah Bi Narsih menghadap kontolku. Kata orang, ini posisis 69. Posisi baru, buatku.

Aku bisa melihat memek Bi Narsih dengan jelas. Belahannya agak terbuka dan bibir memeknya tebal agak hitam, tapi bagian dalamnya merah. Aromanya tajam, mungkin karna Bi Narsih sudah sangat terangsang, sehingga aromanya menjadi tajam.

Bi Narsih melahap kontolku dengan rakus, menyedotnya sambil kepalanya bergerak naek turun memompa kontolku. Begitu piawai dan berpengalaman cara nyepong Bi Narsih, sehingga giginya tidak mengenai kontolku.

Akupun tidak mau kalah, lidahku menusuk masuk memek Bi Narsih, menjilati lobangnya yang banjir oleh cairan birahi, ada beberapa tetes yang masuk mulutku, agak asin tapi aku sangat menyukai rasanya. Tanganku mempermainkan itilnya yang besar, membuat Bi Narsih menjerit keenakan.

"Aduhhh, Jang. Enak banget. Memek Bibi kamuuuuu apain ?"

Aku senang Bi Narsih keenakan memeknya aku jilatin, membuatku semakin bersemangat menjilati memeknya yang indah dan membuatku bergairah. Lidahku semakin liar menjilati lobang memek Bi Narsih, sambil sekali kali menghisap itilbya. Memek Bi Narsih semakin banjir, menetes ke mulutku yang terbuka.

"Ampun, Jang. Bibi gak kuat,......!" Bi Narsih mengangkat pinggangnya menjauh dari wajahku. Bi Narsih berjongkok di atas kontolku, diraihnya kontolku, setelah kontolku pas di lobang memeknya, Bi Narsih menurunkan pinggulnya, menelan kontolku hingga dasar memeknya.

"Panjang amat kontol kamu, Jang.... " Bi Narsih menatapku sayu. Pinggulnya bergerak perlahan, sehinnga gesekan kontolku dan memeknya semakin terasa. Dinding memek yang lembut, hangat dan licin, begitu nikmat.

"Memek Bibi, enak gak?" bi Narsih menggoyangkan pinggulnya, matanya menatapku, menggoda. Entah bagaimana caranya, Bi Narsih mengedut ngedutkan memeknya, sehingga kontolku seperti diremas remas.

Bi, ennnak memek Bibi, kontol ujang kaya diremes remes. Ennnnnak, Biii" erangku.

"Ini namanya empot ayam, sayang.... !" Bi Narsih mulai menggerakkan pinggulnya dengan cepat, tapi entah bagaimana caranya, dinding memek Bi Narsih terus berkedut kedut meremas kontolku. Padahal waktu aku ngentot dengan Mbak Wati, Lilis dan Ningsih, biasanya memek mereka akan berkedut kedut saat orgasme. Tapi memek Bi Narsih terus berkedut kedut walau belum orgasme.

"Aduhhhhh, Jang.... Bibiiii kelllluarrrrr. Bi Narsih memelukku, bibirnya menyedot leherku, tubuhnya mengejang menyambut orgasme pertamanya. Kedutan di memeknya semakin kencang meremas kontolku. Memeknya menjadi kebih hangat.

"Jang, ennnnak banget dientot ponakan, sendiriii." bi narsih tersebyum diciumnya bibirku, lembut. Setelah nafasnya kembalu nirmal, Bi Narsih bangkit, lalu mennungging membelakangiku, sehingga aku melihat pantanya yang besar bergoyang goyang, menggodaku.

"Ayo, ponakan Bibi yang nakal, entot Bibi dari belakang..." Bi Narsih, menggodaku.

Aku segera bangkit, berjongkok, kujilati memek Bi Narsih yang sangat basah itu, aku ingin tau, rasanya cairan memek yang habis orgasme. Aromanya sabgat menyengat hidung. Tapi, entah kenapa aku sangat menyukainya.

"Ujang, ennnak amat. Ponakan Bibi, pinter. Udah, Jang. Entot Bibi, lagiii."

Aku berdiri dengan dengkul, kuarahkan kontolku ke lobang memek Bi Narsih, setelah pas, aku mendorongnya, blessssss. Bi Narsih mendesus saat kontolku menerobos, masuk memeknya.

Aku mulai menggenjot memek, Bi Narsih. Lebih bertenaga, karna sekarang aku yang memegang kendai. Jadi aku bisa memompa memek Bi Narsih dengan kecepatan yang kumau.

"Jang, pinter amat kamu ngentotin, bibi. Ennnnak bangetttt" tubuh Bi Narsih bergoyang maju mundur. Aku memegang pinggulnya yang besar sambil kuremas remas pantatnya yang indah.

Ternyata posisi nunnging, memebuat memek Bi Narsih semakin sempit. Nikmat sekali rasanya, apalagi saat kepala kontolku mendekati pernukaan memek, Bi Narsih.

"Terus, jang, bibiiiii mau kellllluarrr lagiii" Bi Narsih mendesis. Tangannya mencakar sprei saat aku semakin cepat mengocok memeknya. Suara pertemuan kontol dengan memek, terdengar jelas.

"Jang, bibiiiii kelllllllluarrrr, ampun, ennnnnak...." kembali bi Narsih mencapai orgasme ke 2nya. Sementara aku, belom.

"Jang, Bibi capek... Bibi celebtabg, ya !" tanpa menunggu jawabanku, Bi Narsih menarik pinggulnya menjauhi kontolku. Bi Narsih nengambil bantal, lalu merebahkab tubuhnya, celentang.

Aku merangkak di atas tubuh, Bi Narsih, tanpa perlu dituntun.lagi, kontolku menerobos masuk memek Bi Narsih dengan mudah. Kuperlambat ritme kocokanku, bibirku mencaplok pentl toket Bi Narsih, kuhisap denga bernafsu. Hanya toket bi Narsih yang belum aku eksploitasi. Sementara kontolku mengocok memek bi narsih, perlahan dan penuh perasaan.

"Ponakan Bibi, pinter amat ngentotin bibinya sendiri." Bi Narsih menggoyangkan pinggulnya menyambut kocokan kontolku.

"Kencengin, Jang......!"

Akupun mempercepat pompaan kontolku di memek Bi Narsih, suara kecipal, menjadi musik yang mengiringi kenikmatan yang kami rasakan. Bi Narsih terus mendesis nikmat.

"Biiii, memek Bibi ennnnnak banget. Ujang mauuuu keluarrrrr...!" aku semakin mempercepat kocokanku, berusaha secepatnya mendapatkan orgasme yang tertunda.

"Biiiiiiiii, ujang kelllluarrrrr. Memek Bibi ennnnnakk.....!" pejuhkupun muncrat membanjiri memek Bi Narsih, nikmat sekali, saking nikmatnya tubuhku kejang kejang.

"Ammmmpuuuuun, Bibiiiiii juga, kelllllluarrrrrrrrr, Jang....!" tubuh Bi Narsih ikut mengejang. Bibirnya melumat bibirku. Tanganya memelukku dengan erat. Nafasbya tersengal sengal.

Kurasakan memek Bi Narsih yang berkintraksi, meremas remas kontolku, menguras semua cairan pejuhku.

"Dasar ponakan kurang ajar, memek Bibi sendiri dientot. Enak banget, Bibi busa ketaguhan dientot ponakan sendiri, nich.." Bi Narsih tersenyum menatapku. Tangannya masih memelukku, tidak rela kehilangan kontolku daru memeknya.

Setelah kontolku kemas, akupun menggulingkan tubuhku ke samping. Rebah di samping Bi Narsih. Bi Narsih bangun, lalu memakai bajunya lagi.

"Sebenarnya Bibi nasih pengen dientot kamu, tapu bibi takut kepergok Desy atau Dinda. Besok kita kan mau ke leuwiliang, kita nginep di hotel, ya. Bibi mau ngentot sepuasnya sama ponakan Bibi yang ganteng." kata bi Narsih mencium bibirku. Lalu keluar meninggalkanku.
 
Hore... Dah update lg... Kalo bisa ekse dg para sepupu ujang jg y hu...
 
Emaknya binal euy ... Penasaran sama Desy juga Dinda ... Cantiknya sdh nurun apa binal juga .. waduh si Ujang mesti tetep fit nih banyak ladang musti digarap .. hahaha
 
Udah dpt ngentot..dpt lg uang...menang besar ah ujang :ampun:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd