Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Roda Kehidupan

Hingga part 21 ini, siapa tokoh yg paling agan suka? *kalo udh vote boleh lho posting alasannya juga

  • Bella

    Votes: 11 5,9%
  • Novi

    Votes: 96 51,3%
  • Siska

    Votes: 17 9,1%
  • Fara

    Votes: 12 6,4%
  • Laras

    Votes: 34 18,2%
  • Vita

    Votes: 4 2,1%
  • Fitria

    Votes: 3 1,6%
  • Gatot

    Votes: 3 1,6%
  • Prapto

    Votes: 3 1,6%
  • Gk ada alias bodo amat

    Votes: 4 2,1%

  • Total voters
    187
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
parah banget sih kalo cerita bagus kayak gini updatenya jarang wkwkwkwk

Ayo suhu,tuangkan imajinasi terliarmu disini.
Semangat!
 
3. Bella Namanya


Tak lama si Joni pun dilepaskannya "Pluuukk... "

"Diiiit..." Ucap Kak Siska memandangku dari bawah.

"Iya Kak..."


Kak Siska nampak gelisah. Entah apa alasannya. "Aku barusan dapet..." Ucapnya seraya meraba bagian sensitifnya.

"????" Dapet? Mens maksudnya? Njiir sial amat hari ini. Terus si joni gimana ini nasibnya?

Tak lama Kak Siska pun turun dari kasur lalu ngambil sesuatu di tasnya dan berlari ke kamar mandi.

Sialan! Dikit lagi padahal. Akupun berbaring pasrah ngelihat Si Joni yg masih berdiri tegak seakan menatapku penuh dendam.

Daripada kepalang tanggung, kukeluarkan sendiri muntahan hasrat Si Joni yg udah sampe pojok. Kasihan ya aku, berdua dalam kamar hotel sama cewek malah coli.

"Sabar ya Jon, yg penting kamu udah kenalan sama Kak Siska, moga pertemuan berikutnya kamu makin akrab..."
Ucapku menghibur Si Joni.

Lama menunggu, Kak Siska keluar dari kamar mandi dengan senyuman yg gk jelas alias aneh. Dia masih menggunakan bra nya dan celana hot pantsnya.

"Cieee... kecewa ni ye..." Goda Kak Siska kemudian melompat dan tiduran di sampingku.

"Ah... Enggak Kak..." Ucapku lesu.

"Sini kakak bantu keluarin..." Kata Kak Siska kemudian tangannya tiba-tiba masuk lagi ke celanaku. Si Joni pun riang kembali.

"..."

"Lhah udah lengket aja sih..." Kata Kak Siska heran.

"Hehehe..." Akupun hanya senyam-senyum nahan malu.

"Aku keluarin lagi ya sayaaaang..." Pinta Kak Siska seraya mendekatkan wajahnya ke arahku, tak lama bibir kita telah bertemu. Perlahan Kak Siska melepaskan ciumannya lalu mengarahkan wajahnya menuju Si Joni.

"Slurrrrppp..." Terdengar suara merdu itu lagi. Wajahnya naik turun berirama. Otakku seperti mendidih saat Si Joni dimanjain gitu. Lalu kuberanikan tanganku menyentuh lembut tubuh kakak kelas yg sedang memanjakan si joni. Perlahan tapi pasti tanganku meraih kait bra Kak Siska. Kulepas pelan, kemudian kuraba dada Kak Siska dari samping. Kenyal dan empuk. Kuremas pelan dada empuknya sesekali.

"Ahhh... Slurrrpp..." Desah Kak Siska lalu melanjutkan pekerjaannya menghisap Si Joni. Kali ini lebih cepat, Kak Siska makin menjadi.

Joni saat ini makin tak terkendali. Darahku terasa mendidih. Bulu kuduk terasa berdiri semua, kepala si joni merasakan linu namun geli. Tak lama kemudian tiba-tiba si Joni kembali mencurahkan isi hatinya berupa cairan kental warna putih ke dalam mulut Kak Siska. "Aaahhh...." Desahku lega. Dan beberapa saat kemudian cairan itu telah habis dimulut Kak Siska.

Tak lama setelah adegan itu kamipun berberes lalu meninggalkan penginapan yg menjadi saksi bisu pertumpahan darah si joni.

-----

Malam setelah sampai rumah aku dimarahi habis-habisan oleh Ibuku karena pulang sampe malem.

"Macet Buk tadi jalanan...."

"Macet? Kamu pikir ini Jakarta?" Ucap Ibuku dengan nada tinggi.

"Maaf Buk... Tadi Adit ngerjain tugas banyak banget dirumah temen, pulangnya kesorean gk dapet angkot..." Ucapku berbohong. Ngapunten Buk maaf.

"Terus?"

"Terus nungguin dianter temen yg punya motor... Jadi kemaleman gini..."

"Hmmm... Yaudah sana makan dulu terus istirahat..." Ucap Ibuku mulai luluh.

Akupun lalu berjalan menuju kamar, di ruang makan Ayahku lagi nyantai. Dengan tatapan curiga Ayah memandangku.

"Dasar! Mandi dulu kamu! Bau parfum cewek... Terus sholat isya!" Ucap Ayah santai sambil geleng-geleng kepala.

"Hehehe... Siap Be!"

Hahaha kayaknya ketahuan Ayah deh aku. Tapi bodo amat, Ayahku ini nyantai banget orangnya. Ayah sih udah sadar kalo anaknya ini mulai beranjak dewasa. Dan Ayahku ini memang gaul abis men... Tiap pagi sebelum berangkat kerja, sambil ngopi beliau selalu ngedengerin musik-musik cadas macam slipknot, metalica, dan kroni-kroninya. Yang Indo sih cuma Bang Iwan, slank, sama Ahmad Albar aja. Pokoknya keren abis.

Usai sholat aku duduk di bangku teras rumah. Pengen sih maen lagi, tapi apa daya tenagaku sudah habis hari ini bareng Kak Siska.

Tak lama aku duduk Ayah muncul dari dalam rumah.

"Durung turu le? (Belum tidur nak?)" Sapa Ayahku nimbrung duduk di kursi depan.

"Dereng Pak... (Belum Pak...)"

"Seko ngendi koe kok tekan bengi? (Darimana kamu kok sampe malam?)" Tanya Ayah sambil menyulut rokok Dji Sam Soe favoritnya.

"Saking Jogja Pak, dolan kaleh konco-konco... (Dari Jogja Pak maen sama temen-temen). Kataku sedikit bohong. Gk mungkin aku bilang kalo dari kaliurang ngamar sama Kak Siska.

"Oh... Yowis rapopo, suk meneh pamit sik yo le, mesakke Ibumu kuatir... (Oh yauda gpp, lain kali pamit dulu ya, kasihan Ibumu khawatir)" Kata Ayah menasehatiku.

"Nggeh Pak... (Ya Pak...)"

"Sekolahmu gimana?"

"Aman Pak!"

"Jangan sampe melupakan kewajibanmu buat sekolah le..."

"Siap Pak!"

"Besok bisa rangking 5 besar lagi?"

"Bisa pak! Santai..." Ucapku pongah. Tapi bener kok, walaupun kelakuanku banyak minusnya tapi urusan akademik jangan ditanya deh.

"Apik-apik... Butikkan yo le"

"Oke Pak siap..."

"Yowis kono turu... (Yauda sana tidur)"

"Nggeh Pak..."

Usai ngobrol dan dinasehati Ayah, akupun lekas berjalan ke kamar untuk tidur.

-----

Liburan pendek awal pekan telah berlalu. Aku kembali harus bergelut dengan pulpen dan LKS.

"Prap... Prap..." Panggilku lirih.

"Iya kenapa?" Jawab Prapto makin lirih.

"Masih Ingat sama cewek di warung kelapa muda sabtu lalu?"

"Inget... Kenapa?"

"Kemarin aku ketemu lagi Prap!"

"Kapan?"

"Ya kemarin!" Hardikku sedikit emosi.

"Sssst... Pelan su! Terus udah kenalan?"

"Belum lah... Mana berani aku"

Tak lama kemudian terdengar suara lemparan penggaris kayu di atas meja.

"Breeegghhh....."

Pak Ahmad ternyata yg melemparnya karena melihat aku dan Prapto ngobrol dikelasnya.

"Maju kalian!" Kata Pak Ahmad dengan nada tinggi.

"Iya Pak..." Jawab kami berdua kompak kemudian berjalan maju kedepan kelas. Terlihat Novi hanya cekikikan di bangku depan.

"Kalian ini, selalu saja bikin masalah!"

"Maaf Pak..."

"Adit, kamu kerjakan soal no 1! Dan kamu Prapto kerjakan nomer 2!" Perintah Pak Ahmad, guru Matematika.

"Iya Pak..." Ucap kami berdua. Kamipun lantas mengerjakan soal di papan tulis. Untungnya kami bisa ngerjain tuh soal.

Setelah selesai mengerjakan soal sialan itu, kamipun dipersilahkan duduk kembali.

"Awas kalo kalian bikin ulah lagi!" Ancam Pak Ahmad.

---

"Tettt... Tettt..." Bunyi bel tanda jam istirahat tiba.

"Dit... kantin yuk?" Ajak Novi.

"Enggak ah, aku mau ngerokok aja di wc, ikut?" Jawabku malas.

"Yowiss.. Aku ke kantin sama Prapto aja klo gitu, mau nitip?"

"Enggak ah Nov..."

"Yakin?"

"Emmm... Jus mangga boleh deh Nov..."

"Ok, nanti biar Prapto yg bawain..."

"Eh iya Nov..."

"Kenapa?"

"Sama arem-arem juga boleh... hehe."

"Hhhmmmm!" Jawab Novi singkat.

"Haha... Thanks Nov!" Kataku seraya lari ke arah wc.

Ngerokok di wc sekolah adalah aktivitas rutinku setiap jam istirahat kedua. Dari aktivitas itulah aku mengenal cukup banyak teman dari kelas lain. Namun sayang Kak Siska selalu nolak kalo aku ajakin ngerokok kalo jam istirahat.

Setelah beberapa hisapan rokok yg kupegang, akhirnya pesanan sang raja pun datang. "Nih titipanmu!" Ucap Prapto seraya memberi segelas plastik jus mangga lengkap dengan arem-arem.

"Hehe... Yoi Prap, thanks ya!"

"Hmm... Sini bagi rokok," kata Prapto sedikit maksa.

"Ok Prap, nih.. Aku minum ya.. mau?"

"Enggak deh, udah tadi ama si Novi!"

Waktu telah hampir jam 12 pertanda bel masuk akan berbunyi. Setelah menghabiskan rokok, kamipun kembali ke kelas.

Pelajaran terakhir menjadi sangat menjenuhkan, Bahasa Perancis. Keren ya sekolahku, masih SMP udah ada bahasa perancis. Namun entah kenapa Bahasa Perancis selalu menjadi pelajaran menjenuhkan ketiga setelah fisika dan matematika. Logat aneh yg diucapkan menjadi salah satu alasanku menempatkan Bahasa Perancis masuk dalam kategori pelajaran paling membosankan.

Bel pulang yg ditunggu-tunggu pun terdengar. Aku, Prapto, dan Novi bersama siswa-siswi lain mulai keluar meninggalkan sekolah. Seperti biasa, si Novi yg memang selalu punya duit lebih dan mentraktir jus sebagai imbalan karena ikut nungguin angkutan jurusan rumahnya.

Begitulah hari-hari indahku bersama sahabat-sahabat hebatku ini.

*****

Sabtu, Akhir Mei 2003

Setiap manusia yang ada di dunia ini pasti mempunyai sebuah kenangan yang tersimpan. Entah itu pahit ataupun manis. Ada yang pernah bilang kepadaku, Kenangan itu seperti kereta api yg berjalan di atas rel, kita tak bisa mengejarnya namun kita hanya bisa melihatnya saja.

Ada kalanya manusia mengenang cerita yang pernah dilalui, jika cerita itu pahit maka akan sedikit susah mengenangnya. Namun jika itu terasa manis, kita pasti akan tersenyum dibuatnya, lalu akan menceritakan kepada setiap orang yang kita kenal.

Kita tak bisa memprediksi suatu hal secara pasti, kita hanya bisa berencana dan Tuhan-lah yang menentukan. Apa yang menurut kita baik, bukan berarti menurut Tuhan itu juga baik. Kadang kita akan dibuat kecewa, namun pada akhirnya kita akan menyadari bahwa Tuhan maha benar. Tak ada yang abadi di dunia ini kecuali ketidak abadian itu sendiri.

Lalu apakah ada cinta abadi? Ah... rasanya terlalu berat untuk mengatakan tidak.


Jam terakhir, Fisika. Tak usah aku ceritakan bagaimana membosankannya pelajaran ini.

Demi menghilangkan kejenuhan, aku dan Prapto mulai bermain permainan klasik, 3 jadi.

Hukum Vektor, Gravitasi, dan apalah itu semua yg diterangkan Bu Wati tak lebih menyenangkan dibanding permainan klasik ini.

Tak terasa tiba-tiba bel tanda pulang sekolah terdengar nyaring di telinga. Hari itu giliranku memimpin doa pulang. Tak berlama-lama, akupun mulai memimpin doa.

"Let's Pray Together... Start!"

Di dalam berdoa pikiranku melayang-layang ke perempuan cantik kelapa muda itu. Aku berdoa semoga nanti aku bisa bertemu dia lagi. Amiin.

"FINISH!" Ucapku penuh semangat!

Tak lama aku berpamitan kepada kedua sahabatku ini.

"Sori guys, aku duluan ya... Ada urusan nih!" Kataku semangat seraya berlari keluar sekolah menuju motor yg aku parkir di warung depan sekolah.

Novi dan Prapto pun nampak kebingungan dengan sikapku yg terburu-buru itu.

13.00 WIB. Aku telah sampai di tempat favoritku. Seperti biasa, udara sejuk dengan angin sepoi-sepoi menyambut kedatanganku kali ini.

"Mak... Satu, biasa!" Kataku seraya berjalan menuju kursi pojok tempat biasa aku duduk.

Namun ada yg berbeda kali ini. Aku kaget ketika melihat seseorang cewek duduk di kursi pojok itu.

Aku perhatikan cewek itu, kayaknya pernah ngeliat deh... Aku perhatikan lagi, semakin dekat dan aku yakin dialah cewek kelapa muda yg akhir-akhir ini berlarian melintasi pikiranku.

"Eh... Tumben minum sini," sapaku malu menghampirinya. Aku gk mau kecolongan lagi hari ini.

"Iya mas..." Ia pun tersenyum manis.
Dadaku semakin berdetak kencang.

Kata "iya mas" dari bibir tipisnya adalah kata "iya mas" terindah yg pernah aku dengar selama menginjakkan kaki di planet ini.

"Boleh aku duduk sini?"

"Silahkan..." Balasnya seraya menganggukkan kepalanya.

Aku semakin salah tingkah ketika ia mempersilahkanku duduk di depannya.

Tak tau perasaan semacam apa saat itu yg menyelimuti jiwaku. Yg jelas perasaan campur aduk antara senang, malu, grogi, dan bingung.

Diam-diam kuamati wajah cantiknya beberapa saat. Aku bingung harus bagaimana kali ini. Padahal ini adalah saat yg benar-benar aku nanti.

Ketika aku asyik mengamatinya tiba-tiba ia menoleh kearahku, mata kita kembali bertemu. Aku semakin salah tingkah saja dibuatnya.

"Sekolah dimana mbak?" Ucapku memecah keheningan beberapa saat itu.

"SMP 001." Jawabnya halus.

"Deket dong, Aku sekolah di SMP 002." Jawabku walau dia gk nanya.

"Eh berarti ada pelajaran bahasa asingnya dong?" Dia mulai bertanya.

Dari satu pertanyaan itulah aku mulai berani masuk lebih dalam dan mempresentasikan sekolahku layaknya sales promotion. Dia terlihat serius mendengarkan ceritaku tentang apa yg ia belum tau tentang sekolahku. Dan mulai saat itu aku bersyukur di sekolahku ada pelajaran bahasa asingnya macam bahasa perancis, jepang, dan arab.

Tak lama pesanan kami pun datang, aku masih cerita ini itu sambil sesekali menenggak es kelapa muda yg segar. Tak jarang aku melucu, diapun tertawa mendengarkan leluconku.

Dari obrolan tersebut, diketahui dia bukanlah asli kota kecil ini. Ayahnya yg bekerja sebagai aparat membuat ia harus pindah-pindah dari kota A ke kota B.

"Eh kamu kelas berapa?" Tanyaku.

"Kelas 2!"

"Sama dong, jangan panggil mas lah... Terkesan tua banget aku!"

"Terus panggil apa?" Tanyanya.

"Adit..." Ucapku mantab sambil mengulurkan tangan.

"Bella..." Ucapnya lembut menyambut uluran tanganku.

Akhirnya aku kenalan juga, Maturnuwun Gusti Alloh.

Bella ini cantik banget. Wajahnya mirip franda versi SMP. Mimik wajahnya saat bicara pun sejuk dipandang, pengen nyender dibahunya aja bawaanya.

Tak lama dia berpamitan mau pulang. Aku mencoba menawarkan untuk mengantarnya. Tapi dia menolak halus dgn alasan rumahnya yg deket.

"Mak.. Udah! Dua berapa," kataku.

"Eh... Udh aku bayar sendiri aja" kata Bella cepat menghampiri aku.

"Udah-udah... Sekalian ini!"

"Hehe... Makasih ya!"

Si emak hanya senyum-senyum saja melihat aksiku di warungnya. Akhirnya kamipun berpamitan.

"Dit, aku duluan ya... Angkotnya udah dateng tuh"

Dia menyebrang jalan menuju ke angkotnya. Akupun menunggunya di atas motor.

Setelah agak jauh kulambaikan tangan ke arahnya, diapun membalasnya dengan senyuman manis.

Kamipun berpisah. Dan yesss.. Aku tersenyum bahagia sabtu ini!
 
Terakhir diubah:
Maaf suhu dan agan-agan dimari, apdetnya telat dikarenakan laptop yg tiba2 ngeblank sedari tadi. part 3 ini ane apdet lwt hape, maaf jika sederhana dan kurang rapi, besok ane rapikan lagi deh.. *hormat :shakehand
 
Terakhir diubah:
Jejak dl ah... Titip salam ya
 
udah rapi kok om dibaca juga enak hehe...

ketemu cinta pertama nih wkkww perjuangin cuy...
 
parah banget sih kalo cerita bagus kayak gini updatenya jarang wkwkwkwk

Ayo suhu,tuangkan imajinasi terliarmu disini.
Semangat!

bingung ane gan kalo suruh berimajinasi.. hahaha. btw maturnuwun udah mampir
 
maestro cara nulis nya.
menurut ane udah pas. feel nya udah dapat kok.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
4. PHK Massal


Sekolah adalah suatu aktivitas rutin yg paling menyebalkan yg mau tak mau harus dilalui setiap orang di belahan bumi manapun.

Aku gk tau kenapa aku yg kata tetangga-tetangga termasuk anak bejujak alias badung ini mampu masuk di SMP yg terkenal unggulan. Hanya Tuhan dan Kepala Sekolahku yg tahu.

Mata Pelajaran Olahraga adalah mapel yg paling aku sukai selama sekolah di tempat ini. Selain bisa memamerkan keahlianku bermain sepak bola, aku juga bisa melihat pemandangan yg diidam-idamkan setiap siswa di sekolah ini. Yap... Pakaian olahraga cewek yg membuat setiap siswa menelan ludahnya.

Entah hanya dimodifikasi sendiri atau memang ketentuan sekolah, yg jelas celana kolor yg dengan tinggi kira-kira 5 hingga 8cm diatas lutut membuat pikiran para siswa melayang-layang entah kemana.

Di sela-sela pelajaran, pelan-pelan aku mengobrol dengan Prapto. Kuceritakan perkenalanku dengan Bella. Iya Bella, gadis dengan senyuman manisnya yg telah aku kenal beberapa hari lalu.

Si Prapto hanya membalas singkat dan mangguk-mangguk saja mendengar ceritaku.

"Prap... Akhirnya Prap akhirnya!" Kataku.

"Akhirnya apa? Yg jelas!" Jawab Prapto.

"Bella... Prap namanya Bella..."

"Bella siapa?"

"Itu... Cewek di kelapa muda, aku udah kenalan su kemaren!" Aku ceritakan kronologi perkenalanku dengan Bella kepada Prapto.

"Oh... Terus?" Jawab Prapto singkat.

"Ya senenglah!" Ujarku dengan nada agak tinggi sambil noyor kepalanya pelan.

Prapto terkesan cuek dengan ceritaku, ia nampak serius mencatat materi yg ditulis di papan tulis.

Ah sudahlah, aku mencari teman berbincang lain.

"Nov... Nov..." Kupanggil Novi pelan. Namun tak ada jawaban dari Novi, kemudian aku memanggilnya semakin keras. "Noooov... Noooviiii!" Ucapku sambil menendang bangku di yg Novi duduki.

Tak ada jawaban dari Novi, tiba-tiba ia menoleh ke belakang menampakkan wajah galaknya seraya menunjukkan jari tengahnya ke arahku yang mengisyaratkan dia juga sedang serius dan tak mau diganggu.

"Aku nanti pinjem catatanmu ya Novii cantik..." rayuku ke Novi, mencari alasan agar ia tak melanjutkan marahnya walaupun aku tau ia tak pernah sekalipun benar-benar marah terhadap sahabat-sahabatnya ini.

Melihat semua teman sekelas serius mencatat, akhirnya aku ikut-ikutan mencatat materi yg ditulis di papan tulis itu walau tak selesai sih, karena keburu dihapus oleh petugas piket.

Akhirnya jam-jam penderitaanku akan berakhir. Waktu telah menunjukkan pukul 13.25 dimana lima menit lagi bel tanda berakhirnya pelajaran akan berbunyi. Sebelum teman-teman yg lain memasukkan buku-bukunya ke dalam tas, aku selalu mendahului mereka melakukan hal itu.

"Hahaha... Dasar! Adit-adit!" Ucap Novi menoleh kearahku seraya memberikan buku catatannya yg mau aku pinjam tadi.

---

Pulang sekolah, seperti biasa aku dan Prapto selalu mendapat minuman ataupun makanan gratis dari sahabat kami, Novi. Bukan kami yg minta, tapi memang karena uang jajan Novi yg sangat buanyak untuk seorang pelajar seperti kami.

"Yaaaah... Itung-itung imbalan karena kalian nemenin aku nunggu angkot!" Jawaban dari seorang Novi jika ditanya alasan kenapa hampir tiap hari ntraktir kami.

"Eh kalian tunggu warung bentar ya... Aku mau ke wc!" Kataku sambil memegang perut dgn kedua tanganku.

"Yoi!" Ucap Novi dan Prapto tersenyum kompak.

Tak lama aku berjalan cepat ke arah wc untuk segera menuntaskan hasrat yg telah sampai pucuk ini.

Sesampainya di wc sekolah, aku menoleh kanan kiriku memastikan tak ada guru di sekitar.

Yaaa.. Rokok! Tak afdol untuk seorang lelaki pergi ke wc tanpa rokok.

Aku mencari rokok yg aku simpan di tas. Namun aku tak menemukannya.

"Asu nandi ki rokok! (Anjing dimana nih rokokku!)" Umpatku sendirian.

Aku teringat Prapto yg senyam-senyum mencurigakan sebelum ia pergi ke warung bersama Novi tadi.

"Owalah pancen celeng" Umpatku menyadari Prapto telah menyembunyikan rokokku.

Dengan berat hati terpaksa aku masuk ke wc tanpa teman setiaku.

Kunyalakan air cukup kencang supaya tak ketahuan jikalau suara kentut yg tiba-tiba muncul terdengar hingga luar. Hehe.

Selang beberapa menit aku keluar dari wc yg sebenarnya cukup seram itu. Aku mulai berjalan petentang-petenteng menuju pintu gerbang sekolah.

"Hiksss... Hikkssss..." Terdengar suara tangisan seorang cewek ketika akan melintasi ruang kelas terkahir sebelum gerbang.

Terlihat sesosok perempuan cantik sedang duduk termenung di bangku paling depan di ruangan itu. Kabut yg pekat seolah menutupi wajah cantiknya. Tetesan air matanya seakan membanjiri ruangan itu hingga ia tak mampu utk keluar.

Begitu lama aku mengamatinya dari luar, hingga pada akhirnya kuberanikan diriku masuk ke ruangan yg tiba-tiba menjadi sunyi itu.

Hanya ada aku, dia, dan tangisannya. Ia bahkan tak menyadari ada seorang lelaki yg hendak datang menghampirinya.

"Ini Kak..." Sapaku pelan seraya mengulurkan tangan kananku yg membawa sebuah sapu tangan bermotif garis berwarna merah.

Tak ada jawaban darinya, hanya sebuah anggukan kepala dan senyuman kecil yg nampak ia paksa namun tetap manis.

Aku meninggalkan sapu tanganku di meja tempat duduknya. Kemudian dengan perlahan aku mulai pergi meninggalkan ruang kelas itu.

Memang lebih baik aku meninggalkannya sendiri, toh aku juga tak begitu mengenalnya. Aku kembali berjalan santai menuju ke warung dimana Novi dan Prapto tengah menungguku.

Sejenak aku berfikir, kenapa ya Kak Fara, kasihan juga salah satu primadona sekolah ini atau dengan kata lain rival dari Kak Siska ini.

Entahlah aku tak mau memikirkan masalah orang yg tak aku kenal, lagi pula juga bukan urusanku. Walaupun rumah Kak Fara tak jauh dari desaku, namun aku tak mengenalnya. Hanya sepak terjangnya saja yg aku tahu. Biasa, cewek cantik pasti jadi omongan.

Nampak dari kejauhan si jancuk Prapto sedang merokok dengan nikmatnya. Seakan mengejek karena telah berhasil mengerjaiku td.

"Hehhh rokok siapa tuh??!? Enak aja main nyalain!" Hardikku. Prapto seoalah tak mendengar suaraku, ia malah bersiul dengan santainya.

"Nov... Kayaknya ada orang ngomong deh!" Ucap Prapto cuek.

Novi hanya mengangguk-anggukan kepalanya seolah bekerja sama dengan Prapto untuk mengerjaiku.

"Oke... Aku pulang aja lah, jd malesss!" Kataku mengancam.

Melihat reaksiku, Novi dan Prapto langsung ketawa terbahak-bahak, bangga.

"Hmmmmmmm..." Keluhku.

"Hehe... Niih nih jus mangga, wis-wis ojo nesu! (udah-udah jangan marah!)." Ucap Novi merayuku untuk duduk.

"Haha rokokmu nih su, aku balikin!" Kata Prapto masih ketawa-ketiwi.

Aku pun mengambil rokokku dan menyalakannya. Lalu meminum jus mangga yg sangat menggoda itu.

Kemudian kami asik ngobrol ngalor-ngidul tak jelas. Lama kami berbincang hingga tak sadar perut pun mulai keroncongan.

Dalam situasi seperti ini aku dan Prapto selalu kompak, mata kami tertuju ke satu arah, Novi! Hahaha.

Novi sadar ia tengah kami amati, wajah kami memelas. Ia hanya mengeluarkan kata yg selalu ia ucapkan dalam keadaan seperti ini, "WIISS BIYASAAA" (SUDAH BIASA). Dua kata yg mengisyaratkan bahwa ia menyanggupi permintaan kami.

Dengan mantap dan tak pernah ragu, Prapto selalu memesan omlet favoritnya. Sedangkan Novi masih sibuk membaca kertas menu makanan yg ia pegang. Padahal sebenarnya ia juga sudah tahu makanan apa yg disediakan di warung ini. Biasa lah cewek, ribet.

Aku sendiri masih bingung, "Emm apa ya?"

Tanpa tanya ke Prapto yg sedang asyik dengan handphone barunya, Novi telah mencatat pesanan Prapto karena memang sudah hafal dgn pesanannya tersebut. Ia lalu melanjutkan menulis pesanannya sendiri, Indomie Goreng, Dengan tambahan kecap sesendok gk kurang dan gk lebih dan Telur setengah matang yg gk begitu asin.

"Tuhh kan percuma... Kamu baca sampai ribuan kali juga tetep pesennya itu!" Kataku meledek Novi.

"Sirik aja sih... Kowe pesen apa? Biar aku tulis sekalian." Tanya Novi kepadaku.

"Mmm.. Apaan ya... Pizza aja deh"

"Pizza ndasmu!" Umpat Prapto tiba-tiba.

"Heh serius!" Timpal Novi.

"Nasgor aja nasgor..." Jawabku mantab kali ini.

Novi lantas jalan ke arah meja kasir untuk memberikan list pesanan kami.

Novi pun memesan apa yg kami mau. Uang lembaran berwarna biru langsung ia bayarkan ke kasir. Keren kan Novi? Sahabat kita tuh. Hahaha.

"Ditunggu sebentar ya mbak..." Ucap sang kasir halus seraya mengembalikan uang kembalian.

Tak lama pesanan kami datang satu per satu.

Dengan lahap kami menyantapnya dan kembali mengobrol hingga cukup sore.

Setelah sangat lama menunggu Novi mendapatkan angkot, akhirnya aku dan Prapto juga memperoleh angkot jurusan kami sendiri.

Kami pun naik bersama sebelum aku turun di perampatan terakhir.

"Ndisik yo su... (Duluan ya njing!)" Ucapku ke Prapto.

"Yo leng ati-ati... (Ya bi babi ati-ati...)"

----

Sesamapainya dirumah kulihat Ibu dan Ayah sedang duduk berdua di ruang tamu. Mereka sedang bernincang yg cukup serius. Ayah duduk di depan Ibu yg nampak sedang cemas. Tanpa ragu aku ikut nimbrung aja.

"Enten nopo Pak? (Ada apa Pak?)" Tanyaku ke Ayah dan Ibu seraya menyalami dan mencium kedua tangannya.

"Rene le tak kandani... (Sini nak Bapak kasih tahu..."

"Nggeh Pak..."

"Maaf ya nak, Bapak kena PHK dari kantor..." Ucapnya serius.

"Wah kok bisa Pak?" Tanyaku kaget. Wah gawat, bapak jadi pengangguran dong kalo gitu, gk ada gaji dan aku gk punya uang jajan lagi, terus putus sekolah. Pikirku konyol waktu itu.

"Kebijakan perusahaan nak..." Ucap Ayah lalu menghisap rokoknya dalam-dalam. "Tapi kamu gk usah khawatir, Bapak akan cari kerja secepatnya..." Ucap Ayah seakan tahu apa yg aku pikirkan.

"Terus kapan Pak uang pesangonnya cair?" Tanya Ibuku.

"Minggu depan sepertinya, Ibu persiapkan segalanya ya..."

"Persiapkan apanya Buk?" Tanyaku ke Ibu gk tau menau.

"Ibu mau buka warung Dit dengan uang pesangon Bapak..."

"Oh nggeh Buk, nanti Adit bantuin..."

"Nah bagus... Sekarang kamu sholat dulu terus makan yo le..." Kata Ayah tenang.

Entah apa yg terjadi setelahnya aku gk tau. Aku paham Ayah dan Ibu sangat tertekan, terlebih Ayah sebagai kepala keluarga. Namun sikap Ayah benar-benar membuatku kagum, beliau bisa tetap tenang dalam menyikapi segala hal.

Bagi yg tinggal di daerah Magelang pasti tahu perusahaan mana yg sering ada PHK besar-besaran tiap tahunnya. Tapi ntah kenapa sampai saat ini masih banyak banget orang yg ngebet pengen kerja disana.

---

Hari-hari selepas Ayah di-PHK kehidupan dirumah berangsur-angsur berubah. Berubah dalam artian kegiatan tiap anggota keluarganya. Ayah sibuk pergi dari pagi hingga malam mencari pekerjaan lain, Ibu sibuk nyiapin segala sesuatunya untuk membuka warung kelontong dirumah. Pengeluaran pun sedikit ditekan oleh Ibu sebagai bendahara keluarga ini. Imbasnya pun uang jajanku yg berkurang.

"Kantin yok Dit..." Ajak Novi saat jam istirahat.

"Gk deh Nov... Lagi hemat aku..."

"Tumben, lagi butuh duit? Pake uangku dulu aja nih..." Ucap Novi.

"Gk Nov... Emang pengen nabung aja sih, hehehe..."

"Yauda kalo gitu, yok aku traktir deh di kantin..."

"Ayok dah kalo gitu hahaha..."

Di kantin suasana sangat riuh. Aku dan Novi makan soto, bukan karena pengen soto tapi karena kursi di warung soto masih ada yg kosong.

Dengan lahap aku menyantap soto yg rasanya hambar ini, bodo deh gratis ini. Novi sesekali aja memasukkan sendok ke mulutnya. Sambil ngobrol tiba-tiba Kak Fara terlihat berjalan menghampiri kami.

"Ini sapu tangannya yg kemarin, makasih ya..." Ucap Kak Fara ramah ketika sampai didepanku. Novi pun kayak bingung.

"Eh iya Kak..." Balasku singkat.

"Duduk Kak..." Sapa Novi halus.

"Iya..." Ucapnya sopan seraya duduk di samping Novi yg ada di depanku. "Wah lagi pacaran ya, ganggu gk nih?" Imbuh Kak Fara basa-basi.

"Njiiiirr... Siapa juga yg mau sama Adit Kak! Gk pernah modal jadi cowok... hahaha," ledek Novi. Sialan deh si Novi, aku cuma bengong aja, skakmat.

"Hehehe... Eh kenalin aku Fara..." Kata Kak Fara menyalami Novi. "Novi Kak... Udah tahu kok kak namanya, hehe..." Balas Novi. Lalu Kak Fara menyalami aku yg ada di depannya.

"Adit..." Ucapku seraya bersalaman dengan Kak Fara. Wah halus bener tangannya.

"Siapa tuh om, kenalin joni donk!" Bisik Si Joni di dalem celana. Sabar Jon sabar, jatahmu besok. balasku dalam hati.

Kamipun larut dalam obrolan ringan bertiga. Tapi kadang berempat tambah si joni yg nyaut-nyaut aja.

"Jadi gitu Nov... Baik kan si Adit ini..." Ucap Kak Fara menjelaskan awal pertemuanku dengannya hari itu.

"Modus tuh Kak... hahaha.." Canda Novi. Dan akupun bengong doang ngliatin kearah dada Kak Fara dengan satu kancing bajunya sengaja dilepas.

Kak Fara ini orangnya asyik juga. Selera humornya juga tinggi. Jika diibaratkan mukanya mirip marshanda waktu ABG dulu, tapi bodinya sih lewat deh si caca.

Lagi asik ngobrol tiba-tiba seorang cewek yg cantiknya juga gk ketulungan duduk di sebelahku. Siapa lagi kalo bukan Kak Siska.

"Ih sayang makan gk ajak-ajak..." Ucap Kak Siska yg udah nyender aja.

"Hehehe..." Aku bengong mengarah ke bloon sambil senyam-senyum.

"Yauda aku duluan ya Dit... Makasih lho sekali lagi.. " Kata Kak Fara tiba-tiba sambil tersenyum manis. Njiiiir luluh deh aku liat senyumannya.

"Iya Kak sama-sama..."

"Duluan ya Nov..."

"Iya Kak..."

Kak Siska menatapku tajam, yg tadinya nyender sekarang udah agak menjauh. Novipun kabur ngeliat gelagat gk baik dari Kak Siska.

"Aku juga duluan deh Dit, mari Kak..."

"Eh iya Nov..." Balas Kak Siska ke Novi dengan senyuman, kemudian mengarahkan lagi matanya kearahku dengan tatapan sadisnya.

"Ngapain si Fara ngedeketin kamu?" Tanya Kak Siska menyelidiki. Njiir rival ya rival aja, tapi juteknya jangan sama aku dong, batinku.

"Tadi cuma ngobrol doang, kebetulan cuma sini yg sepi..." Jawabku.

"Gk percaya aku!"

"Eh bener Kak... suer deh!" Ucapku meyakinkan Kak Siska.

"Hmm... awas ya kalo boong!" Ancam Kak Siska lalu nyelonong pergi aja.

Memang aneh Kak Siska ini, kayaknya cemburu dia. Eh tapi kan kita gk pacaran. Tau deh... Tingkahnya kadang dewasa tapi kadang ngeselin juga. Untung aja cantik, tajir pula. Hahaha.

----

Sore hari setelah pulang sekolah aku membantu Ibu beres-beres teras rumah yg telah selesai disulap sebagian menjadi sebuah warung sederhana. Barang-barang dagangan belum ada sih, namun satu etalase dan rak-rak telah tertata rapi. Rencananya lusa Ibu akan mulai membuka warungnya ini demi kelangsungan hidup keluarga.

Sampai saat ini Ayah belum mendapatkan pekerjaan tetap, beliau masih sibuk mencari pekerjaan kesana-kemari sambil sesekali menerima kerjaan serabutan dari teman-temannya.

Bingung mau ngapain dirumah, akupun memutuskan untuk maen kerumah Gatot, kawan sekampung.

Sambil ngerokok dan jalan petentang-petenteng di jalanan kampung tibalah aku dirumah Gatot yg cukup besar.

"Gatot... Gatot..." Panggilku didepan rumahnya. Tak ada jawaban apapun, jangan-jangan pergi tuh anak.

Lama menunggu akhirnya pintu nampak dibuka dari dalam.

"Owalah kamu to Dit... Cari Gatot ya?" Ucap Mbak Laras, kakak Gatot.

"Iya, Gatotnya ada mbak?" Sapaku ke Mbak Laras.

"Masih les Gatotnya..." Kata Mbak Laras memegang handuk yg menyelimuti tubuhnya dengan tangan kanannya. Badannya mulus banget masih rada basah-basah gitu.

Mimpi apa semalam bisa ngeliat Mbak Laras pake handuk gini. Njiiir... Si Joni kembali diuji. Rambutnya yg juga masih basah makin ngebuat Si Joni meronta-ranta tak karuan di dalam sana.

Mbak Laras ini emang terkenal cantik dan berani jika memakai pakaian. Sempat menjadi sorotan kampung juga dulu saat ketahuan mabok di belakang balai kampung bareng gengnya pas acara agustusan. Tapi emang dasar cuek sih orangnya, jadi gk terlalu dipikirin kayaknya. Wajahnya persis Saskia Gotik. Beneran gk bohong emang mirip banget dia, bodi dan tingginya pun hampir sama.

Mbak Laras inilah yg nantinya akan banyak memberi nasihat-nasihat saat aku dalam kebimbangan dan saat dalam kondisi putus asa. Dan Mbak Laras juga yg mengajak Joni ke galaksi lain nantinya. Pokoknya dia selalu ada buatku nantinya. Meski Mbak Laras udah kuliah, tapi doi selalu asik sama siapa aja entah itu anak kecil sekalipun.

"Tunggu dalem aja Dit, Palingan bentar lagi pulang..." Ucap Mbak Laras kalem.

"Iya Mbak..."

Akupun masuk kedalam kamar Gatot kayak biasanya nungguin Si Gatot pulang.

Bengong tiduran di kamar, pikiranku jauh membayangkan Mbak Laras barusan. Beruntung deh Si Gatot sialan punya kakak macam Mbak Laras.

"Nih minum dulu Dit..." Ucap Mbak Laras nyamperin di dalam kamar gatot.

Ya Tuhan... Godaan apalagi ini, pake masuk kesini juga Mbak Laras. Saat ini Mbak Laras udah ganti baju, tapi sama aja sih sebenernya. Hanya tanktop warna hitam dan celana pendek model boxer gitu yg Mbak Laras pake.

"Iya Mbak..."

Aku duduk bersila diatas ranjang Gatot, sedangkan Mbak Laras hanya slonjoran di karpet sambil ngelap rambutnya dengan handuk kecil. Darisini terlihat belahan dada Mbak Laras yg mempesona. Gimana ya rasanya jika wajahku diapit diantara kedua gunung kembar itu. Pikirku mesum saat itu. Aku perhatikan dengan lebih seksama, kayaknya gk pake beha nih Mbak Laras. Tali behanya juga gk kelihatan melewati pundaknya. Jangan-jangan kode nih... Tapi mana berani aku.

"Mbak... aku kewarung bentar ya beli rokok..." Ucapku tiba-tiba menghindari siksaan ini. Gk kuat deh aku, takutnya lancang akunya jika lama disini. Ya... meski Mbak Laras emang seksinya gk ketulungan, tapi aku menghormatinya entah karena apa.

"Sing sabar yo Jon..." Ucapku halus buat Si Joni.

Akupun mulai beranjak dari rumah Gatot buat beli rokok ke warung. Pas mau keluar ngebuka pintu rumahnya, Mbak Laras manggil.

"Diiiit..."

Bersambung...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd