2. Kaliurang Sore Itu
Kak Siska : Sekali ini aja ya Dit... Plisss!
Aku: Iya kaaaak... Santai aja lagi...
Hari senin ini tak seperti biasanya, aku bolos sekolah. Jujur ini baru kedua kalinya aku bolos selama duduk di kelas dua, sebelumnya pernah juga dulu bersama Novi dan Prapto di awal tahun pelajaran baru beberapa bulan lalu.
Pagi ini dengan secara tiba-tiba Kak Siska meneleponku melalui hape Ayah dan memintaku untuk menemaninya jalan-jalan ke Jogja, katanya sih untuk refreshing sebelum Ujian Akhir Nasional yg akan dihadapinya beberapa minggu lagi. Gk begitu masalah sih buatku, toh hari senin ini juga hari kejepit kok, karena hari selasa besok tanggal merah. Pasti banyak juga anak-anak yg gk masuk. Ok! Aku bolos hari ini, gk enak kalo harus nolak ajakan Kak Siska yg selama ini bersikap baik kepadaku.
Tentang Kak Siska, dia adalah kakak kelasku. Wajahnya cantik, bener-bener cantik. Aku ingat saat pertama kali kenal dengannya. Saat itu gk sengaja aku lihat Kak Siska ngerokok di belakang perpustakaan sekolah. Keren ya Kak Siska, masih SMP udah ngerokok di sekolah, cewek pula. Ntah karena dorongan apa dulu aku memutuskan untuk nyamperin dan ngerokok bareng di tempat itu. Padahal waktu itu aku lagi disuruh guru biologi ngambil buku paket di perpus. Tanpa pikir panjang aku duduk di sebelahnya, lalu nimbrung dan minta sebatang rokok darinya. "Aku temenin ya... Nanti kalo ketahuan, biar aku aja yg ngaku!" Itulah kalimat pertama yg aku ucapkan kepada kakak kelas yg sedikit
naughty ini.
"Ayok Dit..." Ucap seorang cewek di dalam mobil yg berhenti tepat di depanku dengan kaca yg jendela yg terbuka.
"Wuiiih... Pake mobil Kak?" Kataku sedikit kaget.
"Masuk gih!"
"Iya Kak..." Ucapku seraya membuka pintu mobil sedan berwarna pink bergaris hitam milik Kak Siska.
"Helmmu taruh di belakang aja..."
"Hehe, Iya..." Kataku sedikit kikuk karena membawa helm segala, hehe.
"Wah... Mobilnya kok gk pernah dibawa ke sekolah Kak?" Tanyaku membuka obrolan.
"Gk enak aja sama temen-temen kalo bawa mobil ke sekolah, nanti dikira pamer!" Jawabnya sambil membelokkan stir mobilnya ke arah kanan.
Oh... Mungkin itu juga alasan Novi tak pernah menggunakan mobil ke sekolah, takut dikira pamer, batinku. Padahal Novi itu kaya banget sumpah.
"Diem aja sih Dit? Aku ganti baju dulu ya di pom bensin depan..." Kata Kak Siska memecah lamunanku.
"Iya Kak... Aku juga sekalian!" Ucapku santai.
Kamipun berhenti di pom bensin untuk mengganti seragam menjadi pakaian bebas, gk enak juga kan kalo jalan-jalan kayak gini pake seragam sekolah?
Kali ini aku sengaja memakai kaos oblong warna hitam dan membawa jaket adidas biru biar keren aja sih. Tak lama berselang, Kak Siska telah keluar dari toilet dan kami pun kembali melanjutkan perjalanan menuju Jogja.
Seperti yg sudah-sudah, Kak Siska terlihat sangat menggoda iman setiap lelaki yg melihatnya. Jika disekolah ia menggunakan seragam yg kelewat ketatnya, hari ini ia mengenakan kaos model sabrina warna hitam bercorak garis-garis dengan kedua pundaknya yg kelihatan seksi. Tak sampai disitu, untuk celananya Kak Siska memakai hotpants jins yg amat ketat dan pendek. Pahanya terlihat indah seakan meminta untuk diraba. Si Joni pun mulai bangun meronta-ronta.
Sesekali aku mencuri pandang ke Kak Siska, haduuuhh... Ampun deh! Gawat, nangis deh si joni kalo gini caranya.
"Diit... Liatin apaan sih?" Seru Kak Siska cengengesan.
"Eh enggak Kak... Ini tumben jalanan sepi gini," jawabku sedikit malu.
Perjalanan ke Jogja kali ini sangat lancar. Kak Siska dengan santai memacu mobilnya pelan. Sambil mendengarkan lagu-lagu Jazz yg sebenarnya aku gk ngerti, kamipun larut dalam obrolan ringan seputar tempat wisata dan berbagai jenis kuliner di Jogja.
"Kak... Kita kemana nih?" Tanyaku.
"Emmm... Ngopi di Mall Mallioboro dulu aja kali ya sambil istirahat bentar," jawab Kak Siska. Dulu belum musim sianida, jadi aman lah. Takut kalo joni minum tu racun.
"Ok..."
Kalo cuma ngopi sih biar aku yg bayar, nanti kalo makan dan sebagainya ditanggung Kak Siska, haha.
Tak lama kemudian sampailah kami di depan mall Mallioboro, Kak Siska memarkirkan mobil yg kami tumpangi di basement yg lokasinya berada di lantai dasar mall.
Setelah memarkir mobil, kami berjalan pelan menyusuri konter-konter pakaian yg baru saja membuka lapaknya di dalam mall yg cukup besar ini menuju sebuah coffe shop.
"Mas, Late dua ya!" Kataku kepada barista salah satu coffe shop yg berada di mall ini.
"Enam puluh ribu mas... Atas nama siapa ya?
"Hahhhh???!?!? Kopi kayak gini aja satunya tiga puluh ribu??" Gerutuku dalam hati. Njiiir sial amat pagi ini. Ludes deh uang jajanku seminggu.
"Mas... Mas..." Ucap sang kasir.
"Iya mas... Ini, atas nama Adit," kataku lesu sambil menyodorkan uang yg disebutkannya tadi.
Aku menyeret kakiku ke sofa luar dimana Kak Siska telah duduk.
Kulihat Kak Siska sedang membuka hape miliknya. Ntah ngapain gk tau. Kayak ngetik sms, aku gk peduli juga. Masih lemes aku gara-gara dipalak kasir sialan itu.
Kusulut rokok yg aku bawa, laku kuhisap dalam-dalam sambil memandang Kak Siska yg masih asik dengan hapenya. Aku masih ingat betul hapenya siemens c45, baru beberapa orang yg punya hape saat itu.
Selang beberapa saat kemudian, pesanan kami pun datang. Perlahan kuminum kopi yg teramat mahal ini, rasanya enak juga! Pantes mahal banget.
Nampak di depanku Kak Siska juga mengangkat cangkir dan perlahan meminumnya. Kamipun berbincang santai sambil melihat-lihat kendaraan yg berlalu-lalang di depan mall ini.
"Eh Dit, bagi rokok dong lupa beli aku tadi." Kata Kak Siska tiba-tiba.
"Nih..."
"Thanks..." Ucap Kak Siska yg lalu menyulut rokok telah ada di jarinya.
"Kak... Sering ya kesini?"
"Ya gk sering-sering banget sih... Kenapa?"
"Gk papa kok, asik aja tempatnya!"
"Mau yg lebih asik lagi?" Goda Kak Siska dengan senyuman dan tatapan nakalnya. Semua cowok pasti konak aku jamin hanya karena melihat pandangan matanya ini.
"Mauuu... Ayuk kak ajak aku kak sekarang!" Si Joni tiba-tiba nyaut di dalem celana.
"Hehehe..." Aku hanya tersenyum nahan konak.
"Eh Dit... Dulu waktu kamu liat aku ngerokok di belakang perpus, kamu nilai aku gimana sih?"
"Emmm... Sempurna" Jawabku asal.
"Ihh serius Adiiiit!" Timpal Kak Siska.
"Emmm... Dulu aku pikir keren aja Kak..."
"Keren gimana maksudnya?"
"Secara cewek gitu, ngerokok di sekolah pula! Aku ngerasa suka aja dan pengen kenal gitu..." Ucapku polos.
"Oh..."
"Jadi alasan kamu duduk di sampingku untuk ngelindungin dan ngorbanin diri kamu sendiri dulu itu cuma akal-akalannya kamu aja?" Ucapnya curiga.
"Hahahaa..." Akupun tertawa dan kepalaku ditoyor oleh Kak Siska.
"Dasar!" Haha, yaudah yuk capcus!" Ajak Kak Siska seraya manarik tanganku.
"Kemana nih Kak?" Wah jangan-jangan ke hotel. Yuk kak, si joni nyeloteh lagi.
"Temenin aku cari baju ya... Tapi jangan disini, aku pengen ke Bringharjo!" Kata Kak Siska.
"Oke..." Kataku singkat dan jonipun lemas seketika.
Lalu kami berjalan meninggalkan coffe shop ini, mobil Kak Siska juga masih diparkir di basement mall karena letak Pasar Bringharjo tak begitu jauh dari tempat kami ngopi tadi.
Kak Siska berjalan di samping kiriku menyusuri pedagang kaki lima yg berada di trotoar. Sesekali aku merasakan tangannya yg entah disengaja atau tidak menempel di tanganku, seolah ia berkata "gandeng aku, gandeng!"
Tak lama kemudian sampailah kami di Pasar Bringharjo. Cukup lama juga aku tak mengunjungi tempat ini, seingatku terakhir saat SD bersama Ibu.
Kami berputar-putar di sekitar barat pasar yg khusus menjual pakaian. Ada beberapa pakaian yg menurutku cocok dipakai Kak Siska, namun ia masih merasa kurang srek dengan pakain yg aku nilai.
Setelah lama berputar-putar, akhirnya Kak Siska menemukan baju yg menurutnya bagus, Kak Siska membeli sebuah baju model terusan bermotif batik yg sangat indah berwarna kuning emas dipadu hitam. Dasar cewek, tadi minta saran sekarang malah mutusin sendiri. Eh tapi keren kok bajunya. Aku membayangkan Kak Siska memakainya pasti sangat anggun.
Setelah cukup lama kami mengelilingi pasar ini, tiba-tiba terasa getaran di perutku, ada sms nih. Eh bukan sms, aku belum punya hape. Njiiirr ternyata cacing-cacing di perut udah pada demo. Kulihat Kak Siska masih asyik memandangi berbagai baju yg di pamerkan penjual-penjual di area ini.
"Kak... Makan yuk! Udah siang lho..." Ajakku.
"Oh iya, kelamaan di pasar jadi lupa! Kita makan Gudeg Wijilan aja ya..." Kata Kak Siska.
"Wuih dimana tuh... Kayaknya pernah denger," jawabku ngikut.
"Eh kamu mau batik juga gk Dit? Aku beliin deh..."
"Gk deh Kak... Makan aja yuk!" Jawabku kelaparan.
"Yauda ayok..."
Kami pun berjalan kembali menuju basement mall dimana mobil Kak Siska diparkirkan. Udara di Jogja sangat panas siang ini, ditambah pakaian yg dipake Kak Siska membuat keringatku malah semakin bercucuran, Haduuuh. Untunglah ada AC mobil Kak Siska yg menjadi penyelamat kami menyejukkan badan.
Tak lama kemudian sampailah kami di Nasi Gudeg Wijilan. Jadi di tempat ini khusus warung-warung makan yg menjual nasi gudeg saja. Sekitar dua puluh warung makan berjejeran menghiasi jalanan ini. Kami pun memutuskan untuk singgah di warung gudeg yg sedikit ramai.
"Mas... Dua ya, sama Es Jeruk dua!" Ucap Kak Siska memesan dua porsi nasi gudeg.
Aku duduk di meja paling pojok warung ini.
Kebetulan tempat ini menyediakan area lesehan yg membuatku bisa lebih santai menyantap gudeg yg telah dipesan.
Kami duduk bersebelahan, sesekali kulihat Kak Siska menyenderkan kepalanya di tembok yg ada di belakang kami, nampak seperti sangat kelelahan.
"Capek ya Kak?" Tanyaku.
"Hehe... Gk kok, santai aja! Tadi cuma agak lelah aja mondar-mandir"
"Oh... Yaudah gih dimakan Kak!" Kataku setelah melihat pelayan meletakkan gudeg pesanan kami.
Aku pun menyantap gudeg ini dengan lahap, karena memang kelaparan. Sangat nikmat sekali masakan gudeg di tempat ini, khas Jogja banget pokoknya!
"Hwoi Kwak.. Gwimana perswiapan uwjiannyaw?" Tanyaku dengan mulut yg penuh dengan nasi.
"Haha... Ngomong apa sih Dit, ditelan dulu baru ngomong!" Balas Kak Siska.
"Hehe... Iwya Kak... Emm... Gimana persiapan ujiannya Kak? Tanyaku kali ini sepertinya sudah jelas.
"Oh... Ya biasa sih, belajar. Aku sih nyantai aja kok!" Jawab Kak Siska.
"Oh..." Jawabku singkat lalu kembali melanjutkan makan.
"Dit, kamu diem-diem banyak fans nya ya? " Tanya Kak Siska to the point.
"Hah fans?"
"Heem... Tuh Dina aja kayaknya suka sama kamu..."
"Kak Dina?"
"Iya..."
"Biasa lah secara aku kan ganteng gini... hahaha..." Ucapku pede dan kepalaku ditoyor lagi sama Kak Siska.
"Heran aku, kamu merdukun dimana sih? Sampe Dina aja suka sama kamu?" Tanya Kak Siska tersenyum.
"Sial... Ini tuh murni dari kegantengan aku dan sifat aku yg baik suka nolong..." Kataku pongah.
"Belum tau aja sih mereka kelakuan minus kamu! Otak mesum gk ketulungan" Ucap Kak Siska santai.
"Hahaha..."
"Nih..." Ancam Kak Siska mengepalkan tangannya.
"Terus habis ini kemana kita?" Tanyaku antusias.
"Emm... Kemana ya? Gimana kalo ke Kaliurang aja! Aku pengen liat pegunungan nih..." Jawab Kak Siska halus.
"Ok Kak!" Wuih Kaliurang? mendadak si joni tertawa lepas.
Kamipun kembali melanjutkan obrolan ringan dengan manyantap gudeg yg lezat ini.
Setelah selesai menghabiskan makanan, Kak Siska membayar dua porsi gudeg ini. Untung deh Kak Siska mencegahku dengan cepat saat mau membayar. Lalu kami melanjutkan jalan-jalan ini ke Kaliurang seperti yg Kak Siska inginkan tadi.
Perjalanan dari Kota Jogja ke Kaliurang sangat menyenangkan. Sebuah gunung dengan jalan ditengah-tengahnya menggantikan gedung-gedung serta baliho yg terkesan acak-acakan. Gunung Merapi terlihat gagah berani diselimuti kabut yg ada di perutnya. Udara luar kayaknya seger.
Kubuka kaca jendela mobil Kak Siska. Benar, udara sejuk menyambut kami menghilangkan penat perkotaan yg membebani. Lalu kupakai jaket yg daritadi kutaruh jok belakang.
Kulihat Kak Siska nampak lebih segar dengan udara yg sejuk ini. Ia memakai kaca mata hitam yg membuat wajah cantiknya seakan beradu keindahan panorama yg terdapat di tempat ini. Gilak cantik banget mahkluk disampingku ini.
Setibanya kami di tempat yg bernama Taman Nasional Gunung Merapi, kami disambut dengan beberapa orang yg menawarkan kamar buat kami. Yeyyy si Joni melompat bahagia. Namun sayang Kak Siska menolaknya halus, dan saat itu juga Joni murung lagi.
Setelah melewati gerbang masuk, kami lantas berjalan kaki menaiki anak tangga. Tak lama berjalan, Kak Siska menghentikan langkahnya di samping pohon cemara yg tak begitu tinggi.
"Dit... Duduk sini aja deh..."
"Iya Kak..." Jawabku sambil menganggukan kepala.
"Sejuk banget ya disini..." Kata Kak Siska
"Iya Kak... Rileks banget..."
"Eh Dit... Besok kalo aku udah lulus, jangan panggil aku Kak lagi ya..."
"Lho kenapa?"
"Kan aku udah bukan Kakak Kelas kamu lagi..." Jawabnya lalu menyenderkan kepalanya di pundakku.
"Iya deh..."
"Aku pinjem pundakmu ya Dit... Bentar kok," ucapnya kemudian.
"Dit... Kamu pernah jatuh cinta gk sih?" Tanya Kak Siska lagi.
"Ya pernah dong... Aku kan juga manusia normal!"
"Sakit gk sih jatuh cinta itu?" Tanya Kak Siska masih menyenderkan kepalanya di pundakku, kemudian tangannya menyusup di sela badanku. Wuih ada yg kenyal-kenyal nempel nih.
"Emm... Ya kadang sakit sih, tp kadang seneng juga..." Jawabku sok bijak.
"Kalo kamu mencintai seseorang tapi cintamu tak terbalas gimana?"
"Emmm... Gimana ya, ya sedih sih, kecewa pastinya! Tapi mau gimana lagi, cinta itu tak bisa dipaksakan. Emang Kak Siska lagi jatuh cinta ya?"
"......"
"Kak... Kak..." Panggilku ke Kak Siska.
"....."
Kulihat ternyata Kak Siska telah tertidur di pundakku. Tak enak hati jika harus membangunkan tidurnya. Lama juga lho dia tertidur di pundakku. Ada sekitar satu jam aku hanya diam membiarkannya tertidur pulas, pegal juga sih sebenernya.
Sambil merokok, kulihat awan gelap datang menyelimuti langit biru, entah kenapa cuaca yg tadinya cerah perlahan namun pasti berubah menjadi gelap. Khawatir akan datangnya hujan, aku pun memberanikan diri untuk membangunkan kakak kelas yg cantik ini dari tidurnya.
"Kak..." Panggilku pelan. "Kak... Bangun Kak... Mau ujan nih..."
Tak ada reaksi apapun dari Kak Siska, namun sesaat kemudian perlahan ia membuka mata indahnya, lalu menoleh ke wajahku dan tersenyum manis dengan raut wajah yg sayu namun tetap cantik.
"Maaf ya Dit... Jadi ketiduran..." Kata Kak Siska tersenyum manis.
"Hehe... Turun yuk! Nanti hujan lho..."
Khawatir akan datangnya hujan, kami berkemas dan beranjak turun. Sialnya, gerimis yg lumayan deras menyambut kami di pintu keluar Taman Nasional Gunung Merapi ini.
Kamipun memutuskan mampir berteduh di sebuah warung didepan pintu masuk yg tadi kami lewati.
"Bu, tempe mendoan kaliyan teh panase kalih nggeh... (Bu tempe sama teh panas dua ya...)" Kataku pada ibu pemilik warung.
Hujan menambah suhu pegunungan di Kaliurang menjadi semakin dingin. Kulihat Kak Siska menggigil menahan dingin dengan pakaian minimnya yg sedikit basah. Kami duduk di kursi bambu, sambil menikmati tempe mendoan dan teh panas.
"Dingin Kak?" Tanyaku basa basi.
Kak Siska hanya mengangguk.
"Bajunya basah lho Kak..."
Melihatnya seperti itu, reflek naluri seorang pria sebagai pelindung wanita pun muncul seketika.
Kulepas jaket yg kupakai dan meletakkannya ke tubuh Kak Siska lalu kurengkuh bahunya pelan mencoba memberikan pelukan yg hangat, padahal aku sendiri merasa kedinginan.
"....." Ia tersenyum manis. "Kamu kok baik sama aku sih Dit?"
"Hehe, lha gimana lagi Kak? Gk tega aku liat Kak Siska kedinginan gini..."
Hujan semakin bertambah deras menerpa atap seng warung ibu-ibu yg kita tempati ini diselingi gemuruh petir yg semakin membuat bising.'"
Angin gunung yang kencang menambah cuaca menjadi semakin dingin. Padahal jarum pendek di jam tanganku belum menyentuh angka lima. Namun suasana sudah gelap seperti hari yg menyambut malam.
Tak mungkin kami berlari ke tempat parkir dalam hujan yg sederas ini.
"Kok gk reda-reda ya hujannya?" Tanya Kak Siska dalam gemuruh petir.
"Nanti juga reda kok. Badai aja berlalu, apa lagi hujan! Hehe," candaku.
"Hehehe..."
"Kemana lagi nih kita Kak?"
"Emmm... Sewa kamar bentar yuk Dit, mandi-mandi dulu kita, biar gk sakit. Sekalian istirahat bentar..." Ucap Kak Siska. Fix ini kode keras! Yes akhirnya. Si Joni gembira lari-lari salto penuh kemenagan.
"Hehe..."
"Malah senyum-senyum, gimana? Mau gk?" Tanya Kak Siska tersenyum penuh makna.
"Emmm.... Tapi..."
"Apaan?"
"Yauda yok!"
"...." Kak Siska hanya tersenyum licik.
Jujur rada takut juga sebenarnya mengiyakan ajakan kakak kelas yg aduhai ini. Meski otakku mesum parah, tapi untuk urusan mendaki gunung dan berpetualang ke goa aku belum pernah melakukannya. Jangan-jangan aku nanti diperkosa. Haduh bisa enak nih, dan Si Joni udah meraung-raung aja daritadi.
"Masih ada yg kosong Mas?" Tanya Kak Siska ke pegawai penginapan yg nampak asri.
"Oh ada Mbak..." Balasnya ramah dengan senyuman. Mungkin heran juga mas-masnya ngeliat sepasang ABG nanyain kamar. "Mari saya antar..." Imbuhnya kemudian.
Kamipun mengikuti di belakangnya, tak lama pegawai itu berhenti di depan sebuah kamar yg cukup nyaman. Kamipun dipersilahkan masuk. Ada kasur spring bed, kursi kayu, dan tv 21 in di dalamnya. Wangi juga nih kamar.
"Maaf bayarnya sekarang atau nanti Mas?" Tanya Kak Siska.
"Sekarang Mbak..."
"Yauda ini mas..." Ucap Kak Siska mengeluarkan selembar uang seratus ribu.
"Makasih Mbak, Selamat beristirahat..."
Petugas itupun meninggalkan kami dan menutup pintu kamar. Kak Siska duduk di atas kasur dan menyalakan tv dengan remot yg ada di sampingnya. Aku duduk di kursi kayu lalu membuka soft drink yg ada di atas meja daritadi, mungkin fasilitas tambahan pikirku.
"Sini Dit duduk sini..." Ucap Kak Siska sambil menepuk kasur.
"Basah Kak bajuku..."
"Copot aja sih, susah amat..."
"....."
Lantas akupun melepas bajuku dan duduk disamping Kak Siska. Tanganku tak sengaja menyenggol pahanya yg putih mulus.
"Kamu kenapa gugup gitu?" Tanya Kak Siska.
"Enggak kok..."
Tiba-tiba Kak Siska udah nyender aja di badanku. Bajunya sedikit basah.
"Bajunya basah lho, ganti batik yg tadi beli aja Kak!"
"Iya habis ini, copotin dong Dit..." Ucapnya santai. Iya santai, akunya yg gugup.
"Emmm...."
"Ah kelamaan!" Potong Kak Siska lalu melepaskan baju tipisnya.
Njiirrr.... makin konak aja aku. Saat ini Kak Siska hanya menggunakan bra warna hitam dan celana hot pants yg teramat pendek. Terlihat bentuk tubuhnya yg indah. Perutnya nyaris tak ada lipatan lemaknya, belahan dadanya nampak seperti aliran sungai yg melintasi dua gunung merapi dan merbabu. Dan aku gk tau mesti ngapain sekarang.
"Kak..."
"Iya Dit..." Jawab Kak Siska pelan sedikit mendesah. Ah sial makin konak aja aku.
Mukaku pun menjadi merah saat ini, dan aku merasa darahku mulai berdesir. Jantungku berdegup lebih keras dari biasanya. Si Joni makin tak terkendali meronta-ronta di dalam celana.
Tangan kiri Kak Siska yang telah merangkulku menjelajahi tanganku, naik pelan-pelan ke lengan dan sampailah di leherku. Lalu tangan kanannya tiba-tiba mulai masuk kedalam celanaku.
Dengan perlahan namun pasti tangan Kak Siska menyentuh si Joni yang saat ini telah mengeras. Akupun memejamkan mataku. Mendapat perlakuan seperti itu, Si Joni makin tak terkendali. Maklum ini kali kedua kali si Joni dipegang orang lain, pertama dokter sunat dan kedua Kak Siska. Dengan lembut tangan Kak Siska mulai bergerak naik turun menggenggam si joni. Bibir tipisnya saat ini telah bergeriliya di leherku.
"Ah..." Desahku pelan.
Tak lama kemudian aku dibimbingnya untuk berdiri, akupun mengikuti keinginannya. Kak Siska saat ini duduk di depanku. Wajahnya tepat berada di depan Si Joni. Tangan Kak Siska bergerak melepaskan kancing celanaku. Wajahnya pun bergeriliya di perutku dan terasa lidahnya menjilat perutku naik turun.
"Ah Kak..."
Lalu dengan giginya Kak Siska mulai memelorotkan celana dalamku dengan pelan-pelan ke bawah. Tangannya membantu dengan menarik tali celana dalamku yg berada di pantatku untuk turun kebawah.
"Slruuupp..." Terdengar suara Kak Siska yang telah menelan habis Si Joni kedalam mulutnya. Saat ini Joni telah berada ke dimensi lain.
Tak lama si Joni pun dilepaskannya
"Pluuukk... "
"Diiiit..." Ucap Kak Siska memandangku dari bawah.
"Iya Kak..."
Bersambung.......