Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Roda Kehidupan

Hingga part 21 ini, siapa tokoh yg paling agan suka? *kalo udh vote boleh lho posting alasannya juga

  • Bella

    Votes: 11 5,9%
  • Novi

    Votes: 96 51,3%
  • Siska

    Votes: 17 9,1%
  • Fara

    Votes: 12 6,4%
  • Laras

    Votes: 34 18,2%
  • Vita

    Votes: 4 2,1%
  • Fitria

    Votes: 3 1,6%
  • Gatot

    Votes: 3 1,6%
  • Prapto

    Votes: 3 1,6%
  • Gk ada alias bodo amat

    Votes: 4 2,1%

  • Total voters
    187
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Ydh tembak aja bella nya boss.. Nunggu apa lg.. Benaran ntar the end nya sama novi ??
 
muantapsurantap critane ngaliir dengan bahasa yang ringan tapi penuh maakna ...
 
Hahaha biyen jman sma soboku MT huu
nek ora yo kartika muntilan cdak dingdong ,,opo kartika salaman hahaha
 
10. Sejuta Pertanyaan


"Satu hal yg aku gk ngerti dalam hidup ini..."
"Apaan?"
"kamu cantik banget sih Mah..."
" .... "

Liburan sekolah dimulai. Seperti dugaanku sebelumnya liburan kali ini tak ada yg menarik. Siang hari kuhabiskan untuk tidur dan bantuin jaga warung. Malamnya berkumpul bareng kawan-kawan kampung. Ntah itu main gaple, tongkrong, hingga mabok.

Akhirnya setelah lama menunggu, datang juga tahun ajaran baru yg tiba-tiba membuatku cemas. Gimana gk cemas, perasaanku berkata kalo aku akan berpisah sama sahabat-sahabatku, Novi dan Prapto karena kelas bakal diacak lagi. Sabtu ini adalah hari pertama masuk sekolah, namun agenda hari ini hanya pengumuman pembagian kelas saja.

Seperti biasa, aku berangkat ke sekolah menggunakan motor vega yg Ayah tinggal. Ah aku kangen Ayah, akhir-akhir ini Ayah jarang kasih kabar ke rumah. Semoga saja Beliau selalu dalam lindunganNya.

Sesampainya disekolah, suasana sungguh sangat ramai. Terlihat banyak wajah-wajah baru disana. Mereka masih mengenakan seragam SD, mereka adalah siswa-siswi baru yg akan mengikuti MOS. Wah udah kayak SD Budi Utomo aja nih sekolahku.

Sejenak aku memandang calon-calon adik kelas itu dari depan tempat parkir warung depan sekolah.

"Woe su liatin apa?" Seru Prapto menepuk pundakku.

"Eh kowe cuk, tuh adik-adik kelas..."

"Haha... Gk kerasa ya kita udah kelas tiga aja!" Kata Prapto.

"Yoi... Aku inget dulu kamu culun banget cuk, hahaha!" Ejekku.

"Hahaha... Asu kowe! Eh Bella udah jadi kamu tembak?" Tanya Prapto.

"Belum su! Haha.."

"Ah cemen kowe!"

"Luweh su! Si Novi masih di Surabaya?" Tanyaku.

"Iya... Balik besok katanya!" Ucap Prapto.

"Oh... Yowis yok liat pengumuman kelas!"

Kemudian kami pun berjalan menuju ruang guru untuk melihat pengumuman pembagian kelas. Khawatir juga sih kalo kita dipisahkan oleh kebijakan sekolah yg aneh-aneh ini.

Sesampainya di ruang guru, terlihat anak-anak lain telah mengerumuni sebuah papan pengumuman yg ditempel disamping ruang guru. Perlahan aku masuk ke dalam kerumunan itu lalu mencari namaku tertera di kelas mana.

Dan ternyata perasaanku, SALAH! Kita bertiga ternyata masih jodoh. Aku, Novi, dan Prapto masuk ke kelas 3B.

"Haha... Sekelas lagi kita cuk!" Ucapku.

"Juiiih bosen aku liat tampangmu tiap hari su!" Kata Prapto.

"Haha sialan kowe! Ngrokok aja yuk di wc..." Ajakku.

"Yowis yok!"

Tak lama setelah itu, kami pergi ke toilet untuk ngerokok. Suasana disini masih sunyi. Anak-anak lain belum menampakkan dirinya di toilet untuk ngerokok.

Karena memang sepi dan takut kalo ada setan yg ikutan ngerokok, aku mengajak Prapto untuk pulang. Kebetulan malam nanti aku akan ada janji sama Bella juga. Malam mingguan coy, meski jomblo tapi kudu tetep malam mingguan.

"Su, mau langsung pulang?" Tanya Prapto.

"Yoi... Nanti malem mau ketemuan sama Bella aku..."

"Wah makin deket aja koe su!"

"Iya dong!"

"Emm.. masih malem nanti kan kamu ketemu nya? Maen dulu lah, bosan aku di kos..."

"Kemana woe?" Tanyaku.

"Ke lapangan tembak aja! Udah lama kita gk ngerjain orang pacaran!" Ucap Prapto semangat.

"Wuiih... Ide bagus tuh! Ayok dah!"

FYI, lapangan tembak itu adalah semacam tanah lapang yg sangat luas. Nah sebenernya tanah lapang itu digunakan oleh para tentara untuk latihan perang. Namun karena latihan perang tersebut hanya dilakukan seminggu sekali, maka anak-anak muda di Kota ini memanfaatkan tempat itu untuk pacaran.

Suasana disana sangat mendukung. Di tengah-tengah lapang itu ada semacam danau buatan namun kecil. Di sekitarnya ditanami pohon cemara, pohon palem, pohon pisang, dan masih banyak lagi. Ada banyak semak-semak yg digunakan pasangan muda-mudi kota ini untuk menutupi aktifitas pacaran mereka, tau deh ngapain aja mereka.

Nah dulu pas kelas satu, aku Prapto, Dimas, dan lain-lain sering jahil di tempat ini. Kami sering banget datang ke tempat ini untuk ngerjain pasangan-pasangan mesum yg gk modal itu. Kadang kami gembosin motor mereka yg ditinggal dibalik semak-semak, kadang juga mutusin kabel bensin, pernah juga waktu itu kami pura-pura mabok lalu malak si cowok nya.

Haha jahil banget ya kita? Namun kadang-kadang kami hanya bisa ngiler melihat gaya pacaran pasangan muda-mudi disitu. Tak jarang kami sengaja ngintipin orang berciuman, raba-rabaan, bahkan sampai ah sudahlah.

Sebelum menuju ke lapangan tembak terlebih dulu kami mencari Dimas untuk melakukan aksi ini.

Setelah menemukan Dimas, Prapto pun menjelaskan strategi untuk ngerjain orang disana.

Ide Prapto sih simpel aja, gembosin ban, terus nyopot kabel busi biar motor mati. Namun kali ini terbesit di otakku untuk melakukan aksi yg lebih gila lagi.

"Kita colong bannya aja!"

"Hahh??" Kata Prapto dan Dimas terkejut.

"Gimana caranya?" Tanya Dimas.

"Jadi gini, kita cari target yg naruh motornya sembarangan, terus copotin deh tu ban, tuh aku bawa kunci-kunci kok di jok motor!" Kataku menjelaskan.

"Wah seru tuh! Ayok dah!" Kata Dimas semangat.

"Yakin kalian?" Tanya Prapto ragu.

"Takut kowe su? Cemen ah!" Tanyaku.

"Emm... Yakin cuma bannya doang? Gimana kalo karburasinya sekalian! Lumayan tuh kalo dijual!"

"Hahahahhaha... Edan koe!" Kataku kagum Prapto punya ide gila lainnya.

"Hahaha ayok dah jangan kelamaan!" Seru Dimas.

Tak lama berselang, kamipun telah sampai ke lapangan tembak tersebut. Mata kami mencari-cari target yg ideal untuk melakukan aksi ini.

Setelah mengintai di setiap sudut, akhirnya kami memutuskan untuk ngerjain motor protolan yg di parkir dibalik semak-semak. Pas banget!

Sebelum melakukan aksi ini, kami memastikan dulu sang pemilik motor berada jauh dari motornya itu.

Dari hasil pengamatan Dimas, si pemilik motor sedang pacaran di sekitaran danau buatan, dan motornya sengaja ditinggal disitu karena gk mungkin juga membawa motornya kesana, susah jalannya.

Setelah memastikan keadaan aman, aksi jahil tapi kriminal ini pun dimulai...

"Setandarin tengah dulu su!" Kataku pelan.

"Oke..." Jawab Prapto seraya menyetandarkan motor secara hati-hati.

"Dim... Cariin kunci 18!" Perintahku ke Dimas, suara tetap pelan.

Akupun mulai mengendorkan baut yg ada di sekitar rantai motor. "Kreeek...kreeekkk..." Suara baut motor yg kuputar. Prapto membantu manarik as belakang motor, sedangkan Dimas mengamati keadaan sekitar.

"Aman Kan Dim?" Ucap Prapto.

"Aman sob... Pelan-pelan aja!" Jawab Dimas.

"GREGG" suara ban motor yg telah terlepas.

"Wuiih..." Kata Prapto sambil senyam-senyum.

"Amankan dulu disini!" Ucapku.

"Yg depan sekalian su!" Kata Prapto.

"Kamu cuk! Aku pegangin motor ini!" Kataku seraya menyerahkan kunci pas untuk menyopot ban depan.

Entah apa yg dilakukan Prapto, namun lama sekali ia membuka baut yg menempel di as depan motor ini. Melihat Prapto kesusahan, Dimas pun membantu Prapto, dan aku yg mengamati keadaan sekitar.

Selang beberapa saat kemudian kedua ban telah lepas dari tempatnya. Sebuah batu besar telah kami siapkan untuk ganjal motor itu agar tidak terjatuh. Sementara itu Prapto masih berusaha mencopot karburasi yg berada di tengah-tengah mesin.

"Udah nih.. Ayok balik!" Ajak Prapto.

"Bentar-bentar!" Ucapku sambil membereskan kunci-kunci

"Buruan woe! Ketahuan kita nanti!" Seru Dimas menarik tanganku.

Akhirnya setelah melakukan kejahilan aksi nekat ini, kami pun kembali berjalan ke pinggiran dan membawa barang hasil jarahan kami menuju motor yg sengaja kami parkir disitu.

Sesampainya disana, terjadilah hal yg sangat mengejutkan.

"ASU!"

"BAJINGAN!"

"SETAN!"

Betapa terkejutnya kami melihat ban motorku dan Dimas telah hilang dari tempat nya.

"Wah kualat nih kita!" Kata Prapto.

"Jamput! Siapa sih yg usil gini!" Umpatku.

"Terus gimana nih kita pulang nya??" Tanya Dimas dengan emosi.

"Tenang Dim... Kita jual aja nih barang jarahan kita! Terus dibeliin ban lagi buat kalian!" Kata Prapto memberi solusi.

"Terus yg jaga motor siapa?" Tanyaku.

"Ya aku lah! Kalian kan tau dimana yg jual barang kayak gini!" Jawab Prapto.

Setelah dipikir-pikir bener juga tuh jancook satu itu. Akhirnya aku dan Dimas pergi untuk menjual barang gelap ini untuk membeli ban dan velg kami yg juga hilang. Sial bener kita!

Dengan membawa sepasang ban dan velg racing serta karburasi, aku dan Dimas pergi ke pasar stres menggunakan angkot jalur warna biru.

Jadi pasar stres itu semacam pasar loakan gitu. Isinya lengkap, ada barang baru ataupun bekas.

Sebenarnya aku gk yakin juga kalo ada yg mau membeli barang-barang kayak gini. Tapi mau gimana lagi, keadaan benar-benar mendesak, Dimas pun nampak yakin karena ia punya banyak pengalaman dalam masalah jual-beli barang gelap seperti ini, katanya. :hammer:

"Dim, ntar mau dijual di sebelah mana?"

"Udah tenang aja!" Kata Dimas.

"Kalo pada gk mau beli?"

"Pasti ada lah!" Kata Dimas tenang.

"Ah edan kowe!"

Setelah sekitar 10 menit naik angkot, akhirnya kami sampai juga di pasar stres. Tempatnya panas, banyak orang jual barang-barang bekas disini. Mulai dari buku, tv, pakaian, onderdil motor, pokoknya lengkap.

"Waduh mau dijual ke siapa nih Dim?" Kataku bingung.

Dimas nampak melihat keadaan sekitar, sepertinya dia juga bingung mau dijual kemana, sialan si Dimas! Tiba-tiba ia berhenti di depan penjual kulkas dan tv.

"Pak yg jual onderdil disini dimana?" Tanya Dimas.

"Di depan sana dek, kalo disini jualannya elektronik!"

"Oh... Makasih pak!"

Kamipun pergi ke lapak penjual onderdil. Sesampainya disana kami didatangi seorang pemuda, nampaknya penjual juga.

"Dek, mau jual velg ya? coba sini tak liat dulu!" Ucap pemuda itu.

"Iya mas, nih liat aja, masih mulus, racing lagi!" Kata Dimas.

Pemuda itu lalu mengecek velg yg kami bawa. "Mau dijual berapa semuanya?"

"Empat ratus ribu aja mas!" Jawab Dimas.

"Edaan! kayak begini sih tujuh puluh ribu juga udah syukur!" Kata pemuda itu.

"Ini orisinil lho mas! Baru nya aja masih tujuh ratusan!" Seru Dimas.

"Tapi bekas kan sekarang?"

"Tiga ratus ribu deh mas..."

"Seratus ribu!"

Lalu Dimas ambil tasnya terus mengeluarkan karburasi yg tadi diambil Prapto. "Nih aku tambahin ini! Barunya lima ratus ribuan mas, jadi lima ratus aja sama ini!"

"Emm... Dua ratus deh..."

"Mas kalo nawar kira-kira dong!" Seruku mulai emosi juga.

"Namanya juga orang nawar, ya terserah lah! Aku kasih seratus harusnya udah makasih kalian!" Kata pemuda itu.

"Woh asu! Nek ra gelem yowis! (Woh Anjing! Kalo gk mau ya udah!)" Ucapku emosi.

"Eh Bajingan, nantang kowe?!" Ucap pemuda itu dengan nada tinggi.

"Yowis mas... Tak jual ke yg lain aja kalo gitu..." Kata Dimas seraya menarik tanganku, takut kayaknya tuh anak misal malah ribut disini.

Setelah lama berputar-putar, akhirnya kami menemukan pedagang yg mau membeli barang ini dengan harga yg wajar. Tanpa pikir panjang, kami pun mengiyakan tawaran tersebut dan langsung membeli ban dan velg untuk motor kami sendiri.

"Yaudah Dim buruan balik, udah sore nih! Kasian Prapto nunggunya"

"Oke yuk!"

Tak lama kamipun kembali ke lapangan tembak untuk memasang ban dan velg di motor kami masing-masing. Tadinya mau ngerjain orang, eh malah dikerjain balik. Asu-asu! Batinku.

Malam hari sesuai janjiku ke Bella, aku dateng ke rumahnya selepas maghrib. Bella udah ada di teras rumah nya.

Cantik banget ni anak, mana rambutnya dikucir lagi. Duuh bikin deg-deg an saja.

"Wah udah siap aja nih..."

"Iya dong..."

"Makin cantik deh Bell kamu..."

"Yg bener?" Tanya Bella dengan nada yg manja.

"Hehe... Suer!"

"Kamu makin jelek aja Dit... Hahaha..." Sial kena Bully aku.

Setelah ngobrol bentar dan pamit ke orang tua Bella kami pun pergi. Orang tua Bella enak orang nya, asal jangan sampe jam 9 aja mereka ngasih izin kami keluar. Kita rencana mau makan malam bareng, tapi belum tau mau dimana.

"Jadinya mau makan dimana nih kita?" Tanya Bella antusias di boncengan belakang.

"Apa ya... Emm..."

"Bubur ayam aja gimana Dit..." Ajak Bella.

"Aduh Bell... Malem-malem gini mana ada bubur ayam yg buka!"

"Oiya ya..."

"...."

Sambil berfikir mau makan apa, kujalankan motor ini pelan melewati setiap sudut kota. Menikmati malam di Kota Magelang sungguh indah. Ramai tapi nyaman.

Awalnya Bella hanya pegang baju di sekitar pinggang, namun perlahan tapi pasti ia menlingkarkan kedua tangannya di pinggangku. Ada yg empuk-empuk nempel di punggung. :hammer:

Nyaman sekali rasanya saat ini. Kujalankan laju kuda besi ini semakin pelan dan semakin pelan.

"DITT! Kok pelan banget jalannya??" Protes Bella mencubit perutku.

"Kan lagi mikir Bell... Bahaya kalo ngebut..."

"Yaudah terus mau makan dimana? Jangan-jangan cuma modus aja nih biar bisa keluar sama aku!" Celoteh Bella lalu melepaskan pegangannya.

"Enggak Bell... nasi goreng aja yuk!" Ucapku halus.

"Okedeh ngikut sopir ojeknya aja..."

Dengan kecepatan sedang kupacu sang kuda besi ini ke warung Nasgor Pak Pri. Warung nasgor ini enak banget, terkenal di daerah sini.

Sesampainya disana, kami memesan dua piring nasi goreng pedas manis dan dua gelas es jeruk. Sempat mikir juga sepedas apa, takutnya magh ku kambuh. Tp okelah no problem, toh udah lama juga aku gk makan masakan pedas yg sebenernya sangat aku suka.

"Wah... Kayaknya enak ya..."

"Iya Bell... Dulu sama Ayahku sering makan disini..."

"Oh iya Dit aku pengen main kerumahmu deh..."

"Kerumah aja... Kapan terserah... Deket kok, jadi pas pertigaan pangkalan angkot itu belok aja kekanan, gampang pokoknya!"

Sambil menikmati hidangan yg telah tersedia, kamipun larut dalam obralan seputar keluargaku dan keluarganya.

Bella nampak ceria sekali mendengarkan latar belakang keluargaku yg belum semuanya ia tahu.
Aku cuma iya-iya aja saat Bella cerita tentang kehidupannya. Njiiir liatin gerak bibirnya yg tipis membuat pengen nyium aja.

"Eh Dit... Makan disini juga toh kamu..." Kata seorang cewek yg tiba-tiba duduk tepat disampingku.

"Eh iya Kak... Kak Fara juga ya? Ucapku kagok ke Kak Fara yg tiba-tiba masuk di warung nasi goreng ini tanpa diduga sebelumnya.

Kutengok Bella yg duduk di depanku mulai pasang muka geram memainkan sendok di atas piringnya. Sedangkan Kak Fara semakin dekat duduk di sampingku. :((

"Sial, kenapa jadi gini..."

Nampak kedua cewek ini saling pandang satu sama lain dengan sorot mata yg penuh tanda tanya. Aku hanya garuk-garuk kepala gk ngerti apa yg sedang mereka pikirkan.

"Eh Kak kenalin ini Bella.. Bell kenalin ini Kak Fara..."

"Hai.. Kak..." Sapa Bella dengan penekanan di kata "kak" nya.

"Iya!" Jawab Kak Fara dingin.

Saat ini aku bingung harus bagaimana. Duh andai ada Novi, pasti bisa ngasih solusi. Waduuuuh kok bisa gini sih, batinku.

"Eh... Bell mau nambah kamu?" Ucapku mencairkan suasana.

"Enggak ah... Kelamaan disini males!" Jawab Bella. "Oh... Kalo kamu mau nambah boleh kok, aku pulang duluan aja..." Imbuh Bella ketus.

Njiir salah ngomong kayaknya aku... :bata:

"Enggak kok, Bell... Udah kenyang, kepedesen lagi..."

"Eh... Kamu makan pedes Dit? Bukannya kamu gk suka pedes ya?" Potong Kak Fara.

"Tau darimana Adit gk suka pedes?" Sahut Bella tak mau kalah.

"Lhoh, bukannya kamu kalo makan bakso di kantin sekolah dulu selalu pake saos tomat?" Kata Kak Fara dengan nada meninggi.

"HALLO... Oh iya buk... Iya iya..." Teriakku sambil memegangi handphone baruku di telinga.

Mungkin hanya dengan pura-pura mengangkat telepon inilah salah satu cara kabur dari situasi ini.

"Siapa Dit...?" Tanya Bella.

"Ibuku nih... Aku disuruh bantuin!"

"Oh... Yaudah kalo gitu sekalian pulang yuk, males banget disini..." Ucap Bella.

"Iya Bell bentar..."

Terlihat Bella buru-buru berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan ke penjual nasgor, "Aku bayar dulu ya Dit..." Ucap Bella.

Entah kenapa aku yg harusnya traktir malah ditraktir kayak gini.

"Bell.. Bell... Bentar, pamit dulu," ucapku ke Bella yg tengah berjalan ke kasir.

"Aku pulang dulu ya Kaaak......" Kata Bella dengan senyuman manis, manis banget kayak tante Leily Sagita saat main di sinetron tersanjung.

"Iya... Deeek..." jawab Kak Fara juga dengan senyuman yg tak kalah manis nya.

"Duh Kak maaf, aku harus bantuin Ibu nih..." Ucapku halus ke Kak Fara.

"Iya Dit... Gk papa kok..." Jawab nya lembut.

Kamipun kembali kerumah Bella dengan sejuta pertanyaan. Entah apa sebabnya, Bella sesekali keliatan gelisah, tak menentu. Sesekali juga ia nampak diam gk kayak biasanya. Bingung juga sih gimana caranya lelehin hati seorang Bella.

Selama di boncengan pun entah apa yg dia pikirkan, gk kayak biasanya dia yg ceriwis berubah menjadi seorang cewek pendiam.

Beberapa saat kami duduk di teras rumah Bella. Ia masuk kedalam rumahnya lalu kembali membawa segelas air putih dan duduk di sampingku.

Tiba-tiba Bella menatapku dengan raut wajah yg penasaran, kayak mau ngintrogasi tersangka.

"Dit... tadi kamu sama dia kok akrab banget sih?" Tanya Bella dengan nada penasaran.

"Dia kakak kelas aku Bell dulu..." Kataku jujur.

"Ohh gitu..." Kata Bella mengangguk. "Kayaknya dia suka deh sama kamu..." Imbuh Bella.

"Ah gk kok... Kita cuma temen, dia kakak kelasku, kebetulan rumahnya deket dari rumahku, tp kita temenan aja kok..." Kataku dengan jujur.

"Tapi dia kayak cemburu gitu tadi..." Kata Bella.

"Itu kan perasaan kamu..."

"Hmmm... Ya udahlah kalo gitu... Nih diminum dulu..." Ucap Bella.

"Kamu juga cemburu Bell?" Ntah kenapa pertanyaan ini tiba-tiba keluar dari mulut ku.

"Ah... Enggak kok, siapa juga yg cemburu..." Jawab Bella salah tingkah.

"Oh... Kirain..."

Karena tadi terlanjur bilang mau bantuin Ibu, terpaksa deh aku buru-buru pamit pulang.

Bella kayak gk rela gitu, Gk tau deh kenapa alasannya. Bahkan anehnya aku suruh ngabarin kalo aku udah sampe rumah. Ah dasar Bella.

----

Hari pun berganti, setelah kejadian di warung nasgor itu, Bella jadi makin perhatian sama aku. Aku sih seneng-seneng aja, hehe.

Hari ini setelah pulang sekolah di hari pertama aku kelas 3, kulihat Ibu sedang duduk di kursi ruang tamu. Gk biasanya Ibu kayak gini, kayaknya lagi ada masalah. Daripada penasaran, aku tanyain aja deh...

"Kenapa Bu kok kayak lagi mikir..." Tanyaku lalu duduk disamping Ibu.

"Gk apa-apa Dit..." Ucap Ibuku bohong. Aku tahu pasti ada apa-apa. Tapi aku salut sama Ibu, menyembunyikan sesuatu yg sebenarnya berat dari anaknya. Mungkin gk mau anaknya mikir yg macam-macam.

"Gk papa tapi kok kayaknya sedih Buk?"

"...." Ibuku hanya diam lalu tersenyum seakan bilang. "Udah tenang aja..."

"Gk apa-apa Dit... Makan dulu sana!"

"Yaudah Buk kalo gitu, Adit kekamar dulu ya..."

"Iya..." Kata Ibu mengusap rambutku.

"Nggeh Buk..."

Selama aku makan aku kepikiram Ibu terus. Ada apa ya dengan Ibu? Gk biasanya Ibu seperti itu. Jangan-jangan memang ada masalah. Duh gawat, apa aku sms Ayah aja ya.. Perasaanku bener-bener gk enak.

To: Bapak
Pak, Ibu kenapa ya kok kayaknya lagi sedih..


Tak ada balasan dari Ayah. Akupun makin khawatir saja. Hingga sore hari Ayah gk balas sms nya. Daripada kepikiran terus mending aku telepon aja lah.

"Nomor yg anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar servis area, cobalah beberapa saat lagi..."

Ah sial kenapa gk aktif? Aku cek sms tadi ternyata juga pending. Hmm... Semoga gk ada apa-apa deh.

Malam hari aku masih kepikiran Ibu, daritadi Ibu juga gk semangat. Warung tetap buka seperti biasa, namun kulihat Ibu sering melamun.

To: Mbak Laras
Mbak lagi apa?

From: Mbak Laras
Eh tumben sms, lagi nonton tv. Ada apa?


Entah kenapa aku malah sms Mbak Laras. Malam itu benar-benar gk tenang. Aku pikir Mbak Laras lah yg bisa nenangin aku.

"Gpp mbak, cuma gk enak aja perasaanku..." Balasku ke Mbak Laras.

"Lha emg kenapa?" Balas Mbak Laras lagi.

"Ibu daritadi murung mbak, tapi gk ngaku knp..."

"Oh yauda aku tak kesitu aja..."

Dan benar saja Mbak Laras bener-bener kerumah. Dia pura-pura beli sesuatu di warung. Mbak Laras terlihat ngobrol dulu sama Ibu, entah aku gk tau apa yg mereka omongin. Lama juga mereka ngobrol, ada sekitar 15 menit. Usai ngobrol sama Ibu, Mbak Laras nyamperin aku yg lagi di teras daritadi.

"Udah tenang aja gk ada apa-apa kok..."

"Iya Mbak..."

"Yg jelas kamu tetep harus fokus sama sekolahmu..." Kata Mbak Laras menasehatiku.

"Emang Ibu kenapa to Mbak?"

"Gk tau juga sih, Budhe belum mau cerita juga... Tapi Mbak yakin gk masalah kok!" (Inget kan Mbak Laras memang kalo manggil Ibuku Budhe).

"....."

"Kamu jagain Ibumu makanya jangan maen aja!"

"Iya deh Mbak..."

Kami ngobrol lumayan lama juga waktu itu. Seperti biasa Mbak Laras banyak nasehatin aku inilah itulah udah kayak adiknya aja. Padahal kan aku pengennya Si Jono yg dinasehatin, dia udah berontak aja kalo ngelihat Mbak Laras, hehehe.

"Gatot tuh mbak dibilangin juga, dia yg ngajak maen terus, hehehe..."

"Iya nanti Mbak bilangin, kalian berdua itu sama aja!"

Setelah Mbak Laras pamit, aku bantuin Ibu menutup warung. Kemudian aku masuk ke kamar. Sebelum tidur aku masih kepikiran Ibu kenapa. Tapi aku ingat apa yg dibilang Mbak Laras tadi agar gk mikir macem-macem. Emang deh Mbak Laras paling bisa membuat aku tenang.

Keesokan harinya, seperti biasa hari ini aku bangun pagi, mandi, sarapan sebentar, lalu berangkat ke sekolah. Jujur, aku masih kepikiran Ibu kenapa. Tapi pagi ini Ibu sudah kembali seperti biasa, mungkin kemarin memang lagi galau aja beliau. :hammer:

"Hey Nov, kamu kenapa?" Tanyaku ketika melihat Novi duduk di bangku pojok kelas. Wajahnya pucat, kepalanya ia senderkan di dinding yg ada di sampingnya.

"Gk tau nih..." Ucap Novi lemas.

"Kamu sakit? Ke UKS aja yuk!" Ajakku khawatir.

"Nanti aja deh... Si Prapto lagi aku mintain tolong beli obat, moga aja langsung sembuh..." Kata Novi masih lemas.

"Oh... Terus udah sarapan?"

"Belum..."

"Waduh, aku beliin bubur ayam dulu deh..." Kataku seraya meletakkan tas ditempat dudukku.

"Makasih ya Dit, ini duitnya..." Ucap Novi seraya mengulurkan tangan untuk memberikan uang.

"Udah-udah aku ada kok..." Balasku singkat menolak pemberian Novi dan langsung berjalan menuju tukang bubur ayam yg biasa mangkal di depan sekolah.

"...."

Beberapa saat kemudian, aku telah sampai di pangkalan tukang bubur itu. Lalu aku pesan seporsi, karena tak membawa mangkuk, akhirnya aku dipinjami oleh si penjual yg ngebolehin mangkuk nya aku bawa masuk ke kelas. Kemudian setelah membayar, dengan hati-hati kubawa semangkuk bubur ini menuju kelas.

"Setdah tu anak mana sih? Udah ilang aja!" Gumamku sendirian melihat Novi tak ada di tempat duduknya.

"Woe Dit! Itu buat Novi kan? Tuh dia di UKS!" Seru Firman, teman sekelasku.

"Ok man!"

Tanpa pikir panjang, aku berjalan menuju UKS untuk memberikan bubur yg panas ini ke sahabat terbaikku dan berharap semoga ia cepat sembuh.

Sesampainya di UKS, kulihat Vita tengah memberikan minyak angin di kepala Novi, dan Prapto sibuk mencari sesuatu di kotak P3K.

"Woe... Lama amat kamu! Sini buburnya!" Kata Vita ketika melihat kedatanganku.

"Antre! Jadi ya lama..." Ucapku lalu kuletakkan bubur ini di meja yg ada disamping tempat tidur. "Tadi gk mau ke UKS, sekarang udah disini aja..." Keluhku.

"....."

"Yaudah dimakan dulu Nov ini..." Ucap Vita halus mengambil mangkuk di meja.

"...." Novipun mengangkat tubuhnya berusaha untuk duduk.

"Su mending dianter pulang aja deh tuh..." Kataku ke Prapto.

"Lhah aku gk ada motor... Kamu bawa?"

"Bawa to biasa..."

"Yowis sana anterin balik!" Kata Prapto.
Setelah diskusi sebentar sama Prapto untuk memutuskan siapa yg mengantar Novi, akhirnya disepakati aku yg meninggalkan sekolah di jam pelajaran. Seneng sih, jadi gk ikut pelajaran awal deh, hehe.

Selang beberapa menit kemudian, kuantar Novi pulang ke rumahnya. Kujalankan hati-hati kuda besi ini agar Novi nyaman duduk di boncengan belakang.

"Nov... Nov..." Panggilku.

"Iya..."

"Langsung pulang atau ke dokter dulu ini?" Tanyaku sambil mengendarai motor.

"Pulang dulu aja Dit, lagian belum ada yg buka dokter jam segini..."

"Oh ok..." Jawabku singkat seraya membelokkan motor ke arah kanan.

Tak lama kemudian sampai lah kami di rumah nya, kupencet Bel yg ada di pintu gerbang. Beberapa saat kemudian terlihat satpam rumah Novi berlari kearah kami dan membuka pintu gerbang.

"Mbak Novi Kenapa?" Tanya Satpam itu.

"Gk enak badan..." Jawab Novi singkat. "Mamah papah udah pergi?" Imbuh Novi.

"Udah Mbak..."

"...."

"Yaudah Nov aku balik ke sekolah dulu ya..." Kataku berpamitan.

"Gk disini dulu Dit?" Tawar Novi.

"Gk deh Nov, kamu istirahat aja..."

"Gk papa kok Dit, beneran..."

"Enggak Nov, nanti aja pulang sekolah deh..."

"Emm... Yaudah kalo gitu makasih banget ya..."

"Iya Nov, cepet sembuh ya..." Kataku, lalu kunaiki kembali motor ini dan kujalankan santai menuju sekolah.

Akhirnya aku kembali lagi ke sekolah untuk mengikuti pelajaran selanjutnya. Tapi lumayan deh jadi gk ikut pelajaran pertama hari ini.

---

Beberapa hari kemudian Novi belum juga berangkat ke sekolah. Aku sms tapi dia selalu balas kalo sudah baikan. Karena penasaran dan cukup khawatir juga, aku sama Prapto berinisiatif nengokin dia.

Usai pulang sekolah, sampailah kami di pintu gerbang rumah Novi. Karena sudah kenal sama satpam rumah nya, kami dipersilahkan masuk.

Bu Sri pembantu Novi yg membuka pintu, katanya Novi lagi nonton tv di lantai atas, dia udah sehat tapi gk mau sekolah. Kenapa lagi tu anak.

Kami jalan menaiki tangga menuju lantai atas, seperti istana rumah Novi ini. Sebelas-duabelas deh sama rumah Kak Siska. Duh jadi keinget Kak Siska malahan, lagi apa ya dia?

"Woe sialan, asik bener nonton tv!" Ocehku ketika melihat Novi asik slonjoran di depan tv.

"Heh kalian udah disini aja..."

"Tak kiro mati koe Nov... (Aku kira mampus kamu Nov)" Kata Prapto slengekan.

"Karepmu Prap!" (Terserah kamu deh Prap!)" Timpal Novi.

"Kenapa gk masuk sekolah?" Tanyaku seraya duduk di sofa besar depan tv.

"Males aku..."

"Gk dimarahin orang tuamu?"

"Nov apaan ni?" Tanya Prapto yg tiba-tiba udah bawa minuman ditangannya.

"Jus semangka! Ambil dua Prap buat Adit sekalian!" Suruh Novi ke Prapto yg udah buka kulkas aja.

"Heem..."

"Heh Nov!" Seruku.

"Apaan?"

"Yee sial, gk dimarahin orang tuamu bolos gini?"

"Justru itu!"

"Justru itu gimana maksudnya?"

"Pengen aku sekali-kali dimarahin!" Kata Novi aneh.

"...."

"Mereka sibuk terus sampe lupa punya anak segede ini..." Imbuh Novi kemudian.

"Terus kamu pengen dimarahin gitu?"

"Iya... Itu tandanya mereka masih sayang kan sama aku?"

"Taudeh, aneh kamu Nov..."

"Hmm..."

"Masuk lah besok, sepi gk ada kamu di kelas!"

"Iya Nov masuk ya besok, gk ada yg nraktir aku lagi..." Oceh Prapto ikut nimbrung.

"Lihat besok deh..."

Menurut Novi, orang tuanya terlalu sibuk dengan pekerjaan nya masing-masing. Walaupun hidup berkecukupan, tapi Novi merasakan kurangnya kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Kami ngobrol lama waktu itu. Setelah kami bujuk-bujuk akhirnya Novi pun janji mau sekolah lagi besok. Tak terasa hari semakin sore. Karena takut dimarahin Ibu, aku dan Prapto pun pamit pulang.

Novi nganter sampai pintu depan.

"Yaudah pulang dulu yo Nov kita..."

"Yowis ati-ati..."

Gerbang pun dibuka dan kami meninggalkan rumah Novi. Sebelum pulang aku nganterin si kunyuk satu ini dulu ke kosnya. Setelah itu barulah aku pulang.

Sesampainya di depan rumah kulihat ada motor F1ZR parkir di halaman. Kayak kenal motornya. Nampak juga ada seseorang yg sedang ngobrol sama Ibu di teras. Cewek pake seragam SMA. Njiir Kak Fara, ngapain dia kesini?

"Kak..."

"Eh Adit..."

"Yauda Ibu tinggal dulu ya nduk..."

Kemudian aku duduk di kursi teras depan Kak Fara. Dia cantik banget pakai seragam putih abu-abu. Rambutnya terurai seakan menambah kesan seksi selain seragamnya yg ketat. Mataku tertuju ke bagian dada Kak Fara, kok kayak tambah gede ya tu gunung. :hammer:

"Baru pulang Dit..." Ucap Kak Fara memecah lamunanku tentang gunung nya.

"Eh iya Kak..."

"Panggil Fara aja, jangan pakai Kak... Kayak pramuka aja, hehe..." Pintanya.

"Iya deh..."

"Ngomong-ngomomg apa kabar Dit?" Tanya Kak Fara, sori Fara maksudnya.

"Baik... kamu sendiri?"

"Baik juga Far..." Ucapku agak kikuk. "Emm... wah akhirnya masuk SMA 123 juga ya..."

"Beruntung aja aku bisa masuk sana..."

"Tau rumahku dari siapa Far?"

"Lhah desa kita sebelahan ini, tinggal tanya dikit udah nemu rumahmu..."

"Oh... Ngomong-ngomong ada apa nih?"

"Emm... cuma mampir aja kok..." Kata Fara.

"Oh... Sering-sering aja gk papa kok..."

"..."

Kami ngobrol banyak waktu itu, Fara banyak menceritakan lingkungan sekolahnya yg baru dan dia cerita juga masa MOS nya kemarin. Tak terasa waktu pun menjadi sore.

"Dit..."

"Iya Far, kenapa?"

"Emm... Gk ada yg marah kan kalo aku maen ke rumahmu gini?" Pertanyaan aneh dari Fara muncul. Aku paham apa maksudnya.

"Gk lah, tadi kan aku bilang sering-sering kesini gk apa-apa... Palingan Ibuku tuh yg marah kalo kamu kesini nya tengah malem... Hahaha..."

"Hehehe... Emm.. Kemarin pacar kamu ya?"

"Yg di nasgor Pak Pri itu?"

"Iya..."

"Bukan kok..." Jawabku jujur.

"Hehe... Yauda kalo gitu, makasih ya..." Ucap Fara tersenyum manis.

"Makasih terus Far..."

"Hehehe... Yauda aku pulang dulu ya, udah sore..."

"Iya Far... Hati-hati ya..."

Kemudian Fara pun pamit ke Ibu lalu pulang, cengar-cengir aja dia gk ngerti kenapa. Aku nganter Fara sampe depan motornya persis. Saat dia naik ke motornya rok nya agak ketarik sehingga paha putih nya terlihat menyala-nyala, njiiir mulus banget.

"Trreett... teerrt..." suara motor f1zR nyaring ditelinga.

"Duluan ya Dit..."

Dan mulai saat itu otak mesumku makin parah. Tiap liat paha, si jono udah berontak aja! Sial. :bata:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Cek kulkas gan, biar agak adem & makin semangat nulisnya. Two thumb up for u. Great...
 
kwkwkw apa'an tuh tulisan awal ? lagi nggombalin bini ya om ahaha

suwun mas updet e jempolan
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Nasgor pak pri daerah ndi bos ?? opo sg mangkal nek rejowinangun ngarep toko besi kae po ??
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd