Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY RONDO: The Druglord Rising

Chelsea islan, yuki kato, wulan guritno, shaloom gan hehe. Pengembangan ceritanya ok om.
Ntar bakal kenalan kok mereka sama si Rondo..tunggu aja tanggal mainnya:Peace:
Numpang jejak mastah...
Suka ni ama yang berbau2 perangsang begini...
Lanjut bro...
silahkan hu..semoga suka terus yah..biar semangat Rondonya..:semangat:

CH 3 75% DONE semoga bisa rilis dalam waktu dekat. Lagi diterpa deadline juga di kantor nih:ampun:
 
Wuihhh pelan2 tapi menghanyutkan tuh si Rondo..
Satu korban udah hanyut nih hu..yang kemarin si Jen baru mulai hanyut:nenen:
Buka lapak buka lapak
Ijin gelar tiker hu...
Bakal jd best fiksi neh kayanya hu...👍👍👍
terimakasih sudah mampir..jadi malu tuh si Rondo:p
Ditunggu updatenya suhu

terimakasih sudah menunggu suhu-suhu sekalian akhirnya bisa terbit juga neh..mulustrasi menyusul yak masih dines nih belum sentuh leptop:ampun:

CHAPTER 3: DRUNKEN MARGIE
---------CHAPTER 3: DRUNKEN MARGIE

Setelah menempuh perjalanan yang cukup macet akibat jam pulang kerja akhirnya aku sampai ditempat bu Margaret tinggal.

Ternyata bu Margaret ngontrak apartemen di daerah Kalibata. Apartemen ini cukup besar kompleksnya. setelah memarkir mobil aku mengikuti bu Margaret naik ke lobi.

"Yuk ibu traktir kamu makan. Ibu mau berterima kasih nih sama kamu Ron. 2 kali aku kamu tolongin hari ini."
Bu Margaret tersenyum tulus sambil menepuk pundak gue.

"Ah nggak apa - apa bu. Saya nggak bisa tinggal diam liat perbuatan asusila kaya gitu. Apalagi orang itu cuma gunain kekuasaan orangtuanya yang berlebihan. Saya nggak bisa tinggal diam bu." balasku serius.

mencoba mencairkan suasana gue tepuk balik pundak bu Margaret sambil senyum berlagak keren.

"Kalo gitu ibu saya traktir minum gimana?mau softdrink atau bir bu?" iseng - iseng berhadiah gue coba.

"hmm..bir deh Ron. Aku masakin spaghetti daging nanti diatas. Aku naik duluan ya..nanti naik aja ke gedung B nomor 34." Gue kaget juga bu Margaret ternyata doyan minum bir. Modus iseng gue berkembang nih. Nggak bisa ngumpetin kegirangan gue cuman ngangguk langsung balik badan masuk ke mini market buat beli dua botol bir impor.

pas gue lagi antri mau bayar di kasir gue melihat bu Margaret bertegur sapa dengan seorang bapak tambun berjas ala seorang politikus. Orang ini terlihat mencolok karena sedang berjalan ke sini sambil merangkul dua orang gadis yang umurnya nggak jauh dari gue yang ber tanktop ketat dan berhotpants yang nonjolin lekukan pantatnya. Ternyata bener ya anggapan kalau orang penting negara biasanya hobi pelihara cewek. Dan cewek sekarang udah nggak malu buat panjat sosial dengan menjual dirinya.

terlihat si bapak memerintahkan salah satu peliharaannya buat membeli sesuatu disini. "Paling - paling disuruh beli rokok atau kondom nih." tebak gue dalam hati.

Dan yang nggak disangka - sangka cewek ini dengan tenangnya nyelak didepan gue sambil dengan sengaja gesekin pantatnya ke celana gue terus dia senyum sensual dan ngedipin mata ke gue.

Baru sadar gue kalau cewek ibukota udah nekat - nekat. "belom gue kasih Elokwarna aja udah begini.. apalagi gue kasih satu vial yah?" cuma bisa geleng - geleng heran gue.

dan guepun auto ikhlas antrian gue diselak gara - gara "pergesekan" tadi. nggak mau hilang muka gue berlagak cool aja tetep bayar bir.

pas gue lihat keluar terlihat ajudan si bapak yang pakai seragam safari datang menghampiri si bapak. Kayanya sih mobilnya datang menjemput. ketika gue keluar ternyata benar si bapak udah dijemput mobil Rubicon.

Harus gue masukin kedalam list gue bapak ini. apa dia nanti bakal jadi backingan atau batu loncatan gue itu masalah belakangan. Gue harus gali info tentang orang ini dari bu Margaret.

-:-:-​

Ting Tong! gue memencet bel didepan flat nomor 34 sesuai instruksi bu Margaret. nggak lama ibu cantik ini membuka pintunya.

"nggak nyasar kan kamu? yuk silahkan masuk."

"Wah udah mulai masak ya bu? harum banget nih kejunya..ada yang bisa aku bantu bu?"basa basi gue nawarin diri.

"udah kamu duduk aja Ron. umm.. atau siapin gelas aja tuh ambil di lemari samping—sebentar aku ambilin pembuka botolnya. Bu Margaret lalu mengoper pembuka botol yang ia baru ambil dari laci pantry.

Aku langsung duduk di sofa tengah. Flat bu Margaret ini adalah tipe studio yang cuma ada ruang tengah yang ada pantrynya, satu kamar tidur dan satu kamar mandi. keliatan dari furniturenya yang minim kalau ini cuma tempat singgah si ibu.

"Ibu aslinya tinggal dimana?apa ibu merantau dari luar kota?" tanyaku sambil buka botol bir.

"kalau rumahku agak jauh dari kampus Ron di kelapa gading. Awal - awal sih nyoba bolak - balik langsung cuma capek di jalan..yaudah deh akhirnya aku cari kontrakan aja yang nggak terlalu jauh..dapatnya di sini deh.."keluh bu Margaret.

Gue langsung mengeluarkan botol vial dari pouch vial yang gue umpetin di dalam tas setelah gue tuang bir ke gelas mug bu Margaret di meja. Vial ini kandungannya nggak terlalu potent dibanding yang gue siram ke Wira cuman ini pertama kalinya cairan Elokwarna gue campur ke miras walaupun masih bir lokal aja sih.

Setelah gue menunggu hampir sepuluh menitan akhirnya bu Margaret tiba menghidangkan Spaghetti daging yang harum menggugah selera.

"Sumpah bu, ini enak banget!" puji gue jujur. Bu Margaret memang jago masak ternyata. seluruh aspek dari hidangan ini memurut gue bakal di acungin jempol sama Airin. Mungkin kalau udah akrab nanti bisa lah gue ajak main ke kondo.

"haha, ini udah jadi masakanku dari zaman SMU dulu Ron..bumbunya gampang nyarinya sama tinggal tumis aja kan ini.."bu Margaret merendah sambil menyantap hidangan.

Lalu rasa canggung guru dan murid pun mulai mencair menjadi suasana hangat yang penuh tawa. Bu Margaret dan gue saling cerita keadaan dan situasi disekitar kita. Airin dan Jen pun sudah gue perkenalkan sama dia. dan beberapa info penting tentang kampus pun sudah gue kulik dari si ibu tinggal satu lagi topik yang masih bikin gue penasaran.

"Oh iya bu, omong - omong bapak yang tadi ibu sapa di lobi bawah itu siapa ya bu?penasaran aja aku bu..abis nyentrik banget gayanya.." gue nyoba mengorek info.

"hmm..itu pak Praba Baja Gani. Anggota dewan yang juga adalah pemilik banyak tambang batubara di Kalimantan. Tenang Ron, dia nggak doyan wanita matang seperti ibu.. dia doyan melihara daun muda Ron.."

"Wih, ibu tau banyak tentang si bapak ini..teman dekat ibu si bapak?"

"Pak Praba pernah melindungi ibu dari centeng - centeng jahil anak buahnya Juan Carlos, anteknya si mafia Paul Dirgantara..maklum saja soalnya di kompleks apartemen ini banyak banget jasa prostitusi online."

Paul Dirgantara. Lagi-lagi orang ini mencuat lagi. Tapi nampaknya Praba ini berbeda kubu dengannya. Kalau nggak, ngapain dia nolongin bu Margaret yang bukan seleranya.

"pak Praba ini berhati emas juga ya ternyata..salut juga aku sama dia. Tapi aku lebih salut lagi dengan kita yang udah nganggurin dua gelas bir ini saking keasyikan ngobrolnya..hehe.." gue pun berbasa-basi mancing dia untuk minum.
Bu Margaret pun tersadar kalau dia keasikan mengobrol dan langsung meraih gelasnya.

“Oke deh, CHEERS FOR THIS BAD DAY MY HERO!”

CLINK!! Gelas kita pun bersentuhan. Dan gilanya lagi bu Margaret menenggak seluruh bir dalam gelas dalam sekali teguk.

“PHUAAAAH! Stress relief terbaik memang ini nih Ron! Tapi keep this secret from others ‘kay?”

“Tenang bu, your secret is safe with me.”

Bu Margaret langsung mengambil botol miliknya dan menuang sisa bir yang masih ada dan langsung meneguk habis birnya. Gue yang merasa cupu langsung nggak mau kalah minum sekali teguk juga menyamakan ritme minumnya bu Margaret.

Hasilnya, sebuah suara sendawa selama lima detik tanpa henti berbunyi dari mulut gue. Bu Margaret puas cekikikan tertawain gue.

“Hahahaha, jarang minum ini kamu tandanya Ron..itu pipimu udah mateng gituh..” ledeknya sambil nyubit pipi gue. Wah udah mulai luwes nih bu Margaret sama gue. Gue pun coba menyentuh dia dengan menaruh tangan gue di pundaknya sambil mulai mijitin pundaknya.

“Hahah..emang jarang minum aku bu..cuman nanganin orang mabuk aku udah cukup jago bu..pundak ibu harus di rileksin biar makin nyaman bu..itu petuah dari nenek yang peminum akut di kampung bu..” Kenang gue.

Oma Ratmi itu masih mengikuti pola hidup bangsawan Eropa yang doyan minum teh dan Alkohol. Beliau juga lah yang mengajarkan gue kalau pijatan di bahu itu akan semakin merilekskan tubuh yang sudah mabuk ini.

“hmm..for now..just call me Margie..”kata bu Margaret yang tiba - tiba memeluk tubuhku hingga terlentang ke sofa.

tidak mau kalah dari serangan mendadak dari Margie, gue pun langsung colongan mengecup bibir nya. Ternyata lidahnya sudah menari menjilati mulut gue.

Tanpa banyak cincong gue lucuti pakaiannya dan mulai menggerayangi tubuh molek Margie. badannya masih singset dan kencang walau sudah hampir kepala empat puluh umurnya.
payudaranya yang besar dan kencang ini membuat tangan gue nggak bisa tahan untuk meremasnya.

“Uuuh..Ron..geli tau..” Margie cuma bisa mendesah pelan. Gue sedot lagi payudara indahnya dan dia makin membenamkan kepala gue ke belahan payudaranya.

“Belum pernah aku merasakan sensasi model begini..aah..” Margie sudah nggak mampu lagi menyelesaikan ucapannya gara-gara tangan kiri gue udah nyelip kedalam pepeknya. cairan pun membasahi dalam memek Margie sampai kedua pahanya bergetar.

secara tiba - tiba gue melepaskan kedua tangan gue dari tubuhnya yang membuat Margie sedikit kaget.

“emhh..Ron..kenapa?”ekspresi bingung namun bernafsu terlihat di wajah Margie. Gue cuma tersenyum sambil membuka resleting mengeluarkan penis gue yang sudah mengeras.

“Now, you have to please this guy dear teacher..”bacot gue sok bule. Masih ada keraguan di benak Margie tapi keraguannya kalah saing dengan nafsu dan rasa ingin tahunya— perlahan dia mendekatkan mulutnya ke Rondo Junior.

ketika sudah mendekat gue langsung mencengkram rambut belakangnya dan mendorong kepalanya agar penis gue masuk kedalam mulutnya.

SLURP!SLURP!

akhirnya Margie mulai menghisap penis gue. Awalnya sih agak kaku cuman maju mundur doang, tapi dalam hitungan dibawah 5 menit lidahnya sudah mulai membasahi si kecil sampai ke peler bahkan. memang punya bakat jadi pemuas nafsu Margie ini. enak banget sedotannya.

gue pun melirik sebentar kearah smartphone gue yang menyala di meja samping sofa. terlihat notifikasi Whatsapp dari Airin muncul di layar mengabari kalau dia dan Jen sedang dijalan menjemput gue kesini.

Mempersingkat waktu gue pun mengangkat Margie, menaruhnya di sofa, lalu mulai menggenjot memeknya dengan ritme yang sangat cepat. Asli ini memek enak banget cengkramannya. Masih kencang sampai beda tipis dengan memek perawan.

“Auuch!!terus Ron..!teruuus!!” rintih Margie yang terangsang hebat gue genjot doggy style.


“ah..sorry Margie aku ga kuat lagi..” gue pun menembakkan peluru ejakulasi ke dalam rahimnya.

“It’s okay Ron...aah..enak banget..aku baru sadar..ini sensasi bercinta sesungguhnya..” Margie terlentang sampai wajahnya merona puas. Sperma gue terlihat mengalir keluar dari vaginanya.

“Aku juga senang kalau kamu sudah rileks lagi..lupakan kejadian memilukan di kampus tadi Margie..I’ll protect you from now on..” Lagi - lagi jurus ulti cool gue keluarin lagi. Kali ini senyum tipis sambil masang baju duluan kaya di film - film barat.

“Airin dan Jen udah mau sampai sini nih jemput aku..nanti sekalian aku kenalin ke Airin deh..dia pasti juga mau kenal kamu.” kata gue.

Lalu selesai pakai baju kita berdua pun turun ke lobi. Di dalam lift Margie nggak bisa lepas nyiumin leher gue sampai pintu lift mau terbuka dan dia melayangkan lagi kecupan terakhir sebelum kita keluar lift dan berakting seperti tidak ada apa - apa.

Tidak sampai setengah jam mobil Airin pun tiba di lobi. Airin keluar dari mobilnya dan menyapa Margie.

“Halo, ini bu Margaret ya..perkenalkan saya Airin walinya Rondo..semoga aman-aman aja ya bu..saya paling nggak bisa tinggal diam kalau sudah masalah pelecehan wanita kaya gini.” kata Airin tegas.

“Nggak apa-apa mbak Airin..untung ada Rondo yang berani membela saya dari si pelaku..Keponakan mbak ini sangat berjiwa ksatria..beruntung sekali yang bakal jadi kekasihnya nanti..” puji Margie sambil colongan ngedip kearah gue.

“ah bisa aja bu Margaret. cuma kebetulan aja aku lagi lewat bu. Lagian kalo mereka bertiga dalam keadaan siap pasti enteng meringkus aku lah bu.” gue merendah terus kaya ilmu padi.

“Ai, sekali - sekali ajak bu Margaret makan bareng yuk. kasian dia sendirian disini.” ajak gue kasih ide ke Airin.

Airin langsung langsung girang dan menepuk tangannya. Dari dulu dia paling doyan bikin party kecil-kecilan gini. Sayang aja penonton dia nggak tau sisi dia yang ini.

“Oke! Weekend ini yuk! Ibu kosong nggak?” Airin langsung mengunci tanggal.

“Ayuk.weekend ini aku juga lagi nggak pulang ke rumah nih..by the way, jangan panggil ibu deh mbak, panggil Margie aja..lagian ini kan di luar kampus hehe..” jawab Margie.

Ok! it’s a deal Margie! kalau bisa dari jumat juga boleh jadi bisa bantu kita prepping juga nanti aku jemput di kampus.” kata Airin.

wah makin seru nih weekend ini. Rencana gue makin berbunga nih hehe.

Akhirnya kita pun berpamitan dan meluncur pulang. sungguh hari yang ajaib hari ini. cukup rileks sih akhirnya gue ada pelampiasan juga di jakarta.

-:-:-​

Akhirnya gue ketiduran dan tanpa sadar pas bangun lagi Jen udah bangunin gue pakai senter smartphonenya.

“Wooi banguun! udah sampe nih!”

“Eh! kaget gue kirain digrebek apaan!” jawab gue kaget. Jen puas deh cekikikan berdua Airin.

“Ciyee pahlawan tanpa pamrih!” ledek Airin.

muka gue malu memerah sambil nunduk jalan cepet masuk kondo. Tengsin tapi seneng gue langsung rebahan sebentar di kamar.

Malamnya, kelar mandi tiba - tiba smartphone gue berbunyi— Sam tiba-tiba nelpon.

“Halo Ron, gue mau nanya sesuatu nih..”

“Oh iya Sam ada apa ya?”jawab gue kalem.

“Lo apain si Wira? dia bilang lo nyergap mereka di kampus.”

Oh. Udah siuman rupanya si kampret.

“hmm..enakan gue ceritain langsung sih besok sam..tapi cuma lo sama gue dulu aja ya—Jen sama Airin nggak perlu tau.” Jawab gue sambil tetap tenang.

“Ok kalo gitu kita cari momen besok. Gue harap lo nggak akan berbuat konyol aja sama keluarga Dirgantara.” Sam memperingatkan gue.

“Justru sebaliknya bro..sampai ketemu besok.”

Dan akhirnya phase kedua skenario gue mulai bergulir. Dan kali ini gue perlu mengumpulkan sekutu buat jadi bidak catur gue. Dan Sambirotolah kandidat kuat gue untuk jadi rajanya.

Mulustrasi is in.:D
 
Terakhir diubah:
Satu korban udah hanyut nih hu..yang kemarin si Jen baru mulai hanyut:nenen:

terimakasih sudah mampir..jadi malu tuh si Rondo:p


terimakasih sudah menunggu suhu-suhu sekalian akhirnya bisa terbit juga neh..mulustrasi menyusul yak masih dines nih belum sentuh leptop:ampun:

CHAPTER 3: DRUNKEN MARGIE
---------CHAPTER 3: DRUNKEN MARGIE

Setelah menempuh perjalanan yang cukup macet akibat jam pulang kerja akhirnya aku sampai ditempat bu Margaret tinggal.

Ternyata bu Margaret ngontrak apartemen di daerah Kalibata. Apartemen ini cukup besar kompleksnya. setelah memarkir mobil aku mengikuti bu Margaret naik ke lobi.

"Yuk ibu traktir kamu makan. Ibu mau berterima kasih nih sama kamu Ron. 2 kali aku kamu tolongin hari ini."
Bu Margaret tersenyum tulus sambil menepuk pundak gue.

"Ah nggak apa - apa bu. Saya nggak bisa tinggal diam liat perbuatan asusila kaya gitu. Apalagi orang itu cuma gunain kekuasaan orangtuanya yang berlebihan. Saya nggak bisa tinggal diam bu." balasku serius.

mencoba mencairkan suasana gue tepuk balik pundak bu Margaret sambil senyum berlagak keren.

"Kalo gitu ibu saya traktir minum gimana?mau softdrink atau bir bu?" iseng - iseng berhadiah gue coba.

"hmm..bir deh Ron. Aku masakin spaghetti daging nanti diatas. Aku naik duluan ya..nanti naik aja ke gedung B nomor 34." Gue kaget juga bu Margaret ternyata doyan minum bir. Modus iseng gue berkembang nih. Nggak bisa ngumpetin kegirangan gue cuman ngangguk langsung balik badan masuk ke mini market buat beli dua botol bir impor.

pas gue lagi antri mau bayar di kasir gue melihat bu Margaret bertegur sapa dengan seorang bapak tambun berjas ala seorang politikus. Orang ini terlihat mencolok karena sedang berjalan ke sini sambil merangkul dua orang gadis yang umurnya nggak jauh dari gue yang ber tanktop ketat dan berhotpants yang nonjolin lekukan pantatnya. Ternyata bener ya anggapan kalau orang penting negara biasanya hobi pelihara cewek. Dan cewek sekarang udah nggak malu buat panjat sosial dengan menjual dirinya.

terlihat si bapak memerintahkan salah satu peliharaannya buat membeli sesuatu disini. "Paling - paling disuruh beli rokok atau kondom nih." tebak gue dalam hati.

Dan yang nggak disangka - sangka cewek ini dengan tenangnya nyelak didepan gue sambil dengan sengaja gesekin pantatnya ke celana gue terus dia senyum sensual dan ngedipin mata ke gue.

Baru sadar gue kalau cewek ibukota udah nekat - nekat. "belom gue kasih Elokwarna aja udah begini.. apalagi gue kasih satu vial yah?" cuma bisa geleng - geleng heran gue.

dan guepun auto ikhlas antrian gue diselak gara - gara "pergesekan" tadi. nggak mau hilang muka gue berlagak cool aja tetep bayar bir.

pas gue lihat keluar terlihat ajudan si bapak yang pakai seragam safari datang menghampiri si bapak. Kayanya sih mobilnya datang menjemput. ketika gue keluar ternyata benar si bapak udah dijemput mobil Rubicon.

Harus gue masukin kedalam list gue bapak ini. apa dia nanti bakal jadi backingan atau batu loncatan gue itu masalah belakangan. Gue harus gali info tentang orang ini dari bu Margaret.

-:-:-​

Ting Tong! gue memencet bel didepan flat nomor 34 sesuai instruksi bu Margaret. nggak lama ibu cantik ini membuka pintunya.

"nggak nyasar kan kamu? yuk silahkan masuk."

"Wah udah mulai masak ya bu? harum banget nih kejunya..ada yang bisa aku bantu bu?"basa basi gue nawarin diri.

"udah kamu duduk aja Ron. umm.. atau siapin gelas aja tuh ambil di lemari samping—sebentar aku ambilin pembuka botolnya. Bu Margaret lalu mengoper pembuka botol yang ia baru ambil dari laci pantry.

Aku langsung duduk di sofa tengah. Flat bu Margaret ini adalah tipe studio yang cuma ada ruang tengah yang ada pantrynya, satu kamar tidur dan satu kamar mandi. keliatan dari furniturenya yang minim kalau ini cuma tempat singgah si ibu.

"Ibu aslinya tinggal dimana?apa ibu merantau dari luar kota?" tanyaku sambil buka botol bir.

"kalau rumahku agak jauh dari kampus Ron di kelapa gading. Awal - awal sih nyoba bolak - balik langsung cuma capek di jalan..yaudah deh akhirnya aku cari kontrakan aja yang nggak terlalu jauh..dapatnya di sini deh.."keluh bu Margaret.

Gue langsung mengeluarkan botol vial dari pouch vial yang gue umpetin di dalam tas setelah gue tuang bir ke gelas mug bu Margaret di meja. Vial ini kandungannya nggak terlalu potent dibanding yang gue siram ke Wira cuman ini pertama kalinya cairan Elokwarna gue campur ke miras walaupun masih bir lokal aja sih.

Setelah gue menunggu hampir sepuluh menitan akhirnya bu Margaret tiba menghidangkan Spaghetti daging yang harum menggugah selera.

"Sumpah bu, ini enak banget!" puji gue jujur. Bu Margaret memang jago masak ternyata. seluruh aspek dari hidangan ini memurut gue bakal di acungin jempol sama Airin. Mungkin kalau udah akrab nanti bisa lah gue ajak main ke kondo.

"haha, ini udah jadi masakanku dari zaman SMU dulu Ron..bumbunya gampang nyarinya sama tinggal tumis aja kan ini.."bu Margaret merendah sambil menyantap hidangan.

Lalu rasa canggung guru dan murid pun mulai mencair menjadi suasana hangat yang penuh tawa. Bu Margaret dan gue saling cerita keadaan dan situasi disekitar kita. Airin dan Jen pun sudah gue perkenalkan sama dia. dan beberapa info penting tentang kampus pun sudah gue kulik dari si ibu tinggal satu lagi topik yang masih bikin gue penasaran.

"Oh iya bu, omong - omong bapak yang tadi ibu sapa di lobi bawah itu siapa ya bu?penasaran aja aku bu..abis nyentrik banget gayanya.." gue nyoba mengorek info.

"hmm..itu pak Praba Baja Gani. Anggota dewan yang juga adalah pemilik banyak tambang batubara di Kalimantan. Tenang Ron, dia nggak doyan wanita matang seperti ibu.. dia doyan melihara daun muda Ron.."

"Wih, ibu tau banyak tentang si bapak ini..teman dekat ibu si bapak?"

"Pak Praba pernah melindungi ibu dari centeng - centeng jahil anak buahnya Juan Carlos, anteknya si mafia Paul Dirgantara..maklum saja soalnya di kompleks apartemen ini banyak banget jasa prostitusi online."

Paul Dirgantara. Lagi-lagi orang ini mencuat lagi. Tapi nampaknya Praba ini berbeda kubu dengannya. Kalau nggak, ngapain dia nolongin bu Margaret yang bukan seleranya.

"pak Praba ini berhati emas juga ya ternyata..salut juga aku sama dia. Tapi aku lebih salut lagi dengan kita yang udah nganggurin dua gelas bir ini saking keasyikan ngobrolnya..hehe.." gue pun berbasa-basi mancing dia untuk minum.
Bu Margaret pun tersadar kalau dia keasikan mengobrol dan langsung meraih gelasnya.

“Oke deh, CHEERS FOR THIS BAD DAY MY HERO!”

CLINK!! Gelas kita pun bersentuhan. Dan gilanya lagi bu Margaret menenggak seluruh bir dalam gelas dalam sekali teguk.

“PHUAAAAH! Stress relief terbaik memang ini nih Ron! Tapi keep this secret from others ‘kay?”

“Tenang bu, your secret is safe with me.”

Bu Margaret langsung mengambil botol miliknya dan menuang sisa bir yang masih ada dan langsung meneguk habis birnya. Gue yang merasa cupu langsung nggak mau kalah minum sekali teguk juga menyamakan ritme minumnya bu Margaret.

Hasilnya, sebuah suara sendawa selama lima detik tanpa henti berbunyi dari mulut gue. Bu Margaret puas cekikikan tertawain gue.

“Hahahaha, jarang minum ini kamu tandanya Ron..itu pipimu udah mateng gituh..” ledeknya sambil nyubit pipi gue. Wah udah mulai luwes nih bu Margaret sama gue. Gue pun coba menyentuh dia dengan menaruh tangan gue di pundaknya sambil mulai mijitin pundaknya.

“Hahah..emang jarang minum aku bu..cuman nanganin orang mabuk aku udah cukup jago bu..pundak ibu harus di rileksin biar makin nyaman bu..itu petuah dari nenek yang peminum akut di kampung bu..” Kenang gue.

Oma Ratmi itu masih mengikuti pola hidup bangsawan Eropa yang doyan minum teh dan Alkohol. Beliau juga lah yang mengajarkan gue kalau pijatan di bahu itu akan semakin merilekskan tubuh yang sudah mabuk ini.

“hmm..for now..just call me Margie..”kata bu Margaret yang tiba - tiba memeluk tubuhku hingga terlentang ke sofa.

tidak mau kalah dari serangan mendadak dari Margie, gue pun langsung colongan mengecup bibir nya. Ternyata lidahnya sudah menari menjilati mulut gue.

Tanpa banyak cincong gue lucuti pakaiannya dan mulai menggerayangi tubuh molek Margie. badannya masih singset dan kencang walau sudah hampir kepala empat puluh umurnya.
payudaranya yang besar dan kencang ini membuat tangan gue nggak bisa tahan untuk meremasnya.

“Uuuh..Ron..geli tau..” Margie cuma bisa mendesah pelan. Gue sedot lagi payudara indahnya dan dia makin membenamkan kepala gue ke belahan payudaranya.

“Belum pernah aku merasakan sensasi model begini..aah..” Margie sudah nggak mampu lagi menyelesaikan ucapannya gara-gara tangan kiri gue udah nyelip kedalam pepeknya. cairan pun membasahi dalam memek Margie sampai kedua pahanya bergetar.

secara tiba - tiba gue melepaskan kedua tangan gue dari tubuhnya yang membuat Margie sedikit kaget.

“emhh..Ron..kenapa?”ekspresi bingung namun bernafsu terlihat di wajah Margie. Gue cuma tersenyum sambil membuka resleting mengeluarkan penis gue yang sudah mengeras.

“Now, you have to please this guy dear teacher..”bacot gue sok bule. Masih ada keraguan di benak Margie tapi keraguannya kalah saing dengan nafsu dan rasa ingin tahunya— perlahan dia mendekatkan mulutnya ke Rondo Junior.

ketika sudah mendekat gue langsung mencengkram rambut belakangnya dan mendorong kepalanya agar penis gue masuk kedalam mulutnya.

SLURP!SLURP!

akhirnya Margie mulai menghisap penis gue. Awalnya sih agak kaku cuman maju mundur doang, tapi dalam hitungan dibawah 5 menit lidahnya sudah mulai membasahi si kecil sampai ke peler bahkan. memang punya bakat jadi pemuas nafsu Margie ini. enak banget sedotannya.

gue pun melirik sebentar kearah smartphone gue yang menyala di meja samping sofa. terlihat notifikasi Whatsapp dari Airin muncul di layar mengabari kalau dia dan Jen sedang dijalan menjemput gue kesini.

Mempersingkat waktu gue pun mengangkat Margie, menaruhnya di sofa, lalu mulai menggenjot memeknya dengan ritme yang sangat cepat. Asli ini memek enak banget cengkramannya. Masih kencang sampai beda tipis dengan memek perawan.

“Auuch!!terus Ron..!teruuus!!” rintih Margie yang terangsang hebat gue genjot doggy style.


“ah..sorry Margie aku ga kuat lagi..” gue pun menembakkan peluru ejakulasi ke dalam rahimnya.

“It’s okay Ron...aah..enak banget..aku baru sadar..ini sensasi bercinta sesungguhnya..” Margie terlentang sampai wajahnya merona puas. Sperma gue terlihat mengalir keluar dari vaginanya.

“Aku juga senang kalau kamu sudah rileks lagi..lupakan kejadian memilukan di kampus tadi Margie..I’ll protect you from now on..” Lagi - lagi jurus ulti cool gue keluarin lagi. Kali ini senyum tipis sambil masang baju duluan kaya di film - film barat.

“Airin dan Jen udah mau sampai sini nih jemput aku..nanti sekalian aku kenalin ke Airin deh..dia pasti juga mau kenal kamu.” kata gue.

Lalu selesai pakai baju kita berdua pun turun ke lobi. Di dalam lift Margie nggak bisa lepas nyiumin leher gue sampai pintu lift mau terbuka dan dia melayangkan lagi kecupan terakhir sebelum kita keluar lift dan berakting seperti tidak ada apa - apa.

Tidak sampai setengah jam mobil Airin pun tiba di lobi. Airin keluar dari mobilnya dan menyapa Margie.

“Halo, ini bu Margaret ya..perkenalkan saya Airin walinya Rondo..semoga aman-aman aja ya bu..saya paling nggak bisa tinggal diam kalau sudah masalah pelecehan wanita kaya gini.” kata Airin tegas.

“Nggak apa-apa mbak Airin..untung ada Rondo yang berani membela saya dari si pelaku..Keponakan mbak ini sangat berjiwa ksatria..beruntung sekali yang bakal jadi kekasihnya nanti..” puji Margie sambil colongan ngedip kearah gue.

“ah bisa aja bu Margaret. cuma kebetulan aja aku lagi lewat bu. Lagian kalo mereka bertiga dalam keadaan siap pasti enteng meringkus aku lah bu.” gue merendah terus kaya ilmu padi.

“Ai, sekali - sekali ajak bu Margaret makan bareng yuk. kasian dia sendirian disini.” ajak gue kasih ide ke Airin.

Airin langsung langsung girang dan menepuk tangannya. Dari dulu dia paling doyan bikin party kecil-kecilan gini. Sayang aja penonton dia nggak tau sisi dia yang ini.

“Oke! Weekend ini yuk! Ibu kosong nggak?” Airin langsung mengunci tanggal.

“Ayuk.weekend ini aku juga lagi nggak pulang ke rumah nih..by the way, jangan panggil ibu deh mbak, panggil Margie aja..lagian ini kan di luar kampus hehe..” jawab Margie.

Ok! it’s a deal Margie! kalau bisa dari jumat juga boleh jadi bisa bantu kita prepping juga nanti aku jemput di kampus.” kata Airin.

wah makin seru nih weekend ini. Rencana gue makin berbunga nih hehe.

Akhirnya kita pun berpamitan dan meluncur pulang. sungguh hari yang ajaib hari ini. cukup rileks sih akhirnya gue ada pelampiasan juga di jakarta.

-:-:-​

Akhirnya gue ketiduran dan tanpa sadar pas bangun lagi Jen udah bangunin gue pakai senter smartphonenya.

“Wooi banguun! udah sampe nih!”

“Eh! kaget gue kirain digrebek apaan!” jawab gue kaget. Jen puas deh cekikikan berdua Airin.

“Ciyee pahlawan tanpa pamrih!” ledek Airin.

muka gue malu memerah sambil nunduk jalan cepet masuk kondo. Tengsin tapi seneng gue langsung rebahan sebentar di kamar.

Malamnya, kelar mandi tiba - tiba smartphone gue berbunyi— Sam tiba-tiba nelpon.

“Halo Ron, gue mau nanya sesuatu nih..”

“Oh iya Sam ada apa ya?”jawab gue kalem.

“Lo apain si Wira? dia bilang lo nyergap mereka di kampus.”

Oh. Udah siuman rupanya si kampret.

“hmm..enakan gue ceritain langsung sih besok sam..tapi cuma lo sama gue dulu aja ya—Jen sama Airin nggak perlu tau.” Jawab gue sambil tetap tenang.

“Ok kalo gitu kita cari momen besok. Gue harap lo nggak akan berbuat konyol aja sama keluarga Dirgantara.” Sam memperingatkan gue.

“Justru sebaliknya bro..sampai ketemu besok.”

Dan akhirnya phase kedua skenario gue mulai bergulir. Dan kali ini gue perlu mengumpulkan sekutu buat jadi bidak catur gue. Dan Sambirotolah kandidat kuat gue untuk jadi rajanya.

Mulustrasi is in.:D

Akhirrnyaaaa, update juga. Mulustrasinya ngena banget hu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd