Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Salah Booking Kamar

Congratz yah Suhu untuk ending storinya. Mantap ceritanya suhu. Kelihatannya suhu memahami istilah "hidup hanya sebentar, jadi nikmatilah". Memang singkat suhu, tapi nikmat kok bacanya. Tidak ada istilah kentang diantara kita.
Sekali lagi congratz ya, dan teruslah berkarya suhu.
:halo::halo::halo:
 
Gue jarang suka baca cerbung. But somehow i ended up visiting ur thread and finish all the stories within 30mins.

Agak baper bacanya, karena.....

Ah sudahlah.
Anyway good story mas bro
 
Thanks buat ceritanya suhu...
Luar biasa bkin panas dingin. Ada untungnya jg sih gk ikutin cerita dari awal. Gk kentang. Tapi kurang geregetnya krna bacaan langsung tamat hahhaa.
Nice hu... Juara.
 
mmm... bagus juga... lanjutkan dengan karya yang lainnya huuu..... di tunggu :semangat::mantap:
 
Suka sama bahasanya..
 
Bimabet
Buat suhu-suhu semua, posting ini adalah akhir dari cerita Helmi dan Dhika. Terimakasih atas segala apresiasinya.


Dilanjut.

-----------------------------

Ruang Menyusui adalah sebuah ruangan lama bekas tempat penyimpanan ATK, sebelum era sentralisasi pembelian ATK di kantor kami. Ruang ukuran 2x2m itu dikonversi menjadi ruang menyusui setelah ada usulan dari mbak Nurul waktu itu, staff Training & Development yang juga aktivis suatu organisasi ibu menyusui di Jakarta.

Mbak Nurul inilah pengguna pertama Ruang Menyusui, sampai pada akhirnya dia mengundurkan diri dan diganti oleh Helmi. Setelah mbak Nurul sayangnya ruang ini menjadi agak terbengkalai, karena tak banyak ibu-ibu yang memerah ASInya di sini. Ruang itu hampir tak pernah dipakai, dan hanya dipakai sebagai semacam ruang istirahat untuk karyawan di lantaiku yang sedang tidak enak badan. Siapa yang pegang kunci untuk ruang itu? ya Training & Developmentlah, departemenku.

Setengah berlari aku mengejar Helmi menuju ruangan yang tersembunyi di dekat ruang dokumen itu. Helmi membuka kunci itu dengan tergesa-gesa, dan aku tepat di belakangnya, meremas kedua bongkahan dadanya, menempelkan tegangnya kontolku ke bokongnya.

"Mas, tunggu, bikin susah buka pintu nih," keluhnya berbisik. Pintu berhasil dibuka, dan kami berdua masuk ke dalam dan segera mengunci pintu itu.

Segera kuserang Helmi dengan semangat empat lima, dan Helmi pun tak membuang waktu lagi denganku. Tangannya dengan terampil membuka kancing bajuku serta ikat pinggangku. Aku sudah setengah telanjang di depan dia dalam waktu kurang dari 1 menit (iya, bener kok, 45 detik).

Helmi yang bajunya masih acak kadut berdiri memandangku, dekat sekali. Tangannya menyentuh pipiku. Matanya mengisyaratkan sesuatu yang lain. Sayang?

Dan kemudian dia memelukku. Erat sekali.

"Aku bakal kangen banget sama kamu mas," bisiknya sambil mencium bahuku yang telanjang. Aku membalas memeluk tubuhnya.

"Kenapa ngomong gitu? kita bertemu setiap hari ..."

Dia menggeleng, dan kemudian mencium kembali bibirku. Kali ini pelan-pelan sekali, seakan-akan ini adalah kali terakhir kami berciuman. Tanganku pelan-pelan menyusuri punggungnya yang masih terbungkus blus. Helmi berhenti menciumku, dan tangannya kemudian melepas blusnya, dan dilanjutkan dengan roknya. Kini dia telanjang bulat, dan amboi, lekuk-lekuk tubuhnya, kedua dadanya yang menggantung ketika dia membungkuk untuk memelorotkan roknya, dan lipatan-lipatan lemak di bagian perut dan pahanya benar-benar indah dipandang. Like a porn star!

"Pemandangan paling indah yang pernah aku lihat," tanganku memegang tangannya.

Di ruang menyusui itu ada kasur kecil, single bed yang dilapisi dengan kain jok yang lembut, seperti biasa ada di rumah sakit. Aku membaringkan Helmi di kasur itu.

Tangan Helmi merengkuh bahuku, dan bibirnya mencium hidungku dan bibirku. Mulutku yang sudah tak sabar bergerak turun dari lehernya menuju kedua bongkah payudaranya yang mengundang itu, sementara kakiku melangkah di antara kedua pahanya yang mengangkang. Tak pernah aku bosan dengan gumpalan daging besar yang dipunyai Helmi, dan tampaknya Helmi pun tak pernah bosan susunya aku mainkan. Selagi aku menikmati susunya yang indah itu, Helmi mengelus rambutku. Entah kenapa, sentuhan-sentuhan di rambutku itu bikin aku merasa benar-benar diinginkan oleh Helmi.

"Mas, di bawah sana ada yang pengen dicium ..."

Aku kaget. Helmi memintaku untuk mencium memeknya. Dyah tak pernah sekalipun minta dicium memeknya. Aku langsung bersemangat. Segera kuluncurkan serangan lidah terbang (iya, norak, biarin) menyusuri memeknya yang sudah basah sekali. Dia menggelinjang ke kiri-kanan sambil mendesah (seperti kepedesan lah, bisa membayangkan kan?)

"Tyo tak pernah berusaha menciumku di bawah sana mas," Helmi berkata sambil mengelus rambutku.

"Mungkin karena kau tak pernah minta," kataku di sela-sela serangan.

"Sejak di hotel Y waktu itu, aaah, ternyata aku suka digituin mas, tapi ya gitu aaaaah," jilatanku tampaknya mulai membuahkan hasil. Dia mendesah. Mengerang. Mendesis. Eeremas rambutku (yang agak sakit sebenarnya, tapi aku tidak bilang kepadanya). Aku suka sekali dengan reaksinya. Bikin kontolku tegang terus. Erangan dan desisan itu lama-lama semakin pendek, dan aku tahu bahwa klimaks Helmi sudah dekat, maka kunaikkan intensitas jilatanku di memek, kusedot klitorisnya pula, tentu tak terlalu kencang. Sensitif sekali di situ.

"Ssshh ... terus mas, Sshhh,"

aku menarik kepalaku dari sela-sela paha Helmi. Helmi menganga tak percaya.

"Massss, tanggung ih! Sebel!"

"Hel, masukin ya ...," aku kembali menciumnya dengan mulut yang penuh lendirnya.

"Ih, bau aku," katanya tersenyum. Dia tak menjawab, tapi naga-naganya tak bakal menolak.

Kuposisikan ujung kontolku di depan memeknya. Kugesekkan pelan-pelan di sepanjang garis memeknya yang rimbun itu, merasakan basahnya memek bercampur ludahku. Helmi mendesis.

"Syedapp," aku masih berusaha menahan diri untuk tidak masuk ke dalam memeknya. Helmi terengah-engah menahan birahi yang hendak memuncak.

"Mas nunggu aku ngomong itu kan?"

Aku nyengir.

"Mas sayang, masukin sekarang," katanya manja sambil merengkuh bahuku dan menciumi wajahku.

"Kamu yakin?" Aku memainkan ujung kontolku di belahan memeknya.

Dia mengangguk sambil mendesah. "Sebelum aku berubah pikiran dan menyesal," bisiknya.

"Aku ga pengen kamu menyesal ..."

Dia menggeleng, mengelus pipiku.

"Hanya sekali ini mas sayang," wajahnya sudah dipenuhi birahi.

Dan akhirnya, tanpa ragu lagi batang kontolku pun menemukan jalannya ke dalam Memek Helmi yang sudah basah kuyup. Begitu mudahnya.

"Aaaahhh," desah Helmi panjang.

Seakan tak mau membuang waktu lagi, Helmi mulai menggoyangkan pinggulnya. Tangannya memeluk tubuhku erat. Dan dimulailah pendakian menuju puncak. Bibir dan tubuh kami melekat erat, dan keringat mulai mengalir deras.

"Kencengin mas," kata Helmi sambil mengaitkan kakinya ke pahaku. Aku pun menurut. Kugoyangkan pinggulku, kali ini lebih agresif, dia hampir klimaks. Nafas Helmi semakin memburu ....

"Massssss," kuhunjamkan dalam-dalam kontolku ke memeknya, dan kurasakan getaran-getaran memek Helmi melingkupi kontolku. Dan lama sekali kedutan-kedutan itu.

Matanya merem menikmati orgasme yang baru diraihnya. Pipinya memerah, dan entah kenapa Helmi jadi kelihatan manis sekali dalam keadaan seperti itu. Aku suka memandangnya.

Dan tiba-tiba dia menangis. Terisak. Loh?

Helmi memandangku dalam-dalam.

"Kenapa menangis?"

Aku mengecupnya. Dia menggeleng.

"Makasih mas sayang."

Aku beranjak dari atas tubuhnya, lalu tiduran di sampingnya sambil memeluknya. Kami terdiam cukup lama, menikmati kebersamaan yang langka.

"Kamu nyesel?"

Dia menggeleng, mengecupku berkali-kali.

"Aku nyesel kita ga ketemu dari dulu ..."

"Aku tahu ..."

"Aku juga nyesel kita ga gituan dari dulu, mas sayang," senyum dia. Aku tertawa.

"Gituan apaan?" kataku menggoda. Kuremas pelan dada telanjangnya.

"Yang enak-enak gitulah," katanya sambil mengelus kontolku yang basah oleh cairannya. Kontol itu menegang kembali. Aku tertawa.

"Abis enak banget," tambahnya lagi. Kali ini kontolku sudah tegang sempurna di genggaman dia.

"Ih, jadi gede lagi. Tadi belum keluar ya mas?"

Aku menggeleng.

"Aku liat kamu nangis jadi khawatir. Kamu bener ga papa?"

Dia tak menjawab.

Helmi bangkit dari tidurnya sambil terus mengelus kontolku. Cahaya sore yang masuk ke sela-sela blinds yang rapat menyinari kontolku yang tegang diantara jemari tangannya.

"Dari dulu aku pengen seperti ini," dan dengan begitu, dia mengambil posisi mengangkangi kedua pahaku dan pelan-pelan menduduki kontolku. Oh, tidak ada pemandangan yang lebih indah di sore ini selain pemandangan tubuh telanjang Helmi dengan lipatan-lipatan lemaknya yang sungguh seksi dan sepasang payudaranya yang menggantung bebas di atas tubuhku. Putingnya yang mungil tegak teracung, seakan-akan ingin bilang liat aku lho.

Pinggul Helmi mulai bergoyang menikmati persatuan dua kelamin kami. Tanganku pun meraih kedua payudaranya. Meremasnya. Dia membungkuk mendekati tubuhku, bertelekan di dadaku dan menggoyangkan pinggulnya kembali. Aku hendak menjangkau dadanya dengan mulutku, tapi susah. Dia mengangsurkannya, mendekatkan payudaranya ke mulutku. Mudah karena dadanya super besar.

Aku harus jujur, klimaksku hampir dekat. Pemandangan Helmi dan jepitan memeknya serta goyangan pinggulnya yang agresif membuatku hampir meledak. Posisi ini hampir selalu menjamin ejakulasi yang cepat dariku. Dyah tahu betul hal ini. Eh kenapa aku jadi mikir Dyah?

"Helmi, aku bakal keluar ...ssshhh .... sebentar lagi," kataku memperingatkan.

"Iyaa mas, Helmi juga bentar lagi," dan pinggulnya semakin cepat memompa, naik turun, putingnya yang keras menggesek dadaku.

"Keluar dimana?"

Aku menghentikan pinggulnya yang bergoyang heboh dengan kedua tanganku.

Dia tampaknya mengerti.

"Jangan di dalam mas,"

Dia bangkit dari atasku dan segera menggenggam kontolku yang sudah memerah. Ia berbalik dan bokongnya ia arahkan ke wajahku, dan segera aku tanggap yang dia akan lakukan. 69!

Edian, baru tahu ternyata Helmi sangat berpengalaman dalam persetubuhan. Setidaknya dibandingkan istriku, Helmi jauh lebih tahu cara menikmati seks.

"Ayo mas!" aku tersadar bahwa aku terpana melihat memek dan anus Helmi, dibungkus pantat mulus tanpa burik itu. Kontolku yang tegang pun langsung ia lahap sampai habis. Aaaah, aku mendesah. Memek Helmi yang basah kuyup itu aku jilat, hisap, dan gantian Helmi yang mendesis. Tentu tak lama kami dalam posisi seperti itu karena masing-masing dari kami sudah dalam keadaan hampir mencapai puncak.

Aku duluan ejakulasi. Dalam mulut Helmi. Dan tak lama kemudian Helmi pun mendapatkan orgasmenya. Aku hampir tak bisa bernafas ditimpa memeknya yang tembem itu.

Kami berpelukan dan berciuman lama sekali setelah itu, dan aku bisa merasakan cairanku sendiri di mulutnya.


******

Daftar Promosi Kepala Cabang.

Teman-teman Support, Admin,

berikut ini list promosi kacab untuk dijadikan periksa
Slamet Rahardjo - Kepala Cabang Ritel S I
Bun Tyoko - Kepala Cabang Ritel P II
....



Aku terhenyak membaca email daftar promosi kepala cabang pagi itu dan kaget melihat nama suami Helmi, Tyo, masuk di dalamnya. Kota P di Pulau Kalimantan adalah cabang penempatan Tyo yang baru setelah promosi. Sebagai seorang manajer Training & Development, tentunya salah satu rekomendasi promosi berasal dari aku, tapi aku tak mengira bahwa Tyo bakal dipromosi ke luar pulau J.

Jadi Helmi bakal ...

Sudah jelas alasan kenapa dia menangis waktu itu.

"Mas, kayanya mas udah tahu kan?"

Dia menyender di cubicleku.

Kertas itu disodorkannya. Pengunduran diri. Matanya agak sembab.

Rasanya pengen memeluk Helmi erat saat itu juga. Bagaimanapun kami telah begitu dekat minggu-minggu ini, dan melepas kepergiannya ke kota P bukan perkara yang mudah.

Minggu itu jadi terasa begitu berat bagi kami. Aku dan Helmi. Kami bahkan jarang sekali berbicara jika tak menyangkut masalah sertijab. Hari terakhir Helmi diisi dengan perpisahan dengan seluruh teman sekantor. Kami dengan canggung mengucapkan selamat berpisah di depan teman-teman.

Dan di sore hari itu, aku menyelipkan sebuah kotak kecil di tasnya ...

******

Tahun 2013.

Aku melihat permintaan pertemanan Fac*b**kku menyala. Jarang sekali aku menggunakan media sosial itu, karena muak dengan segala macam update status pamer apapun.

Helmi Tyoko.

Aku melihat profile pic dia dan melihat bahwa dia memakai sesuatu yang aku selipkan di tasnya waktu itu. Sebuah kalung emas dengan liontin kecil warna biru.

TAMAT


-----------------------------
Sedikit background mengenai cerita ini :


Cerita ini terinspirasi dari peristiwa dengan dua orang yang berbeda. Anggaplah namanya S dan M. S adalah manajer ane jaman dulu dan memang ada kejadian dengannya di sebuah hotel di sebuah kota yang dingin di Jawa. Kami pamitnya training, tapi kenyataannya ena-ena. Dia jauh lebih tua dari ane, sekitar 15 tahun. I learnt a lot from her, in terms of sexual experience.

M adalah inspirasi untuk kejadian di kantor. Dia masuk sebagai anak buah ane, tapi suaminya tidak sekantor dengan ane. Jauh bahkan. Dia masuk ke kantor ane sebagai seorang fresh grads yang bersuami. Awalnya justru dia yang suka mancing-mancing, nyrempet-nyrempet, mulai dari colek-colek pipi, pegang tangan, memijat bahu ane, sampai pada akhirnya kejadian di kantor itu terjadi. Dalam kenyataan, anelah yang keluar dari kantor, dan bukan dia. Deskripsi Helmi adalah bayangan tubuh M, walaupun dadanya tak sebesar yang diceritakan dalam cerita ini. Enough rambling, and thanks for reading.
Mantaav - suhu nubietol - endingnya terasa soft landing - tdk seperti pelakunya mati ditabrak mobil atau ketahuuan suaminya dll. 2 jempol suhu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd