Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA SALAH SASARAN - Ipar-Iparku yang Ahhh... Sudahlah (NO SARA!)

CHAPTER 17



“Ayah… ih malah ketiduran” aku terjaga. Rupanya saat selesai berganti pakaian tadi, serta mendengar celotehan istriku sambil menunggunya juga mengganti pakaiannya, aku yang menunggunya bersandar di ranjang, malah ketiduran beberapa jenak lamanya. Awalnya aku memang meminta jatah padanya, tapi karena lagi-lagi ia menolakku alhasil aku malah nyander dan sudah tiba di alam mimpi. Haha!

“Astaga haha ayah ketiduran sayang, maaf…. maaf”

“Eh iya, dedek kemana?” tanyaku selanjutnya pada istriku sambil mengucek-ngucek mata.

“Lah ini dedeknya masih dalam perut” balas istriku sambil memegang perutnya yang kini, usia kandungannya sudah memasuki bulan ke 4. Jadi tinggal sedikit lagi waktu bagiku untuk bisa menggagahinya sebelum dokter langganannya mengeluarkan surat ‘Dilarang menyetubuhi istri karena lagi rawan kandungannya’.

“Errrr. Si Intan maksudnya, bun”

“Ohh hehehe, tuh… lagi maen ama kakeknya di luar” karena memang, anakku adalah satu-satunya cucu mertuaku. Karena dari kedua putrinya yang lain, masih belum memberikan mereka berdua cucu. “Maklum udah kangen berat ama cucu satu-satunya hihihi”

“Duh kalo gitu, boleh lah bun, kita asyik masyuk sekali aja”

“Idiihhhhh ayah. Itu mulu pikirannya, ngewe dan ngewe melulu sih sejak kemarin”

“Habisnya…. ahhh! Ayah udah gak tahan, bun.” sambil ku pegang penisku yang menegang saat ini.

“Aishhh ayah. Udah ah, nanti aja kita gituannya. Lagian apa ayah gak mikirin bini yang lagi kecapekan perjalanan.... trus lagian juga keluarga lagi pada ngumpul di luar”

“Ya udah deh” aku pun mau gak mau harus tetap bersabar, dan berusaha untuk menidurkan kembali si kodir sialan yang tiba-tiba bangun tanpa permisi ama tuannya.

“Iya ihhh, lagian tuh, di tungguin ama yang lain, katanya Azizah ama Rafiq pengen ngasih pengumuman penting buat kita semua”

Jreng... Jreng....!!!

Nah! Ini dia yang sejak kemarin membuatku penasaran.

Dengan semangat juang aku pun bangkit dari ranjang, cuci muka dahulu baru menyusul istriku yang sudah berkumpul ama yang lainnya di rumah utama. Rumah kedua mertuaku.









Kami semua sudah berkumpul di ruang keluarga sambil menikmati hidangan makanan khas hari lebaran yang biasa terjadi selama ini di sini.

“Jadi gini” Rafiq yang berada di antara kami yang berkumpul, membuka suara. “Ada pengumuman penting nih buat kalian. Hehehehe” aku lantas melihat perubahan ekspresinya yang tampak amat sangat bahagia, amat sangat semangat untuk menjelaskan sebuah rahasia yang sejak tadi membuatku penasaran tinggi.

“Setelah menunggu setahun lebih… akhirnya….”

Jreng! Jreng!….

Inilah saatnya…..



Here We Go……………………………



Di saat kami semua, menghentikan menyantap makanan, menatap ke satu tujuan, pasutri - Rafiq dan Azizah, yang juga saat ini, belum juga ia menjelaskan maksudnya, tapi dengan melihat tangan Rafiq yang tiba-tiba membelai perut istrinya, nyaris membuat jantungku berhenti detakannya.

Belum kawan….

Efek kejut yang sedemikian rupa, baru ku rasakan kali kedua di saat, kalimat dari mulut Rafiq suami Azizah terucap di hadapan kami semua.

“Alhamdulillah, akhirnya kami berdua bisa memberikan cucu juga buat papa dan mama”



Degh!



What The???



Azizah hamil?

Entahlah apa yang di pikirkan oleh orang lain di saat melihat bagaimana ekspresiku yang tercipta saat ini. Di saat semua orang yang hadir malah merasakan eforia kebahagiaan karena hamilnya anak bontot di keluarga ini. Begitu juga istriku, yang langsung menghambur dan memeluk adik kembarnya itu, bersama dengan Nira kakak tertuanya. Mama mertuaku pun ikut menghambur dan terdengarlah lantunan kata-kata selamat dari mereka, dan beberapa kata yang terucap di sana.

Sedangkan di sini, aku….

Terdiam. Syok, dengan perasaan yang amat sulit buat ku ungkapkan lagi pada kalian saat ini.

Aku juga amat sangat membenci pikiranku yang 100% meyakini jika anak dalam kandungan wanita itu, adalah benih akibat perbuatanku padanya selama 3 hari di Semarang.

Gila…. Gila.

Kenapa sih bisa sampai kebobolan. Eh! Apakah benar, anak itu adalah anak dari benihku? Sapa tau ini hanya tebakan salahku saja. Bukankah adik iparku mempunyai suami yang bisa setiap saat menyetubuhinya. Sedangkan aku, hanya 3 hari saja, dan aku yakin anak dalam rahimnya bukan hasil perbuatanku. Yah! Aku amat sangat yakin hal itu.

Sekali lagi, aku mencoba untuk meyakinkan diri ini, jika itu bukan anak dariku.

Dan semoga saja, tebakanku di awal salah.

Semoga saja.

Duh gusti. Tolong hamba untuk mengijabah keinginan hamba kali ini, yang menginginkan jika anak dalam kandungan adik iparku itu, bukan anak dari hamba. Karena jika itu terjadi, aku tak tahu harus bagaimana nantinya.











Namun….

Sekali lagi namun.

Arghhhh! Azizah, kenapa sih kamu harus melirik ke arahku yang lagi di landa kegusaran dan kekhawatiran besar saat ini. Apalagi, di saat tatapan itu yang seolah menembus ke dalam jantungku terdalam, bukan hanya itu, ekspresi tersenyummnya amat sangat sarat akan sebuah rasa terima kasih yang teruntuk padaku. Belum kawan, aku masih belum mengakhiri keterkejutanku saat ini, apalagi di saat, kepala berkerudung tanpa khimar adik iparku itu mengangguk beberapa kali, yang artinya………….



Sial! Sial!

Itu benar. Dan artinya, doaku yang sejak tadi ku ucapkan dalam hati, tak di ijabah oleh sang khaliq. Itu artinya, dari semua yang di tunjukkan oleh adik iparku padaku, sikap, ekspresi serta anggukannya, sudah jelas, amat sangat jelas sebagai bentuk informasi darinya jika anak dalam kandungannya adalah anak dari hubungan kami kala itu.

Anjiiiiirrr! Dasar Ardan borokokok. Kenapa sih, sampai membiarkan sperma lo bersemayam dalam rahim adik ipar lo? Kalo udah begini, kan malah semakin mengkhawatirkan sekali nantinya ke depan.

Bagaimana nantinya saat anak kami lahir?

Apa yang akan terjadi?

Apakah Azizah akan menyampaikan pada anaknya itu, jika aku adalah ayah kandung yang sebenarnya?

Arghhhh! Mumet sumpah, bro.

Dan tibalah bagi para suami-suami, termasuk aku, untuk memberikan selamat kepada pasutri adik iparku itu.

“Selamat ya bro” ujarku pada Rafiq. Dan maaf, kalo aku sudah berhasil menghamili bini lo. Argh! Untung saja, kalimat lanjutannya hanya terucap dalam hatiku saja. Bisa berabe sampai ku katakan langsung pada pria ini.

“Sama-sama bro. Katanya kak Azita juga lagi hamil ya?” tanya Rafiq.

“Ya begitulah bro”

“Tokcer sangat ya bang Ar.”

“Elu juga tokcer bro” ujarku membalasnya.

Tapi, ia tak tahu apa yang sebenarnya di katakan hati ini.

Tokcer mata lo. Batinku selanjutnya.

Selanjutnya, tibalah aku memberikan selamat pada adik iparku ini.

“Selamat ya dek”

Ah sial. Adik iparku ini malah memberiku kedipan mata. Aku sampai gelagapan di buatnya.

“Makasih juga ya kak” what! Apa maksud ucapannya itu?

“Maksud adek, makasih udah kasih doa dan ‘Support’ buat adek. Sampai adek bisa hamil hehe”

“Ohhh….” bibirku sampai bergetar bro.

Karena tak ingin berlama-lama berada di dekat Azizah, akhirnya aku kembali ke tempatku, sembari menghabiskan dengan cepat makananku, karena ketidak sanggupanku lagi berada di tengah-tengah mereka, bertahan dengan desakan perasaan campur aduk yang ingin berontak, yang ingin mendobrak keluar dari dalam sana.









Di saat semuanya sedang menikmati eforia kebahagiaan karena hamilnya Azizah, di saat semuanya benar-benar bergembira, berbahagia, tapi tidak denganku. Aku masih saja di landa perasaan yang amat sangat bercampur aduk di dalam sana.

Dan di saat semuanya telah selesai, kami semua kembali beristirahat di rumah masing-masing, aku masih saja merasakan gejolak yang teramat sangat di dalam sana. Sudahlah kawan, aku tak perlu lagi menceritakan bagaimana rasanya di dalam sana ya, aku yakin jika kalian berada di posisiku, pasti akan sulit untuk berfikir normal. Akan sulit untuk tidak memikirkan hal tersebut, yang tentu saja, akan amat sangat berpengaruh besar pada hubungan kami ke depannya.

“Ayah… kok sejak tadi kayak gak semangat gitu sih?” istriku menghampiriku yang tengah menikmati secangkir kopi di depan halaman rumah, sambil ngudud, sambil mencoba menenangkan perasaan ini.

“Oh… bukan tidak semangat, tapi lagi mencoba untuk meredakan nafsunya ayah karena gak di kasih jatah ama bini” aku pun beralasan dan cukup masuk akal juga. Itu lah yang membuat istriku malah cekikian tak jelas.

Dia tak tahu apa, jika suaminya saat ini amat sangat tersiksa dengan perasaannya sendiri.

“Sabar ya sayang. Ntar malam deh, kalo ayah mau kita gituan hihihi”

“Ya sudah.” seharusnya aku semangat bukan? Tapi nyatanya, tawaran buat berhubungan dari istri, tak mampu menghapus gejolak dalam dada ku. Tak mampu menciptakan senyuman kemesuman pada wajahku, hanya sekedar senyum, hanya sekedar mengangguk menunjukkan aku senang mendengarnya. Tapi semuanya tidak dengan kadar yang berlebihan yang biasa ku tunjukkan padanya. Semuanya amat sangatlah biasa saja terjadi saat ini.



Hingga…..



“Assalamualaikum”

“Wa’alaikumsalam, eh Rafiq. Ada apa dek?” rupanya Rafiq suami Azizah datang ke rumah kami yang di tengah.

“Maaf bang. Hehehe,” ia malah seakan mengajakku berbicara.

“Ada apa bro?” timpalku padanya.

“Ini bang... bini lagi mau belanja di metro superindo. Tapi dia malah lagi males naik grab.”

Waduh!

“Jadi tadi aku nawarin sapa tau bang Ardan lagi santai, mungkin bisa anterin”

Arghhhhh!

“Kamu ikut kan?” aku bertanya, dengan deguban jantung di dalam sana.

“Kebetulan temenku lagi otw ke sini, bang, jadi aku nunggu temenku datang aja… tapi kalo abang lagi capek gak apa-apa sih, biar nanti Azizah naik grab aja” balas Rafiq lagi.

Belum juga ku tolak keinginan pria itu, tiba-tiba saja sebuah seruan lembut yang spontan membungkamku seketika.



“Gak mungkin kak Ardan menolak. Hihihi, ayolah kak, anterin Zizah ke metro superindo. Bentar doank….”



Ahhhhhhhh! Azizah, apa yang sedang engkau rencanakan lagi, dek?



Belum kawan. Aku masih belum berhasil menarik nafas, tiba-tiba istriku nyeletuk. “Jangan ajakin bunda loh, bunda lagi capek. Hihihi, jadi kalian berdua aja ke sana yah”



Degh!



Dan di saat aku sempat melirik ke adik iparku…..

Ia senyum. Senyumnya itu, amat sangat sarat akan sebuah makna yang………………………



Errrrrrrrrr!





BERSAMBUNG CHAPTER 18
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd