Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA SALAH SASARAN - Ipar-Iparku yang Ahhh... Sudahlah (NO SARA!)

CHAPTER 35



Masih bersama Azizah, kok.... Hahay!

Berharap Nira, ya?

Mana bisa kek gitu, kawan. Kan, emang nyatanya aku masih dengan adik ipar kembaran bini, di kamar hotel pula. Masih di hari yang penuh fitri ini.

Baiklah....

Karena aku malas basa-basi busuk sebagai pembuka di chapter kali ini, maka mari kita lanjutkan, apa yang kan terjadi selanjutnya di kamar hotel ini.



Tak lama, Azizah kembali.

Masih dengan tubuhnya yang telanjang melangkah menghampiriku. Dari depan, tubuh telanjang Azizah jauh lebih mempesona. Buah dadanya yang padat dan super indah itu, membulat kencang menantang, belum lagi perutnya yang rata dan pinggangnya yang ramping. Entah kenapa, bentuk dan posisi pusarnya terasa pas sekali berada ditengahnya. Dan garis vertikal yang berada diantara kedua pahanya, terlihat begitu menggairahkan.

Wajah cantiknya tersenyum padaku, leher jenjangnya terekspos sempurna karena kini rambutnya dikuncir ke belakang. Azizah duduk disisiku, menatapku dengan senyum di bibirnya.

“Kamu benar-benar mempesona, dek” kataku sambil mengusap lengannya.

“Gombal....” ia membalas, memasang wajahnya yang tersenyum indah, lalu menunduk - mencium bibirku.

Aku segera meraih kepalanya, dan memeluknya sambil melumat mesra bibir Azizah. Ciuman yang lembut dan dalam, dan aku semakin terbakar. Sungguh, aku tak mampu lagi menahan diri.

“Dek...” bisikku disela ciuman kami.

“Ya kak?” sahut Azizah, masih dalam kuluman bibir kami yang bersatu.

“Kakak lanjutkan ya”

Aku meraih wajah Azizah dan melumat bibirnya lembut. Azizah tak berkata apa-apa lagi. Perlahan, tubuhnya bergerak naik ke atas tempat tidur. Kakinya melangkahi tubuhku, dan Azizah kini duduk di atas perutku.

Kedua tangannya mengusap dadaku, sesekali jemarinya menggelitiki putingku. Aku tersenyum sambil menatap Azizah, sementara di bawah sana penisku sudah sejak tadi tegak keras mengacung ke atas, sampai menyentuh pantat Azizah. Azizah balas menatapku, dan dia pun membalas senyumku. Perlahan, tubuhnya di rebahkan.

Azizah memposisikan sikunya berada di samping wajahku sebagai penopang tubuhnya. Tubuhnya bergeser ke bawah, agar Azizah bisa mencium bibirku. Tepat dengan benturan batang penisku dengan belahan pantat Azizah, tepat pula posisi bibirku berhadapan dengan bibir Azizah.

Azizah menatapku. Ujung hidung kami saling bertemu. Perlahan Azizah menurunkan wajahnya, dan mulai menciumi bibirku. Aku segera membalas dengan lumatan bibirku. Ciuman kami kini semakin bergelora, diiringi belitan lidah dan suara lenguhan kami berdua.



Aku memeluk Azizah, tanpa menghentikan ciumanku merengkuh tubuhnya hingga dadanya yang penuh berisi kini terjepit di antara tubuh kami. Azizah semakin menggelora melumat bibirku.

Tanpa bisa ditahan, ciuman kami semakin sarat dengan rasa birahi. Azizah yang menindih tubuhku, semakin bernafsu menciumi seluruh wajahku.

Di bawah sana, batang penisku yang sangat tegang mengacung dan mendongak ke atas, terselip sempurna di belahan pantat Azizah. Saat Azizah mulai menciumi dadaku, tubuhnya semakin bergeser ke bawah, mengakibatkan penisku terdorong ke bawah.

Saat Azizah melumat puting dadaku, penisku tertekuk ke bawah. Agak pegal aku rasakan pada penisku karena arah tegaknya yang salah, tapi kini aku merasakan batangku terselip dibelahan vagina Azizah.

Kadang, pinggul Azizah bergerak perlahan menggesek penisku dengan vaginanya yang hangat dan licin. Rasanya sungguh geli dan nikmat. Aku tak tahan lagi, tanganku meraih pantat Azizah, dan pinggulku bergoyang perlahan. Azizah mendesah dan melenguh, kadang kepala penisku hampir masuk menerobos liang vaginanya. Aku semakin berusaha memasukkan penisku ke dalam liang vagina Azizah.

Begitu sudah merasa kepala pionku sudah berada pada posisi lubang kenikmatannya, tiba-tiba saja, Azizah tersenyum penuh arti. “Eits, gak boleh….”

“Eh? Kok gak boleh?” tanyaku.

Azizah tidak menjawab, ia malah meluncur turun hingga kini wajahnya tepat berada di depan penisku. Azizah tersenyum menatapku, sebelum Azizah mulai menciumi pahaku, selangkanganku. Matanya terus menatapku, saat kedua bijiku masuk ke dalam mulutnya dan dikulumnya dengan lembut. Tangan kiri Azizah menggenggam batang penisku dan mengocoknya perlahan, sementara mulut dan lidahnya “cuci kolong” di bawah sana.

Ahhh gagal dapat vagina, tapi gak masalah dapat mulut mungilnya. Aku sampai terpejam menikmati perlakuan Azizah. Azizah benar-benar telaten melakukannya, semua dikerjakannya dengan lembut dan perlahan

Aku menarik dua buah bantal dan meletakknya di kepalaku, sehingga aku bisa memperhatikan apa yang dikerjakan Azizah. Sambil senyum malu-malu, Azizah menghentikan permainannya di kedua bijiku. Azizah duduk bersimpuh di tengah kangkangan kakiku. Tangan kirinya yang sejak tadi mengocok penisku, kini menggenggam batangku dari pangkal batangnya.

Tampak sisa batangku yang masih mencuat tegak, tak tertutup oleh genggaman tangan kirinya. Azizah kemudian menggenggam sisa batang penisku dengan tangan kanannya. Kini, hanya kepala penisku yang tersisa. Mencuat tak tertutup oleh genggaman Azizah. Mata Azizah membesar dan mulutnya tersenyum, lalu menatap padaku.

“Panjangnyaaa....” kata Azizah sambil menggelengkan kepalanya. Aku hanya tersenyum melihat Azizah yang rupanya sedang mengukur batang penisku.

“Kak, lihat nih...” kata Azizah memperlihatkan jemarinya yang tak bisa bertemu, walau sudah erat menggenggam batang penisku.

“Duh... Besarnyaaa....” nada suara Azizah menyiratkan rasa kagum.

“Panjang dan besar....” tatapnya tersenyum padaku.

”Keras...”

Aku hanya bisa tersenyum, bangga juga dipuji oleh Azizah.

“Itu milikmu, dek…”

“Pantes saja, adek selalu di buat tepar…. hihihi, jauh lebih segala-galanya di banding punya bang Rafiq”

“Kalo suka ambil aja sekalian dek. Hehehe”

Azizah tersenyum senang. Lalu sambil tetap menatapku, Azizah menunduk mengecup sekilas kepala penisku.

“Hhmmmhh...” aku sampai mendesah. Azizah lalu sibuk membelai penisku. Matanya tak lepas menatap batang penisku sambil senyum-senyum kesenangan.

“Hai, Ganteng...”sapanya pada penisku. “Terima kasih ya, karena kamu sudah memberikan pengalaman terindah buat adek. Terima kasih juga, karena sudah membuat adek jadi bunting sekarang”

Aku bahkan sampai nyengir mendengarnya, seakan-akan adik iparku ini berbicara dengan penisku di bawah sana. Posisiku kini separuh tidur, separuh duduk, agar aku bisa menyaksikan apa yang dilakukan Azizah dibawah sana.

Sesekali, matanya menatap mataku, seakan meminta pendapat bagaimana dengan servis yang ia berikan. Aku menghembuskan nafas kuat, kadang sampai menghempaskan kepalaku ke belakang.

Nikmat tak terkira...!

Bibir tipis berwarna merah muda itu, sampai termonyong-monyong saat melumat penisku, memberikan hisapan kuat. Aku tak tau apa yang Azizah perbuat dengan lidahnya, tapi aku merasakan terus sapuan lembutnya.

Kadang, Azizah melepaskan kemutannya pada penisku, lalu menjilati sekujur penisku sambil memberi kecupan, sebelum kembali melumat dan mengocoknya sampai kepalanya naik turun...

“Aaaahhhh.... Ssshhhh....“

Azizah melirik kepadaku, dan melepaskan kulumannya.

“Enak, Kak...?” tanya Azizah sambil tersenyum.

“Enak bangeeeetttt....“

“Tapi lebih enak lagi kalo…. ahhhhh” Aku tak melanjutkan ucapanku yang niatnya ingin mengatakan kalo lebih enak kalo dengan menggunakan vaginanya saja, karena kini kepalaku terlempar ke belakang ketika Azizah kembali melumat penisku.

Sungguh, amat sangat nikmat, bro!

Aku yang sejak tadi kenyang dengan kentang, tak mampu lagi bertahan lebih lama. Aliran nikmat itu serasa berputar di perutku, dan mengalir hingga ke ujung penisku. Bijiku sampai mengerut saking nikmatnya...

“Deekkk... Dikit lagi...” erangku lirih.



Namun tiba-tiba saja……



“Ahhh dek kok di lepas?” Azizah malah melepaskan hisapan mulutnya dari penisku, kemudian beranjak naik merayap ditubuhku, dan melumat bibirku habis-habisan. Aku segera memeluk Azizah, membalas ciumannya dengan penuh gelora.

Pinggulku bergerak mencari...

Mana ini, lubang vagina Azizah...

Azizah malah menggeser pinggulnya ke samping, hingga penisku hanya mengacung tegak di samping pinggulnya.

Aku menciumi Azizah dengan ganas...

Lima menit kemudian, Azizah melepaskan ciuman kami, dan kembali beringsut turun...

Kembali menghadap selangkanganku, dan mencaplok lagi penis gagahku.

Aku kembali mendesah. Aku raih kepala Azizah, dan menekannya naik turun agar semakin nikmat kuluman Azizah di penisku. Sumpah bro! Di siksa sama wanita secantik Azizah ini, andai aku tak punya pengalaman untuk menahannya mungkin saja tanggul pertahananku telah bobol sejak tadi. Namun nyatanya sejauh ini, aku masih bisa membuktikan kegagahanku dan kelihaianku di hadapan akhwat ini.

Tapi, memang, mulut adik iparku ini sangat-sangatlah nikmat saat memanjakan penisku di bawah sana. Nafasku makin memburu, pinggulku ikut naik turun menyenggamai mulut Azizah.

Azizah memberontak pelan, melepaskan kulumannya dan kembali beringsut naik mengajakku kembali berciuman.

“Deeekkk... Kok berhenti, siiihh.. Dikit lagi tuuuhh...“

“Nanti... Kakakku sayang belom boleh keluar. Hehehe. Pokoknya adek belum izinin buat croot sekarang”

“Kenapaaaaa?” tanyaku penuh derita.

“Nanti aja, ih... Azizah masih belum puas ngobrol ama si ganteng…”

“Aaaahhhhh....!” aku sampai menjerit penuh derita. “Adek beneran Jaaahaaatttt bangetshh”

“Hehehe.... Biarin...!” balas Azizah kenes, dan mencium bibirku dengan ganas.

Aku meremas buah dada Azizah, meremas pantat Azizah.

Apa yang bisa aku remas, aku remas...!

Gemas tak terkira.

“Sebentar, ya... Azizah mau ngobrol lagi...” kata Azizah sambil senyum menggodaku.



Terseraaaahhhh....!

Bunuh aja sekalian !

Kalian benar...! Di bikin kentang terus itu gak enak...!

Tapi aku cuma bisa pasrah...

Aku biarkan adik iparku melakukan apa pun yang dia mau. Semua pasti akan ngecrot pada waktunya, kok. Aku sampai membeliak, mataku sampai melotot dan mulutku ternganga menjerit tanpa suara di saat Azizah mengajar penisku dengan kuluman terbaiknya, aku sampai histeris menahan nikmatnya.

Air maniku rasanya sudah di ujung kepala penisku, ketika Azizah melepaskan kulumannya, dan mencekik penisku dengan erat. Bibirnya tipis nan mungil berwarna merah jambu itu malah pindah menjilati bijiku, kadang di emut satu-satu.

Aku menjerit tak tahan, histeris karena merasa dipermainkan. Pinggulku berkejat-kejat, tanganku yang berusaha mengocok batang penisku malah dipukul oleh Azizah agar menjauh.

“Kak...” kata Azizah ketika aku sudah mulai tenang.

Aku membuka mataku yang terpejam, menatap Azizah yang sedang tersenyum manis sekali.

“Liat adek, ya… jangan sampai matanya terpejam...” perintah Azizah.

Aku hanya mengangguk pasrah.

Azizah kemudian membuka mulutnya...

Kepala helmku lenyap melesak dalam bibirnya. Lidahnya membelai di dalam sana, terutama di lubang kencingku. Kami tetap saling menatap. Azizah mulai melahap batangku perlahan, kepalanya naik turun dengan irama lambat.

Hisapannya, kuat sekali...!

Pipinya sampai kempot...!

Makin lama, Azizah semakin banyak melahap batang penisku. Aku mulai bisa merasakan, hampir penisku menabrak pangkal tenggorokannya. Gelombang itu datang dengan cepat. Sekuat tenaga aku bertahan. Raut wajahku menyedihkan sekali, Azizah tetap menatapku, penuh konsentrasi pada kualitas hisapannya.

“Deeekkk... Gak tahan lagi... Keluar, Dek... Kakak keluaaarrrr...!“ Pinggulku bergetar tak terkendali, sementara Azizah menahan penisku tepat di tengah mulutnya.

Lidahnya berkedut menjilati bagian bawah kepala penisku, tepat pada urat yang berkedut saat air maniku terpompa keluar. Ada yang pernah ejakulasi di mulut pasangan? Cum in Mouth?

Pasti banyak...

Tapi ada gak yang CIM tapi sambil saling tatap?

Jarang... Pasti pada mejemin mata keenakan, bukan? Tapi tidak denganku. Aku menatap Azizah yang berusaha keras menghisap penisku dengan kuat, memberikan kenikmatan tambahan lewat belaian lidahnya. Sementara sepasang mata membulat indahnya itu, masih menatapku yang lagi meregang ejakulasi, menggelepar dalam nikmat tak berkesudahan.

Akhirnya aku terkulai lemas karena ejakulasiku yang nikmat tiada tara.

Azizah tetap mengulum penisku sampai otot perutku keram saking ngilunya. Azizah menelan air maniku dengan sempurna, tak setetes pun terbuang. Setelahnya, Azizah melepaskan penisku dari kuluman bibirnya, dan tersenyum menatapku.

“Dek...” kataku terengah. “Amazing…”

Azizah tersenyum lembut padaku.

“Jujur, ini adalah pengalaman baaru buat adek…. karena sebelumnya belum pernah mainin pake mulut…”

“Kakak yang pertama...” lanjut Azizah sambil terus tersenyum.

“Yang bener?” kataku tak percaya.

Azizah mengangguk dan terus tersenyum.

“Kakak juga yang pertama mainin Azizah pakai mulut...” lanjut Azizah lagi. “Bahkan bang Rafiq sendiri jijik melakukannya, tapi tidak dengan kakak.”

Aku sampai terperangah.

Aku meraih Azizah, dan memeluknya erat penuh kelembutan.

“Kalo udah begini, bagaimana Azizah bisa lupa ama kakak? Banyak banget pengalaman yang di berikan kakak ke adek.” bisik Azizah lagi.

“Kalau begitu, kenapa harus lupakan…? lagian kakak juga memang tidak ingin kita saling melupakan, dek” jawaku penuh ketulusan.

“Sayangi Azizah terus ya, Kak...” pinta Azizah lirih.

“Kakak janji, kakak akan menjadikanmu juga sebagai prioritas dalam hidup kakak selain Azita, kakakmu itu”

“Serius?”

“Serius… selamanya akan kakak lakukan hal itu, kakak janji”

“Kalo perlu, setelah ini, kapan kita ada waktu. Mending kita nikah sirih aja biar kita gak terus menerus berbuat zinah. Hehehe, bagaimana?”

“Boleh deh. Hihihihi”

Jiah, dia malah mengiayakan penawaran isengku ini. Tepok jidat!

Azizah merebahkan kepalanya di dadaku, dan aku mendekapnya erat, sambil terus membelai punggungnya. Entah apa yang ada dalam benakku kini.

Aku sampai takjub mendengar penjelasan Azizah tentang pengalaman oral sexnya. Apa yang ada dalam pikiran si Rafiq, ya? Boh sih kalo aku bilang, karena ia tak sadar betapa penuh hasrat pake banget istrinya ini.

Mengingat pengalaman pertama oral sex dengan Azizah saat kali pertama dulu di Semarang, aku mulai bisa memahami. Mungkin suaminya terlalu konservatif dalam bercinta, sementara gairah muda Azizah yang begitu ingin tau, tersimpan menjadi rasa penasaran tak terhingga. Dan aku yang sudah menjawab rasa penasaran Azizah akan oral sex. Mengingat apa yang sudah kami lakukan, aku yakin Azizah menyukai aktivitas ini.

Kira-kira, apa lagi ya, yang menjadi rasa penasaran Azizah setelah oral sex?

Asal jangan minta anal aja, aku paling males...

Dan memang sama sekali tak pernah ada niatan untuk melakukannya.







Tak lama, Azizah mengajakku mandi bersama dan aku turuti. Di kamar mandi, gak ngapa-ngapain, Cuma mandi bareng aja saling menyabuni. Mungkin karena nafsuku udah ngedrop kali, ya... Kan baru aja muncrat.

Sejam lagi, deh... baru minta ronde tambahan. Hoho!



==========================



Rupanya setelah kelar mandi, dan kembali ke ranjang buat beristirahat sejenak, eh tau-taunya aku malah sampai ketiduran.

Dan Azizah lah yang membuatku terjaga dari tidurku yang sekiranya hanya beberapa puluh menit saja terjadi.

Ia membangunkanku dengan mengemuti puting dadaku.

“Aaahhh...” erangku saat terjaga karena rasa geli di dadaku.

“Kakak ketiduran ya dek? Sekarang udah jam berapa, dek?”

“Baru jam 6 kak, kakak tidurnya sejam doank. Hehehe”

“Wahhh udah waktunya kita balik rumah nih?”

“Hmm…. rasa-rasanya pengen terus di sini. Kak”

Aku hanya senyum padanya.

Dan tak mungkin, tak ku tuntaskan penjejalan penisku, dan membuang spermaku di rahimnya hari ini, dan harus ikhlas hanya terbuang sekali pula dan hanya menggunakan mulutnya saja.

Karena dasar itulah, aku langsung menerkam Azizah, membalik tubuhnya hingga kini Azizah ada di bawah tindihanku. Kami masih sama-sama telanjang sisa permainan tadi, dan kini tubuhku telah berada di atas tubuh Azizah yang terlentang mengangkang.

Penisku sudah siap mengacung tegang, juga akibat efek keisengannya membangunkanku tadi.

Aku paksakan menggesek vagina Azizah yang masih terasa kering. Harus di bikin basah dulu, nih..

Aku segera mencumbu payudara Azizah, melumat putingnya kiri kanan.

Azizah langsung mendesah. Kakinya segera membelit pinggangku.

Setelah ku rasa vaginanya sudah mulai membanjir lagi, maka ku tempelkan senjataku yang telah tegang maksimal.

Hingga…..

Zlebb….

Ku tancapkan batangku sebelum Azizah mengeluarkan sepatah kata.

Matanya bahkan melotot memandangku dan bibirnya tergigit.

“Oohhhhh…. Ahhh…. Ahhh…… Ahhhh…..”

Azizah meracau seiring genjotanku dengan cepat. Misi ini adalah misi menuntaskan sesegera mungkin permainan terakhir kami, karena waktu sudah nyaris hampir malam.

Aku sudah berniat harus orgaasme di dalam liang vaginanya di akhir permainan ini. Ku arahkan jempol dan telunjuk kananku di vaginanya yang semakin becek. Perlahan ku pilin klitorisnya dengan gerakan memutar. Azizah sampai melengkung dan melolong, “Aaaaooookkkhhhh…. ahhhhh, kakkkkkk”

Ku percepat genjotanku seiring himpitan celah vaginanya yang semakin kencang. Azizah melilitkan kakinya di pinggangku pertanda orgasmenya akan datang. Luar biasa, padahal belum dua menit aku menggarapnya. Mulutnya menganga dan matanya terpejam rapat tanda dirinya sedang di ambang gerbang orgasmenya. Ku pilin lagi klitorisnya kali ini disertai cubitan ringan.

“Ahhhh kaaaakkk…. adek mau dapethhhhhh”

Azizah menggeleng-gelengkan kepalanya dengan kencang, dan ketika tubuhnya mulai tersentak, aku pun semakin menambah genojatanku.

“Ohhhhh dapethhhhhhhhh kaaaakshhhh”

Benar saja, ia pun di landa orgasme kembali.



Setelah beberapa jenak ku biarkan ia menikmati ektase orgasmenya, maka aku pun memintanya untuk berganti posisi, dengan cepat ku cabut senjataku.

Plop

“Ahhhhhhhhh….!!!!!!”

Secepat kilat Azita pun langsung menunggangiku dan mengarahkan celahnya ke senjataku yang memang masih menegang maksimal. Tanpa banyak suara langsung ditekannya pantatnya turun.

“Oooohhhhh…….” desah Azita sambil menggigit bibir bawahnya sairing merengseknya batangku ke dalam celahnya yang telah sangat becek.

Azizah menggoyang-goyangkan pantatnya dengan liar di atas tubuhku. Mau tidak mau perasaan nikmat yang teramat sangat kembali menderaku.

Azizah terus bergerak sambil terus meracau. Ku raih payudaranya, dan mulai ku pelintir putingnya.

“Ahhhhh…. Aaaakkkkhhhhh……. Dapppeettthhhhhhhh…. lagihhhh Ooohhhhh…..”



Azizah tumbang di atas tubuhku tapi tetap menggoyangkan pantatnya. Goyangannya sangat nikmat hingga ku rasa orgasme yang tadi tidak kesampaian di dalam vaginanya, kini mulai semakin mendekat.

Ku peluk tubuhnya lalu ku sodok dengan gerakan sangat cepat dari bawah.

“Aaahhhhhhh………. Ennnaakkkkhhhhh…….”

Suara tungkai dan paha kami yang saling beradu kencang memenuhi kamar ini. Ku konsentrasikan pernafasanku di dada dengan tempo pernafasan yang cepat. Cara ini bisa mempermudahku orgasme.

“Uuuuuuuggghhhhhh…. kakshhhhh mau dapppettt lagggiiiiihhh……”

Ku ayunkan pantatku semakin cepat hingga ku rasa seluruh otot pahaku menegang.

Aku orgasme.

“Aaahhhhhh…… Azizaaaahhhhhhhhh”

“Ouhhhh kakkkkk”

Ku semburkan amunisi kentalku ke dalam liang vaginanya berulang-ulang dan ku rasakan juga kepala senjataku terkena banjir dari dalam sana. Kami orgasme bersamaan. Tetap ku gerakkan pantatku untuk menguras isi senjataku dalam vaginanya, hingga kemudian tidak beberapa lama kemudian kami lemas.

Azizah tertelungkup pasrah dan lemas di atas tubuhku.

Untuk sementara kami terdiam dalam nikmat. Ku rasakan di dalam sana kedutan-kedutan liang vaginanya masih memijit lembut senjataku yang kini sudah mulai lunglai. Kedutan-kedutan itu kemudian dibantu dengan goyangan pelan pantat nya.

“Kak…..”

“Ya sayang?”

“Kakak hebat…..”

Aku hanya senyum mendengarnya.

Hingga…..

Drrrtttt……

Ponselku bergetar.



Aku meraih ponselku di atas nakas karena mudah di jangkau oleh tanganku.

Dan………………….



Itu….

WA dari istriku yang menanyakan aku sedang dimana, karena mereka sudah sampai rumah.



BERSAMBUNG CHAPTER 36
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd