Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA SALAH SASARAN - Ipar-Iparku yang Ahhh... Sudahlah (NO SARA!)

CHAPTER 36



Pengalaman yang amat sangat tak terlupakan. Mungkin seperti itulah kalimat yang dapat ku katakan pada kalian tentang kejadian beberapa hari di rumah mertuaku, saat kami sekeluarga sedang liburan lebaran di sana.

Yah! Meski masih ada satu hal yang masih tertinggal dan hanya menyisakan rasa penasaran tinggiku padanya, yaitu Nira, kakak iparku. Namun apapun itu, tentu kisah ini tak bakal berhenti sampai di sini.

Aku menyadari satu hal….

Yaitu, pastinya kalian kecewa denganku, karena aku belum - atau tidak sama sekali melanjutkan petualanganku untuk kakak istriku itu, hanya kepada adiknya saja yang bahkan dua hari sebelum kepulanganku kembali ke Surabaya kami sempat menghabiskan waktu beberapa jam di sebuah hotel, hingga kami pun pulang yang tentu saja, kembalinya ke rumah tak bersamaan.

Sekali lagi ku katakan pada kalian, para pelakon perselingkuhan punya seribu cara dan alasan untuk menangani beberapa hal kecil yang akan terjadi setelah itu. Dan sama sepertiku. Keluar dari hotel, aku masih bersama dengan Azizah, bahkan selama di perjalanan pulang pun, Azizah benar-benar terlihat enggan untuk memisahkan diri denganku. Rasa-rasanya ia ingin terus menerus berada di sampingku. Hingga setelah kami sudah berada di ujung lorong masuk jalan Gede bage, akhirnya kami berdua pun memisahkan diri.

Azizah lebih dulu pulang menggunakan jasa ojek. Sedangkan aku tentu saja tak langsung pulang, aku menunggu - memarkir mobil di pinggir jalan sembari menghabiskan dua batang rokok. Sekiranya kurasa waktu memang telah memadai dan masuk akal, maka aku melanjutkan pulang ke rumah. Setiba di rumah, tak ada pertanyaan apapun dari istri - mengenai aku dari mana, kenapa lambat sampai rumah dan lain segalanya. Karena memang istriku amat sangat memahami ku jika aku selalu merasa bosan jika hanya diam saja di rumah. Apalagi kalo sudah berkumpul, rasa-rasanya aku mau kabur saja karena gak betah apalagi kalo sudah masuk ke sesi bergosip ala-ala keluarga.

Setelah malam itu….

Aku tak berani menciptakan sebuah rencana baru entah buat Azizah maupun Nira sekalipun. Karena selama dua hari setelahnya, kami sekeluarga malah pergi menjelajahi tempat makan, tempat tamasya, serta tempat jualan buah tangan. that’s it. Apalagi, ada Bang Anton dan Rafiq turut serta, bisa bahaya kalo aku malah berencana untuk menikmati istri-istri mereka. Hahahahaha!

Resiko bro.

Jadi kalian paham kan, bagaimana yang terjadi serta bagaimana situasinya hingga membuatku urung melanjutkan untuk proses penaklukkan kakak iparku ini?



================================



Beberapa hari ini aktivitasku kembali normal lagi. Kerja, menghabiskan waktu dengan istri dan putriku saat libur, serta baru saja kami mengontrolkan kandungan istri di dokter kandungan. Tentu saja setelah pulang dari memeriksa, pada akhirnya aku harus mengontrol syahwatku selama beberapa bulan ke depan, karena SIM (Surat Izin Menyetubuhi) di tarik kembali oleh istri karena larangan dari dokter. Hasil USG juga menunjukkan jika anakku yang kedua ini adalah laki-laki.

Jadinya sepasang donk?

Maka kan ku jawab, kagak! Karenya nyatanya, aku memiliki seorang jabang bayi perempuan juga di rahim yang berbeda. Ini ku ketahui dari pesan yang di kirim adik iparku beberapa waktu yang lalu. Yup! Anakku darinya ternyata perempuan. Hahahahaha!

Kalian tentu menanyakan Nira, kan?

Sebenarnya sudah beberapa hari ini aku tak berkirim pesan dengannya seperti yang ku lakukan sebelum-sebelumnya. Bahkan ini tetap terjadi saat aku masih berada di Bandung. Yang tentu saja, tanpa sepengetahuan pasangan kami berdua - plus Azizah adiknya. Yah, semua orang lah - intinya.

Kondisi yang selalu menempatkanku kesulitan untuk menghubunginya. Bukan karenanya, tapi aku juga punya andil di dalamnya. Berbeda dengan Azizah, ketika aku merindukannya dan ingin mengajaknya berkomunikasi, maka aku bakal meninggalkan komen baru di postingan IG terbarunya juga. Bedanya dengan Nira, kami tak memiliki hal seperti itu. Yah salah satunya juga karena Nira tak aktif di IG. Hanya aktif di FB sedangkan aku sendiri, malah udah jarang menggunakan FB. Alhasil, kalo mau komunikasi dengannya, paling secara langsung mengiriminya pesan dengan mengatakan, Sibuk? Atau hanya kirim ‘P’, saja.

Dan yang bikin kesal, ia membalasnya selalu lambat. Saat ia membalas, justru aku sedang sibuk atau lagi berada di dekat istri. Alhasil urung komunikasi kami berlanjut saat itu juga.

Beberapa kali ketika kerinduan ku padanya melanda - baca : lagi sange, dan sekalian juga pekerjaanku tidak terlalu menumpuk, tapi aku bingung bagaimana memanfaatkan kondisi tersebut untuk mengiriminya pesan lebih dulu. Masa iya gitu-gitu terus caranya? Takutnya juga justru suaminya yang membacanya di awal dan malah bertanya kenapa aku mengirimnya pesan. Tepok jidat!

Tapi hari ini….

Aku harus bisa mengajaknya berkomunikasi. Kerinduan alias ke-sangean yang menggunung, maka timbullah nekad.

Aku melihat statusnya online di WA di tandai dengan tulisan di bawah nama akunnya di sudut kiri atas. Ku ketikkan pesan di WA buatnya. Iseng, tentunya.

“Assalamualaikum, kak Nira. Sibuk?”

Tidak beberapa lama ketika pesan ku kirim, aku melihat tulisan di atas ‘Nira is Writing’, dia sedang mengetikkan balasannya.

“Wa’alaikumsalam, hmm…. sibuk sih tiap saat Ar”

“Ohhh jadi saya ganggu donk sekarang?”

“Paan sih, gak lah. Ini juga habis nyetrika baju suami”

Segera ku balas.

“Hehehe…. Maaf…. tapi gak apa-apa kan, kalo saya ganggu?”

“Dasar pengganggu….” awalnya aku agak gimana gitu membacanya, tapi, pesan selanjutnya darinya hanya ber’emoticon tertawa. Itu artinya dia hanya bercanda.

Sejenak ku tatap emoticon tersebut, dan membayangkan wajah kakak iparku yang tanpa cadar, yang ku bayangkan jika ia sedang jengkel bercampur gemas, setidaknya menurutku begitu. Hmm…. atau mungkin saja di depan layar ponselnya saat ini, ada lidah yang melet. Mungkin.

Dasar imaginasi gak jelas. Hahaha!

Seperti biasa, aku sengaja menggantungnya. Ku hentikan chat-chat riaku dengannya karena ia juga hanya membalas di akhir dengan emoticon tertawa. Ku putuskan untuk menggeser ke samping, melihat-lihat story yang ada.

Eh, rupanya dia baru saja membuat dua story di waktu yang berbeda.

Ku cek dan ku klik storynya itu. Terdapat dua buah foto di dua story, dengan perbedaan waktu hanya 10 menitan saja, yang gambarnya juga hampir mirip. Sebuah foto setengah wajah, dimana selain selembar niqab menutup bagian wajah sampai ke hidung – hanya menunjukkan di bagian matanya saja – pun, tangannya yang berhandsock itu pun ikut menutup dari dagu hingga ke sekitar bagian matanya. Pokoknya begitulah, style wanita yang menutup wajahnya dengan telapak tangan gitulah, semoga kalian memahami apa yang ku jelaskan ini. Lalu ku baca captionnya.

“Hari ini, dan hari-hari sebelumnya betapa mengingatkanku, betapa kita seharusnya saling mencintai. Atau, setidaknya aku yang masih mencintaimu.”

“Semoga engkau sadar, hari-hariku setelah hari ini akan terasa berbeda. Bahkan akan menyakitkan. Laut di samudera akhirnya mulai mengering, Dedaun gugur menjelma tanah purba. Mengapa bukan engkau yang jadi penghujan?”

Lalu

Caption di pesan kedua, jauh lebih pendek. “Kerinduan yang tak terbayang”

Wow….! Sebuah kata sarat makna yang luar biasa indah.

Aku sampai merinding membacanya, apalagi pesan ini tentu saja bukan hanya aku yang melihatnya, melainkan semua kontak WA yang telah ia simpan di memory ponselnya. Termasuk suaminya. Atau mungkin saja, ia memprivasinya?

Jika memang begitu, artinya aku tidak ia privasi donk?

Duhh! Terlalu banyak pertanyaan berkelabat di tempurung kepalaku ini.

Apalagi yang menulis status ini adalah seorang wanita bercadar yang amat sangat menutup diri dari segala urusan duniawi di luar sana. Sang akhwat, kakak iparku ini sepertinya tengah terluka dalam rindu mendalam kepada suaminya yang tidak akan pernah bisa memberinya nafkah batin lagi.

Setelah itu….

Tak ku sangka-sangka, Nira kembali membuat story.

Tanpa menunggu lama, karena penasaran aku pun membuka story ketiganya itu.

Hmm, tiga orang wanita berjalan ke arah angel kamera sambil bergandengan tangan. Yang duanya bercadar, dan wanita yang satunya lagi tanpa memakai cadar, wajahnya sangat cantik dengan senyuman yang amat sangat ku kenali itu. Yah, mereka bertiga adalah ipar-iparku beserta istriku yang berada di tengah-tengahnya.

Eh ada lagi story WA baru yang ia posting. Hahahah! Demen amat bikin status nih betina.

Ku baca story tersebut yang hanya berupa kata-kata saja.

“Semoga saja, rinduku ini tercerahkan di suatu saat nanti. Atau kecerahan kan ku dapatkan jauh lebih cepat, secepat senja yang melepas diri, meninggalkanku sendirian, hingga tanpa sadar aku menggigil terjamah hujan? Beginilah rupanya rindu sendirian. Rindu yang didiamkan oleh tuan. Sakit… Akh… rindu ini terasing, tak dikenal pemiliknya. Rapuh, patah berkali-kali. Setidaknya setulus itulah cintaku. Atau setidaknya pernah seperti itu?”

Entah apa maksud kalimat panjang tersebut, tetapi dalam pandanganku, Nira ini sedang mendeklarasikan lukanya karena ketidak berdayaannya atas takdir yang menimpa suaminya.

Sekaligus juga mendeklarasikan cintanya kepada suaminya yang susah dia pertahankan, meskipun juga susah dia lepaskan. Nira, penderitaanmu sangat tampak dalam tulisanmu.

Ah, mungkin aku tidak bisa membahagiakan akhwat ini, namun setidaknya aku ingin memberikannya sedikit kehangatan dalam dinginnya malam yang tidak terjamah kenikmatan.

Ah…. entah mengapa senjataku tiba-tiba menegang.

Aku semakin bersemangat untuk secepat mungkin menaklukkannya. Hanya saja aku masih bingung bagaimana memulainya.

Apalagi kini jarak kami benar-benar di pisahkan lautan yang luas.



BERSAMBUNG CHAPTER 37
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd