Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Sanggupkah Aku Menjaganya? (Kisah Nyata)

barangbukti

Adik Semprot
Daftar
11 Jun 2018
Post
117
Like diterima
533
Bimabet
Sebelumnya ane mau minta maaf, karena thread yg sebelumnya gak bisa ane lanjutkan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan karena ada beberapa hal.

Ini adalah kisah cinta ane sama pasangan ane yang sekarang udah jadi pasangan hidup. Ini sebenernya masih sama dengan thread ane yang sebelumnya, tapi ane lanjutin cerita dengan laur beda dari yang sebelumnya ane tulis. Ane rasa kisah yang ane punya bisa menggambarkan keadaan sosial sekarang, gimana remaja sekarang bimbang antara masa depan sama kasmaran.

Silahkan nikmatin aja kisah ini, tanpa perlu tau ane ce atau co.

Selamat Menikmati
 
Aku berangkat

Setelah aku mengirimkan pesan tersebut, aku langsung berangkat. Aku memacu sepeda motor matic ku dengan kecepatan cukup cepat. Terlihat awan gelap mulai menyelimuti pertanda hujan sebentar lagi akan datang.

Tak butuh waktu lama sebenarnya untuk mencapai tempat tujuanku. Tapi karena semua orang takut terkena hujan, alhasil jalanan menjadi ramai saat itu. Aku sempat terkena hujan sebelum akhirnya motor yang ku kendarai masuk ke dalam garasi sebuah rumah. Hujan tadi cukup membuat pakaianku basah tapi tidak semuannya.

Aku disambut dengan seseorang yang sudah sedari tadi menunggu kedatanganku. Aku langsung dipersilahkan masuk menuju ruang tamunya. Kipas yang menyala membuat ku cukup kedinginan ditambah diluar hujan dengan derasnya. Cukup untuk membuat beberapa titik tergenang.

“udah selesai tugasnya?” tanyaku sebelum meneguk teh hangat pesananku.

“udah dong, coba cek dulu. Sama kan kaya dibuku panduan” perintahnya sambil memberikan laptop dengan monitor yang menampakan lembar kerja Microsft Word.

“baju kamu basah? Mau pakai baju aku? Nanti malah masuk angin” tawarnya saat aku sedang sibuk memeriksa tugas makalahku di leptopnya.

“gak terlalu sih, tapi dingin. Matiin dong kipasnya” jawabku dengan tidak mengalihkan pandanganku dari monitor

Keadaan berangsur hangat saat kipas sudah berhenti, ditambah efek teh hangat yang ku minum membuat badan ini mulai merasa kegerahan.

“yakin udah semua? Kalo ada yang salah tanggung jawab aja yah” ucapku sambil menaruh leptop di meja tamu.

“iya tenang aja. Kamu mau ganti baju? Atau gimana?” tawarnya sambil mengambil leptopnya

“gak usah deh, lagian ngapain ganti baju. Yuk, mau dimana? Nanti keburu sore” ucapku sambil mengeluarkan handphone ku, baru jam 1 siang pikirku dalam hati.

“buru-buru banget. Lagian hujan. Yaudah deh” dia langsung berdiri dan menuju kedalam rumah\


Aku lantas mengikutinya. Dia berhenti diruang keluarga dengan tv yang menyala. Keadaannya gelap, kaerana efek cuaca hujan diluar dan lampu diruangan ini tidak di nyalakan.


“tempat biasa aja, gimana?” tanyanya

“yaudah cepatan ih,” jawabku sambil mendorong tubuhnya.

Dia langsung menuju satu ruangan. Letaknya dibelakang rumah dekat dengan dapur dan kamar mandi. Bersebelahan dengan ruang keluarga dan gelap.

Saat aku masuk kedalamnya, dia sudah beridiri menunggu ku. Senyumnya bisa kulihat meski dalam keadaan cahaya minim. Saat dia menyalakan lampunya, semua terlihat jelas. Kamar yang rapih dengan kipas angin menempel di dinding. Ada meja kecil untuk menyimpan barang dan lemari pakaian yang tidak terlau besar. Cukup nyaman untuk sekelas kamar tidur tamu.


“yaudah buru sayang, lama loh” ucapku saat melihat dia hanya senyum sendiri melihatku

“emang kenapa sih? Buru-buru amat” jawabnya agak sedikit kesal.


Hawa dingin ditubuhku akibat baju yang basah karena hujan membuatku resah. Ditambah besok adalah siklus ku untuk datang bulan yang membuat aku semakin gelisah.


“aku kedinginan, pengen diangetin sama kamu. Sini sayang” ucapku dengan nada yang menggoda sambil menjulurkan tanganku padanya,

“hahaha, dasar kamu sayang” dia mendekat. Menghimpit tubuhku pada tembok. Aku bisa melihat tatapan buram birahi pada matanya. Senyum bahagia karena bisa menikmati tubuhku lagi.


Ya, aku resah pada gairah yang tersulut dingin. Aku gelisah karena ketika akan datang bulan, birahi ku akan tinggi dan meminta untuk dilampiaskan. Ya, aku birahi!
 
#

Sudah 4 bulan ini aku sibuk dengan tugas akhirku. Aku sudah memasuki semester akhir dalam masa perkuliahanku sebagai bidan di salah satu sekolah kesehatan ternama di kota ku. Selain melakukan bimbingan dengan dosen pembimbingku, aku juga melakukan bimbingan dengan kekasihku. Dia adalah lulusan terbaik di fakultasnya dulu. Jadi sedikit banyak bisa membuat tugas akhirku menjadi lebih baik dari segi penulisan ataupun isinya.

Hari ini aku berencana mengambil draft revisian yang sudah dikoreksinya. Sudah memasuki BAB akhir dan tinggal menyempurnakan beberapa bagian saja. Selain untuk mengambil revisian, kita berencana untuk saling melepas rindu karena sudah 3 minggu tidak bertemu. Dia baru saja pulang dari tugas luar kota. Untuk fresh graduate, bekerja di BUMN merupakan sebuah kebahagiaan yang luar biasa. Karena posisinya sebagai peyambung lidah perusahaan, maka harus siap untuk tugas luar kota demi memperbaiki citra perusahaan.

Kami saling bertatapan. Aku bisa melihat pandangan penuh cinta dan nafsu dari matanya. Begitupun aku yang sudah dikuasasi birahi. Senyuman pada bibir kami berakhir ketika bibir itu saling beradu memberikan sentuhan pada pasangannya, kami berciuman.

Tanganya memeluk pinggangku sedang tanganku memeluk punggungnya agar lebih menghimpit lagi tubuhku. Diiringi dengan suara hujan yang semakin deras, ciuman kami bertambah panas. Suara kecupan bibir dan sesekali desahan kami berdua terdengar diruangan itu, ruangan yang biasa kami gunakan untuk memadu kasih melepas hasrat.

Dia melepaskan ciumannya. Memintaku untuk melepaskan kerudung biru yang ku gunakan. Aku menuruti keinginannya. Sambil aku melepas kerudungku, dia mulai melucuti kancing cardiganku. Saat aku berhasil melepas kerudungku, selesai pula tugasnya melepas kancing cardiganku. Rambut panjang yang ku warnai sedikit merahpun tergerai. Selain itu, bra hitam yang ku gunakan langsung terlihat saat dia membuka cardiganku. Tinggalah aku hanya menggunakan bra hitam dan rok hitam.


“kayanya makin gede ya sayang” ucpnya sambil meremas payudara 34B milikku dari luar bungkusnya.

“ahh, gak lah. Orang jarang di pijet sama kamu” balasku sambil menahan nikmat.


Kami berciuman lagi, kali ini tanganya mulai bekerja di payudaraku.


“mhhhhh ohhhh” aku mendesah saat tangangnya mencubit putingku yang masih terbungkus bra.


Ciuman kami semakin panas. Tanganku kini beranjak kekepalanya. Aku meremas rambutnya, menekan kepalanya agar lebih dalam lagi memberikan ciumannya. Karena tubuh kami yang semakin terhimpit, tanganya agak sedikit terjepit saat meremas payudaraku. Hasil yang ku dapatkan pun tidak maksimal.

Kami melepaskan ciuman kami. Aku meminta untuk membuka bajunya tapi ternyata dia tidak hanya membuka bajunya, tapi semua pakaiannya. Akupun membuka rok hitam dn menyisakan celana dalam pink dengan renda-renda di pinggirnya. Tanganya mulai menjarah kebelakang punggungku, sambil mncium kuping ku dia melepaskan bra hitam yang ku pakai.


“oh sayang, bagus banget. udah lama aku gak liat ini” ucapnya saat ayudaraku bergantung bebas tanpa bra.


Ukuran payudaraku 34B. Yang membuatnya indah menurutnya (dan menurutku adalah bentuknya yan bulat dengan puting yang kecil coklat kemerahan. Ditambah dengan kulit tubuhku yang putih langsat membuat beberapa pembuluh darah jelas terlihat di payudaraku)


“udah tau bagus, jarang diliat” ucapku merajuk saat dia masih memperhatikan payudaraku.

“maaf, kan aku sibuk juga buat kamu. Buat nabung biar cepet nikah” ucapnya sambil mencium keningku.

“iya sih, tapi kamu keseringan sih perginya. Jadinya aku jarang disentuh, haha”

“aku sering pergi biar aku bisa sering nyentuh kamu. Kalo sudah nikah kan bisa aku sentuh semua. Apalagi ini, pengen ngerasain dijepit pake ini” ucapnya sambil membelai vaginaku dari balik celana dalam.

“oohhhh, ih apaan kali. Yaudah buru, kalo diliatin doang mana enak” ucapku sambil mengikat rambut kebelakang, menampilkan leher jenjang yan siap ditelusuri.

“emang pengen diapain sih?” tanyanya sambil kembali menyentuh vaginaku.

“ih apaan sih pegang-pegang. Aku pengen di muncratin sama ini” godaku sambil meremas penisnya yang menegang.


Setelah obrolan mesum antara wanita yang hanya menggunakan celana dalam dan pria yang telanjang, kami kembali bercumbu. Kali ini jelas lebih panas. Tanganya langsung bergerilya di payudaraku sedangkan tanganku memuaskan penisnya. Desahan disertain suara hujan menjadi pengiring dua insan yang sedang di mabuk birahi.

Saat leherku sedang dijelajahnya, tiba-tiba kami dikagetkan dengan suara dering handphone. Seketika kami berhenti dan mencari asal suara. Saat kekasihku mengambil handphone yang ditinggal di ruang tamu. Aku membereskan pakaianku yang berserakan. Aku kedinginan, entah karena cuaca yang dingin atau mungkin birahi ku yang memang minta untuk dihangatkan. Puting payudaraku mengeras dan saat aku memeriksa celana dalamku, sudah basah dengan lendir birahi di bagian vaginanya.

“oh yaudah, hati-hati” terdengar suaranya menutup telepon selang beberapa menit sebelum dia kembali menemuiku.

“siapa yang?” tanyaku membalas pelukannya

“mamah” jawabnya singkat

“kenapa mamah kamu?” tanyaku melihat wajahnya, sepetinya cemas.
 
Mukanya terlihat begitu datar, aku khawatir terjadi sesuatu dengan seseorang yang baru saja bertegur sapa dengannya di telepon.

“gak apa-apa. Cuma ngabarin kalo mereka baru sampe, kayanya pulangnya agak malem” jawabnya sambil menyimpan handphone di meja dekat lemari pakaian.

“oh kirain ada apa, tapi kok muka kamu kenapa kaya begitu?” aku menanyakan mimik mukanya yang datar sambil menutupi payudaraku yang bebas bergelantungan.

“hahah, ya gak apa-apa. emang kamu gak kaget apa, lagi panas-panasnya eh malah jadi deg-degan gini, nafsunya itu langsung ilang gitu” jawabnya sambil memegang bahuku.

“oooh, yaudah kalo gitu udahan aja deh” aku kemudian mengambil bra yang sudah ku rapihkan tadi. Belum sempat aku memakainya, payudaraku sudah dalam genggamannya. Dia meremasnya dari belakang

“yakin mau udahan? Aku Cuma bercanda kok. Siapa yang bisa tahan ngliat kamu telanjang gini” jawabnya sambil mendekatkan bibirnya di leherku.

“lagian kamu mah, aku lagi ingin malah bilang ga nafsu, huhu” aku memeluk lengannya yang sedang aktif memijat benda kenyal pribadiku.


Kemudian dia menggesekan penisnya ke pantatku. Sambil terus meremas dan memilin puting payudaraku, lidahnya bergerak lincah di leher dan tengkuku. Hal ini mengahasilkan rangsangan hebat yang sempat terhenti karena dering telepon tadi. Akupun ikut meyambut goyangan pinggulnya dengan menggerakan pantatku.


“ohhh, sayaangggsshhhh” aku mendesah saat tangan kirinya membelai vaginaku yang basah.

“udah banjir sayang, basah banget” ucapnya dengan nafas terburu.

“iya terusss sayangg ahhhh” gerakanku sudah tidak beraturan lagi, aku benar-benar birahi.


Kita menghentikan aktivitas main belakang ini. Dia membalikan badanku, menium bibirku sejenak. Dia kemudian memintaku untuk berbaring di kasur, aku paham, ini saatnya.

Aku berbaring terlentang di ranjang dengan pantatku berada diujung ranjang dan kakiku terjuntai ke lantai. Kemudian dia menambahkan bantal tepat dibawah pantatku sehingga bagian bawahku makin terangkat. Akupun menaikkan kaki ku ke ranjang, dan dia bisa melihat wanita setengah telanjang dengan wajah memerah terbakar biarhi dengan celana dalam yang basah akibat lendir birahinya sendiri.

Kemudian dia naik ke atas tubuh ku dan kami mulai berciuman. Tangannya tidak tinggal diam karena meremas payudaraku yang semakin kenyal dengan puting yang semakin mengeras. Sementara penisnya mulai menggesek vaginaku yang sudah basah. Meski dibatasi oleh celana dalam, gesekanya terasa sampai ke kepalaku.


“ahhhhh, terus sayaaangggghhhh” aku mendesah saat bibirnya mulai mengulum puting sebelah kanan sedangkan tangan lainnya memelintir puting sebelah kiri.


Aku mendekap kepalanya agar bisa menghisap lebih dalam lagi, lebih dalam lagi dan lebih dalam lagi. Beberapa gigitan kecil menambah sensasi nikmat pada payudaraku. Tak lupa juga dia meninggalkan beberapa tanda merah bekas cupanganya di daging kenyal menggiurkan itu.

Tangannya yang satu mulai menggantikan tugas penisnya dalam mengesek vaginaku. Tak ayal membuatnya semakin basah. Sementara itu lidahnya semakin turun menjilati pusarku, memberikan rangsangan yang geli di perut namun menambah nikmat. Setelah cukup menicumi perutku yang rata, tibalah bibirnya menyentuh ujung celana dalamku yang berenda. Aku bisa melihat dari ujung mataku wajahnya kini tepat didepan vaginaku.

Dia kemudian menarik ujung celana dalamku. Akupun mengangkat pantatku untuk membantunya membuka sisa penutup tubuhku. Setelah kain basah itu lolos dari kaki ku, matanya lebih leluasa melihat vagina yang beberapa hari yang lalu baru ku cukur bulunya.


“sayang, bagus banget memek kamu yang, baru dicukur ya?” tanyanya sambil mencium bibirnya.

“ohhhhsssshhhhh, udah cepetan sayang” aku berusaha menjawab pertanyaannya sambil mendesah.

“mau diapain emang?” godanya sambil mengelus paha dalamku dengan tangannya.

“ih, apaan kali, males aku sama kamu”

“kan aku gak tahu. Di giniin?” godanya sambil mengecup bibir vaginaku.

“oohhhh, iya sayang. Jilatin terus memek aku, sedot yang itilnyaahhhhh” aku menjadi gila karena terbakar nafsu.


Kemudian dia mulai memanjakan vaginaku. Dia menicumi, menjilati dan menyedot vaginaku dengan lahapnya. Kombinasi antara kecupan, jilatan dan sedotan pada titik sensitiv ku membuat aku makin terbakar. Pandangan mataku makin kabur ketika lidahnya mulai menyapa klitorisku. Siapa wanita yang tahan jika benda itu dimanjakan?

Lidahnya bekerja teratur, membelai bibir vaginaku dari bawah ke atas, dan diakhiri dengan membelai klitorisku. Kenikmatan ini semakin menjadi ketika sepasang tangan mulai menjamah payudaraku yang otomatis bertambah kenyal. Putingku sesekali di pelitir memberikan sensasi nikmat jika dikolaborasikan dengan sedotan pada klitorisku. Tak butuh waktu lama untuk aku mencapai puncak kenikmatan ini.

“sayaaangghhhh, akkuuuu keluuuarrrssshhh, ooohhhhh”

Seketika aku mengejang. Tangaku membenamkan wajahnya pada vaginaku. Pantatku terangkat menggapai kenikmatan yang kudapatkan. Aku rindu, aku rindu kenikmatan ini. Kadang aku berpikir, betapa bodohnya dia yang jarang menyentuhku.


“ahhhh udah sayangghhh, geli shhhhh” ucapku saat lidahnya menjilati cairan kenikmatan yang keluar dari vaginaku.

“gimana sayang? Enak gak?” tanyanya saat telah selesai membersihkan cairanku.

“apaan sih kamu yang” aku memalingkan wajahnya malu. ya jelas enak, mana mungkin aku sampai berteriak jika tidak enak!


Dia kemudian beranjak dan meninggalkan kamar. Aku masih mengatur nafas saat dia datang dengan segelas air. Pergulatan nafsu tadi membuatku kehilangan energi seperti lari marathon. Air putih ini cukup menyegarkan tenggorokanku yang kering dan mengembalikan staminaku untuk ronde selanjutnya.

Posisiku minum duduk ditepian tempat tidur. Setelah dia menyimpan gelas dimeja, aku langsung disuruhnya untuk kembali berbaring. Ya, aku siap untuk ronde selanjtnya. Dia mulai memposisikan diri diantara kedua pahaku yang terbuka. Penisnya tepat berada didepan vaginaku. Kemudian,


“aahhhh” aku mendesah saat penisnya mulai menggesek vaginaku yang basah

“enak sayang?” tanyanya sambil terus menggoyangkan pinggulnya

“enak sayang, sambil diremesin dong, hehe” aku mulai manja


Kemudian tanganya beralih dari pahaku ke payudaraku. Gerakannya pinggulnya berkolaborasi dengan gerakan tangannya membuat aku terbuai. Aku mengimbangi dengan menggerakan pinggulku, menyambut gesekan penisnya. Sesekali penisnya menyentuh klitorisku membuat sensasinya semakin menggoda.


“sayang, balik dong” pintanya sambil melepaskan mulutnya dari payudaraku.


Aku kemudian berbalik membelakanginya. Aku diminta untuk lebih ketengah kasur karena diapun ingin berada dikasur saat melakukan penetrasi. Tubuhku basah oleh keringat tidak membuatnya merasa jijik untuk menjilati punggungku.


“ohhhhh, keringatan sayanggghhh” aku mendesah saat lidahnya mulai menjelajahi punggungku sambil tangannya meremas payudaraku dari belakang. Sesekali lidah nakalnya menggelitik kuping dan tengkuku yang merupakan kelemahanku.


Aku kemudian menungging, kami siap untuk melakukan pertarungan selanjutnya. Setelah aku menunggunging, aku dikagetkan dengan sapuan lidahnya diujung pantatku. Sesekali dia menggit kecil membuat rangsangan itu semakin menjadi.


“oohhh, sayanghh jangan disitu, kotor ihhh” aku mencoba melarangnya meskipun sensasinya luar biasa.


Setelah itu dia membuka pahaku membuat vaginaku makin tempampang dari belakang. Tak menunggu waktu lama, penisnya langsung menggesek vaginaku. Sebenarnya aku lebih suka posisi ini. Dengan posisi ini penisnya lebih menekan vaginaku dan potensi kepala penisnya menyentuh klitorisku lebih besar. Dia langsung memacu kocokannya. Aku yang sudah birahi sejak tadi ikut membantunya dengan menggerakan pantatku menyambut goyangan pinggulnya.

Tak butuh waktu lama untuk aku mencapai orgasme yang kedua. Badanku mengejang aku menggelepar menikmati sensasi kenikmatan ini.


“aahhhhh sayanggssss akuuu nyamppeee oohhhh” aku meremas prei yang sudah berantakan.


Aku kembali terlentang sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan itu. Aku melihat dia sedang mengocok penisnya sendiri sambil memegang celana dalamku.


“sayang, aku belum keluar. Sepongin dong” pintanya sambil terus mengocok penisnya.

“kamu lama amat sih keluarnya, aku aja udah cape” protesku sambil beranjak duduk ditepi ranjang yang dikuti oleh dia yang duduk disampingku

“ya gimana, orang belum pengen keluar” balasnya sambil menciumi pundakku.

“yaudah sini, mau dimana yang?” tanyaku sambil berdiri


Kemudian dia naik ke kasur yang sudah semraut akibat pertarungan kita. Dia memintaku untuk naik juga. Dia mengajak untuk meakukannya diatas kasur.


“yang, boleh gak?” dia mememinta sesuatu yang sudah lama dia minta tapi aku menolak

“gak mau ih, males ahh” balasku konsisten sambil mengocok penisnya dengan tangan kanan sedang tangan kiriku memegang pundaknya.


Setelah itu kami kembali bercumbu. Tanganya kembali aktif meremas payudaraku yang semakin kenyal. Sementara tangaku masih aktif di penisnya. Penisnya yang cukup panjang dan besar membuat tanganku penuh. Aku melepaskan ciumanku dan mulai meposisikan kepalaku didepan penisnya. Aku masih ingat saat pertama kali mengulum penisnya, rasa jijik dan nafsu bercampur aduk saat itu. Tapi sekarang, nafsu lebih menguasasi pikiranku. Ditambah dengan ukurannya yang menurutku besar terkadang membuatku ngeri sekaligus penasaran jika benda ini masuk kedalam vaginaku.


“ooohh, terus sayaanggghhh” suaranya parau saat menekan kepala ku agar memasukan pensinya lebih dalam lagi


Aku terus mengulum penisnya. Hanya ¾ yang masuk kedlama mulutku. Tanganku aktif memremas bijinya disaat tanganya aktif meremas payudaraku. Dia mengerang saat aku mengulum bijinya sambil aku mengocok penisnya yang sudah licin dengan air liurku.


“sayaangss, aku mau keluaarhhh” seketika aku melepas mulutku dari penisnya.

“dikeluarain dimana sayaanggghhh” tanyanya sambil terus mengocok penisnya.

“di toket saja yang, awas loh kalo kemana-mana” aku langsung terlentang yang langsung diikuti oleh dia yang sudah menindih perutku dan mengarahkan penisnya ke payudaraku.

“aaahhhhhh, ohhhhhh” dia mendesah dibarengindengan keluarnya cairan sperma kental yang jatuh ke payudaraku. Karena banyak spermanya ada yang sampai keperutku dan leher.


Aku melihat wajahnya yang memerah dengan perasaan puas telah memperkosa payudaraku. Dia langsung terlentang disebelahku setelah yakin spermanya habis. Aku membiarkan spermanya bertahan disana, aku cukup lemas untuk memberesihkan tubuhku dari spermanya. Seketika hening, hanya ada suara kipas dan sayup-sayup suara televisi yang menyala di ruang tamu.
 
#

Cuaca siang itu cukup sejuk. Hujan yg sempat membasahi pakaian ku sudah berhenti. Suara ayam berkokok saling bersahutan ketika melihat matahari kembali menampakan sinarnya. Aku mulai merasa badanku sudah sangat lengket oleh keringat dan caran sperma yang mengering. Posisiku kini terduduk dipinggir ranjang mencoba meraih pakaianku. Aku sudah memakai pakaian dalamku saat dia kembali memelukku dari belakang.

"mau pulang yang? Cepet banget" katanya ditelingaku
"kamu belum puas yang? Cape kali" kataku sambil mengambil rok dan cardiganku.

Setelah aku selesai berpakaian, aku beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan sisa pertempuran tadi. Masih terasa geli saat aku membelai vaginaku untuk membersihkan lendirnya. Tak lupa aku membersihkan sisa sperma yang mengering di perut dan payudaraku. Setelah merasa cukup bersih aku keluar menuju ruang tamu. Seketika itu aku tenggelam dalam dunia maya, melihat update terbaru di sosial media milik ku.

Sekitar 10menit tenggelam aku dibangunkan oleh mie instan hangat yang sudah siap tersaji di depan meja. Tak ada perbincangan yang berarti saat kami menyantap mie instan buatannya. Seakan kami lupa jika beberapa menit lalu kami hanyut dalam lautan birahi. Dia seakan lupa bahwa dia membuat aku mengerang karena belaiannya. Aku lupa bahwa ada laki-laki yang melihatku telanjang dan lancang membuang spermanya tubuh yang selama ini ku rawat, beruntung sekali laki-laki ini.

Laki-laki itu adalah Ardi. Dia adalah laki-laki yang sudah menjadi kekasihku sejak 7 tahun lalu. Aku sangat mencintainya. Perawakannya yang tinggi ditambah hobinya bermain bulu tangkis membuat tidak ada lemak berlebih di tubuhnya. Ardi adalah sosok penyabar, cocok dengan ku yang kadang mudah sekali tersulut emosi. Saat ini dia bekerja di salah satu BUMN di kotaku. Meski sebagai fresh graduate Ardi sering dipercaya untuk mewakili perusahaan dibeberapa kegiatan. Penghasilannya pun luar biasa, aku tak jarang mendapat bagian.

"buat beli yang kamu mau, tapi kalo bisa sih ditabung ya" kata-kata yang selalu Ardi ucapkan setiap kali memberiku bagian dari penghasilannya.

Aku tak lantas boros. Aku hanya menggunakan setengahnya, aku tabungkan sisanya untuk keperluan nanti aku menikah denganya. Aku belajar tentang bagaimana hidup sederhana meski kita memiliki rezeki lebih darinya.

Sementara aku, namaku Nadia. Orang terdekatku biasa memanggilku Didi. Agak aneh memang, tapi aku suka. Unik dan tidak pasaran, kapan lagi ada wanita secantik diriku dipanggil dengan nama Didi? Umurku sama dengan Ardi, tapi karena saat tes masuk kuliah dulu aku menunda satu tahun jadi aku berbeda angakatan perkuliahan. Aku memiliki tubuh yang tidak terlalu tinggi dengan wajah yang agak keturunan Arab. Hal ini dikarenakan nenek ku ada keturunan Arab dan itu menurun pada anak dan cucunya salah satunya aku. Banyak yang bilang aku mirip dengan Savira Razak, artis ajang pencarian bakat yang kini menjadi vokalis band indie di Jakarta. Tapi ya memang kurang lebih sepeti itu penampakan fisik ku.

Setelah kenyang, dan dirasa cukup beristirahat aku memutuskan untuk pulang. Sesampainya dirumah, aku langsung menuju kamarku. Aku lanjut menuju kamar mandi yang menyatu dengan kamarku. Aku melihat pantulan diriku di cermin. Cukup banyak tanda merah yang terdapat di payudaraku yang putih. Sudah menjadi kebiasaan ketika kami bercumbu, Ardi selalu meninggalkan jejak ditubuhku. Akupun menyukainya karena tanda itu sebagai kenangan nafsu kita.

Setelah mandi aku langsung tidur. Dengan hanya menggunakan daster pendek selutut, aku tertidur cukup pulas siang itu. Energi yang terkuras membuatku lelap tertidur sampai sore.

"di, mamah pergi dulu ya sama kakak. Kalo mau makan ada di meja" ucap mamahku yang kubalas dengan teriakan.
"iya mah, dirumah ada siapa?" tanyaku sambil membuka pintu kamar.
"gak ada orang. Kalo mau pergi kunci pintunya ya" jawab mamahku seraya menutup pintu rumah.

Aku kemudian masuk kedalam kamar dan mengambil handphoneku. Sudah jam 5 sore saat ku balas satau persatu chatting yang masuk ke handphone ku. Karena aku di rumah sendiri aku putuskan untuk tetap tidak memakai bra. Sudah menjadi kebiasaanku saat tidur tidak memakai bra. Menurutku payudara sudah cukup tersiksa setelah seharian beraktifias karena harus tertekan dengan bra, saat malam adalah waktu untuk membiarkannya bernafas agar pertumbuhannya baik. Hal ini terbukti pada payudaraku dan kakak ku, kak sinta. Payudara kami bulat dan indah dipandang (menurut Ardi tentunya dan menurutku payudara kak sinta indah). Ukuran payudara kami sama yaitu 34B. Tak heran jika kami kadang saling bertukar pakaian dalam. Meskipun selera kamu berbeda tapi apa daya ukuran kami sama.

Aku bersyukur karena memiliki segalanya. Orangtua, teman dan sahabat, keluarga, orang yang menyangiku yaitu Ardi dan karunia pada tubuhku. Cara aku beryukur pada keindahan tubuhku adalah dengan rajin perawatan. Aku merawat tubuhku dengan berolahraga sepeda. Selain bermain badminton Ardi juga hobi bersepeda. Ini membuat tubuhku tetap proporsional dan sehat tentunya.

Sambil menonton acara tv aku mengirim pesan pada Ardi. Malam ini kita berencana mencari baju yang akan digunakan untuk undangan ke temanku. Acaranya masih bulan depan, tapi tak ada salahnya mempersiapkan dari sekarang.

'Yaudah nanti aku kesana jam 7an ya'
'oke sayang'

Tak ada yang spesial malam itu. Kami menemukan baju yang pas untuk dipakai saat undangan nanti. Pertemuan malam itu diakhiri dengan makan nasi goreng favorit kami. Bukan nasi goreng mahal, tapi selain rasanya enak letaknya yang tepat di trotoar dekat alun-alun membuat kami betah untuk berlama-lama disana.
 
#

Cuaca siang itu cukup sejuk. Hujan yg sempat membasahi pakaian ku sudah berhenti. Suara ayam berkokok saling bersahutan ketika melihat matahari kembali menampakan sinarnya. Aku mulai merasa badanku sudah sangat lengket oleh keringat dan caran sperma yang mengering. Posisiku kini terduduk dipinggir ranjang mencoba meraih pakaianku. Aku sudah memakai pakaian dalamku saat dia kembali memelukku dari belakang.

"mau pulang yang? Cepet banget" katanya ditelingaku
"kamu belum puas yang? Cape kali" kataku sambil mengambil rok dan cardiganku.

Setelah aku selesai berpakaian, aku beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan sisa pertempuran tadi. Masih terasa geli saat aku membelai vaginaku untuk membersihkan lendirnya. Tak lupa aku membersihkan sisa sperma yang mengering di perut dan payudaraku. Setelah merasa cukup bersih aku keluar menuju ruang tamu. Seketika itu aku tenggelam dalam dunia maya, melihat update terbaru di sosial media milik ku.

Sekitar 10menit tenggelam aku dibangunkan oleh mie instan hangat yang sudah siap tersaji di depan meja. Tak ada perbincangan yang berarti saat kami menyantap mie instan buatannya. Seakan kami lupa jika beberapa menit lalu kami hanyut dalam lautan birahi. Dia seakan lupa bahwa dia membuat aku mengerang karena belaiannya. Aku lupa bahwa ada laki-laki yang melihatku telanjang dan lancang membuang spermanya tubuh yang selama ini ku rawat, beruntung sekali laki-laki ini.

Laki-laki itu adalah Ardi. Dia adalah laki-laki yang sudah menjadi kekasihku sejak 7 tahun lalu. Aku sangat mencintainya. Perawakannya yang tinggi ditambah hobinya bermain bulu tangkis membuat tidak ada lemak berlebih di tubuhnya. Ardi adalah sosok penyabar, cocok dengan ku yang kadang mudah sekali tersulut emosi. Saat ini dia bekerja di salah satu BUMN di kotaku. Meski sebagai fresh graduate Ardi sering dipercaya untuk mewakili perusahaan dibeberapa kegiatan. Penghasilannya pun luar biasa, aku tak jarang mendapat bagian.

"buat beli yang kamu mau, tapi kalo bisa sih ditabung ya" kata-kata yang selalu Ardi ucapkan setiap kali memberiku bagian dari penghasilannya.

Aku tak lantas boros. Aku hanya menggunakan setengahnya, aku tabungkan sisanya untuk keperluan nanti aku menikah denganya. Aku belajar tentang bagaimana hidup sederhana meski kita memiliki rezeki lebih darinya.

Sementara aku, namaku Nadia. Orang terdekatku biasa memanggilku Didi. Agak aneh memang, tapi aku suka. Unik dan tidak pasaran, kapan lagi ada wanita secantik diriku dipanggil dengan nama Didi? Umurku sama dengan Ardi, tapi karena saat tes masuk kuliah dulu aku menunda satu tahun jadi aku berbeda angakatan perkuliahan. Aku memiliki tubuh yang tidak terlalu tinggi dengan wajah yang agak keturunan Arab. Hal ini dikarenakan nenek ku ada keturunan Arab dan itu menurun pada anak dan cucunya salah satunya aku. Banyak yang bilang aku mirip dengan Savira Razak, artis ajang pencarian bakat yang kini menjadi vokalis band indie di Jakarta. Tapi ya memang kurang lebih sepeti itu penampakan fisik ku.

Setelah kenyang, dan dirasa cukup beristirahat aku memutuskan untuk pulang. Sesampainya dirumah, aku langsung menuju kamarku. Aku lanjut menuju kamar mandi yang menyatu dengan kamarku. Aku melihat pantulan diriku di cermin. Cukup banyak tanda merah yang terdapat di payudaraku yang putih. Sudah menjadi kebiasaan ketika kami bercumbu, Ardi selalu meninggalkan jejak ditubuhku. Akupun menyukainya karena tanda itu sebagai kenangan nafsu kita.

Setelah mandi aku langsung tidur. Dengan hanya menggunakan daster pendek selutut, aku tertidur cukup pulas siang itu. Energi yang terkuras membuatku lelap tertidur sampai sore.

"di, mamah pergi dulu ya sama kakak. Kalo mau makan ada di meja" ucap mamahku yang kubalas dengan teriakan.
"iya mah, dirumah ada siapa?" tanyaku sambil membuka pintu kamar.
"gak ada orang. Kalo mau pergi kunci pintunya ya" jawab mamahku seraya menutup pintu rumah.

Aku kemudian masuk kedalam kamar dan mengambil handphoneku. Sudah jam 5 sore saat ku balas satau persatu chatting yang masuk ke handphone ku. Karena aku di rumah sendiri aku putuskan untuk tetap tidak memakai bra. Sudah menjadi kebiasaanku saat tidur tidak memakai bra. Menurutku payudara sudah cukup tersiksa setelah seharian beraktifias karena harus tertekan dengan bra, saat malam adalah waktu untuk membiarkannya bernafas agar pertumbuhannya baik. Hal ini terbukti pada payudaraku dan kakak ku, kak sinta. Payudara kami bulat dan indah dipandang (menurut Ardi tentunya dan menurutku payudara kak sinta indah). Ukuran payudara kami sama yaitu 34B. Tak heran jika kami kadang saling bertukar pakaian dalam. Meskipun selera kamu berbeda tapi apa daya ukuran kami sama.

Aku bersyukur karena memiliki segalanya. Orangtua, teman dan sahabat, keluarga, orang yang menyangiku yaitu Ardi dan karunia pada tubuhku. Cara aku beryukur pada keindahan tubuhku adalah dengan rajin perawatan. Aku merawat tubuhku dengan berolahraga sepeda. Selain bermain badminton Ardi juga hobi bersepeda. Ini membuat tubuhku tetap proporsional dan sehat tentunya.

Sambil menonton acara tv aku mengirim pesan pada Ardi. Malam ini kita berencana mencari baju yang akan digunakan untuk undangan ke temanku. Acaranya masih bulan depan, tapi tak ada salahnya mempersiapkan dari sekarang.

'Yaudah nanti aku kesana jam 7an ya'
'oke sayang'

Tak ada yang spesial malam itu. Kami menemukan baju yang pas untuk dipakai saat undangan nanti. Pertemuan malam itu diakhiri dengan makan nasi goreng favorit kami. Bukan nasi goreng mahal, tapi selain rasanya enak letaknya yang tepat di trotoar dekat alun-alun membuat kami betah untuk berlama-lama disana.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd