Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [Season 1 & 2] - Slavery Game

Tim siapakah anda?

  • Lia

    Votes: 68 21,1%
  • Indah

    Votes: 40 12,4%
  • Vera

    Votes: 20 6,2%
  • Yolanda

    Votes: 60 18,6%
  • Azizah

    Votes: 125 38,8%
  • Natsu

    Votes: 9 2,8%

  • Total voters
    322
SG 43 – Unexpected Help from an Outsider



Aku sekilas merasakan pikiran Bramono yang berniat untuk menanyakan bagaimana aku bisa tau rencana Rudy Zhao itu. Padahal ia baru saja mendapatkan instruksi itu beberapa hari yang lalu.

Namun seketika ia tersadar bahwa aku bisa membaca pikirannya. Lalu dengan pasrah, Bramono mulai bercerita,

“Sekitar 4 hari yang lalu, Rudy Zhao menelpon saya dan memberitahu saya tentang rencana eksekusi Nuha Paredan. Tapi su-sungguh master, saya tidak tahu siapa orang yang disuruh untuk membunuh ketua BPK itu”, jawab Bramono berusaha meyakinkanku supaya aku percaya.

“Aku tahu”, jawabku.

“Eh?”, kulihat mas Teguh melihatku dengan heran. Ia sebenarnya tidak mempercayai kata-kata Bramono dan menungguku untuk menjelaskan.

“Bajingan ini hanya diperintahkan Rudy untuk hal-hal yang berurusan dengan transaksi bisnis dan relasi dengan pejabat negri ini”, kataku menjelaskan kepada mas Teguh. Lalu aku diam sebentar sebelum melanjutkan.

“Untuk urusan eksekusi seperti ini, Rudy memiliki banyak hitman yang tersebar di beberapa kota. Dan aku juga yakin Bramono juga tidak mengetahui siapa-siapa aja hitman ini”, lanjutku.

“Be-betul master”, kata Bramono buru-buru membenarkan perkataanku.

“Heh.. Tapi aku tahu kau pasti tau kapan waktu eksekusinya”, kataku mencibir.

“Eh i-itu.. Yang saya tau antara 3 atau 4 hari lagi. Cuma itu yang saya tau master.. sungguh”, kata Bramono berusaha meyakinkanku.

Mendengar perkataan Bramono, aku lalu menoleh ke arah mas Teguh untuk meminta sarannya. Mas Teguh berfikir sejenak sebelum berbicara,

“Sekelas Nuha Paredan, dia pasti memiliki orang-orang yang ditugaskan untuk mengawalnya. Jadi waktu eksekusinya hampir tidak mungkin siang hari ketika Nuha lagi ada di kantor”, kata mas Teguh beranalisa.

“Tidak mungkin juga mereka berani menyerang rumahnya. Setahuku rumahnya dijaga 24 jam oleh beberapa orang pengawal”, lanjutnya.

“Kalau aku yang diperintahkan untuk mengeksekusi Nuha, maka aku akan mencari waktu di mana Nuha sedang di luar rumah dan pada saat pengawalnya sedang lengah. Mungkin pada saat dia keluar rumah untuk pergi ke warung, atau..”

“Solat ke mesjid.. subuh”, kataku memotong analisa mas Teguh.

Sebenarnya aku tidak terlalu paham tentang strategi-strategi seperti ini. Aku yakin mas Teguh lebih pintar dariku untuk hal-hal seperti ini. Namun aku bisa mengikuti cara berfikirnya saat ini karena aku memang sudah mengetahui bagaimana eksekusi Nuha Paredan ini terjadi.

Berita tentang eksekusi ketua BPK ini, pada kehidupanku sebelumnya menjadi berita yang viral di seluruh negri. Dan waktu kejadiannya adalah ketika Nuha Paredan pulang dari solat subuh di mesjid.

Mendengar jawabanku, mas Teguh mengangguk tanda ia setuju dengan analisaku.

“Tu-tunggu.. Kenapa Rudy Zhao mau membunuh pak Nuha”, Vera tiba-tiba menyela diskusi kami.

Aku menoleh ke arah Vera lalu menjelaskan,

“BPK saat ini sedang menyelidiki kasus korupsi yang melibatkan pejabat dinas pertanian dalam kasus subsidi pupuk untuk para petani miskin. Pupuk itu diimpor dari negara V oleh sebuah perusahaan yang perusahaan induknya dimiliki oleh keluarga Zhao. Sepertinya BPK sudah mencurigai keterlibatan Bramono yang akhirnya bisa terhubung juga dengan keterlibatan Rudy Zhao”, kataku menjelaskan kepada Vera.

Kemudian aku melanjutkan,

“Dengan membunuh Nuha, Rudy Zhao sepertinya mau memberikan contoh dan peringatan untuk para pejabat tinggi BPK”. Vera menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Ia tampak sangat terkejut mendengar penjelasanku.

“Aku akan berdiskusi dengan mas Teguh tentang persoalan ini. Mas minta tolong kamu untuk mengedit video yang Bramono simpan terkait kasus ini. Tapi kalau bisa hanya audio saja. Abis itu tolong juga rangkumin beberapa data transaksi dan aliran dana yang terkait juga dengan kasus ini”, aku meminta kepada Vera lalu menoleh ke Bramono.

“Baik mas”, jawab Vera.

“Sa-saya akan bantu master Vera”, jawab Bramono bersungguh-sungguh. Setelah itu Vera dan Bramono pergi meninggalkan aku dan mas Teguh.

Lalu aku bertanya ke mas Teguh, “Ada ide?”

Mas Teguh berfikir selama beberapa saat, lalu berkata kepadaku,

“Kita harus menyelamatkan Nuha Paredan. Ia salah satu orang yang paling keras dan paling berani dalam usaha pemberantasan korupsi di negri ini. Aku punya rencana…”



….

##

Malam harinya,

Malam itu Teguh Wiratama terlihat sedang duduk di sebuah kotak kayu di dalam sebuah gudang kecil di pinggiran kota B.

Gudang ini terlihat redup pada saat malam hari karena hanya ada sumber penerangan sebuah lampu ber-watt kecil yang tergantung di salah satu tiang di langit-langit gudang.

Teguh duduk dalam diam. Terlihat ia sedang merenung memikirkan kejadian-kejadian yang dialaminya baru-baru ini. Ia sama sekali tidak menduga semuanya bisa terjadi sampai seperti saat ini.

Rencananya semula untuk membalaskan dendamnya kepada Rudy dan William Zhao dengan cara menjadi bodyguard Bramono, harus berubah gara-gara laki-laki itu.

Kejadian setelah makan malam di rumah Bramono, seketika terlintas dalam pikirannya. Sampai saat ini, Teguh masih tidak mengerti kenapa laki-laki itu bisa mengenalnya dan bahkan mengetahui rencananya.

Awalnya ia sudah berniat membunuh laki-laki dan wanita itu untuk melindungi identitasnya dan juga menyelamatkan Bramono. Karena ia pikir, Bramono tidak boleh mati dulu sebelum ia berhasil mendekati dan menghabisi Rudy dan William.

Namun setelah mendengar penjelasan dan rencana laki-laki itu, Teguh terpaksa mengakui bahwa rencana laki-laki itu lebih brilian dan lebih efektif dibanding rencananya semula.

Teguh juga tidak tahu kenapa ia bisa begitu saja mempercayai laki-laki itu. Tapi ada satu dorongan aneh dalam dirinya yang menyuruhnya untuk mempercayai pria bernama Reza itu.

Terlebih setelah Teguh menandatangani kontrak yang ditawarkan oleh Reza. Awalnya ia skeptis kontrak sepele seperti itu bisa mempengaruhi apalagi bisa mengontrol dirinya, namun setelah ia membubuhkan darahnya di kontrak itu, seketika ia mengerti.

Apalagi kemudian kontrak yang sama diberikan oleh Reza kepada Bramono. Dengan perasaan syok dan sedikit takut, Teguh melihat bagaimana Reza bisa dengan mudah mengendalikan Bramono.

Teguh jadi sedikit penasaran dengan apa yang dirasakan oleh Bramono. Tapi ia juga bersyukur, Reza benar-benar memegang janjinya kepada Teguh.

Setelah menandatangani kontrak itu, Reza tetap memperlakukan Teguh dengan sopan dan ramah. Hal itu membuatnya menjadi lebih respect kepada laki-laki itu.

Sambil tenggelam dalam lamunannya itu, beberapa saat kemudian Teguh mendengar suara mesin mobil dari kejauhan yang perlahan terdengar semakin kencang dan menuju gudang tempatnya berada sekarang.

Kemudian Teguh mendengar suara mesin mobil itu dimatikan. Lalu tak lama kemudian pintu gudang perlahan dibuka.

Dari balik pintu itu, muncul seorang pria yang memiliki raut wajah yang berkharisma dan berwibawa. Di kepala pria itu terdapat beberapa rambut putih tanda usianya yang sudah cukup tua. Pria itu memakai kemeja kotak-kotak lengan pendek dan celana jeans sambil menenteng 2 buah koper, masing-masing di kedua tangannya.

Teguh langsung berdiri dan memberikan hormat prajurit kepada pria itu. Pria itu hanya meliriknya sebentar lalu berjalan memasuki gudang kemudian meletakkan kedua koper itu di meja tepat di bawah lampu yang tergantung menyala.

Lalu dia berjalan ke arah Teguh sambil berkata dengan dingin,

“Aku sudah bukan lagi komandanmu, sebentar lagi aku juga pensiun. Kau tidak perlu melakukan itu”.

Teguhpun langsung menurunkan tangannya. Pria itu berjalan mendekati Teguh lalu memeluknya hangat sambil menepuk punggungnya 2 kali.

Setelah itu pria itu mundur beberapa langkah ke belakang seraya tersenyum dan berkata dengan lembut,

“Gimana kabarmu?”

“Masih hidup”, jawab Teguh datar.

“Hahh.. kalau kau mati, aku tidak akan bisa berziarah lagi ke makam ayahmu. Aku harus bilang apa ke ayahmu? Aku sudah tidak bisa melindungi dan mencari keadilan untuk keluarga anaknya.. Lalu aku harus bilang aku tidak bisa juga mencegahmu untuk terbunuh?", ujar pria itu mengomeli Teguh.

Teguh hanya diam dan menatap tajam pria itu. Tak lama kemudian pria itu hanya bisa menghela nafas panjang.

“Huhhh.. Aku tau aku tidak akan mungkin bisa merubah keputusanmu. Keras kepalamu itu sama seperti ayahmu. Dan aku juga mengerti dendammu… Yang aku sesalkan adalah negara ini harus kehilangan putra bangsa yang sangat berbakat”, keluh pria itu pasrah.

Lalu pria itu dan Teguh sama-sama terdiam cukup lama. Setelah beberapa saat, pria itu melanjutkan,

“Aku sudah membawa yang kau minta”, kata pria itu sambil menunjuk 2 koper yang dibawanya tadi.

“Tapi sebelum itu, aku harus bertanya kepadamu. Akan kau gunakan untuk apa barang-barang ini? Membunuh Rudy Zhao? Kau tau aku tidak bisa membiarkanmu melakukan itu. Terlebih kalau kau berencana untuk mengeksekusinya di negri ini. Negara kita tidak akan sanggup mengatasi tekanan dari negara C.”

“Wilayah Asia saat ini sudah menjadi semakin tidak stabil. Ketegangan-ketegangan yang terjadi di beberapa tempat terutama di laut anu selatan sudah menimbulkan konflik antar negara. Negara C saat ini sudah menjadi penguasa Asia. Kekuatan militer mereka besar, ekonominya pun bahkan sudah melampaui negara adidaya A.”

“Kalau kau membunuhnya di sini, negara C pasti akan memberikan reaksi keras. Keluarga Zhao itu termasuk salah satu penyumbang untuk devisa mereka. Bahkan mungkin saja akan terjadi konflik dan perang antara kita dan C”, lanjut pria itu menjelaskan kepada Teguh.

“Saya tahu. Saya tidak akan menggunakan barang ini untuk membunuh Rudy Zhao”, jawab Teguh datar.

“Lalu untuk apa?”, tanya pria itu dengan nada menuntut.

“Saya akan gunakan untuk melindungi negri ini dan rakyatnya”, jawab Teguh bersungguh-sungguh.

“Huh? Maksudmu?”

“Saya mendengar informasi bahwa Nuha Paredan, ketua BPK, akan dibunuh oleh hitman suruhan Rudy Zhao”, lanjut Teguh.

“Apaa?? Dari mana kau mendengarnya?”, tanya pria itu skeptis.

“Sumber terpercaya”, jawab Teguh singkat.

Pria itu terdiam dan menatap mata Teguh dalam-dalam. Tangannya mengepal keras. Lalu beberapa saat kemudian dia kembali menghela nafas panjang, tidak tahu apa yang ada dalam pikirannya saat ini.

Kemudian pria itu berkata, “Ayo kita lihat dulu apa yang kubawa”. Lalu pria itu mengajak Teguh untuk mendekati meja tempatnya meletakkan 2 koper yang dibawanya tadi.

Lalu dengan hati-hati, ia mulai membuka salah satu koper. Koper itu berukuran panjang dan berwarna hitam. Terlihat koper itu adalah koper yang biasa digunakan untuk menyimpan senapan laras panjang.

Setelah koper terbuka..

“I-ini..”, ujar Teguh tak percaya apa isi di dalam koper itu.

“Luar biasa bukan? Barrett MX-16.. Senjata sniper terbaik di dunia saat ini”, kata pria itu bangga.

“Da-darimana..”, kata Teguh terbata sambil mengelus permukaan yang halus dari senjata laras panjang itu.

“Hadiah dari kenalanku di CIA”, jawab pria itu.

“Kenapa CIA bisa memberikan senjata ini?”, Teguh terlihat semakin kaget mendengarkan jawaban pria itu. Lalu pria itu menjelaskan kepadanya dengan nada yang mencibir,

“Hehh.. Aku tau mereka tau soal identitas dirimu. Jadi ketika aku menghubungi kenalanku itu, mereka terlihat antusias lalu menghadiahkan masterpiece ini kepadaku. Mereka mau atau setidaknya mereka berharap kau bisa membunuh Rudy Zhao”, kata pria itu sebelum melanjutkan,

“Kekuatan C sekarang mungkin dirasa sudah mengancam kedigdayaan negara A. Belum lagi perang dagang antar 2 negara. Jadi mereka berharap Rudy Zhao bisa terbunuh untuk membantu mereka membereskan persoalan ini.”

“Seperti yang tadi kubilang, keluarga Zhao termasuk salah satu penyokong dana C. Terlebih saat ini, dari informasi yang kudengar, interpol juga sudah mencurigai keterlibatan atau bahkan sudah mengantongi bukti-bukti tindak kejahatan internasional Rudy Zhao. Salah satunya adalah human trafficking.”

“Jadi kau nikmati saja hadiah istimewa dari mereka ini. Koper 1 lagi berisi beberapa senjata laras pendek, amunisi dan juga jaket anti peluru terbaru buatan anak bangsa”, kata pria itu menjelaskan.

“Terima kasih.. Saya..”, ujar Teguh tulus, tapi ia tidak tahu lagi harus mengatakan apa.

“Hahh.. Asal jangan sampai kau membuat dirimu terbunuh karena jumawa sudah memegang senjata canggih ini. Baiklah.. Aku tidak bisa berlama-lama. Jaga dirimu baik-baik. Jangan sampai aku melanggar lagi amanah ayahmu”, potong pria itu sambil menepuk pundak Teguh. Lalu pria itu berjalan ke luar gudang.

Beberapa saat kemudian, Teguh mendengar suara mobil dinyalakan lalu pergi menjauh. Teguh melihat kepergian pria itu dalam diam dan perasaan yang campur aduk. Lalu dia membawa kedua koper yang dibawa oleh pria tadi dan pergi menuju rumah Bramono. Ada banyak hal yang harus ia persiapkan..



….

….

….
 
Terakhir diubah:
Gila ini cerita. Bener2 berkualitas, selain balas dendam di kehidupan masa lalu juga ada konspirasi2 antar negara. Salut buat om TS. Tapi tetep lah "Revenge is always a sweet game"
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd