Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [Season 1 & 2] - Slavery Game

Tim siapakah anda?

  • Lia

    Votes: 68 21,1%
  • Indah

    Votes: 40 12,4%
  • Vera

    Votes: 20 6,2%
  • Yolanda

    Votes: 60 18,6%
  • Azizah

    Votes: 125 38,8%
  • Natsu

    Votes: 9 2,8%

  • Total voters
    322
Bimabet
SG 9 - Slave Training (3)


Keesokan harinya..

Di carport rumah, Indah terlihat sedang memanaskan motornya untuk dipakainya berangkat kuliah.

Hari ini, Indah memakai jilbab berwarna abu-abu muda, kemeja berwarna biru dongker dan celana berjenis pegged pants berwarna abu-abu tua. Dandanannya itu tampak sangat serasi, membuat Indah menjadi terlihat semakin cantik dan stylish.

Sembari menunggu, Indah melihat-lihat kondisi di sekitar rumahnya. Karena rumah orang tuanya ini berada di dalam sebuah cluster, maka bentuk rumah 1 dan yang lainnya semua tampak sama.

Perumahan cluster tempat Indah tinggal ini begitu asri, karena banyak ditanam pohon-pohon hias dan juga taman yang selalu dirawat oleh pengelola lingkungan komplek.

Dari kejauhan Indah melihat ada sebuah mobil avanza berwarna silver sedang berbelok dari jalan utama cluster menuju blok rumahnya.

DEGG..

“Jangan-jangan itu..ah gak mungkin, mba Lia bilang kan mas Reza pergi 2-3 hari”, pikir Indah menahan cemas.

Indah saat ini tidak mau bertemu dengan kakak iparnya. Kejadian tadi malam terasa masih sangat nyata di pikiran Indah. Dia tidak bisa membayangkan wajahnya yang akan menjadi seperti kepiting rebus kalau sampai bertemu apalagi ngobrol dengan mas Reza.

Tapi lagi-lagi harapan Indah buyar. Mobil avanza itu berhenti persis di depan rumahnya. Indah yang tadinya buru-buru mau mengeluarkan motor jadi tidak bisa karena mobil itu sekarang menghalangi carport rumahnya.

Pintu penumpang mobil itu terbuka dan benar saja, sosok mas Reza keluar dari mobil itu sambil membawa tas.

DEGG..

Jantung Indah dirasakannya langsung berdegup lebih kencang dan mukanya memerah.

“Makasih pak”, Indah mendengar mas Reza berbicara pada supir mobil itu. Tak lama kemudian mobil itu pun pergi.

“Assalamualaikum. Eh Indah mau berangkat kuliah ya? Sini mas bantu keluarin motornya”, sapa mas Reza.

“Wa-waalaikumsalam. I-iya mas mau kuliah. Gpp mas, Indah bisa sendiri kok”, balas Indah dengan suara pelan. Indah berusaha sekuat tenaga menenangkan dirinya dan jangan sampai terdengar terbata-bata, namun usahanya ternyata gagal.

“Udah gpp sini mas bantuin”, mas Reza sedikit memaksa yang kemudian mengambil alih setang motor yang sedang dipegang Indah. Irama jantung Indah mulai berdetak tidak karuan. Mas Reza dan dirinya berdiri cukup dekat sehingga Indah bisa mencium wangi parfum mas Reza.

Indah mengalah dan membiarkan kakak iparnya itu membantu mengeluarkan motor ke jalan. Dia pun terus menunduk, berusaha untuk menyembunyikan raut wajahnya yang pasti terlihat merona merah.

“Nih udah”, kata mas Reza sambil men-standarkan motor vario itu.

“I..iya mas. Makasih”, jawab Indah gugup dan terbata. Ia pun segera menstarter motornya dan pergi kuliah dengan terburu-buru.

..


POV Reza

Mataku melihat dan mengikuti kepergian Indah. Dari punggung Indah bisa kubaca status nya saat ini.

[ Thought : Nervous, Shy, Skeptical ]

“Ternyata Indah mulai mencurigaiku. Apa dia berpikir aku sedang mengguna-gunai dia?”, batinku.

“Well, ga salah juga sih. Tapi ini sangat jauh dari apa yang dia pikirkan”, lanjutku.

Satu hal yang kupahami dari slave system ini. Sistem ini tidak bekerja seperti pelet, gendam ataupun hipnotis. Cara-cara seperti itu menyerang korbannya langsung ke kesadarannya, sehingga ketika terkena, si korban tidak sadar akan apa yang dilakukannya. Bagai kerbau dicucuk hidungnya, si korban akan menuruti semua permintaan si pelaku.

Tetapi slave system ini berbeda. Korban dengan kesadaran penuhnya harus bisa ditaklukkan oleh sang master. Master harus bisa memanipulasi perasaan slave target, sehingga dengan sukarela nanti menyerahkan dirinya secara total kepada masternya.

Caranya ?? ..

Salah satunya adalah dengan pelatihan intens sehingga membuat si slave target jadi ketagihan, pasrah dan akhirnya dengan sukarela mau didominasi olehku, masternya. Favoritku adalah dengan menggunakan metode ‘stick and carrot’.

Cara inilah yang saat ini sedang kulakukan untuk menaklukkan Indah, dan slave system ini memfasilitasi rencanaku dengan sempurna.

Sexual remote app yang dihadiahkan oleh sistem untukku, kugunakan untuk membuat target slave ku sedang kehausan. Haus akan dahaga birahi dan keinginan untuk segera menuntaskan nafsu nya.

Carrot’ yang kutawarkan padanya adalah kepuasan penuntasan dahaga birahinya yang hanya bisa diperolehnya seandainya dia mau tunduk dan menyerahkan hati dan raganya kepadaku. Untuk ‘stick’-nya, masih belum waktunya untuk diterapkan kepada Indah.

Aku jadi tidak sabar menantikan reward yang lain lagi dari sistem. Dengan Sexual Remote App saja, sudah membuat imajinasiku semakin liar, kreatifitasku semakin diuji dan mesumku semakin bertambah..hehehe..

Aku tahu pasti lagi ada pergulatan di batin Indah. 3 nilai Thought nya yang berubah-ubah semenjak 'kukerjai' tadi malam sudah kuanalisa.

Aku sudah bisa menebak saat ini Indah merasa curiga padaku dan nantinya dia akan mulai memberi perhatian lebih kepadaku. Padahal sebelumnya dia sangat cuek.

Makanya aku kemarin segera berangkat ke kota J untuk mengambil perlengkapan ini dari Gio. Aku tidak boleh ketauan sering-sering meliriknya, dan aku juga butuh untuk bisa melihat reaksinya di dunia nyata, ketika dirinya sedang kujamah saat berada dalam dimensional ring.

Ini bisa membantuku untuk menyusun rencana yang lebih matang sehingga misi yang diberikan oleh sistem bisa mendapatkan skor yang lebih tinggi.

“Lho sayang udah nyampek? Kok masih diem aja di teras? Bukannya masuk ke dalam?”, suara istriku membuyarkan lamunanku. Aku berbalik dan melihat Lia sudah berdandan cantik seperti mau keluar rumah.

“Iya tadi hampir 3 jam di travel bikin badan kaku, jadi ini mau stretching dulu”, jawabku sambil melakukan gerakan-gerakan stretching. Lia mendatangiku dan menyodorkan tangannya untuk mencium tanganku.

“Kok udah dandan cantik begini, emang mau kemana sayang?”, tanyaku berpura-pura.

Padahal aku tahu siang ini adalah jadwal medical checkup bapak. Biasanya aku akan ikut mengantarkan bapak dan ibu ke klinik juga, tetapi alibi sudah kupersiapkan biar aku bisa sendirian di rumah. Ada banyak hal menarik yang harus kulakukan.

“Kamu lupa ya sayang..hari ini kan harus nganter bapak ke klinik. Kamu bisa nganterin gak?”, tanya Lia.

“Duh badanku kerasa kurang enak nih. Kayaknya mau istirahat dulu deh. Cape banget”, kataku berbohong.

“Ya udah deh, aku sendiri aja yang nganter bapak dan ibu. Kamu tiduran aja di kamar”, jawab Lia pasrah.

“BINGO!”, ujarku dalam hati.

“Nih tolong bantu panasin mobil, aku buatin kamu teh panas sekalian bantuin ibu dan bapak dulu”, Lia menyodorkan kunci mobil kepadaku kemudian masuk ke dalam rumah.

Setelah menghidupkan mesin mobil, aku duduk di kursi di teras rumah. Kudengar langkah kaki dan melihat Lia sedang membawa secangkir teh panas dan sepiring gorengan dan meletakkannya di meja kecil sebelahku.

“Nih ada gorengan kalo mau”, kata istriku. “Bapak dan ibu udah siap tuh, kamu tolong bantu mapah bapak ya ke mobil”, pintanya.

Akupun langsung masuk ke dalam rumah dan membantu bapak berjalan menuju mobil. Bapak memang sudah agak susah berjalan sendiri.

Penyakit stroke ringan yang dideritanya membuatnya jadi lebih sering duduk diam saja sambil nonton tv ataupun tiduran di kamar. Untuk berjalan dalam jarak dekat saja, bapak harus menggunakan tongkat untuk membantunya.

Ketika bertemu bapak dan ibu, hanya ibu yang berusaha mengobrol dan menanyakan kabarku. Bapak lebih banyak diam. Dia hanya bicara kalau aku bertanya padanya, itupun dengan jawaban yang sesingkat-singkatnya. Tapi aku tak memperdulikan hal ini.

..

Setelah melepas kepergian mereka, aku dengan santai berjalan memasuki rumah dan mengunci pintu depan.

“Saatnya beraksi!”, gumamku.

..

2 jam kemudian..

“Huff selesai juga..”, kataku sambil menyeka sedikit keringat di dahiku.

“Saatnya mengecek kualitas gambarnya”, kataku bersemangat. Akupun membuka smartphone ku yang sudah ku koneksikan ke receiver. Receiver ini terhubung ke 2 kamera kecil yang kupasang 1 di ruang nonton tv dan 1 di kamar Indah.

Kamera-kamera ini berukuran sangat kecil dan sudah kusembunyikan di tempat yg sulit dijangkau dan tidak terlihat. Terakhir, receiver itu aku koneksikan juga dengan wifi rumah, sehingga bisa ku akses dari mana saja.

Untuk kamera di ruang tv, aku mengarahkan angle-nya persis di tempat biasa Indah duduk. Dan kamera yang ada di kamar Indah, angle-nya ku arahkan tepat ke tempat tidurnya.

“Ohoo..nice!", ujarku sambil menavigasi smartphoneku untuk memindahkan view kamera 1 dan 2. Kualitas gambarnya cukup jelas dan bisa ku zoom-in dan zoom-out.

Hidden cam set ini juga bisa menerima dan menampilkan audio, namun hasil output yang kuterima tidak begitu jelas.

Walaupun begitu, aku sudah cukup puas. Dengan kamera ini aku bisa menonton rekaman reaksi Indah ketika sedang ‘kukerjai’ tanpa harus takut ketauan sering menatapnya atau ketika fokusku sedang ada di ruangan dimensional.

“Hehe malam ini akan ada live show yang menarik”, ucapku terkekeh.

Kulihat jam di smartphone ku sudah menunjukkan pukul 12 Siang. Sekitar 1 jam lagi Lia, ibu dan bapak pulang. Indah mungkin baru pulang sebelum maghrib. Merasakan perutku yang mulai lapar, aku berjalan menuju dapur untuk makan.

Selesai makan, aku duduk di ruang tamu sambil menunggu istri dan mertuaku pulang.

“Hmm..ngapain ya enaknya? Ngerjain Indah lagi gitu?”, pikirku ngeres.

Tidak.. Aku harus sabar.. Aku tidak mau mentalitas calon slave ku itu jadi tidak stabil. Slave yang terlalu di-push akan gampang memberontak. Aku harus merubah mental dan perasaannya padaku pelan-pelan.

Aku juga ingin menikmati sensasi perubahan perlahan Indah dari awalnya innocent menjadi gadis yang binal dan ketagihan untuk mencapai puncak kenikmatan. Dan kenikmatan itu hanya bisa didapatkannya dari diriku, masternya.

Sedangkan untuk saat ini, ada hal penting lain yang harus kulakukan. Uang tabunganku tidak akan bisa bertambah dengan sendirinya kalau tidak kuberdayakan. Aku segera membuka smartphoneku untuk mencari informasi investasi yang menarik…

Judi Bola..


##

Beberapa jam kemudian..

Setelah kepulangan istriku tadi siang, aku izin kepada kedua mertuaku dan istriku untuk beristirahat di kamar. Aku melanjutkan aktivitasku berselancar di dunia maya sambil rebahan di ranjang. Tapi karena memang jadwalku yang padat 2 hari ini dan badanku yang terasa agak capek, tanpa dapat kucegah, aku tertidur.

Aku sedikit terbangun ketika samar-samar kudengar suara motor diparkir di cartport rumah. Setelah beberapa saat, kudengar juga suara langkah kaki dan suara pintu dibuka dan ditutup kembali.

Seketika mataku terbuka seraya membatin, “Kamu sudah pulang, cantik?. Apa kamu sudah siap dengan kenikmatan yang akan kau terima malam ini, budakku?”. Senyum mesum tersungging di bibirku yang mencerminkan gairahku yang sedang bersemangat..



….

….
 
SG 10 - Slave Training (4)


POV Indah

Indah sampai di rumah setelah pulang kuliah sekitar jam 5 sore. Jadwal kuliah semester 3-nya yang cukup padat membuat Indah sering sampai di rumah sekitar jam segini.

Sebenarnya Indah berniat untuk tidak ikut makan malam bersama keluarganya malam ini. Ia masih malu dan risih bertemu dengan mas Reza. Namun karena ibu dan bapak memaksa Indah untuk ikut, maka Indah dengan pasrah menurutinya.

Di lantai bawah, Indah bersyukur tidak bertemu dengan kakak iparnya. Dengan gugup, Indah naik ke lantai 2 untuk menuju kamarnya. Didapati olehnya lantai 2 juga sepi. Pintu kamar mba Lia sedang tertutup.

“Mungkin mas Reza lagi tidur”, batin Indah. Ia pun dengan bergegas masuk ke dalam kamarnya.



Malam itu , Indah makan malam bersama keluarganya. Keluarga Indah memang sudah terbiasa melakukan makan malam bersama, tapi bukan di meja makan karena memang kondisi rumahnya yang tidak besar.

Meja makan berada di tengah-tengah lantai 1, membatasi antara ruang tv dan ruang tamu. Kalau dari ruang tv, ruang tamu tidak akan terlalu terlihat, karena dibatasi oleh dinding dan meja makan.

Biasanya keluarga Indah setelah mengambil makan di meja makan, lalu makan bersama di ruang tv. Mas Reza terkadang ikut makan di ruang tv, namun akhir-akhir ini, ia lebih sering makan sendiri di ruang tamu.

Indah tau, mas Reza merasa canggung untuk makan bersama anggota keluarga yang lain. Apalagi bapak, ibu dan juga Indah masih belum hilang syoknya setelah mendengar tentang kondisi mas Reza. Indah juga sadar, ada perubahan sikap keluarganya pada kakak iparnya itu, terutama bapak.

Tidak ada yang aneh makanya, ketika malam itu, Indah melihat mas Reza makan di ruang tamu setelah mengambil makanannya di meja makan. Indah makan bersama dengan bapak, ibu dan mba Lia di ruang tv.

Indah saat ini sedang berusaha sekuatnya untuk bersikap normal sewajarnya. Dipendam dalam-dalam olehnya kegugupan dan juga ingatannya tentang kejadian-kejadian yang dialaminya baru-baru ini.

Sehabis makan, mba Lia membereskan piring mereka termasuk piring mas Reza untuk dibawa ke dapur. Indah pun ngobrol-ngobrol bersama dengan bapak, ibu dan mba Lia yang ikut bergabung tak lama kemudian.

Mereka mengobrol santai sambil mengomentari apa yang sedang ditayangkan di tv yang dinyalakan oleh bapak tadi.

Sesekali bapak melemparkan candaan yang membuat Indah tertawa lepas. Indah merasa rileks dan nyaman saat itu berada di tengah-tengah keluarganya.

Sesekali juga Indah mencuri pandang ke arah mas Reza yang sedang asik bermain game di hp nya. Hanya terlihat kaki mas reza yang duduk bersilang karena mas Reza duduk membelakangi ruang tv sedikit terhalang dinding.

“Sikap mas Reza normal-normal aja kok. Tidak ada yang berbeda dari perilaku nya”, batin Indah. Indah menyadari selama ini dia cukup cuek kepada kakak iparnya itu. Kalau sedang berpapasan, mereka hanya bersapa sekedarnya.

Kecurigaan Indah kepada mas Reza memang masuk akal, karena kejadian yang dialaminya beberapa hari ini selalu memunculkan sosok mas Reza dalam imajinasinya.

“Apa gw aja yang punya pikiran aneh terhadapnya gara-gara kejadian malam itu? Atau jangan-jangan gw menaruh hati pada mas Reza?”, lanjut Indah dalam benaknya.

“Aah ga mungkin..mas Reza bukan tipe cowok gw banget, lagipula mukanya biasa aja. Gak ada hal yang buat gw tertarik padanya. Cuma kebaikan hati dan kesetiaannya yang mendalam pada mba Lia yang buat gw terkesan”, pikirnya menyanggah pikirannya sebelumnya.

“Mungkin ini cuma gw aja yang lagi stres abis diselingkuhi irfan dan tugas kuliah yang banyak bikin pusing”, Indah mencoba meyakinkan dirinya bahwa semua yang terjadi belakangan ini hanya karena level stres nya yang lagi tinggi.

Indah sedikit merasa lega asumsinya kepada mas Reza ternyata salah. Ia pun membuang pikiran-pikirannya itu jauh-jauh dan melanjutkan menonton tv.

Namun ketika Indah sedang asik menonton tv tiba-tiba..

“Hyaaahh”, Indah memekik kaget. Indah melihat keluarganya langsung menoleh dan menatapnya dengan aneh. Secara reflex Indah juga melirik ke arah ruang tamu dan melihat mas Reza juga sedang berbalik badan menoleh ke arahnya dengan raut wajah keheranan.

“Kenapa kamu ndah?”, tanya ibu kepada Indah.

“Eng-ngga papa kok bu, ini tadi kaya ada serangga masuk ke baju”, jawab Indah berbohong seraya mengebas-ngebaskan bajunya. Indah malam itu sedang memakai baju longgar berbahan tipis dan celana mini yang mempertontonkan pahanya yang putih mulus.

“Gitu aja kok sampe jerit segitunya.. kaya gimana aja..”, ledek bapak kepada Indah.

“Coba sini mba liat”, kata Lia sambil berusaha mengecek punggung Indah melalui celah leher bajunya.

“Gak ada apa-apa kok”, lanjut kakaknya itu.

“I-iya kayanya uda keluar”, jawab Indah yang masih syok dan mulai panik atas kejadian yang barusan dialaminya.

Ya..itu bukan serangga seperti yang Indah bilang kepada keluarganya. Indah tadi merasakan ada tangan-tangan yang mencengkram kedua belah bagian bokongnya dengan cukup kuat. Tangan-tangan itu sudah tidak asing bagi Indah. Itu adalah tangan yang sudah 2 kali memberikan sensasi yang aneh dari kejadian-kejadian yang dialami Indah kemarin.

“Tidakk..tidak..pliss jangann..ya Tuhan tolong jangan biarkan itu terjadi lagi”, Indah memelas dalam batinnya.

Akan tetapi itu percuma saja, sensasi itu datang lagi tanpa bisa dicegahnya. Indah merasakan sosok yang kemarin sudah menggerayangi tubuhnya itu muncul dari belakang dan sedang meremas serta memijat-mijat pantatnya dengan lembut.

“Hngh”, lenguh Indah lirih.

“Tidakk..jangan..pliss..oohhh”, pintanya pada sosok itu dalam benaknya. Syok, Indah secara reflex berniat untuk berdiri dan berlari ke kamarnya. Namun sosok itu dengan sigap mendekap Indah dari belakang. Tangan kiri sosok itu merangkul pinggangnya dan tangan kanannya menutup mulut Indah.

Mata Indah membelalak terbuka lebar, dan tubuhnya menegang kaku. Ia merasakan dirinya tidak bisa berdiri dan mulutnya pun didekap dengan cukup kuat sehingga Indah jadi terdorong ke belakang bersender di sofa. Indah sekarang merasakan punggungnya menempel pada dada sosok itu.

“Mmmh..jangaan”, pinta Indah pada sosok itu lagi.

Terlintas sebuah ide dipikirannya. Dihantamkannya sikunya ke belakang berharap bisa membuat sosok itu mau melepaskannya.

Namun yang Indah rasakan hanyalah sikunya yang menekan sandaran kursi yang empuk. Tetapi sosok itu tetap tidak bergeming. Indah kemudian berusaha menggeliat ke kiri dan ke kanan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Kenapa ndah, masih ada serangganya?”, tiba-tiba Indah mendengar suara ibu bertanya kepadanya. Indah merasakan tangan yang tadi mendekap mulutnya melepaskan dekapannya dari mulut Indah. Tetapi tangan kiri sosok itu yang sedang merangkul pinggangnya hanya sedikit melonggarkan rangkulannya.

“Ngga bu, tapi masih ngerasa agak risih aja”, jawab Indah berbohong lagi. Indah tidak berani menceritakan apa yang sedang dialaminya kepada keluarganya karena ini tidak masuk akal.

Ia juga merasa malu menceritakan hal-hal yang diperbuat sosok itu kepada orang lain. Dan juga tanpa Indah sadari, ia juga sebenarnya sedikit menantikan kelanjutan yang akan dirasakan Indah pada dirinya. Mungkin kegagalan Indah kemarin untuk bisa meraih puncak kenikmatan, secara otomatis membuat tubuhnya memberikan respons terbuka terhadap apa yang selanjutnya akan diperbuat oleh sosok itu.

“Oh ya udah sana ke kamar aja, coba tuker baju dulu”, lanjut ibu.

“Udah gak papa kok bu, kayanya sih udah pergi”, jawab Indah lagi.

Seolah memberikan apresiasi terhadap jawaban Indah itu, sosok itu mengecup lembut pipi kanan Indah.

Tangan kanan sosok itu lalu kembali mendekap mulutnya, tetapi kali ini jauh lebih pelan dan lembut seolah ia ingin memberikan kode agar Indah berusaha untuk tidak bersuara. Indah bisa merasakan desah nafas sosok itu menggelitik pipi dan area dekat telinga kanannya.

Tangan kiri sosok itu yang tadi merangkulnya kini melepasnya. Tak lama kemudian Indah merasakan tubuhnya menghangat dan mengeluarkan respon geli yang mulai dinikmati Indah. Mulut sosok itu sekarang beralih menciumi terkadang menjilati, pipi, telinga dan lehernya.

Indah memejamkan matanya untuk lebih bisa meresapi kenikmatan dan rasa geli yang ditimbulkan oleh permainan nakal bibir dan lidah itu. Indah pun sedikit memiringkan kepalanya ke sebelah kiri untuk memberikan akses kepada sosok itu untuk lebih leluasa.

Tangan yang merangkulnya tadi kembali mulai melanjutkan aksinya mengelus-elus dengan gerakan memutar, pinggang dan perut Indah, naik terus ke atas menuju payudaranya. Indah lalu merasakan payudaranya dielus dan diremas-remas dengan sangat lembut yang membuatnya semakin terbuai.

Sedangkan tangan yang tadi mendekap mulut Indah, sekarang bergerak menuju lubang surgawi Indah dan memberikan rabaan dan pijatan ringan yang semakin membuat Indah lupa diri.

“Ahhnn..mmh..stopphh..pliss.. jangan teruskan…siapa kamu..ohhh”, gumam Indah tak jelas.

Tak ada yang menjawab pertanyaannya. Kemudian Indah menyadari bahwa pertanyaannya itu bodoh. Tentu saja Indah tau siapa sosok yang sedang memberikan sejuta rangsangan pada syaraf-syaraf sensitif tubuhnya saat ini.

Reflex, Indah membuka sedikit matanya dan melirik ke arah mas Reza di ruang tamu. Dilihatnya mas Reza masih asik fokus bermain game di hp nya.

“Apa gw salah? Apa bener ini cuma imajinasi gw aja? Tapi..tapi ini terasa sangat nyata dan terasa sangat..sangat…ahhhnn”, ceracau Indah dalam benaknya semakin melemah.

Tubuh Indah yang awalnya tegang menjadi lebih rileks. Indah sudah pasrah membiarkan sosok mas Reza dalam pikirannya berbuat semaunya pada dirinya.

Indah sudah tidak peduli akan statusnya dan kondisi dirinya pada saat ini. Dia justru ingin rabaan, kecupan dan jilatan sosok mas Reza itu melanjutkan dan berbuat lebih jauh, lebih nakal dan lebih..nikmat.

“Ahhhn”, Indah tak kuasa menahan suara desahan yang keluar dari mulutnya.

Seketika semua anggota keluarganya yang lain menoleh ke arahnya.

“Kenapa lagi kamu ndah?”, suara ibunya terdengar lagi oleh Indah.

Sontak Indah terkejut dan membuka matanya. “Gak tau bu, ini jadi kerasa agak mules. Indah ke atas dulu ya bu”, jawabnya. Indah merasakan sosok itu melepaskannya dan bergerak menjauh. Tapi Indah tetap merasakan tubuhnya masih sangat sensitif dan panas.

“Ya udah sana naik keatas istirahat. Gak usah begadang lagi”, perintah ibu.

“Iya bu..Indah istirahat dulu”, lirih Indah pelan seraya mencoba berdiri. Indah merasa tubuhnya lemas, namun ia berusaha untuk berdiri dan berjalan menuju tangga.

Ketika sedang berjalan mau melewati meja makan, Indah kaget menemukan sosok mas Reza sedang berdiri di batas antara ruang tamu, meja makan dan ruang TV.

“Indah udah mau tidur ya? Sama deh, mas juga udah ngantuk. Yuk mas temenin tidur”, canda mas Reza sambil tersenyum menatapnya.

DEGG…

“Ihh apaan sih sayang ga lucu bercandanya”, protes mba Lia cemberut. Indah melihat ibu hanya menggelengkan kepala. Dan bapak melihat mas Reza dengan dingin.

“Hehe, bercanda..bercanda”, kekeh mas Reza seraya mengangkat kedua tangannya.

“Aku tiduran di kamar dulu sayang”, kata mas Reza kepada mba Lia. “Reza pamit keatas dulu pak, bu”, lanjut mas Reza.

“Humh”, balas mba Lia sambil membuang muka. Mas Reza hanya tersenyum.

“Iya za, kamu istirahat juga sana. Pasti masih capek tadi abis jalan jauh”, balas ibu dengan lembut. Bapak hanya diam saja.

Candaan mas Reza itu direspon dingin oleh keluarganya. Tapi buat Indah, saat ini dia justru berharap candaan itu benar-benar terjadi.

Wajahnya, dirasakan Indah semakin memerah. Indah pun segera menunduk dan melanjutkan berjalan sedikit tergesa untuk menaiki tangga menuju kamarnya yang ada di lantai 2. Mas Reza dilihatnya berjalan mengikutinya dari belakang agak menjauh.

Degdeg..degdeg..degdeg

Indah merasakan degup jantungnya sekarang berdetak lebih kencang. Indah secara tidak sadar melambatkan langkahnya. Dia tidak mengerti kenapa dia berbuat seperti itu. Sampai di anak tangga terbawah, Indah melihat sekarang mas Reza sudah berada cukup dekat di belakangnya.

Perlahan Indah menaiki tangga diikuti oleh mas Reza. Indah jadi merasa semakin malu membayangkan kakak iparnya itu pasti sedang menatap bokongnya yang bulat. Indah melirik sedikit ke belakang untuk melihat mas Reza, namun ia langsung kecewa ketika dilihatnya mas Reza masih fokus bermain game di HP nya. Karena kesal, Indah jadi sedikit mempercepat langkahnya menaiki tangga.

Indah padahal agak berharap mas Reza menatap bokongnya yang seksi dan dengan berani meremasnya. Padahal menurut Indah, kalau ternyata memang benar sosok yang selama ini mengerjai dirinya itu adalah mas Reza, maka saat ini adalah momen yang paling pas untuk bisa menjamah Indah secara langsung.

Saat ini Indah sudah pasrah dan sangat mengharapkan sensasi sentuhan-sentuhan pada dirinya itu berlanjut. Namun Indah lagi-lagi harus kecewa karena harapannya tidak terkabul.

Sesampainya di lantai 2, Indah sengaja berlama-lama berdiri di depan pintu kamarnya. Indah lihat mas Reza, sambil tetap fokus melihat layar HP-nya, terus berjalan menuju kamar mba Lia, membuka pintu kamar itu dan menutupnya.

“Ughh”, kesal dengan kecuekan mas Reza, ia pun membuka pintu kamarnya. Setelah masuk ke dalam kamarnya, Indah langsung mengunci pintu dan menjatuhkan tubuhnya ke ranjang.

“Haaaaaahh”, Indah berteriak sambil membenamkan wajahnya di bantal. Tak lama kemudian dia membalik badannya dan tidur terlentang. “Hh..hhhh..hhh”, Indah berusaha mengatur nafasnya yang memburu.

“Ya Tuhann...apa yg terjadi pada diriku”, ratap Indah dalam benaknya. Indah kemudian menunggu..dan menunggu.. Akan tetapi sensasi sentuhan dan cumbuan yang didapatnya di bawah tadi tidak kunjung datang.

Padahal Indah merasakan tubuhnya masih panas, masih sensitif dan haus akan rangsangan-rangsangan yang diberikan sosok itu.

Indah merasakan frustasinya yang dulu pernah dirasakannya kemarin malam, ketika sedang mengerjakan makalahnya itu, kembali mendatanginya dan sekarang frustasi itu dirasakannya lebih intens.

Indah bingung, kesal dan marah karena dirinya seperti dipermainkan oleh sosok yang menjamahnya tadi. Dia merasakan seolah-olah dirinya sedang disiksa dengan tawaran kenikmatan yang tidak bisa diraihnya.

Indah melepaskan kaitan bra-nya. Tangan kanannya menelusup masuk ke dalam baju longgarnya dan mencoba meremas-remas payudaranya yang sebelah kiri dan memainkan putingnya. Tangan kirinya menelusup ke dalam CD nya yang sudah agak basah dan mengelus-elus bibir vagina dan klitorisnya.

Namun beberapa saat kemudian Indah berhenti. Tubuhnya melemas, tangannya kini terbaring lemah di kedua sisi tubuhnya. Indah tetap tidak bisa merasakan kenikmatan yang sama seperti yang sudah diperbuat sosok itu pada tubuhnya.

Air matanya terasa sudah terkumpul di ujung matanya, siap untuk berlinang…

Tiba-tiba …

“Hiyaaahh”, Indah menjerit kaget.



……

.....



 
SG 11 - A Slave Master's Punching Bag



POV Reza

Setelah masuk ke dalam kamar, aku langsung berbaring dan mengaktifkan perintah ring. Namun aku tidak langsung melanjutkan aktifitasku pada hologram Indah seperti yang kulakukan di bawah tadi.

Kulihat status Indah di samping hologram itu.


[ Loyalty : 26 ]

[ Lust : 40 ]

[ Thought : aroused, hopeful, dejected ]

[ Status : Slave Target (on progress) ]

[ Mindbreak : 0.75 ]

[ Sensitivity : - 25 + ]




“Hmm status yang sangat menarik”, pikirku menganalisa. Penasaran dengan apa yang sedang dilakukan Indah dikamarnya, akupun keluar dari dimensional room dan membuka display dari kamera yang terpasang di kamar Indah lewat HP ku.

Aku melihat Indah sedang berbaring telentang. Ia seperti sedang berusaha mengatur nafasnya, terlihat dari dadanya yang kembang kempis dengan ritme agak cepat.

Tak lama kemudian.. ”Ohoo”, seruku dalam hati. Aku melihat Indah sekarang duduk, membuka kaitan bra nya dan berbaring lagi. Kemudian tangan kanan Indah bergerak masuk ke dalam baju longgarnya dan terlihat sedang meremas-remas payudara kirinya. Tangan kirinya juga tak mau kalah, ikut menelusup ke balik celana pendeknya dan membelai area vaginanya.

Penisku menegang sempurna melihat adegan yang dilakukan oleh adik iparku yang cantik itu. Wajahnya yang innocent, saat ini menampilkan raut seorang wanita yang sedang birahi tinggi. Sungguh sebuah pemandangan yang membuat libidoku langsung naik dengan kencang.

“Hehe sebentar ya cantik. Karena kau telah menjadi budak yang baik ketika di bawah tadi, maka aku akan mengizinkanmu untuk mencicipi ‘carrot’ yang akan kuberikan nanti.”, kekehku tersenyum puas.

Aku kembali lagi ke ruangan dimensional. Kutatap hologram Indah yang ada di tengah ruangan itu. Sungguh sebuah karya yang brillian. Sedari awal aku mendapatkan reward sexual remote ini dari sistem, sudah banyak experimen yang kulakukan dalam 2 sesi mengerjai Indah kemarin dan 1 sesi lagi malam ini.

Hal utama yang akhirnya kusadari adalah sexual remote ini bukan hanya alat untuk melatih slave target menjadi lebih haus akan sex.

Akan tetapi, alat ini menurutku justru menjadi alatku untuk melatih tehnik-tehnik bercintaku. Padahal baru foreplay-foreplay sajalah yang kuperbuat pada Indah di 3 sesi sebelumnya, tapi ilmuku dalam memuaskan seorang wanita menjadi semakin matang.

Hologram yang dimanifestasikan oleh slave system ini ibarat samsak bagi seorang petinju untuk mengasah ketajaman, keakuratan dan kekuatan pukulannya. Dari ke 3 sesiku dengan Indah, sistem ini seperti menuntunku ketika aku sedang menjamah tubuhnya dengan tangan dan mulutku.

Pertama kali hologram ini muncul di dimensional room, tanganku secara tidak sengaja menembus tubuh hologram Indah. Aku cukup ketakutan saat itu. Dari nama sistem ini aku langsung bisa menebak bahwa ini adalah suatu sistem untuk mengirimkan rangsangan dari jarak jauh.

Tapi apa yang terjadi ketika tanganku menembus tubuhnya? Apakah organ dalam tubuh Indah akan terluka? Kenyataannya tidak.. Sistem ini tidak bisa kugunakan untuk melukai ataupun menyakiti si target.

Justru sebaliknya, ketika aku berfokus dengan niatan yang bersungguh-sungguh untuk memberikan kenikmatan pada target, maka sistem ini seolah menuntunku.

Hal ini terjadi contohnya ketika aku meremas dengan gemas, sedikit keras, bokong Indah, maka jari-jariku akan menembus hologram itu. Dan ketika kukurangi sedikit tenaga remasan di jariku, maka seperti magnet dengan 2 kutub yang sama bertemu, jariku akan seperti tertolak, memberikanku sensasi kekenyalan bokong dalam dunia nyata.

Kalau aku terlalu banyak mengurangi tenaga, sensasi itu akan menghilang.

Walaupun aku tidak mendapatkan sensasi kehalusan dan kelembutan kulit asli di ujung jariku, hal ini tidak membuat kekagumanku pada sistem ini berkurang.

Sistem yang luar biasa ini berfungsi untuk melatih slave master, dengan trial and error, agar bisa menemukan titik-titik sensitif pada tubuh target dan memberi informasi kepada slave master untuk menggunakan tenaga yang pas agar target mendapatkan rangsangan yang optimal.

Hal ini bisa kuamati dari pergerakan nilai Lust Indah yang naik turun saat kutelusuri senti demi senti tubuhnya.

Sudah banyak titik-titik yang kujelajahi di tubuh Indah. Hanya tinggal beberapa yang belum kujamah, seperti area ketiak, sekitar anus, dan betis hingga telapak kaki. Area vaginanya pun belum banyak ku-explore. “Malam ini akan kucari tahu..hehehe”, tawaku mesum.

1 hal baru yang kupelajari malam ini adalah bahwa ternyata aku juga bisa membatasi ruang gerak target. Terbukti tadi ketika ‘kukerjai’ di bawah, Indah berusaha untuk berdiri dari duduk nya.

Aku bereksperimen dengan berfokus pada kekuatan lenganku untuk mencegahnya berdiri. Walaupun cukup sulit menurutku, dikarenakan aku harus bisa mengontrol tenagaku, mengikuti gaya tolak yang diberikan oleh hologram Indah pada saat Indah bergerak di dunia nyata. Tapi itu berhasil kulakukan dengan cukup sempurna.

“OK, it’s show time”, ujarku bersemangat.

“Tapi sebelumnya…’System – add 2 points to Technique”, perintahku pada sistem.

..

“” 2 poin berhasil ditambahkan ke atribut tehnik ””, suara robot itu berkata dikepalaku.

“ ‘System – status’ “, lanjutku memerintahkan suara itu.

..

“” Status “”

“” Name : Master Reza Renjani“”

“” Total Slaves : 0 “”

“” Total Score : 0 “”

“” Title : Beginner Master “”

“” Charm : 57 “”

“” Stamina : 27 “”

“” Technique : 82 “”

“” Strength : 34 “”

“” Int : 71 “”

“” Luck : 15 “”

“” Remaining points : 0 “”

“” Skills : None “”


..


“Hahaha”, aku tertawa melihat statusku. Tehnikku yang awalnya hanya 78 sekarang berubah menjadi 82, padahal aku hanya punya 2 sisa poin di awal, yang barusan kutambahkan ke atribut tehnik. Ini berarti trainingku di 3 sesi bersama Indah sudah memberikanku 2 poin gratis di tehnik. Int-ku pun naik 1, ntah darimana asalnya.

Aku sedikit heran kenapa kenaikan poinku ini tidak diinformasikan oleh sistem.

“Mungkin sistem tidak mau fokusku terganggu pada setiap sesiku belajar mata pelajaran biologi bersama Indah”, pikirku dengan gampangnya karena aku mau membiasakan diri tidak berfokus pada motif sistem ini.

“Jadi aku lebih pinter dikit nih sistem?”, candaku pada suara itu tetapi tentunya tidak ada jawaban.

“Baiklah..aku tidak mau membuat budakku menunggu lebih lama..HAHAHA”



….

….

….
 
Terakhir diubah:
SG 12 - A Bite of Carrot


Namun secara tiba-tiba, sebelum niatku untuk melanjutkan rencana mesumku kepada Indah terlaksana…


“” Tringg… Selamat Master.. Anda berhasil menyelesaikan sub-misi tersembunyi yang diberikan oleh sistem ””

“” Detail Sub-Misi : Menaikkan nilai atribut Tech diatas 80 hanya dengan 1 target slave “”

“” Reward : Sexual Remote App Upgrade Kit ””

“” Upgrading..1%..17%..89%..100% ””

“” Sexual Remote App Successfully upgraded “”

“” New Skill [ Change Body Posture ] obtained “”

“” Detail Skill : Master dapat merubah postur tubuh target slave dan menguncinya dengan mengaktivasi perintah ‘Lock’. Postur tubuh target yang diarahkan oleh master harus sewajarnya bisa juga dilakukan oleh target di dunia nyata. Aktifkan perintah ‘Unlock’ untuk membatalkan. “”


……….

……….


Aku berdiri diam terpaku di ruangan dimensional. Belum sempat keterkejutan-ku berkurang dari apa yang diberikan secara mendadak oleh sistem kepadaku ini, aku kembali dikejutkan dengan hologram Indah yang tiba-tiba menghilang.

Kemudian dari lantai dimensional ini, muncul garis-garis cahaya putih keemasan yang bergerak dengan kecepatan yang bisa diikuti oleh mataku.

Garis-garis cahaya itu seperti sedang merangkai sebuah benda berbentuk kotak, berukuran sekitar ranjang single-bed, yang biasa kutemukan di kamar hotel tempatku menginap kalau aku sedang di kota J, tepat di tengah-tengah ruangan dimensional ini.

Benda kotak yang mirip ranjang batu itu berwarna transparan. Hanya garis-garis bercahaya di setiap sisinya lah yang membuatku bisa melihat bentuk benda itu sebagai kotak.

Setelah kotak (ranjang) itu terbentuk dengan sempurna, hologram Indah yang tadi menghilang, perlahan terbentuk lagi di tengah ranjang dengan posisi berbaring terlentang. Postur tubuh Indah yang terbilang kecil dan terbaring di tengah ranjang, membuat masih ada ruang kosong pada ranjang itu.

“Apa ini?”, ujarku masih keheranan.

“Change Body Posture? Apa itu artinya aku bisa merubah-rubah posisi badan target dengan ini?”, lanjutku sambil berjalan mendekati ranjang itu.

“Apa ini bisa dinaiki?”. Aku pun dengan perlahan berusaha menekan permukaan atas dari ranjang transparan itu. Dan betapa terkejutnya aku ketika tanganku seolah menerima sensasi seperti menekan sofa kulit yang agak keras dan daerah ranjang yang kutekan itu seperti muncul motion riak air yang perlahan menghilang

“Ohoo”, seruku takjub. Aku pun memberanikan diri memanjat ranjang yang tingginya selututku itu, dan menemukan aku sekarang melayang di atas ranjang transparan itu diikuti motion riak air lagi disekitar lutut dan kakiku.

Setelah bisa menyesuaikan dan menyeimbangkan tubuhku dengan mudah di ranjang itu, akupun mengalihkan fokusku ke hologram Indah. Jiwa bereksperimenku pun langsung muncul menggebu-gebu.

Aku pegang kedua pergelangan kaki hologram Indah dan mengangkatnya sampai lututnya tertekuk. Telapak kaki hologram itu sekarang menginjak permukaan ranjang. Perlahan kubuka pahanya sampai membentuk seperti huruf ‘M’, sehingga membuka akses bagiku untuk bisa melihat selangkangannya.

Perlu kutambahkan bahwa hologram yang dari awal diciptakan slave sistem ini, membentuk lekuk tubuh Indah secara sempurna, tapi tidak dalam keadaan telanjang.

Indah seperti sedang mengenakan space-suit yang sangat ketat, mengingatkanku pada pakaian yang dipakai oleh pemeran-pemeran dalam film star trek, berwarna kulit dan menyaru dengan warna kulit Indah. Puting susu Indah yang saat ini kulihat menegang, terlihat menyembul dari pakaian space-suit nya.

Begitu juga di area kemaluannya, space-suit itu menempel dengan ketat vagina Indah. Lipatan-lipatan bibir vagina nya hanya tercetak samar. Bulu-bulu tipis kemaluannya juga tertutup space-suit itu, namun dapat kurasakan sensasinya di 3 sesiku bersama Indah.

“ ‘System – Lock’ “, seruku pada sistem.

Penasaran dengan apa yang terjadi, akupun keluar dari ruangan dimensional ini dan kembali ke kamar istriku. Kubuka display kamera yang menayangkan kamar Indah di HP-ku. Dan..

“Ahaa”, seruku bersemangat..

………

…….



POV Indah

“Hiyaaahh”, Indah menjerit kaget.

Indah merasakan pergelangan kakinya dipegang oleh tangan tak kasat mata. Tangan itu lalu mengangkat kakinya hingga lututnya tertekuk dan kemudian membuka secara paksa pahanya hingga melebar.

“Eh kenapa ini?”, lirih Indah dengan suara bergetar tanda dirinya sekarang sedang dilanda ketakutan.

“Nghhhh”, Indah dengan sekuat tenaga mencoba menutup pahanya namun tidak bisa. Berulang kali dicobanya lagi tetapi pahanya seperti terkunci tidak bisa digerakkan. Indah pun sekarang mencoba menggerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan.

Hal itu bisa dilakukannya, tetapi tetap tidak merubah kondisi pahanya yang terbuka dan seolah dipaksa untuk tetap dalam posisi seperti itu, sehingga area lembah surgawi Indah kini terpampang dengan jelas.

Indah mulai panik. Namun belum sempat Indah berteriak minta tolong, Indah merasakan sensasi tangan yang dari tadi sudah Indah tunggu-tunggu.

Perlawanan Indah spontan melemah. Indah masih syok dengan kejadian yang sedang dialaminya ini. Namun lama kelamaan, Indah merasakan syoknya perlahan memudar. Tergantikan dengan gairah birahi dan nafsunya yang tadi sempat tinggi namun kemudian menghilang.

Tangan-tangan itu sekarang sedang menelusuri pahanya yang terbuka. Berawal mulai dari lutut, menuju ke arah lipatan pahanya dan naik lagi ke lutut secara berulang-ulang.

“Ahnn”, Indah mendesah kegelian. Rabaan tangan yang sedang dirasakan Indah saat ini membuat Indah langsung memejamkan mata. Tanpa dikomando, bayangan mas Reza kembali muncul dalam benak Indah.

“Oohh masss..ahh..mhhh”, desah Indah dengan tubuh bergetar. Bokong dan pahanya berkedut-kedut menahan geli dan nikmat yang disebabkan oleh rabaan tangan sosok yang dibayangkannya sebagai sosok kakak iparnya itu.

Indah sudah pasrah. Ia membiarkan tangan mas Reza berbuat sesukanya pada tubuhnya.

Aksi kedua tangan itu kemudian berlanjut menelusuri lekukan tubuh Indah dari samping dengan gerakan seperti sedang memainkan tuts piano. Mulai dari pinggang, bergerak ke atas menuju ketiaknya.

Ketika sampai di samping payudaranya, Indah tak kuasa menahan desahannya ketika dengan tiba-tiba tangan itu meremas lembut payudara Indah seraya jempol mas Reza membuat gerakan memijat dari bawah payudaranya menuju putingnya dan bergerak memutar.

Masing-masing jempolnya membuat gerakan memutar berlawanan arah 1 dengan yang lain, yang membuat puting Indah terpilin-pilin. Darah Indah berdesir kencang, tubuhnya sedikit bergetar dan …

“Ahhhhnnn…”, Indah tak menyadari volume desahannya terdengar agak keras. Tangan-tangan itu dengan seketika menghentikan aktivitasnya di payudara Indah dan bergerak menjauh.

“Oh tidak..tidak..plis..jangann”, batin Indah cemas. Indah membuka sedikit matanya yang sayu dan memasang raut wajah mengiba seraya menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Indah pikir sosok itu akan kembali menyiksanya dengan meninggalkannya dalam kekentangan.

Namun Indah merasa lega ketika kedua pergelangan tangannya tiba-tiba dipegang dan diangkat. Kemudian kedua telapak tangan Indah diarahkan menuju mulutnya dan menumpuk telapak tangannya menutup bibir sensual Indah dengan posisi telapak tangan kanannya berada di paling bawah.

Indah mengerti sosok itu sedang memberikan perintah kepada Indah untuk tidak bersuara. Indah hanya bisa menurut saja.

Tak lama kemudian Indah merasakan payudaranya kembali dipermainkan oleh kedua tangan itu. Indah kembali memejamkan matanya untuk bisa melihat sosok mas Reza di dalam pikirannya lagi.

“mmh”, Indah kembali mendesah. Kali ini dengan volume yang lebih pelan. Indah merasakan sosok mas Reza seperti gemas dengan reaksi Indah ketika ia rasakan kedua putingnya dipilin berulang-ulang sedikit keras dengan menggunakan jempol dan telunjuk mas Reza, seolah sedang menghukumnya.

Namun tindakan mas Reza ini malah membuat Indah menggelinjang dan memekik tertahan.

“Mmhhhmn”, jerit Indah tertahan kedua tangannya yang menutup mulutnya. Tangan mas Reza seketika kembali berhenti bergerak dan melepaskan remasannya pada payudara Indah. Sosok mas Reza kemudian diam tak bergerak cukup lama yang membuat Indah kembali membuka matanya yang memancarkan kepanikan.

“nggaa..ngga…pliiiss..jangan berhentii…aku janji tidak akan bersuara lagi..kumohoonn”, rengek Indah mengiba dalam batinnya seraya kembali menggeleng-gelengkan kepalanya.

Namun sosok itu tetap diam tak bergeming. Indah tidak tahu padahal saat itu mas Reza-nya sedang men-zoom in wajah Indah sambil tersenyum memperhatikan ekspresi wajah Indah yang seperti mau menangis.

Nyaris sebelum air mata Indah berlinang, sensasi tangan itu kembali dirasakan Indah mengelus pahanya. Indah sontak bernafas lega.

Kemudian kedua tangan itu menelusup dari bawah lututnya yang sedang tertekuk dan menempelkan lengannya ke paha belakang Indah.

Indah tidak mengerti apa yang akan dilakukan oleh sosok itu, tetapi Indah sudah pasrah dan membiarkan sosok itu berbuat semaunya. Indah malah sedang menunggu dengan tidak sabar, permainan apa lagi yang akan dilakukan sosok itu di tubuhnya yang kini sudah sedikit lembap karena berkeringat.

Lalu tanpa bisa Indah duga, Indah merasakan seperti ada kepala seseorang, berada diantara pahanya yang terbuka, tepat didepan area kewanitaannya. Indah sedikit kaget ketika dirasakannya lipatan paha sebelah kirinya dikecup lembut dan dijilati oleh sosok itu.

“oohhhh”, mulut Indah terbuka dan mengeluarkan desahan lirih walaupun sedang tertutup oleh kedua tangannya.

“Tidak Indah..jangan sampai bersuara..auhhh..ehmmm”, Indah membatin mengingatkan dirinya.

“Tapi ini sangat geliii..uuhhh..auwwwhh”.

Indah dibuat semakin merinding oleh permainan lidah itu. Ia jadi semakin lupa diri. Lupa akan norma-norma moral dan agama yang sudah dijaganya dari dulu. Lupa akan statusnya sebagai gadis baik-baik yang selalu bisa menjaga dirinya dalam pergaulannya selama ini. Lupa dengan tekadnya kemarin untuk tidak lagi berfantasi liar kepada kakak iparnya.

Indah menutup matanya dan mengundang sosok mas Reza-nya untuk hadir kembali dalam pikirannya.

“Ahh mass..geliii..uhhh…indah diapain ini…ahhhn”, kata Indah pada mas Reza di pikirannya. Sensasi yang nikmat menjalar ke seluruh tubuh Indah, ketika dengan nakal lidah mas Reza menjilati bibir vaginanya.

Klitorisnya pun tak luput dari serangan bertubi-tubi yang dilakukan mas Reza di vaginanya itu.

Dengan rakus, mas Reza melahap klitoris Indah dengan jilatan dan hisapan yang lembut. Tak lupa tangan mas Reza merayap menyusuri perut sampai ke payudaranya dan meremas-remasnya dengan sangat lembut.

“Ahh..ahhh…auhhhh..aaanhhhh”, Indah tidak bisa lagi menahan desahannya walaupun tangannya masih menutup mulutnya.

Tangan kiri Indah secara refleks turun ingin memegang kepala mas Reza dan membenamkan kepala itu lebih dalam di lembah surgawinya, namun Indah seperti menepuk angin, tidak ada apa-apa disana.

Akhirnya Indah hanya bisa mengangkat-angkat pinggulnya, berusaha mencari kenikmatan yang lebih lagi. Tangan kirinya mencengkram sprei dengan keras.

Indah sudah tidak tahan untuk bisa meraih orgasmenya. Namun pengalamannya kemarin, dipermainkan oleh sosok itu hanya bisa membuat Indah berharap-harap cemas. Nafasnya ia rasakan semakin memburu.

“Aww.. pliss.. auhhh.. gelii masss..awww.. ..ahhh… mmmhhh terusss..ehhhhh …udahhh stoppp… mauu pipisss…aduhhh… masss….stoppph duluu.. Indah mau pipisss duluuu..ahhh”, pekik Indah pelan. Tangan kanan Indah yang tadi menutup mulutnya, tanpa Indah sadari kini juga sedang meremas-remas kasur tempat tidurnya.

“Aahhhh..nggaaa.. masss awasss…Indah mo pipissss… ahh.. aahhhh….ouuhhhhhhhhh”, Indah mendesah panjang dan mulutnya membentuk huruf ‘O’. Tubuh Indah melengkung dan pahanya menjepit.

Dengan kondisi Indah saat itu, sosok itu malah semakin rakus menghisap dan menjilati vagina Indah yang membuat tubuh Indah bergetar hebat.

“Auhhhhhhh…awhhh…ahhh”. Pinggul Indah berkedut-kedut seiring dengan desahannya yang semakin melemah. Matanya terpejam meresapi sisa-sisa kenikmatan dari puncak pendakian birahinya. Bokongnya yang tadi terangkat, jatuh dengan bebas ke ranjang.

Indah merasakan juga tubuhnya lemas seperti tak bertulang. Orgasme pertama dalam hidupnya, yang diraihnya sekarang benar-benar membuat Indah menjadi sangat capek dan tak bertenaga.

Tak lama kemudian, Indah merasakan sosok itu menghilang. Indah yang nafasnya masih ngos-ngosan akibat klimaksnya tadi, membuka matanya. Ketika Indah mendapati dirinya dalam kesendirian di dalam kamar tidurnya, Indah menutup matanya kembali. Perlahan Indah pun tertidur.


Sementara itu di seberang kamar..


POV Reza


“” Trringg..Mission 2 (Slave Training 1) accomplished ””

“” Calculating score … “”

“” Evaluation : A+ “”

“” Final Score : 92 “”

“” Reward 1 (Mission Completion) .. Dream Room of Ravishing Torment obtained “”

“” Reward 2 (A+ Evaluation) .. 5 points obtained “”

“” Reward 3 (Target’s Permanent Lust exceeding 25 points) .. New Skill [ Golden Finger ] obtained “

“” Reward 4 (Target’s Permanent Lust achieved without penetration) .. Maximum Value Adddition of Target’s Sensitivity now is 50 “”

“” Reward 5 (Flawless Creativity).. Extra 2 points obtained “”

“” New Skill [ Golden Finger ] “”

“” Detail Skill : Setiap sentuhan dari Slave Master adalah anugerah kenikmatan. Menaikkan 10 nilai sensitivity seseorang yang disentuh oleh Master. Ucapkan perintah ‘Finger’ untuk mengaktifkan dan menonaktifkan. “”




Aku mendengar suara sistem lagi namun kuhiraukan. Saat ini aku sedang sibuk menonton video rekaman Indah saat ‘kukerjai’ tadi sambil memijat dengan pelan penisku yang sudah sangat tegang sedari tadi.

“Lia lama sekali di bawah”, gerutuku. Aku yang sudah tidak sabar lalu menutup aplikasi rekaman video di HPku dan mengirimkan pesan WA kepada istriku. Nafsuku yang sudah diubun-ubun harus segera kulampiaskan.

Tak lama kemudian, aku mendengar suara langkah kaki. Pintu kamar terbuka dan Lia masuk dengan masih memasang wajah cemberut.

Tapi aku tak peduli dan langsung menghampirinya seraya mengunci pintu kamar. Tanpa aba-aba, aku langsung merangkul pinggangnya dan memberikan Lia ciuman yang panas.

Lia gelagapan kaget menerima seranganku. Aku menariknya ke ranjang seraya merebahkannya dan langsung mencumbui tiap lekuk tubuhnya yang membuatnya menggelinjang geli dan nikmat.

Kugagahi istriku Lia dengan liar malam ini sambil membayangkan wajah Indah yang sedang birahi ….



…..
 
Terakhir diubah:
SG 13 - Inner Struggle



POV Indah

Hari ini Indah bangun kesiangan dengan kondisi badan yang masih terasa capek.

Untungnya hari ini adalah hari Sabtu, jadi tidak ada jadwal perkuliahan di Kampusnya. Tapi Indah teringat janjinya kemarin dengan Sheila, teman baiknya di kampus, untuk ketemuan di salah satu Mal besar di kota B, menemani Sheila shopping.

“Ughh”, Indah mengumpulkan tenaganya untuk memiringkan badannya ke sebelah kanan seraya mengambil HPnya yang tergeletak di dekat bantal.

“Say, kayanya gw ga bs nemenin lu deh hr ini. Gw lg ga enk bdn”, ketik Indah mengirimkan pesan WA kepada Sheila.

“O gt? Y udh say istiraht aj d rmh. Gws yak cantik”, balas Sheila tak lama kemudian.

“maaci say”, balas Indah lagi dan mengakhiri chatnya dengan sheila dengan mengirimkan sticker ‘/hug’ bergambar panda.

Lalu Indah kembali mengubah posisi badannya menjadi terlentang menghadap ke atas. Pandangannya terpaku pada langit-langit kamarnya yang terdapat sticker-sticker berbentuk bintang yang bisa bercahaya ketika gelap.

Kejadian tadi malam seketika terbayang dalam pikirannya yang membuat wajah Indah sontak merona memerah. Indah masih tidak habis pikir kenapa ia bisa menjadi sebinal itu.

Kenikmatan atas rangsangan yang diperolehnya hingga pencapaian klimaks-nya tadi malam, membuatnya jadi lupa diri.

“Kenapa gw jadi bisa seperti ini”, ratap Indah dalam batinnya yang sedang bergolak.

Rasa geli, risih tapi nikmat yang dirasakan Indah tadi malam, saat ini sedang bergulat dengan hati nuraninya yang membisikkan bahwa itu salah. Namun kepuasan orgasme yang tanpa ia sadari sudah dirindukannya lagi itu, perlahan mulai mengikis pikiran rasionalnya.

“Ngga itu bukan salah gw. Ini semua salah sosok itu..Ini semua salah…mas Reza !?”, pikir Indah ragu. Indah sadar ini semua memang terdengar tidak masuk akal.

Tapi Indah sekarang yakin, interaksinya dengan sosok yang memberinya kepuasan tadi malam itu bukan cuma imajinasinya saja.

Pahanya yang dipaksa terbuka dan seolah terkunci itu menjadi bukti atas keyakinannya ini. Indah yang berusaha sekuat tenaga mencoba mengatupkan kembali pahanya tadi malam, sesaat bisa berpikir jernih.

Walaupun kemudian pikiran jernihnya Indah itu dengan cepat memudar, kalah dengan rangsangan-rangsangan dan respon dari tubuhnya, yang tidak dapat Indah kendalikan.

Namun dalam momen ‘sadar’-nya yang singkat itu, membuatnya yakin bahwa kejadian yang menimpanya adalah nyata dan bukan hanya fantasi-fantasi liarnya belaka.

Yang masih membuat Indah bingung adalah identitas sosok itu. Bayangan mas Reza yang selalu muncul dalam pikirannya, membuat Indah jadi setengah yakin bahwa sosok yang mengerjainya itu adalah mas Reza.

“Tapi gimana cara gw buktiinnya?”, batin Indah.

“Terus dia maunya apa, apa dia berharap gw akhirnya mencintainya dan mau ditiduri olehnya? Apa sebenernya dia jatuh cinta sama gw? Knp dia ga gentleman mengatakannya secara langsung? Masa dia tega berbuat seperti ini? Bagaimana dengan mba Lia?”, pikiran Indah berkecamuk karena ini semua tidak masuk akal.

“Seandainya itu pun benar, gw juga…tapi gw ga mungkin…ohhh kenapa ini semua bisa terjadi..hiks..hiks”, Indah tak kuasa menahan tangisnya.

Frustasi atas apa yang sedang dialaminya saat ini, Indah benar-benar putus asa. Hati nuraninya yang saat ini sedang berusaha meneriakkan bahwa ini salah, seolah-olah sedikit demi sedikit terdengar menjauh, kalah oleh nafsu dan keinginan tersembunyi Indah untuk terus bisa merasakan kenikmatan yang diberikan oleh mas Reza.

Keinginan Indah ini perlahan muncul ke permukaan benaknya, menjalar dengan cepat dan berusaha mengubur hati nurani dan rasionalitasnya.

Indah masih ingin ini berlanjut, namun di saat bersamaan dia juga ingin ini berhenti. Indah sendiri tidak tahu harus berpihak ke sisi yang mana.

Dalam kegalauannya itu, tiba-tiba tanpa bisa Indah hindari, tubuhnya mendadak bergetar. Indah merasakan tubuhnya menjadi sensitif, bahkan lebih sensitif dibandingkan dengan apa yang pernah dirasakannya sebelumnya. Jantungnya mulai berdebar semakin kencang, area kewanitaannya dirasakannya jadi sedikit basah.

“Ahhh apakah ini akan terulang lagi?”, Indah tidak percaya kejadian seperti tadi malam akan segera terulang lagi pada dirinya.

“Jangann..ohhh..masss”, lirihnya sambil merapatkan kedua pahanya yang menegang.


……

5 menit yang lalu, di dalam sebuah mobil..



POV Reza

Saat ini aku sedang berada dalam ruangan dimensional. Tak lama setelah aku berada dalam ruangan ini, suara mekanikal robot itu langsung terdengar.


“” Selamat master, Anda berhasil mendapatkan reward Dream Room of Ravishing Torment dari sistem. Apakah Anda mau menginstallnya sekarang? “”, tanya suara itu.


“Ya”, jawabku singkat tak sabar menantikan apa yang akan terjadi. Kalau dari namanya, aku bisa menebak bahwa reward yang kuterima ini berhubungan dengan mimpi. Dan kemungkinan besar, itu adalah mimpi slave target-ku. Tapi apa itu ravishing torment? Siksaan yang menggairahkan?

“Apa aku bisa masuk kedalam mimpi target lalu menyiksanya dengan rangsangan? Jadi mimpi basah dong dia?”, pikirku menganalisa sembari berfantasi mesum.

Namun ternyata analisaku itu tidak sepenuhnya benar dan diluar dugaanku.


“” Installing .. 25%..78%..100% “”

“” Tringgg..Dream Room of Ravishing Torment successfully installed
“”


Aku sudah bersiap untuk tidak terlalu kaget dengan apa yang akan ditunjukkan oleh sistem. Pengalamanku melihat kejadian-kejadian yang mustahil dan menakjubkan belakangan ini, sudah membuat mentalku terbiasa dengan apa saja yang akan sistem ini beri padaku.

Benar saja..Tak lama kemudian aku melihat pada 1 sisi dinding ruangan ini, muncul garis-garis cahaya yang kemarin aku saksikan ketika membentuk ranjang transparan itu. Sekarang, garis-garis itu tidak membentuk ranjang, melainkan seperti sebuah pintu.

Setelah pintu itu terbentuk dgn sempurna, penasaran aku langsung berjalan mendekatinya. Aku berjalan melewat hologram Indah yang masih terbaring di atas ranjang. Iseng, aku melirik ke arah statusnya.


[ Loyalty : 24 ]

[ Lust : 26 ]

[ Thought : skeptical, disappointed, craved ]

[ Status : Slave Target (on progress) ]

[ Mindbreak : 1.5 ]

[ Sensitivity : - 0 + ]




“Huh? Nilai loyaltynya turun?”, pikirku heran.

“Kenapa Thought-nya jadi begitu?”, lanjutku mencoba menganalisa. Aku mengira, setelah sesi panas yang kulakukan bersana Indah tadi malam, Thought-nya Indah akan berubah menjadi semakin haus dan rindu pada sentuhan-sentuhanku. Nilai ke-3 dari thoughtnya sih sudah sesuai dengan prediksiku. Tapi perasaan curiga dan kecewa kepadaku?.

“Kenapa dia jadi yakin untuk mencurigaiku? Dan kecewa? Huhh padahal kau tidak terlihat seperti orang yang kecewa tadi malam, budakku”, lanjutku.

“Apa jangan-jangan aku terlalu cepat menggunakan skill [Change Body Posture] itu?”.

“Hmm baiklah..sepertinya sudah saatnya budakku ini menerima jatah ‘stick’- nya”, kataku sembari menambah poin sensitivity Indah ke 35 poin.

“Dan 1 hal lagi yang perlu kulakukan”.

“ ‘System – add 7 points to charm’ “, seruku pada sistem.



“” Tringg… Selamat Master.. Anda berhasil meningkatkan nilai charm melewati 60 poin. ””

“” New Skill [Mesmerizing Gaze] obtained ””

“” Skill Detail : Semua manusia akan terpesona dan bergairah ketika bertatapan mata dengan seorang Slave Master. Menaikkan sensitivity sebesar 10 poin pada orang tersebut. Efek pada manusia selain target berkurang 50%. Ucapkan perintah ‘Gaze’ untuk mengaktifkan dan mengnonaktifkan. Penggunaan skill ini dalam waktu lama dapat mengakibatkan efek samping yang berbahaya. “”



…….


“Haha, sistem memang luar biasa, selalu tahu apa yang aku mau”, pujiku kepada sistem setelah pemberian skill baru yang saat ini memang kuperlukan.

……

“Sayang..sayang..lampunya udah ijo itu”..

“Sayang kamu kenapa?”, aku terkejut mendengar suara Lia disusul suara klakson dari kendaraan di belakang mobil.

“Ehh iya..maaf-maaf”, kataku sambil buru-buru mengendarai mobilku.

“Kamu kenapa sayang? Ngantuk gitu? Mau aku gantiin nyetirnya? , tanya istriku khawatir.

“Ngga kok sayang, aku cuma lagi ngelamun aja tadi”, jawabku sambil bereksperimen mengaktifkan perintah ‘Gaze’ dan menatap mata istriku sesaat dan kembali fokus mengemudi.

Kulirik Lia terdiam terpaku selama beberapa saat lalu tersadar dan memandang ke kaca depan seperti sedang melamun.

Aku tersenyum sedikit menyeringai melihat responnya dan menonaktifkan perintah ‘Gaze’.




POV Lia

“ Aku baru tau ternyata suamiku ganteng juga.. Matanya Reza juga sangat berkharisma...”, Lia membatin.

“Dan permainan liar Reza tadi malam….Baru kali itu Reza mengajakku bercinta dengan kasar. Tapi enak sih..hihi..Reza capek gak ya nanti abis pulang?”, lanjut Lia seraya melirik ke arah suaminya yang sedang fokus mengemudi.

“Ahh kalo aku pake baju haram itu juga pasti Reza ga akan nolak”, batin Lia tersenyum geli sambil berfantasi liar merencakan kegiatan malam nanti.


….

....
 
Terakhir diubah:
SG 14 - A Wondrous Den



POV Indah

Indah berjalan menuruni tangga untuk menuju meja makan. Perutnya dirasakannya berdemo tanda Indah sedang lapar dikarenakan tadi pagi ia tidak sarapan. Jam sudah menunjukkan pukul setengah 12 siang.

Dilihatnya kondisi di lantai bawah sedang sepi. Setelah melewati tangga yang berbelok, Indah baru menemukan ibunya sedang berada di dapur.

“Ada nasi gak bu, Indah laper”, tanya Indah ke ibu ketika dia sudah sampai di dapur.

“Salah sendiri, anak gadis kok ngebangkong. Ada tu di meja makan. Ibu tadi juga masak sayur lodeh sama ikan kembung goreng”, omel ibu.

“Masih mules ga perutnya?”, tanya ibu kepada Indah lagi.

DEGG

Darah Indah berdesir ketika diingatkan lagi dengan kejadian yang dialaminya tadi malam.

Apalagi saat ini, Indah masih merasakan tubuhnya sensitif dari sejak di kamar. Indah mengira dirinya akan kembali dipermainkan oleh sosok mas Reza lagi sehabis bangun tidur tadi.

Namun setelah lama menunggu, sentuhan-sentuhan yang biasanya menjelajahi tubuh moleknya tidak kunjung datang. Karena sudah merasa sangat lapar, Indah bangun setelah mencuci muka dan mengganti CD nya yang kotor terkena cairan cintanya, akibat orgasmenya semalam. Lalu dia pun turun ke lantai 1..

……

Sambil mengambil piring, Indah kembali bertanya ke ibu, “Pada kemana bu, kok sepi?”.

“Bapak lagi di teras. Mba Lia dan mas Reza-mu lagi keluar”, jawab ibu.

“Kemana?”, tanya Indah penasaran.

“Lagi liat-liat rumah. Syukurlah ndah, mas Rezamu rezekinya lancar, bisa beli rumah. Ibu kasian padanya, dia pasti sudah tidak kerasan tinggal sama kita. Kliatan kan akhir-akhir ini dia jadi agak canggung ngobrol ama kita, terutama ama bapak”, jawab ibu dengan raut wajah sedih.

DEGGGG

“Apaa??”, Indah tersentak kaget.

…..


##

POV Reza

Aku menghentikan laju mobilku tepat di depan pagar sebuah rumah mewah di kawasan perumahan elit di pinggiran kota B. Kota B tempat rumah mertuaku tinggal ini berada di sebuah lembah pegunungan yang menyebabkan udara di kota B menjadi sejuk dan dingin.

Kawasan perumahan yang sedang kudatangi bersama Lia ini, berada lebih ke atas, di lereng gunung sehingga kurasakan udaranya lebih dingin dibandingkan daerah komplek rumah mertuaku.

“Ini rumahnya sayang? kok gede banget?”, tanya Lia tak percaya, mengira aku sedang bercanda dengannya. Aku hanya membalas dengan tersenyum simpul.

“Yuk turun”, ajakku sembari membuka pintu mobil dan turun. Lia pun, masih dengan ketidakpercayaannya, ikut turun dari mobil. Aku berjalan memutari mobil karena posisi rumah mewah ini berada di sisi kiri mobil.

Aku melihat Lia sedang berdiri dengan mulut yang sedikit terbuka sambil menoleh ke kiri dan ke kanan mengamati situasi di sekitar rumah mewah ini. Tangan Lia dipangku bersilang di dadanya, tanda dia merasa kedinginan.

Rumah di depan Lia ini memiliki 2 lantai, bergaya modern skandinavian, dan diapit oleh rumah-rumah yang tak kalah besarnya, bahkan lebih besar. Di belakang Lia terhampar lembah yang hijau dan dari kejauhan terlihat view rumah dan gedung-gedung kota B.

Sungguh sebuah pemandangan yang sangat indah. Tapi aku lebih tertarik mengamati rumah yang ada di sebelah rumah yang ingin kami beli ini, walaupun hanya terlihat sebagian façade rumah itu karena tertutup pagar yang menjulang tinggi.

Lalu aku berjalan menghampiri Lia dan memeluknya dari belakang. Kedua tanganku merangkul pinggangnya yang ramping. Daguku kuletakkan lembut di pundak kanannya sambil berbisik,

“Gimana..kamu suka?”, tanyaku kepada Lia.

“Kamu serius kita mau beli rumah yang ini? Uang dari mana? Lagipula apa ini tidak terlalu besar? Apa gak milih yang kecilan aja..tadi didepan kayanya banyak rumah yang lebih kecil. Udah bagus juga kok..kenapa ga yang tipe segitu aja?”, Lia menyerangku dengan pertanyaan bertubi-tubi dengan intonasi dan volume suara yang agak tinggi.

Lalu dia menoleh kebelakang sambil memiringkan badannya dan menatapku dengan pandangan curiga.

Aku memberinya senyuman terbaikku sambil mengubah posisi Lia ke posisi sebelum dia bertanya tadi.

“Kamu percaya padaku kan sayang?”, tanyaku balik kepada Lia dengan suara setengah berbisik.

Mendengar pertanyaanku, Lia menyenderkan kembali punggungnya ke dadaku,

“Ya udah pasti lah sayang, tapi ini gak masuk akal. Emang uang kita cukup?”, tanya Lia lagi. Kali ini dengan suara yang lebih lembut.

“Hampir”, jawabku singkat.

“Haahh? Kok bisa?”. Suara Lia terdengar lebih keras lagi mengiringi keterkejutannya.

Aku pun membuka folder ‘pinokio’ yang sudah kupersiapkan dari kemarin di kepalaku dan bercerita kepadanya.

Sebagian adalah cerita benar namun kebanyakan adalah cerita bohong yang kukarang untuk memperkuat alibiku.

Tentang aku yang menggunakan hampir semua uang tabungan kami untuk berinvestasi di crypto coin dari sejak beberapa bulan yang lalu. Tentang keinginanku yang kuat untuk segera bisa hidup mandiri, terpisah dengan orang tuanya.

“Kok kamu ga cerita kamu pake uang tabungan kita? Memang kamu pernah bilang mau coba main di saham dan kipto, kripto apa lah itu. Tapi aku kira kamu hanya mau coba-coba. Trus sekarang kamu bilang begitu, berarti kamu bertaruh dengan masa depan kita. Itu kan sama aja kaya gambling”, Lia nyerocos panjang dengan nada sedikit kesal.

“Investasi..”, ralatku singkat.

“Tapi…..”, Lia tidak meneruskan karena ia tidak mau berdebat denganku untuk urusan teknis seperti ini.

“Emangnya naik berapa persen?”, tanya Lia lagi. Kudengar sekarang suaranya sudah tidak terlalu menunjukkan nada marah. Mungkin dia pasrah karena itu semua sudah terjadi.

“10..”, kataku.

“Lah cuma sepuluh persen tetep ga bisa buat bel…”

“Kali lipat”, potongku sebelum Lia menyelesaikan perkataannya.

“Haah”, Lia sedikit bergetar lalu membalik badannya dan mundur selangkah menatapku. Tatapannya mengarah tepat ke mataku.

Aku balas menatapnya setulus mungkin, sambil berharap mataku memancarkan kejujuran yang sedang dicari Lia. Kulihat dia jadi sedikit yakin dengan ceritaku yang memang terdapat sedikit kejujuran.

Investasiku memang sudah naik 10x lipat, tapi bukan dari crypto melainkan dari investasi-investasi sepakbola yang kulakukan 2 hari ini.

Lia diam sejenak. Terlihat dia seperti sedang melakukan kalkulasi di dalam kepalanya sebelum melanjutkan bertanya,

“Tetap ga cukup.***mah segede gini harganya berapa?”, lanjutnya beranalisa.

“Tebak”, pancingku.

“3 M?”..Aku menggeleng seraya membuat isyarat naik dengan tanganku.

“4 M??”. Aku mengulangi gerakanku sebelumnya.

“5 M???”, intonasi suara Lia terdengar semakin meninggi.

“Hampir 6M, tapi nanti coba kita tawar”, jawabku.

“Dan aku sudah memutuskan untuk mengambil KPR buat bayar sisanya”

“Emang gaji kita cukup buat bayar cicilannya?”, Lia kembali berkalkulasi di dalam kepalanya.

Lia memang juga memiliki gaji sendiri dari kegiatannya sebagai dosen tidak tetap di perkuliahan online di beberapa universitas. Lia sengaja memilih pekerjaan seperti itu agar bisa punya banyak waktu untuk menjaga ibu dan bapaknya. Pekerjaanku yang seorang software engineer pun bergaji tidak terlalu besar, belum 2 digit.

“Aku naik jabatan di kantor”, kataku sebelum Lia selesai berkalkulasi. Dan ini tidak sepenuhnya bohong juga, karena memang aku akan ditawari naik jabatan di tahun depan, seingatku di kehidupanku sebelumnya.

Namun aku sebenarnya tidak berniat untuk mengambil KPR, karena seingatku dalam 1 atau 2 minggu lagi akan ada alt coin crypto yang akan melonjak tinggi harganya.

“Benarkah?”, tanya Lia lagi dengan nada bahagia sembari menempelkan kembali punggungnya di dadaku. Aku merangkulnya dan kurasakan Lia menggenggam tanganku, jari kami saling mengait.

“He eh.. terhitung mulai bulan depan”, kataku berbohong kali ini.

“Tapi kan rumah segede gini butuh perabot banyak, dan juga susah pasti bersihinnya”, keluh Lia.

Semi furnished, sisanya bisa kita cicil pelan-pelan terserah kamu aja mau beli apa”, jawabku dan merasakan jemari lia meremas dengan sedikit lebih kencang.

“Dasar wanita..”, batinku.

“Nanti kita cari pembantu. Kalau kamu merasa kesepian, kamu bisa ajak Indah menginap di rumah kita. Lagian jarak dari sini ke rumah bapak cuma sejam”, lanjutku mencoba lebih meyakinkannya.

“Hemhh”, gumamnya lirih lalu terdiam merenung.

Aku membiarkannya dalam lamunannya..

Berselang tak lama kemudian, aku melihat sebuah mobil innova berhenti di belakang mobil yang kuparkir.

Lalu turun seorang pria muda berkacamata memakai setelan kerja, berjalan menghampiri kami.

Lia yang tersadar dari lamunannya melepaskan tanganku namun aku tetap merangkulnya sembari mengarahkannya dengan lembut untuk berdiri di sampingku.

“Selamat siang Bapak Ibu. Perkenalkan saya Andi Laksana dari Ara-Ara Property. Sudah lama menunggunya?”, sapanya ramah.

“Baru sampe”, jawabku santai sambil tersenyum.

“Baiklah kalau begitu..Sudah siap mau lihat-lihat ke dalam?”, lanjut pria itu.

Sebelum aku menjawab, Lia sudah menarik tanganku dan berkata dengan riang,

“Yuk sayang”…

“Dasar wanita…”, keluhku menyerah dengan sikap istriku ini.

….

….



20 menit kemudian..

“Gimana Bapak Ibu?”, pria berkacamata itu bertanya sembari membukakan pintu pagar untuk kami.

Aku berjalan keluar dengan istriku sambil menjawab dengan santai,

“Rumahnya bagus. Saya dan Istri akan berdiskusi dulu. Minggu-minggu depan akan saya kabari”.

“Baiklah pak, semoga jodoh ya..Kalau gitu saya pamit dulu mau balik ke kantor”, kata pria itu menawarkan tangannya untuk berjabat tangan denganku. Lalu pria itu mengendarai mobilnya dan pergi.

Kulihat Lia masih terpaku melihat rumah yang baru saja kami survey. Seutas senyum yang indah tersungging di bibir tipisnya. Aku berniat menghampirinya.

Namun sebelum aku berjalan, aku melihat ada sebuah mobil fortuner putih melaju melewati mobilku dan berhenti di rumah yang tadi sebelumnya kuamati semenjak turun dari mobil.

Dari dalam mobil itu turun seorang pria bertubuh tambun dan berkepala botak, berniat untuk membuka pintu gerbang rumahnya. Pria itu menoleh dan melihat ke arah kami, matanya menatap mataku.

Kubalas tatapannya dengan dingin. Tangan kananku mengepal sangat keras. Aku tidak peduli dengan kuku di jariku yang terasa menusuk kulit.

Kami bertatapan diam terpaku cukup lama. Sebelum kurasakan kepalaku yang mendadak menjadi sangat pusing.

“Sayang..sayang..kamu kenapa?”, kudengar suara Lia disampingku. Aku tersadar dan menonaktifkan perintah ‘gaze’ yang tadi kulakukan untuk menatap pria itu.

Lia menoleh kepada pria itu dan bertanya, “Kamu kenapa sayang? Itu kenalan kamu?”.

Aku tidak menjawab Lia, namun hatiku membatin sembari mencoba meredam kemarahanku dan mengontrol diriku.

“Bramono Setiawan”, gumamku dingin. Nama yang tidak akan pernah kulupakan seumur hidupku..



….

…..
 
SG 15 - A Dream Space Above The Cloud



Sambil menyetir aku merasakan amarahku masih belum mereda. Kejadian pahit malam itu kembali hadir dalam pikiranku, padahal aku sudah berusaha mengubur ingatan yang sangat memilukan itu dalam-dalam, tapi pertemuanku dengan pria itu berhasil memunculkan ingatan itu lagi…..

Aku yang saat itu sedang tidak berdaya dalam keadaan kedua tanganku terikat dibalik tiang besi di punggungku. Bibirku pecah, hidungku membengkok tidak wajar dan seluruh badanku terasa nyeri. Aku hanya bisa membuka sedikit mataku yang lebam.

Kulihat Lia sedang terbaring telungkup di sebuah meja dengan tidak ada sehelaipun kain yang menutupi tubuhnya.

Dibelakangnya, pria tambun itu dengan liar sedang memaju mundurkan pinggulnya sehingga bokong Lia bergetar-getar saat penis pria itu keluar masuk di liang surgawinya. Sesekali pria itu mengucapkan kata-kata kotor yang menghinakan Lia dan aku.

Lia saat itu sudah sangat lemas dan tidak berdaya. Hanya sesekali kudengar erangan lemah keluar dari bibirnya. Di wajahnya terdapat beberapa bercak sperma.

Begitu juga aku.. Pergelangan tanganku yang tadi kupaksa untuk bisa terlepas dari ikatannya, kurasakan masih bengkak dan mengeluarkan darah. Aku merasakan diriku begitu lemah dan tak bertenaga.

Dengan sisa-sisa tenagaku, aku berusaha melihat Lia dan berharap dia juga melihatku. Aku berharap Lia bisa melihat penyesalan yang mendalam dari mataku.

Aku tahu akibat dari keputusan bodohku itu tidak akan mungkin bisa termaafkan. Tapi aku benar-benar berharap Lia bisa melihat cintaku yang sangat dalam kepadanya. Namun kepalanya hanya bisa diam tergolek lemah menyamping.

Aku mengalihkan pandanganku pada wajah pria yang sedang men-doggy style istriku itu. Kuukir secara jelas wajah pria itu dalam pikiranku.

Hanya dendam dan amarah yang tak bisa kusalurkan, bersemayam dalam dadaku. Keputusasaan yang tak bertepi membuatku sudah berniat tidak akan melanjutkan hidupku lagi.

Andai saja ada kehidupan yang kedua..Andai saja ada kesempatan lain untukku merubah apa yang terjadi..

Dalam gemuruh dendam dan keputusasaanku, aku melihat para bajingan yang tadi mengeroyokku datang dan membuka ikatanku. Mereka menyeretku ke suatu tempat dan melemparkanku begitu saja. Disusul dengan hantaman keras di kepalaku, lalu semuanya menghitam..

..


“Sayang .. sayang..”, kudengar suara Lia memanggilku dari samping.

“Eh..kenapa sayang”, jawabku kaget karena tiba-tiba lamunanku dibuyarkan olehnya.

“Lagi ngelamunin apa sih..aku nanya ga dijawab”, kata Lia cemberut.

“Maaf..tadi teringat ada kerjaan kantor yang harus aku beresin. Kamu tadi nanya apa?”, jawabku berbohong.

“Ihh inikan sabtu, masa mau kerja..kita kan udah lama ga kencan berdua”, ujarnya semakin cemberut.

“Ya udah..emang kamu mau kemana”, kataku mengalah.

“Makan dulu abis itu nonton. Ada film horror baru di bioskop..”, jawab Lia dengan mata memelas yang sangat menggemaskan.

Aku yang melihatnya jadi tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa menyanggupi keinginan istriku ini.

..

2 jam kemudian di dalam sebuah bioskop..

Aku yang memang tidak menyukai genre-genre horor, duduk sambil memejamkan mataku dan mengaktifkan perintah ring.

Fokusku langsung tertuju pada garis bercahaya yang membentuk sebuah pintu pada dinding tepat dihadapanku.

Aku menemukan garis-garis bercahaya di pintu itu, bersinar lebih terang dibandingkan garis yang membentuk ranjang.

“Bagaimana cara membukanya?”, pikirku. Lalu..

ZNNGG

Pintu mendadak terbuka dengan tiba-tiba. Baru saja aku berniat untuk melihat ada apa di balik pintu itu, ada serbuan cahaya yang menyilaukan, menyerang mataku. Reflex, aku menutup mataku dan melindunginya dengan tangan kiriku.

Setelah mataku bisa menyesuaikan penglihatanku pada intensitas cahaya silau dari balik pintu itu, dengan perlahan aku menurunkan tanganku.

“Woahh”, seruku takjub.

Dari balik pintu kulihat pemandangan berupa lautan awan putih terhampar luas tak bertepi dan langit biru cerah yang cukup membuat silau. Beda kontras dengan suasana di dimensional ring dibelakangku yang memang agak gelap. Apa yang kulihat ini seolah-olah aku sedang berada di ambang pintu menuju ke sebuah negri di atas awan.

“Dimana ini?”, pikirku seraya melangkahkan kaki kananku untuk mencoba menginjak awan itu.

Kurasakan awan itu padat tapi lembut, seolah sedang menginjak karpet. Setelah mengumpulkan keberanian, aku melangkahkan kaki kiriku sehingga aku kini seolah sedang berdiri di atas awan.



“” Tringg… Selamat datang Master di dalam Dream Room of Ravishing Torment.. Seorang master dapat menarik kesadaran target-nya ke dalam dream room ini dengan mengaktifkan perintah ‘System – Dream Connection’, ketika target sedang dalam keadaan tertidur. Ketika target terbangun, target akan melupakan kejadian yang dialaminya di dalam Dream Room. Akan tetapi penambahan poin atribut pada target (kecuali sensitivity) yang disebabkan oleh perbuatan master kepada target selama dalam Dream Room, terbawa ke kehidupan nyata “”, suara robot itu tiba-tiba terdengar olehku dan memberikanku penjelasan yang cukup panjang.

..

“Haha.. Ini jadi semakin menarik..tapi gimana caranya aku tau kalau target lagi tidur?”, seruku dalam hati.

Belum sempat aku bertanya ke sistem, suara itu terdengar lagi..



“” Upgrading Sexual Remote App.. 5%.. 15%... 75%... 100% “”

“” Sexual Remote App succesfully upgraded “”




Reflex, aku menoleh ke arah hologram Indah yang ada di belakangku.

Sekarang posisi Indah tidak sedang terbaring melainkan sedang duduk di atas ranjang sambil memeluk lututnya. Pandangannya melihat ke bawah, melalui celah pahanya. Bisa kulihat dadanya kembang kempis seolah hologram Indah itu sedang bernafas.

“Hahaha..Ini baru seru. Aku sudah agak bosan dengan hologram yang statis tak bergerak itu”. Kemudian kudengar lagi suara itu bergema..


“” Apakah master mau melanjutkan penjelasan dari sistem tentang Dream Room ini ? “”

..

“ Ya”, jawabku tanpa pikir panjang.

..


“” Sebelum menarik kesadaran target, Master bisa merubah kondisi dan dekorasi dari Dream Room, dengan mengaktifkan perintah ‘System-imagine’. Master juga bisa menentukan kondisi dan posisi seorang target setelah masuk ke dalam Dream Room dengan aktifasi perintah ‘System – Rule’. ‘System – Rule’ dapat diaktifkan berulang kali dengan efek yang menumpuk. ””

“” Seorang master juga dapat mengubah-ubah bentuk wajah dan fisiknya di dalam Dream Room ini dengan menggunakan perintah ‘System-Change Physique’ “”

“” Ketiga perintah tersebut bisa juga diaktifkan dan dirubah di saat target sudah berada dalam Dream Room “”



“” Tringg…Mission 3 (Slave Training 2) obtained ””

“” Reward : Unknown (based on final score) “”

“” Detail misi : Tingkatkan nilai lust dari slave target secara permanen dengan menggunakan Dream Room dan dapatkan reward dari sistem sesuai dengan hasil kalkulasi skor misi. Nilai dari mindbreak target tidak boleh melewati 10 “”

“” Sweet Dream, Master “”


..

Aku terdiam cukup lama sambil menganalisa informasi dan misi baru yang diberikan oleh sistem.

Misi ketiga dari sistem ini, tidak memiliki durasi waktu, yang langsung kusadari bahwa skorku akan langsung dinilai oleh sistem setelah penggunaan sekali saja Dream Room ini.

Ini artinya aku harus merencanakan aksiku dan men-set rule dari dream room ini dengan matang dan sempurna.

Dengan tidak sabar, aku lalu bereksperimen dengan menggunakan ketiga command yang disediakan sistem di dalam Dream Room ini.

Pertama-tama aku merubah dekorasi room dengan perintah imagine dan seketika merasakan lautan awan ini berubah menjadi sebuah ruangan yang kubayangkan. Kucoba lagi, dan menemukan ruangan ini menjadi ruangan lain sesuai dengan bayanganku.

Selanjutnya aku menggunakan perintah rule dengan mencoba menetapkan aturan-aturan yang tidak masuk akal yang langsung mendapatkan peringatan eror dari sistem. Seperti ketika aku menuliskan rule agar Target menjadi sangat terangsang, atau ketika aku memerintahkan sistem agar payudara target menjadi besar.

Aku juga menciptakan sebuah cermin dengan ‘imagine’ sembari mencoba-coba mengubah fisikku sambil bercermin.

Kulihat dari pantulan cermin itu, penampilanku berubah-ubah dari wajah dan tubuh seorang aktor terkenal, menjadi seoran preman bertato berbadan kekar, hingga penampilanku yang berubah menjadi sosok menyeramkan yang bertanduk.

Aku juga bereksperimen merubah besar dan bentuk penisku sampai terakhir berubah menjadi sebuah tentakel sebesar lengan anak kecil, sedang meliuk-liuk.

Imajinasiku benar-benar sedang dimanjakan semenjak mencoba-coba perintah-perintah yang bisa kulakukan dalam Dream Room ini.

“Hmm..Apakah malam ini saatnya kuberikan sesuap ‘carrot’ lagi kepada Indah? Atau sudah saatnya aku memberikan kenikmatan sempurna kepada Indah dengan penis tentakelku ini? HAHAHA..Aku sudah tidak sabar melihat ekspresi wajahnya ketika penisku mengaduk-aduk vaginanya”, pikirku berfantasi. Lagi asik-asiknya aku memfantasikan Indah, tiba-tiba..

“Ihh sayang kok tidur sih. Filmnya udah beres tuh”, kata Lia disebelahku.

“Serem soalnya, mending merem”, jawabku beralibi.

Aku tak menyadari keasikanku bereksperimen di dalam Dream Room ternyata berlangsung lama.

“Ya udah pulang yu..aku capek”, ajakku.





Sesampainya di rumah, jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Aku masuk ke dalam rumah disusul istriku. Kulihat ibu mertuaku sedang duduk di ruang tamu sambil mengirimkan pesan di HP-nya.

Melihat kami yang sudah pulang, ibu berkata kepada Lia,

“Li, temenin ibu ke tukang jait yuk. Baju pesenan ibu buat kondangan ke novi sudah jadi katanya”. Novi adalah anak dari lek Parman, adik dari ibu, yang artinya Novi adalah sepupu Lia. Aku seketika teringat bahwa bulan depan Novi akan menikah.

“Mau Reza aja yang nganterin, bu?”, aku basa-basi menawarkan kepada Ibu.

“Gak usah za, biar Lia aja. Deket juga kok..Pake motor aja, ga usah bawa helm”, tolak ibu mertuaku yang membuatku langsung membatin, “Yess”.

Aku masih ingin melanjutkan eksperimenku lagi sebelum aku menjalankan aksiku kepada Indah malam ini.

“Emang Indah kemana bu? Biasanya juga sama Indah”, kata Lia.

“Lagi ga enak badan katanya, itu lagi tiduran di kamar. Ini kunci motornya Indah udah ibu ambil tadi”, jawab Ibu sambil menunjuk ke arah meja. Ada kunci motor disitu.

“Ya udah bentar, Lia ke toilet dulu”, ujar Lia sembari berjalan ke kamar mandi yang ada di lantai 1.

“Reza bantu keluarin motornya bu”, kataku sambil mengambil kunci motor yang ada di meja dan men-standarkan motor Indah di jalan depan rumah.

..

Setelah melepas kepergian ibu dan Lia, aku naik ke lantai 2. Di ujung teratas tangga sebelum aku berniat berbelok untuk menuju kamar Lia, aku sedikit terkejut melihat Indah sedang berdiri di depan pintu kamarnya sambil menatapku.

DEGG

Aku berusaha menutupi keterkejutanku dan menyapanya, “Hai cantik, katanya lagi sakit ya? Udah enakan belum”, tanyaku seraya memberikan senyum terbaikku. Indah hanya diam saja. Tatapannya kulihat penuh dengan kecurigaan

DEGGG

“Mas ke kamar dulu ya”, kataku tak mau berlama-lama dalam situasi ini. Aku pun berjalan melewatinya menuju ke kamar istriku. Namun mendadak aku merasakan Indah memegang tanganku dan berkata,

“Tunggu mas. Indah mau ngomong..”, kata Indah dengan suara pelan.

“Mau ngomong apa?”, tanyaku seraya berusaha untuk menutupi kegugupanku dan debar jantungku yang perlahan berdetak semakin kencang.

Kulihat wajah Indah merona merah dan berkata,

“Di kamar..”, Indah menarikku ke arah kamarnya.



DEGGGGG

…..

…..

…..
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd