Cikouna
Semprot Holic
- Daftar
- 26 Dec 2017
- Post
- 311
- Like diterima
- 6.926
SG 9 - Slave Training (3)
Keesokan harinya..
Di carport rumah, Indah terlihat sedang memanaskan motornya untuk dipakainya berangkat kuliah.
Hari ini, Indah memakai jilbab berwarna abu-abu muda, kemeja berwarna biru dongker dan celana berjenis pegged pants berwarna abu-abu tua. Dandanannya itu tampak sangat serasi, membuat Indah menjadi terlihat semakin cantik dan stylish.
Sembari menunggu, Indah melihat-lihat kondisi di sekitar rumahnya. Karena rumah orang tuanya ini berada di dalam sebuah cluster, maka bentuk rumah 1 dan yang lainnya semua tampak sama.
Perumahan cluster tempat Indah tinggal ini begitu asri, karena banyak ditanam pohon-pohon hias dan juga taman yang selalu dirawat oleh pengelola lingkungan komplek.
Dari kejauhan Indah melihat ada sebuah mobil avanza berwarna silver sedang berbelok dari jalan utama cluster menuju blok rumahnya.
DEGG..
“Jangan-jangan itu..ah gak mungkin, mba Lia bilang kan mas Reza pergi 2-3 hari”, pikir Indah menahan cemas.
Indah saat ini tidak mau bertemu dengan kakak iparnya. Kejadian tadi malam terasa masih sangat nyata di pikiran Indah. Dia tidak bisa membayangkan wajahnya yang akan menjadi seperti kepiting rebus kalau sampai bertemu apalagi ngobrol dengan mas Reza.
Tapi lagi-lagi harapan Indah buyar. Mobil avanza itu berhenti persis di depan rumahnya. Indah yang tadinya buru-buru mau mengeluarkan motor jadi tidak bisa karena mobil itu sekarang menghalangi carport rumahnya.
Pintu penumpang mobil itu terbuka dan benar saja, sosok mas Reza keluar dari mobil itu sambil membawa tas.
DEGG..
Jantung Indah dirasakannya langsung berdegup lebih kencang dan mukanya memerah.
“Makasih pak”, Indah mendengar mas Reza berbicara pada supir mobil itu. Tak lama kemudian mobil itu pun pergi.
“Assalamualaikum. Eh Indah mau berangkat kuliah ya? Sini mas bantu keluarin motornya”, sapa mas Reza.
“Wa-waalaikumsalam. I-iya mas mau kuliah. Gpp mas, Indah bisa sendiri kok”, balas Indah dengan suara pelan. Indah berusaha sekuat tenaga menenangkan dirinya dan jangan sampai terdengar terbata-bata, namun usahanya ternyata gagal.
“Udah gpp sini mas bantuin”, mas Reza sedikit memaksa yang kemudian mengambil alih setang motor yang sedang dipegang Indah. Irama jantung Indah mulai berdetak tidak karuan. Mas Reza dan dirinya berdiri cukup dekat sehingga Indah bisa mencium wangi parfum mas Reza.
Indah mengalah dan membiarkan kakak iparnya itu membantu mengeluarkan motor ke jalan. Dia pun terus menunduk, berusaha untuk menyembunyikan raut wajahnya yang pasti terlihat merona merah.
“Nih udah”, kata mas Reza sambil men-standarkan motor vario itu.
“I..iya mas. Makasih”, jawab Indah gugup dan terbata. Ia pun segera menstarter motornya dan pergi kuliah dengan terburu-buru.
..
POV Reza
Mataku melihat dan mengikuti kepergian Indah. Dari punggung Indah bisa kubaca status nya saat ini.
[ Thought : Nervous, Shy, Skeptical ]
“Ternyata Indah mulai mencurigaiku. Apa dia berpikir aku sedang mengguna-gunai dia?”, batinku.
“Well, ga salah juga sih. Tapi ini sangat jauh dari apa yang dia pikirkan”, lanjutku.
Satu hal yang kupahami dari slave system ini. Sistem ini tidak bekerja seperti pelet, gendam ataupun hipnotis. Cara-cara seperti itu menyerang korbannya langsung ke kesadarannya, sehingga ketika terkena, si korban tidak sadar akan apa yang dilakukannya. Bagai kerbau dicucuk hidungnya, si korban akan menuruti semua permintaan si pelaku.
Tetapi slave system ini berbeda. Korban dengan kesadaran penuhnya harus bisa ditaklukkan oleh sang master. Master harus bisa memanipulasi perasaan slave target, sehingga dengan sukarela nanti menyerahkan dirinya secara total kepada masternya.
Caranya ?? ..
Salah satunya adalah dengan pelatihan intens sehingga membuat si slave target jadi ketagihan, pasrah dan akhirnya dengan sukarela mau didominasi olehku, masternya. Favoritku adalah dengan menggunakan metode ‘stick and carrot’.
Cara inilah yang saat ini sedang kulakukan untuk menaklukkan Indah, dan slave system ini memfasilitasi rencanaku dengan sempurna.
Sexual remote app yang dihadiahkan oleh sistem untukku, kugunakan untuk membuat target slave ku sedang kehausan. Haus akan dahaga birahi dan keinginan untuk segera menuntaskan nafsu nya.
‘Carrot’ yang kutawarkan padanya adalah kepuasan penuntasan dahaga birahinya yang hanya bisa diperolehnya seandainya dia mau tunduk dan menyerahkan hati dan raganya kepadaku. Untuk ‘stick’-nya, masih belum waktunya untuk diterapkan kepada Indah.
Aku jadi tidak sabar menantikan reward yang lain lagi dari sistem. Dengan Sexual Remote App saja, sudah membuat imajinasiku semakin liar, kreatifitasku semakin diuji dan mesumku semakin bertambah..hehehe..
Aku tahu pasti lagi ada pergulatan di batin Indah. 3 nilai Thought nya yang berubah-ubah semenjak 'kukerjai' tadi malam sudah kuanalisa.
Aku sudah bisa menebak saat ini Indah merasa curiga padaku dan nantinya dia akan mulai memberi perhatian lebih kepadaku. Padahal sebelumnya dia sangat cuek.
Makanya aku kemarin segera berangkat ke kota J untuk mengambil perlengkapan ini dari Gio. Aku tidak boleh ketauan sering-sering meliriknya, dan aku juga butuh untuk bisa melihat reaksinya di dunia nyata, ketika dirinya sedang kujamah saat berada dalam dimensional ring.
Ini bisa membantuku untuk menyusun rencana yang lebih matang sehingga misi yang diberikan oleh sistem bisa mendapatkan skor yang lebih tinggi.
“Lho sayang udah nyampek? Kok masih diem aja di teras? Bukannya masuk ke dalam?”, suara istriku membuyarkan lamunanku. Aku berbalik dan melihat Lia sudah berdandan cantik seperti mau keluar rumah.
“Iya tadi hampir 3 jam di travel bikin badan kaku, jadi ini mau stretching dulu”, jawabku sambil melakukan gerakan-gerakan stretching. Lia mendatangiku dan menyodorkan tangannya untuk mencium tanganku.
“Kok udah dandan cantik begini, emang mau kemana sayang?”, tanyaku berpura-pura.
Padahal aku tahu siang ini adalah jadwal medical checkup bapak. Biasanya aku akan ikut mengantarkan bapak dan ibu ke klinik juga, tetapi alibi sudah kupersiapkan biar aku bisa sendirian di rumah. Ada banyak hal menarik yang harus kulakukan.
“Kamu lupa ya sayang..hari ini kan harus nganter bapak ke klinik. Kamu bisa nganterin gak?”, tanya Lia.
“Duh badanku kerasa kurang enak nih. Kayaknya mau istirahat dulu deh. Cape banget”, kataku berbohong.
“Ya udah deh, aku sendiri aja yang nganter bapak dan ibu. Kamu tiduran aja di kamar”, jawab Lia pasrah.
“BINGO!”, ujarku dalam hati.
“Nih tolong bantu panasin mobil, aku buatin kamu teh panas sekalian bantuin ibu dan bapak dulu”, Lia menyodorkan kunci mobil kepadaku kemudian masuk ke dalam rumah.
Setelah menghidupkan mesin mobil, aku duduk di kursi di teras rumah. Kudengar langkah kaki dan melihat Lia sedang membawa secangkir teh panas dan sepiring gorengan dan meletakkannya di meja kecil sebelahku.
“Nih ada gorengan kalo mau”, kata istriku. “Bapak dan ibu udah siap tuh, kamu tolong bantu mapah bapak ya ke mobil”, pintanya.
Akupun langsung masuk ke dalam rumah dan membantu bapak berjalan menuju mobil. Bapak memang sudah agak susah berjalan sendiri.
Penyakit stroke ringan yang dideritanya membuatnya jadi lebih sering duduk diam saja sambil nonton tv ataupun tiduran di kamar. Untuk berjalan dalam jarak dekat saja, bapak harus menggunakan tongkat untuk membantunya.
Ketika bertemu bapak dan ibu, hanya ibu yang berusaha mengobrol dan menanyakan kabarku. Bapak lebih banyak diam. Dia hanya bicara kalau aku bertanya padanya, itupun dengan jawaban yang sesingkat-singkatnya. Tapi aku tak memperdulikan hal ini.
..
Setelah melepas kepergian mereka, aku dengan santai berjalan memasuki rumah dan mengunci pintu depan.
“Saatnya beraksi!”, gumamku.
..
2 jam kemudian..
“Huff selesai juga..”, kataku sambil menyeka sedikit keringat di dahiku.
“Saatnya mengecek kualitas gambarnya”, kataku bersemangat. Akupun membuka smartphone ku yang sudah ku koneksikan ke receiver. Receiver ini terhubung ke 2 kamera kecil yang kupasang 1 di ruang nonton tv dan 1 di kamar Indah.
Kamera-kamera ini berukuran sangat kecil dan sudah kusembunyikan di tempat yg sulit dijangkau dan tidak terlihat. Terakhir, receiver itu aku koneksikan juga dengan wifi rumah, sehingga bisa ku akses dari mana saja.
Untuk kamera di ruang tv, aku mengarahkan angle-nya persis di tempat biasa Indah duduk. Dan kamera yang ada di kamar Indah, angle-nya ku arahkan tepat ke tempat tidurnya.
“Ohoo..nice!", ujarku sambil menavigasi smartphoneku untuk memindahkan view kamera 1 dan 2. Kualitas gambarnya cukup jelas dan bisa ku zoom-in dan zoom-out.
Hidden cam set ini juga bisa menerima dan menampilkan audio, namun hasil output yang kuterima tidak begitu jelas.
Walaupun begitu, aku sudah cukup puas. Dengan kamera ini aku bisa menonton rekaman reaksi Indah ketika sedang ‘kukerjai’ tanpa harus takut ketauan sering menatapnya atau ketika fokusku sedang ada di ruangan dimensional.
“Hehe malam ini akan ada live show yang menarik”, ucapku terkekeh.
Kulihat jam di smartphone ku sudah menunjukkan pukul 12 Siang. Sekitar 1 jam lagi Lia, ibu dan bapak pulang. Indah mungkin baru pulang sebelum maghrib. Merasakan perutku yang mulai lapar, aku berjalan menuju dapur untuk makan.
Selesai makan, aku duduk di ruang tamu sambil menunggu istri dan mertuaku pulang.
“Hmm..ngapain ya enaknya? Ngerjain Indah lagi gitu?”, pikirku ngeres.
Tidak.. Aku harus sabar.. Aku tidak mau mentalitas calon slave ku itu jadi tidak stabil. Slave yang terlalu di-push akan gampang memberontak. Aku harus merubah mental dan perasaannya padaku pelan-pelan.
Aku juga ingin menikmati sensasi perubahan perlahan Indah dari awalnya innocent menjadi gadis yang binal dan ketagihan untuk mencapai puncak kenikmatan. Dan kenikmatan itu hanya bisa didapatkannya dari diriku, masternya.
Sedangkan untuk saat ini, ada hal penting lain yang harus kulakukan. Uang tabunganku tidak akan bisa bertambah dengan sendirinya kalau tidak kuberdayakan. Aku segera membuka smartphoneku untuk mencari informasi investasi yang menarik…
Judi Bola..
##
Beberapa jam kemudian..
Setelah kepulangan istriku tadi siang, aku izin kepada kedua mertuaku dan istriku untuk beristirahat di kamar. Aku melanjutkan aktivitasku berselancar di dunia maya sambil rebahan di ranjang. Tapi karena memang jadwalku yang padat 2 hari ini dan badanku yang terasa agak capek, tanpa dapat kucegah, aku tertidur.
Aku sedikit terbangun ketika samar-samar kudengar suara motor diparkir di cartport rumah. Setelah beberapa saat, kudengar juga suara langkah kaki dan suara pintu dibuka dan ditutup kembali.
Seketika mataku terbuka seraya membatin, “Kamu sudah pulang, cantik?. Apa kamu sudah siap dengan kenikmatan yang akan kau terima malam ini, budakku?”. Senyum mesum tersungging di bibirku yang mencerminkan gairahku yang sedang bersemangat..
….
….