Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [Season 1 & 2] - Slavery Game

Tim siapakah anda?

  • Lia

    Votes: 68 21,2%
  • Indah

    Votes: 40 12,5%
  • Vera

    Votes: 20 6,2%
  • Yolanda

    Votes: 60 18,7%
  • Azizah

    Votes: 124 38,6%
  • Natsu

    Votes: 9 2,8%

  • Total voters
    321
SG 41 – Planning Next Steps (1)



“Nghhh”, Lia menggeliat dengan mata yang masih terpejam ketika aku membelai rambutnya. Wajahnya masih terlihat kecapean akibat 3 kali orgasme yang keberikan padanya tadi malam.

Aku juga sedikit heran, kenapa akhir-akhir ini Lia menjadi sangat binal dan liar ketika berhubungan ranjang denganku.

Apa memang karena perubahan yang terjadi pada penisku, membuatnya jadi lebih merasakan kenikmatan, sehingga sifat kebinalannya ini jadi mendadak muncul. Aku tak tahu, dan aku tidak mengeluh dengan hal itu.

Malah sebagai laki-laki yang dulunya agak minder karena lebih sering ejakulasi duluan ketimbang istriku, aku saat ini jadi merasa puas dan lebih percaya diri.

Dulunya Lia lebih sering mencapai klimaksnya dengan permainan oral atau jariku saja. Namun sekarang, Lia seperti menemukan kenikmatan yang sebenarnya pada saat bercinta denganku.

Pada saat penisku yang sekarang melesak lebih dalam ke dalam vaginanya hingga menyentuh dinding rahimnya. Atau karena staminaku yang sudah lebih kuat sehingga bisa membuatnya orgasme berkali-kali.

Atau mungkin juga karena urat-urat yang menonjol di penisku sekarang lebih menyentuh area sensitifnya, sehingga membuatnya bereaksi serta bergoyang lebih liar dan lebih menggairahkan.

Bahkan sekarang Lia seolah tidak peduli lagi dengan suaranya yang mungkin bisa terdengar oleh Indah, adiknya, dari seberang kamar. Desahan Lia terdengar lebih erotis bak artis dalam film JAV yang sering kutonton.

..

“Bangun sayang.. udah pagi”, bisikku pelan sambil mengecup lembut keningnya.

Perlahan Lia membuka matanya. Setelah wajahku yang dekat dengan wajahnya, Lia lalu merangkulkan tangannya di leherku sambil memonyongkan bibirnya.

“Ihh.. masi bau jigong juga minta di kiss.. Emang masih mau lagi?”, tanyaku menggoda.

“mmh..mmh..mmh.. Cape banget sayang”, jawabnya sambil menggeleng. Aku tersenyum mendengar jawabannya lalu berkata,

“Ya udah atuh bangun.. Ada yang mau aku omongin”, lanjutku masih berbisik.

“Hmm? Mau ngomongin apa? Ya udah aku ke kamar mandi dulu deh kalo gitu..”, aku mengangguk menjawabnya.

“Mau sekalian dibikinin kopi ato teh?”, tanyanya lagi.

“Boleh.. Teh aja..”, jawabku.

Kemudian Lia bangkit dan menuju kamar mandi. Kulihat jalannya Lia agak gontai dan lemas. Aku terkekeh ringan melihatnya seperti itu, yang aku tahu pasti akibat Lia yang terlalu bersemangat tadi malam.

Beberapa saat kemudian, Lia masuk ke dalam kamar sambil membawa segelas teh panas. Aku yang memang memiliki habit di pagi hari untuk meminum segelas air panas, entah itu teh atau kopi, langsung menyeruput teh yang dibawa Lia.

Kulihat Lia duduk di sampingku dan melihatku yang sedang menikmati teh buatannya sambil menunggu apa yang akan mau kubicarakan.

Lalu aku pun mulai bercerita kepadanya tentang rencanaku untuk resign dari kantorku dan juga tentang alibiku yang sudah kusiapkan sebelumnya, bahwa aku akan mengerjakan sebuah proyek dengan Bramono untuk membuat sistem aplikasi manajemen di hotel-hotel milik Bramono.

Untuk rencanaku yang akan resign, Lia tampak mendukung keputusanku itu. Namun untuk rencana kerja samaku dengan Bramono, Lia terlihat ragu-ragu dan khawatir.

“Aku tau.. ini passion kamu sayang, bikin-bikin projek aplikasi begitu”, kata Lia dengan perlahan.

“Tapi apa harus dengan pria itu? Gak tau kenapa aku ngerasa pria itu sepertinya bukan orang baik-baik.. Aku takut kamu kenapa-napa”, lanjutnya mengkhawatirkanku.

Aku tersenyum kepadanya lalu bertanya,

“Apa karena pak Bramono selalu jelalatan ngeliat kamu?”

Lia tidak menjawab, tapi aku tahu itu salah satu yang ada dalam pikirannya.

“Tadi malam, waktu aku dan pak Bram sedang minum. Soal ini aku ungkit sama dia. Aku bilang kamu sedikit risih dengan caranya melihatmu. Trus dia langsung minta maaf, dan berjanji tidak akan melihatmu seperti itu lagi. Waktu dia berdiri mau menjabat tanganku, dia yang ternyata udah mabok, menabrak meja trus jatuh sampe tangannya patah”, ceritaku berbohong kepada Lia.

“Jadi kamu tenang aja. Mulai sekarang aku yakin dia pasti lebih sopan kepadamu”, lanjutku.

“Bukan cuma itu…”, kata Lia lalu terdiam lagi.

“Udah gpp sayang. Pak Bram sebenernya orang baik kok. Cuma ya wajar aja laki-laki. Mana ada cowok yang tahan ngeliat ke-sexy-an kamu..”, ujarku berusaha bercanda untuk menghilangkan kekhawatiran istriku.

“Vera jauh lebih cantik dari aku”, kata Lia minder.

“Kata siapa? Ya mungkin aja emang dia tipe cowok yang sebenernya suka wanita cantik berhijab.. sexy lagi.. Dia blum tau aja ternyata istriku ini sangat liar dan binal ketika bercinta”, godaku sambil menggigit kupingnya dengan bibirku

“Henghh”, jawabnya cemberut sambil mendorong tubuhku. Setelah beberapa saat diam sambil berfikir, akhirnya Lia pasrah dan mendukung keputusanku itu juga.

“Ya udah deh.. Yang penting kamu harus hati-hati ya”, jawabnya setelah berhasil kubujuk.

“Iya.. Btw.. Pagi ini aku juga harus ke rumahnya lagi. Ada beberapa hal yang harus kubahas dengan pak Bram. Kamu pagi ini jadi pergi nemenin temen-temen kamu shopping?”, tanyaku.

“Iya jadi. Mungkin sampe siang.. nanti kamu mau dibeliin makan siang apa?”, tanya Lia.

“Santai aja.. kalo pun sampe sore juga gpp. Asal jangan sampe malem. Nanti aku makan pesen g*f**d aja”, jawabku santai.

Setelah itu, Lia pun bersiap-siap untuk mandi. Aku juga mandi di kamar mandi lain di rumahku. Aku tadinya iseng mengajaknya untuk mandi bareng. Tapi Lia bersikeras menolaknya dengan alasan tubuhnya yang masih lemas.

Beberapa saat kemudian, kulihat Lia sudah berdandan cantik serta memakai pakaian dan hijabnya yang juga terlihat cantik. Aku juga sudah memanaskan mobilku yang nanti akan digunakan Lia untuk berjalan-jalan dengan temannya.

Sebenarnya teman-teman Lia ini bukan berasal dari luar kota. Hanya teman-teman dekat Lia yang tinggal di kota B juga dan sengaja kuminta untuk membantu Lia dalam rencanaku tadi malam.

Dan Lia sudah berjanji kepada mereka untuk mentraktir mereka lalu shopping bareng hari ini karena sudah membantunya.

Setelah Lia pergi, aku juga langsung keluar rumah dengan berjalan kaki menuju rumah Vera.

..

Sesampainya di rumah Vera..

Mas Teguh membukakan pintu pagar untukku lalu memanduku menuju ruang TV. Sesampainya di sana, kulihat ruangan ini sudah bersih dari pecahan kaca yang tadi malam berserakan dan juga sudah dirapihkan seperti semula.

Aku melihat Vera lagi duduk di salah satu sofa lalu tersenyum melihat kedatanganku. Aku juga tersenyum membalasnya.

Bramono kulihat sedang berdiri dalam posisi hormat layaknya seorang abdi dalem keraton yang melihat kedatangan sultan. Tangannya saling menangkup di celah pahanya yang sedikit terbuka, pandangannya menatap lantai.

Kulihat dia melirikku lalu seketika langsung menundukkan kembali kepalanya ketika melihatku juga sedang menatapnya. Mungkin dia takut aku akan menghukumnya lagi seperti tadi pagi.

Mas Teguh berdiri di sebelah Bramono dalam posisi siaga seorang prajurit. Pandangannya lurus ke depan. Dalam pikiranku, aku bisa merasakan perasaan syoknya yang masih belum mereda mengingat kejadian semalam.

Aku duduk di sofa yang sama dengan Vera lalu membelai lembut pipi Vera. Ia terlihat senang kuperlakukan seperti itu.

Lalu aku menoleh ke arah mas Teguh. Sambil tersenyum aku berkata kepadanya,

“Mas Teguh.. Kita ini partner. Mas bukan pengawalku apalagi bawahanku. Jadi duduklah di sini. Kita akan bahas rencana kita selanjutnya.”

Kulihat dia sedikit ragu sejenak mendengar perkataanku. Tapi ia kemudian duduk di sofa di depanku dan Vera. Bramono terlihat juga berniat untuk duduk bersama kami. Namun setelah melihatku yang menatap dingin ke arahnya, dia mengurungkan niatnya itu.

Lalu aku menoleh ke arah Vera lagi dan bertanya,

“Apa tadi dia bersikap tidak sopan sama kamu?”

“Ngga ada mas..”, jawabnya singkat lalu melanjutkan,

“Mas mau dibuatin teh atau kopi?”, tanya Vera kepadaku.

“Boleh.. Tapi sudah bukan posisimu untuk bikin kopi atau teh lagi”, jawabku. Lalu aku menoleh ke arah Bramono.

Bramono yang melihat aku sedang menatapnya, seketika langsung menjawab,

“Ba-baik master. Saya akan segera membuatkan minuman. Ma-master mau minum apa? Master Vera, master pai..eh master Teguh juga mau minum apa?”, tanyanya terbata dengan nada menjilat.

“Kopi.. black.. gulanya 2 sendok teh”, jawabku datar.

Mas teguh juga menjawab seperti pesananku. Vera meminta untuk diambilkan orange juice dari dalam kulkas.

Sambil menunggu Bramono membawakan kami minuman, aku dan Vera mengobrol santai. Mas Teguh hanya diam saja mendengarkan obrolan kami.

Vera menanyakan keadaan Lia, yang kujawab dengan menceritakan Lia yang sedang mengajak teman-temannya yang tadi malam datang ke rumah kami, berbelanja dan makan siang bersama.

Beberapa saat kemudian, Bramono datang membawa nampan berisi minuman yang kami pesan tadi. Lalu ia menyuguhkan kepada kami dengan gugup karena tidak biasa berbuat seperti itu. Biasanya dirinyalah yang disuguhi dan dilayani.

“Roda kehidupan memang selalu berputar kawan”, batinku mencibir.



….

….

….
 
Terakhir diubah:
SG 42 – Planning Next Steps (2)



Setelah Bramono selesai menyuguhkan minuman kami, aku mengambil kopi yang dibuatkannya untukku lalu menyeruputnya sedikit. Kemudian aku berkata kepada Bramono,

“Duduklah”, perintahku kepada Bramono dengan nada menuntut.

“Eh.. Sa-saya tidak berani master”, Bramono yang terkaget mendengar perintahku langsung menjawab dengan terbata.

“Apa kau masih berani membantahku?”, tanyaku sambil tersenyum menyeringai.

“Ba-baik master”, ia pun dengan tergesa langsung duduk di sofa yang sama dengan mas Teguh, tepat di depanku.

“Saat ini kau punya 2 pilihan”, kataku datar setelah melihat Bramono duduk.

“Yang pertama.. Untuk bisa lepas dari kendaliku, kau bisa mencoba untuk bunuh diri.. Walaupun, aku tidak akan dengan mudah membiarkanmu mengakhiri hidupmu. Hmm.. Mungkin saat kau berusaha bunuh diri, kau akan merasakan hukuman yang biasa kuberikan padamu seperti tadi pagi. 5 – 10 menit cukup? Aku rasa dengan hukuman selama itu, kau akan mengalami gagal jantung lalu mati juga”, lanjutku mengancamnya dengan nada bercanda yang sadis.

Kulihat seketika Bramono bergidik mendengar ancamanku. Keringat dingin terlihat keluar membasahi tubuhnya.

Aku tahu dia tidak bisa membayangkan bagaimana sakitnya kalau aku menghukumnya selama itu. Padahal sebelumnya, dengan hanya waktu hukuman beberapa detik saja, dia sudah menyerah dan minta ampun.

Aku mendengus sinis melihat reaksinya. Lalu aku melanjutkan,

“Atau pilihan yang kedua.. Aku mau kau membantuku memancing Rudy Zhao. Lalu setelah rencanaku untuk menghancurkan Rudy Zhao dan kelompoknya berhasil, kau akan kubebaskan dari kendaliku. Setelah itu, bukti-bukti kejahatanmu akan kuserahkan ke pihak berwajib. Kau akan dipenjara dalam waktu yang cukup lama”, kataku menawarkan opsi yang kedua untuk Bramono.

“Tapi kau bisa memegang kata-kata ku, bahwa aku tidak akan menyentuh putri kesayanganmu itu. Aku hanya mau kau bertanggung jawab atas kejahatan-kejahatan dan korupsi yang sudah kau lakukan dengan beberapa pejabat. Aku mau kau juga menyeret mereka untuk menemanimu di penjara”, lanjutku tegas.

Setelah itu, aku diam sambil menatapnya dan menunggu jawaban yang akan dipilih Bramono. Namun dia hanya berfikir sebentar sebelum dengan buru-buru menjawabku,

“Ya-yang kedua master. Saya pilih opsi yang kedua”, jawabnya dengan suara yang bergetar.

“Good choice”, kataku santai lalu melanjutkan, “Untuk itu kau harus melakukan beberapa hal yang kuperintahkan.”

“Hal pertama adalah kau harus segera menghubungi pengacaramu. Dan kau harus segera menceraikan Vera. Mulai saat ini, Vera adalah wanitaku. Aku yakin kau masih ingat apa yang harus kau lakukan dengan wanitaku?”, tanyaku mengujinya.

“Iya master. Saya mengerti”, jawabnya tergesa.

Aku lalu sekilas melirik ke arah Vera yang terlihat senang dengan perintahku kepada Bramono itu. Entah karena akhirnya dia bisa bebas dari cengkraman bajingan ini, atau karena aku yang menganggapnya sebagai wanitaku.

Kemudian aku melanjutkan,

“Lalu kau harus segera membuat surat wasiat untuk mewariskan seluruh kekayaanmu. Heh..tenang saja, aku tidak berniat untuk mengambil sepeserpun uangmu. Tulis di wasiat itu, bahwa kau mewariskan 60% kekayaanmu untuk putrimu dan 40% kepada Vera.”

Kulihat ia terkejut mendengarkan perintahku itu. Terlihat jelas juga keengganannya untuk melakukan apa yang aku perintahkan kepadanya barusan. Kulirik Vera juga tampak terkejut mendengar perkataanku. Namun ia tidak mengatakan apa-apa.

“Kenapa?? Kau mau aku memaksamu mengubah terms yang kuperintahkan dalam wasiatmu? Kau mau terms-nya menjadi 100% untuk Vera?”, ancamku dengan intonasi yang semakin meninggi.

“Ti-tidak master.. Saya akan segera melaksanakan pe-perintah master”, jawabnya lagi buru-buru.

“Hehh”, aku mencibir reaksi yang ditunjukkan Bramono.

Menurutku aku sudah berbaik hati memerintahkan kepadanya dengan terms seperti itu. Kalau aku mau, aku bisa saja memaksanya untuk mewariskan seluruh hartanya untukku dan Vera.

Tapi.. cih!! Aku tidak berniat sedikitpun mendapatkan uang haram dari hasil kejahatannya itu. Walaupun sebagian harta kekayaanya berasal dari sumber usaha yang legal, tapi tetap saja… Aku sendiri sudah punya uang banyak yang kuperoleh dari investasi-investasiku.

Lalu aku melanjutkan,

“Hal selanjutnya yang harus kau lakukan adalah menyerahkan padaku semua rekaman video dan audio yang kau simpan untuk mem-blackmail beberapa pejabat itu. Aku juga mau kau menyerahkan bukti-bukti transaksimu, baik dengan pejabat-pejabat itu ataupun dengan pihak HK. Aku tau kau menyimpannya sebagai kartu As-mu untuk menyelamatkan dirimu dari jerat hukum”, perintahku santai kepada Bramono.

Bramono terlihat terkejut lagi mendengar instruksiku ini, lalu dia berkata,

“Gi-gimana kau bisa ta.. Ba-baik master saya akan memberikannya untuk master”, perkataannya langsung berubah ketika menyadari aku yang sedang menatapnya dengan dingin.

“Hehh.. Sudah itu aja yang harus kau lakukan untuk saat ini”, ujarku. Lalu aku menoleh ke arah mas Teguh.

“Aku butuh bantuanmu mas”, kataku dengan nada yang jauh lebih ramah dibandingkan dengan perintahku kepada Bramono tadi. Kulihat mas Teguh sedikit merubah posisi duduknya dan mendengarkanku dengan serius.

“Aku mau mas mencarikan 2 atau 3 safe house, yang bisa kita gunakan dalam keadaan emergency. Tolong rencanakan juga escape route-nya. Uang tidak masalah. Asal safe house itu memiliki kriteria yang cocok menurut mas”, kataku pada mas Teguh.

“OK”, jawabnya singkat.

“Selanjutnya aku mau mas teguh mempersiapkan diri mas. Orang-orang yang kita hadapi adalah kelompok berbahaya yang tidak segan-segan menggunakan kekerasan dan senjata. Aku tidak terlalu paham soal warfare dan persenjataan. Jadi aku mau mas mempersiapkan persenjataan untuk melindungi diri. Btw, kalo boleh tau, apa role mas dulu di unit pasukan khusus?”, tanyaku.

“Sniper”, jawabnya singkat lagi.

“Mas bisa mendapatkan senjata yang layak untuk mas? Sekali lagi.. uang tidak jadi masalah”, tanyaku lagi.

Kulihat dia berfikir sebentar lalu menjawab, “Akan kucoba”.

“Sip itu aja yang perlu mas lakukan sekarang”, ujarku.

Aku lalu menoleh ke arah Bramono untuk menyuruhnya segera melaksanakan apa yang aku instruksikan tadi padanya. Namun belum sempat aku menyuruhnya, kudengar Vera bertanya,

“Trus Vera harus ngelakuin apa mas?”

Seketika aku menoleh ke arahnya dan menjawab dengan lembut sambil tersenyum padanya,

“Peran kamu sudah berakhir saat aku berhasil mengendalikan Bramono. Mas gak mau nempatin kamu dalam bahaya. Cukup dekat di samping mas, mas udah seneng”, ujarku lembut.

“Tapi Vera mau bantu mas..”, keluhnya dengan suara pelan. Lalu tiba-tiba matanya kulihat terbuka lebih lebar. Sepertinya Vera punya sebuah ide..

“Gini aja mas. Vera dulu pernah belajar video editting dari sepupu Vera. Vera nanti bantu mas edit video yang mas Bram kasi buat mas”, ujarnya bersemangat.

“Ehh?? Kamu gpp dekat-dekat sama bajingan ini?”, tanyaku heran kepada Vera.

“Gpp mas.. lagipula mas bisa langsung tau kan kalo dia berniat yang engga-engga sama Vera.. pleasee mas.. Vera mau bisa membantu mas”, rengeknya kepadaku.

Aku menghelas nafas panjang melihat Vera yang terlihat sangat bersemangat untuk bisa membantuku. Setelah berfikir beberapa saat, aku pun menyerah dan mengizinkan permintaannya itu.

“Hehh baiklah mas izinin. Tapi kamu harus hati-hati. Kalau bajingan ini berbuat yang tidak-tidak kepadamu, langsung kasih tau mas”, ujarku pasrah.

Lalu aku menoleh ke arah Bramono dan menatapnya dengan dingin. Aku tahu dia pasti bisa melihat ancaman yang terpancar dari mataku. Dengan tergesa Bramono berkata,

“Saya akan melindungi dan me-membantu master Vera, ma-master”

“Yeayy”, Vera bersorak riang di sampingku lalu ia berdiri sambil menoleh ke arah Bramono untuk langsung segera menjalankan instruksiku tadi.

Bramono juga seketika berdiri dan memandu Vera menuju ruang kerjanya. Namun sebelum mereka pergi, aku menyela,

“Tunggu. Ada satu hal lagi yang aku tadi lupa tanyakan, Bramono”

Bramono langsung berbalik menghadapku lalu mendengarkanku dengan seksama.

“Kapan waktu eksekusi Nuha Paredan yang diperintahkan Rudy Zhao?”, tanyaku dengan nada serius kali ini.

Kali ini juga, Bramono terlihat kaget mendengar pertanyaanku. Bahkan lebih kaget dari sebelumnya. Kulihat juga Vera dan mas Teguh tersentak kaget. Lalu mas Teguh yang dari tadi hanya diam saja, akhirnya bertanya kepadaku dengan lebih dari 1 kalimat dan dengan nada tidak percaya.

“Nuha Paredan? Ketua BPK itu, Badan Pemberantasan Korupsi? Rudy Zhao mau membunuhnya?”, mas Teguh memberondongku dengan pertanyaan.

Lalu tanpa menoleh ke arahnya dan masih tetap menatap tajam Bramono, aku mengangguk.





….

….

….
 
Jika gak secara gamblang ane rasa masih aman toh udah ada beberapa cerita di forum ini yg menyinggung politik tapi masih oke-oke aja.
Izin menambahkan suhu, mungkin ke depannya bisa menambahkan tentang kecelakaan sang jaksa atau kebakaran kantor kejaksaan. Itu pun kalo suhu @Cikouna berani 😂😂

Btw, hati2 dengan kurir yg coba kirim paket/beralasan salah alamat kirim.
Tukang bakso udah ketinggalan zaman 🤫
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd