Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG [Season 1 & 2] - Slavery Game

Tim siapakah anda?

  • Lia

    Votes: 69 21,2%
  • Indah

    Votes: 42 12,9%
  • Vera

    Votes: 20 6,1%
  • Yolanda

    Votes: 60 18,4%
  • Azizah

    Votes: 126 38,7%
  • Natsu

    Votes: 9 2,8%

  • Total voters
    326
SG 76 – Programming a Human Mind


Aku tersenyum lebar setelah mendengar suara sistem yang bergema di kepalaku. Aku benar-benar puas dengan skill yang baru saja kudapatkan dari sistem. Dengan skill [Ultimate Mind Control] ini, rencana besarku akan bisa kujalankan dengan lebih mudah.

Skill ini bahkan lebih efektif dibandingkan dengan draf kontrak yang ditandatangani oleh Bramono atau mas Teguh. Aku bisa dengan langsung memerintahkan Rudy Zhao dari dalam pikiranku. Dan semua perintahku itu akan langsung dijalankan olehnya tanpa penolakan sedikit pun.

Satu-satunya hal yang menjadi kekhawatiranku adalah persyaratan minimal yang harus kumiliki untuk bisa menggunakan skill ini. Aku mengaktifkan perintah ‘status’ dan melihat sekilas ke status atributku.

Dari terakhir kali aku mengecek statusku tadi, yang berubah hanyalah atribut luck-ku yang sekarang menjadi 31 poin dan 1 skill baru yang bertambah pada kumpulan skill-skill ku. Aku juga melihat str-ku yang berubah menjadi 78 poin.

Tapi aku tau perubahan str-ku ini hanya sementara, akibat dari efek pil str-booster yang meningkatkan atribut str-ku hingga 100%. Kalau efek dari pil ini sudah habis, sekitar 1 jam lagi, maka str-ku akan turun lagi setengahnya ke 39 poin.

Itu artinya aku tidak akan bisa memenuhi syarat minimum untuk menggunakan skill [Ultimate Mind Control] yaitu 60 str. Tapi aku sudah memikirkan cara agar atribut str-ku bisa mencapai nilai itu lagi.

Cara termudah yang bisa kulakukan sebenarnya adalah dengan mendapatkan slave baru sebanyak-banyaknya. Setiap penambahan koleksi slave di dalam haremku, akan mendapatkan reward dari sistem, minimal berupa penambahan poin atributku.

Seketika bayangan wanita itu melintas di pikiranku. Wajahnya yang sangat cantik dan terlihat lugu. Tatapan matanya yang telah membuatku terpesona. Dan tubuhnya yang terbalut gamis tapi masih bisa kubayangkan keindahan dan kemolekan tubuh berkulit putih mulus itu di dalam pikiran mesumku.

Namun cepat-cepat kusingkirkan jauh-jauh pikiranku itu.

“Tidak Reza.. Jangan menambah masalah. Lia saja belum tentu bisa menerima keberadaan Vera dan Yollie. Jangan kau tambah lagi sumber masalahmu, atau kau akan kehilangan wanita yang sangat kau cintai itu. Bukankah kau sudah bertekad untuk tidak menggunakan kekuatanmu kepada orang-orang yang tidak bersalah dan tidak ada sangkut pautnya dengan rencana balas dendammu itu?”, aku membatin dalam hati dan meyakinkan diriku sendiri untuk tetap berpegang teguh pada prinsipku.

“Lagipula kalau hanya untuk bisa menambah atribut str-ku, aku juga punya cara lain yang lebih efektif”, lanjutku membatin lalu menoleh ke arah Vera dan Yollie bergantian sambil tersenyum.

“Hm? Kenapa kamu tiba-tiba melihatku dengan wajah mesum seperti itu. Pasti kamu lagi berpikiran yang engga-engga, ya kan?”, ujar Yollie pelan.

“Eh?”, aku seketika tersadar dari lamunanku lalu buru-buru menjelaskan kepadanya.

“Ngga sayang.. Aku cuma senang setelah mendapatkan skill baru ini dari sistem. Dengan skill ini, aku yakin bisa berhasil menjalankan sisa rencanaku dengan sempurna”, ujarku berbohong.

“Oh ya?”, Yollie mencibirku tidak percaya. Lalu dia melanjutkan,

“Trus sekarang gimana?”, tanyanya menunggu keputusanku.

Aku menatapnya sesaat lalu menoleh ke arah Letnan Geri dan berkata,

“Rudy Zhao sudah dalam kendaliku. Mulai saat ini, semua tindakannya adalah perintahku dari dalam pikiranku. Aku akan menyusun serangkaian perintah yang berkelanjutan dan memprogramnya sehingga Rudy Zhao tetap bisa beraktifitas seperti biasa sehari-harinya. Tidak akan ada orang yang tau bahwa ia sudah berada dalam kendaliku”, kataku menjelaskan kepada mereka.

“Kau bisa melakukan itu?”, tanya Letnan Geri seperti tidak percaya dengan apa yang barusan kukatakan.

“Tentu saja”, jawabku mencibir pertanyaan Letnan Geri itu.

Ia tidak tau siapa aku. Aku adalah seorang programmer handal yang sudah biasa menuliskan ribuan baris kode untuk membuat sebuah aplikasi. Skill [Ultimate Mind Control] yang baru kudapatkan ini, membuatku seolah sedang membuat sebuah sistem otomatis atau lebih tepatnya lagi sebuah Artificial Intelligence dengan tubuh Rudy Zhao sebagai medianya.

Seperti halnya dalam membuat sebuah script pemograman yang berisi perintah if-then, aku juga tinggal menyusun serangkaian perintah if-then itu ke dalam pikiran Rudy Zhao dan ia akan segera menjalankan perintahku itu.

Walaupun aku tau, itu cukup sulit untuk dilakukan karena aku harus bisa memikirkan secara detail, apa saja perintah-perintah yang perlu dilakukannya dan tetap membuatnya berada dalam kontrolku. Namun aku yakin aku bisa melakukannya.

Aku menoleh ke arah Vera dan berkata tegas kepadanya,

“Vera.. Mas mau kamu berjanji sama mas untuk tidak membaca-baca lagi memori Rudy Zhao. Aku tau kamu tadi sudah melihat ke dalam pikirannya untuk mencari tau keberadaan kakakmu. Walaupun Rudy Zhao tidak tau tentang kakakmu, tapi kita sudah tau kira-kira ia ada dimana. Nanti ketika kita sudah di HK, aku akan menemukan kakakmu dan membawanya kepadamu”, ujarku berusaha membuatnya mengerti dan tidak lagi menyelami pikiran-pikiran jahat Rudy Zhao.

“Ta-tapi mas.. Vera mau..”

“VERA..”, aku memotongnya dengan intonasi suara meninggi. Kulihat Vera menatapku dengan tatapan memelas dan sedih campur kaget setelah mendengar aku membentaknya.

Aku menghela nafas panjang lalu berjalan menghampirinya. Kemudian sambil menatapnya penuh cinta, aku membelai pipinya dan tersenyum seraya berkata,

“Mas tau kamu mau membantu mas. Beberapa hari ke depan, untuk sementara waktu, mas masih butuh bantuanmu untuk mengecek kondisi Rudy Zhao”, ujarku lalu melanjutkan,

“Tapi itu hanya untuk mengecek apakah dia masih ada dalam kendali kita. Tidak lebih dari itu. Mas melakukan ini demi kebaikan kamu. Kalau kamu terlalu jauh menyelami pikiran seseorang dan membaca memori-memorinya, itu bisa mempengaruhi dan merubah kepribadianmu nanti. Apalagi pikiran psikopat seperti Rudy Zhao ini. Mas gak mau kamu sampai kenapa-napa dan terpengaruh pikiran jahatnya. Dan terlebih lagi, mas juga gak mau kamu sampai berubah.. OK? Berjanjilah sama mas..”, kataku berusaha membujuknya sambil membelai lembut pipinya.

Vera menatapku dengan mata berkaca-kaca. Lalu ia menjawabku lirih,

“Baiklah mas.. Vera janji”, ujarnya pasrah lalu memelukku. Kurasakan air matanya membasahi dadaku. Aku mengelus punggungnya dan berbisik,

“Percaya sama mas.. Kita pasti bisa menemukan kakakmu. Sabar ya.. sebentar lagi kamu akan bisa berkumpul kembali dengan kakakmu..”

“Ngh”, Vera menjawab dalam pelukanku.

“Za.. bagaimana dengan..”, tiba-tiba Yollie bertanya di sampingku. Walaupun dia tidak meneruskan pertanyaannya itu, tapi aku tau apa yang dia maksud.

Aku menoleh ke arahnya dan menatapnya sendu. Setelah terdiam sesaat, aku berkata,

“Aku tadi sekilas sudah mencari tau soal itu di dalam pikirannya. Dan.. dugaanku selama ini benar. Rudy Zhao adalah dalang sebenarnya dari kematian ayahmu. Dia menyewa jasa assassin dari THT untuk membunuh ayahmu secara diam-diam dan membuatnya seolah ayahmu meninggal karena serangan jantung”, ujarku prihatin kepada Yollie.

Kulihat ekspresi wajah Yollie tidak ada berubah sama sekali. Tapi aku tau, saat ini dia sedang merasakan kesedihan dan juga kemarahan. Aku menyodorkan tanganku kepadanya untuk menyuruhnya memelukku juga.

Awalnya Yollie hanya diam sambil menatap mataku tajam. Namun sesaat kemudian ia menghela nafas lalu jatuh ke dalam pelukanku. Pipinya disenderkan di dadaku. Aku memeluk hangat kedua wanitaku ini.

Lalu aku berbisik ke telinga Yollie,

“Biarkan aku saja yang akan membalaskan dendammu sayang. Percayalah padaku, nanti kamu akan mendapatkan keadilan itu. Mereka semua akan bertanggung jawab atas penderitaan yang kita alami", ujarku berjanji kepada Yollie.

“Ngh”, Yollie mengangguk lemah menjawabku.

“Uhuk.. Terus bagaimana sekarang. Berarti misi kita ini sudah berhasil?”, Letnan Geri bertanya di belakangku.

“Iya Letnan. Misi kita kali ini sudah berhasil. Kita harus segera mengakhiri drama ini”, jawabku sambil melepaskan pelukanku pada 2 wanitaku ini. Lalu aku melanjutkan,

“Yollie.. kamu tiduran lagi di atas ranjang. Tidak perlu diikat lagi gpp. Aku, Vera dan Letnan Geri akan sembunyi beberapa saat dulu sampai Rudy Zhao dan anak buahnya pergi. Aku juga harus men-set beberapa perintah lanjutan untuk Rudy”

“Ok”, jawab ketiganya hampir serempak.

Tapi kemudian aku teringat sesuatu,

“Letnan Geri, bisakah kamu mengembalikan posisi sendi jari Rudy Zhao itu?”, tanyaku pada Letnan Geri sambil menunjuk ke arah jari Rudy Zhao yang membengkok tak wajar.

“Akan kucoba”, kata Letnan Geri lalu berjalan menghampiri Rudy Zhao yang saat ini sudah kuperintahkan untuk berdiri diam. Kemudian Letnan Geri mencoba membenarkan lagi posisi persendian jari Rudy yang membengkok dan berhasil melakukannya.

“Dia harus tetap ke rumah sakit untuk menyembuhkan jari-jarinya”, kata Letnan Geri kepadaku.

“Ya aku akan memprogramnya dalam pikirannya nanti setelah dia tiba di HK lagi. Ayo kita sembunyi dulu sekarang”, ujarku.

Lalu aku, Vera dan Letnan Geri buru-buru bersembunyi lagi di ruangan kecil di dalam lemari kloset. Sesampainya di sana aku langsung duduk bersila dan memejamkan mata.

Di dalam pikiranku, aku memerintahkan Rudy Zhao untuk memakai lagi pakaiannya. Setelah selesai, lalu Rudy Zhao melakukan serangkaian perintah yang sudah kuprogram untuknya. Ia membuka pintu kamar dan lewat pikirannya aku bisa melihat 2 orang penjaga yang merupakan bagian dari pasukannya Kolonel Bagus.

Kulihat kedua orang itu seperti terkaget melihat tiba-tiba Rudy Zhao membuka pintu kamar. Rudy tidak menghiraukan reaksi kedua pengawal itu dan tetap berjalan menuruni tangga setelah menutup pintu kamar.

Sesampainya di ruang tengah, ia melihat keempat pengawal pribadinya sedang duduk di sofa sambil menikmati jamuan dari Bramono. Keempat pria itu langsung berdiri ketika melihat Rudy.

“Boss”, ujar keempatnya serentak.

Rudy Zhao menatap tajam ke arah keempat pengawalnya itu dan berkata,

“Kita harus segera pulang ke HK”, kata Rudy dengan intonasi dingin.

“Baik bos.. bos apakah anda baik-baik saja? Hidung dan mulutmu..”, tanya salah seorang pengawal itu.

“Ck.. Ini hanya luka kecil. Wanita itu memang sangat liar. Tapi aku berhasil menjinakkannya HAHAHA”

Keempat pengawalnya pun terkekeh bersama dengan bos mereka itu. Lalu Rudy berkata kepada Bramono,

“Buang mayat wanita itu sembunyi-sembunyi. Jangan sampai ada yang menemukan mayatnya”, perintah Rudy kepada Bramono.

Bramono terlihat sangat terkaget dengan perintah Rudy Zhao itu lalu refleks melirik ke arah Sersan Revaldi. Sersan Revaldi hanya meliriknya sesaat lalu mengangguk.

“O-ok bos..”, jawab Bramono pasrah. Ia tidak tau apa yang sudah terjadi di dalam kamar dan hanya bisa menyanggupi perintah dari Rudy Zhao.

“Good.. Aku akan kembali ke HK sekarang”, ujar Rudy Zhao.

Lalu Rudy Zhao berjalan ke luar rumah Bramono diikuti oleh keempat pengawalnya dan Bramono serta Sersan Revaldi. Kemudian tanpa berkata apa-apa lagi, Rudy langsung masuk ke dalam mobil dan tak lama kemudian mobil itu melaju pergi meninggalkan rumah Bramono.

Bramono menatap kepergian Rudy Zhao dan rombongannya itu dengan raut wajah bingung. Sampai mobil yang dikendarai oleh Rudy Zhao menghilang dari pandangannya, baru ia dan Sersan Revaldi buru-buru masuk ke rumah.

Dan seketika mereka berdua terkejut ketika melihat Yollie, Vera dan Letnan Geri sedang berjalan menuruni tangga.

“A-apa yang terjadi? Dimana master Reza?”, tanya Bramono semakin bingung.

“Nanti saya akan menceritakan semuanya setelah Kolonel Bagus datang. Mas Reza masih di dalam kamar. Jangan ada yang mengganggunya dulu”, Letnan Geri menjawab pertanyaan Bramono itu.

Lalu mereka duduk di sofa sambil menyender lemas ke sandaran sofa. Ketiga orang yang tadi ada di dalam kamar, serempak menghela nafas lega. Kejadian di kamar tadi masih membuat mereka syok. Tidak ada yang bisa menduga, semuanya akan terjadi seperti ini.

Tak berapa lama kemudian mereka kompak berdiri ketika melihat kedatangan Kolonel Bagus yang terlihat tergesa-gesa. Kolonel Bagus buru-buru berkata,

“Sudah jangan berdiri”, ujarnya lalu duduk di salah satu sofa. Kemudian ia melanjutkan,

“Ayo ceritakan padaku apa yang terjadi di kamar itu tadi. Aku hanya bisa melihat kalian dan tidak bisa mendengar apa-apa. Skill ruangan kedap suara mas Reza bahkan sampai membuat alat penyadap yang kita pasang di kamar itu tidak bisa menangkap sinyal audio”, kata Kolonel Bagus.

Letnan Geri mengambil dan menghela nafas panjang lalu mulai menceritakan kejadian di kamar itu tadi..



….

….

….
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd