Terima kasih suhu, senior dan kawan-kawan atas sambutan dan apresiasinya...
Berikut kelanjutannya, jangan lupa cendolnya bila tidak keberatan
Aku agak kesal, Reno hanya menjilat-jilat pentil payudaraku,"Aaggh, diemut sayang jangan dijilat gitu, geli, tau!?!" Emosiku agak naik, gairahku sempat menurun. Reno sepertinya sadar lalu dia mulai menyesuaikan diri, pentil kanan payudaraku mulai diemut lembut, dikulum dan di isap-isap sementara tangan kanan nya meremas-remas lembut payudara kiriku. Aaaaaargh, nikmat sekali, gairahku naik sampai ujung kepala, cairan vaginaku meleleh deras membasahi batang penis Reno menambah nikmat gesekan permukaan vagina. Dia melakukan bergantian pada payudaraku kanan dan kiri, gairahku makin meningkat.
Aku menghentikan aktivitasnya, tapi bibirnya seakan tak mau lepas dari pentilku layaknya bayi yang belum puas menyusu. Saat aku tarik payudaraku, maka bibirnya mengikuti sambil terus menghisap, hampir tertawa aku dibuatnya, mengingatkan aku akan Ray waktu masih balita. Beberapa kali aku harus melakukannya sampai dia tersadar dan tersenyum malu sendiri.
Vaginaku sudah basah sekali dan siap menerima penetrasi. Tangan kiriku memegang pundaknya sebagai tumpuan sementara tangan kananku memegang penisnya, menggesek-gesek ujungnya dari kelentit dan sepanjang liang vagina, supaya melebar dan siap untuk dimasuki. Kepala penisnya yang besar membuat vaginaku agak kesulitan menyesuaikan, sehingga aku harus agak menungging supaya kepala penis itu bisa masuk sedikit demi sedikit, Sllreepph...mmmphhh.. akhirnya ujung kepalanya bisa masuk semua, aku mengerang, terasa sesak, vaginaku berdenyut denyut menyesuaikan benda besar yang masuk kedalamnya. Secara reflek aku mulai menggoyang pantatku perlahan, sedikit menaikturunkannya sampai dinding vaginanya basah karena rangsangan sehingga penis itu bisa masuk lebih dalam.
Kulihat dengan lucu wajah Reno yang seperti orang bodoh, mungkin memang seperti itu wajah laki-laki bila merasakan nikmatnya liang vagina, mulutnya menganga dan matanya nanar merasakan perpaduan ngilu geli dan nikmat yang tiada tara.
Setelah batang penis itu bisa masuk setengahnya, aku menarik kedua tangan Reno untuk memegang pinggangku, menjaga dan menahannya agar aku bisa naik turun dengan teratur, membuat kami berdua bisa merasakan nikmatnya persenggamaan itu. Sebetulnya diameter batangnya yang kurasakan sama dengan milik Mas Adjie, tapi ukuran kepala penis nya yang lebih besar, seperti menyeruak di dalam lubang vaginaku. Goyangan pantatku yang semakin liar seperti mengaduk-aduk lubang vaginaku menyodok dan menggesek-gesek dinding vagina, membuatku merasakan nikmat yang tiada tara. Makin lama cairan vagina itu makin banyak dan mengeluarkan suara seperti gesekan air saat aku naik turun di batang penisnya.
Aku meihat Reno, mulutnya seperti bergerak menggumam komat kamit, mata dan mimik wajahnya seperti orang yang sedang menahan sesuatu. Aku terus bergerak naik turun, menikmati persenggamaan itu, sesekali terhenyak waktu ujung penisnya menyentuh rahimku, sesuatu yang belum pernah aku rasakan saat bersama Mas Adjie. Penisnya yang lebih panjang, memberikan sensasi baru. Kadang sambil meremas-remas payudara dengan kedua tanganku, aku menggoyang pantatku memutar sepenuh lingkaran ke kiri dan ke kanan seperti orang yang sedang melakuakan hula hop, membuat Reno seperti seperti ingin mencabut dan menarik penisnya karena mungkin merasakan dirinya bertambah geli dan ngilu. Aku rapatkan lagi jepitannya sehingga penisnya masuk lagi, sengaja aku buat seperti itu, untuk sedikit mempermainkannya.
Setelah beberapa saat, waktuku hampir tiba. Aku merapatkan kedua payudaraku sehingga pentilnya berhimpitan, lalu kusodorkan ke mulut Reno,"isap dua2nya sayang, isap yang kuat, uuuuh, sssshhh... aaaah... kedua tangan Reno lalu aku tarik untuk memegang rapat kedua payudaraku supaya bisa terhisap kedua pentilnya sementara kedua tangankuk menahan kepalanya, sambil panggulku bergerak maju mundur dengan cepat, supaya batang penisnya menekan kelentitku, dan ujung penisnya menggaruk-garuk liang vaginaku, menciptakan kenikmatan yang tiada berujung, sampai ketika kenikmatan dari hisapan kuat di kedua payudaraku dan hentakan2 penisnya yang mengaduk liang vaginaku beradu disuatu titik, membuatku melayang, tubuhku melenting, vaginaku berkejut-kejut mengeluarkan cairan, aku memperlambat gerakan maju mundur panggulku tapi sambil menekan keras vaginaku agar gesekan kepala penisnya terasa lebih kuat gesekannya di dalam. Ssshhhhh.... Aaaahhhh.... aaaaahhhh.... Aku merasakan klimaks, orgasme yang berulang-ulang, datang lagi dan lagi seiring muncratan-muncratan kecil cairan vaginaku, meleleh diantara batang penis dan liang vagina mengalir perlahan keluar di sela-sela selangkangan kami sampai membuatku terkulai lemas.
Aku mencabut pentil payudaraku dari mulut Reno. Setelah melewati orgasme berkepanjangan, isapannya mulai membuat geli pentil payudara, mengangkat tubuhku dari pangkuannya dan duduk disamping Reno memulihkan diri.
Setelah beberapa detik, Reno masih dengan penis basah mengacung duduk terdiam disampingku tak tahu dia harus berbuat apa atau menunggu tindakanku selanjutnya.
Aku katakan padanya, " Bersihin dulu penis kamu terus balik kesini". Dia berjalan ke kamar mandi. Entah kenapa aku begitu menikmati penis bujang itu, penis Reno, membuat gairahku seketika membuncah bahkan saat tadi pertama kali melihatnya, lebih panjang dan kepala penisnya yang lebih besar dan berwarna semu merah . Mungkin karena milik seorang pemuda ? hahaha tak tahulah.
Tidak seperti milik Mas Adjie ku, aku hanya mau melakukan oral padanya hanya ketika benar-benar ingin melakukannya bahkan kadang dengan sedikit paksaan darinya, sehingga membuat gairahku hilang.
Reno kembali kehadapanku yang masih duduk di sofa, penisnya sudah bersih, aku mengurut-urut dan mengocok perlahan penis itu, supaya lebih keras. Sunguh suatu pemandangan yang indah melihat penis itu, aku seperti dibuat ketagihan untuk memegang dan mengulumnya seperti terasa ada yang gatal di vaginaku saat mengelus dan mengulumnya, ah entahlah mungkin imajinasiku melambung terlalu jauh.
Kembali aku mengulumnya dengan gerakan-gerakan lambat sambil memainkan lidahku. Tak lama kemudian dia menggenggam rambutku dan menghentikan gerakanku."Bu Anne, kalau boleh aku ingin dimasukin ke tempat yang tadi".
Aku menatap matanya, melepas kuluman penis dari mulutku,"Jangan sekarang, aku masih ingin menikmati ini di mulutku", sambil memegang dan mengocok pelan penisnya.
Reno hanya mengangguk lalu aku meneruskan aktivitasku, aku kembali mengulum penisnya dan memainkan lidahku di kepala dan batang penis, sambil mengurut-urut buah pelirnya. Membuat Reno menggelinjang dan keluar desahan-desahan dari mulutnya. Samapi beberapa menit tidak juga dia tidak ada tanda2 akan ejakulasi, Akhirnya aku turun dari sofa, duduk dilantai dengan beralaskan bantal kursi, kepalaku bersandar menengadah di kursi sofa. Aku minta Reno mengangkangi tubuhku sambil mengatur posisi berdirinya dengan pas, supaya penisnya bisa dimasukkan ke mulutku. Dengan posisi seperti ini dia lebih leluasa memaju mundurkan penisnya di rongga mulutku walau ada kemungkinan aku tersedak karena penisnya masuk terlalu dalam.
Dan benar saja, dia mulai menikmati penisnya yang leluasa keluar masuk di mulutku bahkan beberapa kali dia berusaha memasukkan lebih dalam, hingga menyentuh ujung kerongkongan, buah pelirnya menutup lubang hidungku dan membuat aku tersedak, sampai aku harus memukul pahanya. Mungkin nikmat yang dia rasakan seperti vagina kalau aku ikut menyedot penisnya waktu dia menggerakkan keluar masuk mulutku.
Reno akhirnya bisa mengatur ritme, dia memainkan penisnya keluar masuk di mulutku dengan baik, kapan memainkannya di rongga mulut saja, kapan memasukkannya lebih dalam, sehingga aku bisa memainkan lidahku di sekujur batang penis atau meminkannya di bawah lubang kencingnya, membuat dia menggelinjang nikmat. Sesekali aku mencabut penisnya lalu mengulum buah pelirnya sambil mengocok batangnya.
Beberapa saat kami menikmatinya, sampai penis Reno berkedut-kedut di dalam mulutku, dia sedikit memepercepat gerakannya, aku agak kewalahan dan sedikit menahan tubuhnya. Tapi sepertinya dia hampir mencapai klimak, ejakulasinya mulai mengalir ke ujung lubang penisnya, tiba-tiba dia menaikan satu kakinya ke sofa, aku tersentak kaget dan berpikir mungkin naluri birahi laki-lakinya sudah mulai keluar. Dengan mengangkat salah satu kakinya membuat selangkangannya lebih terbuka dan memudahkan gerakan penisnya untuk lebih leluasa bergerak maju mundur di mulutku, betul saja, penisnya bisa menyodok masuk lebih dalam ujung kerongkongan sehingga di kepala penisnya lebih terasa. Keadaan itu membuatku hampir kehilangan nafas, ak u terengah-engah berusaha menahan gerakannya dengan memegang kedua pahanya, mataku terbelalak sampai sedikit air mata keluar karena tersedak, tapi sebentar kemudian air maninya meledak, Crrreeet....
Creeet... Aaaarggh... aaaagh.... beberapa kali semburan air mani kental disertai erangan si empunya itu langsung memancar di kerongkongan, aku langsung menelannya supaya tidak tersedak. Gerakan penisnya lama kelamaan mulai melambat seiring muncratan-muncratan yang entah berapa kali dikeluarkannya di mulutku. Sebagian meleleh diujung bibir karena tidak tertelan. Aku menyedot-nyedot dengan kuat sambil memainkan lidahku di penisnya dan meremas-remas buah pelirnya, menarik keluar semua sisa air mani dalam kantong penis yang menggantung itu membuat Reno mengerang, meringis lagi dan lagi.
Akhirnya kusudahi permainan itu setelah kuhisap kering air mani perjaka Reno. Vaginaku basah, bahkan aku seperti mengalami orgasme kembali walau tanpa melakukan penetrasi. Sungguh nikmat luar biasa.
Aku kembali duduk di sofa diikuti Reno yang duduk disampingku, melihatku kemudian mengelus payudara kiriku sambil mendekatkan wajahnya, kemudian mulutnya menghisap pentil itu perlahan, lalu wajahnya naik perlahan sampai telinga sambil hidungnya mendengus kemudian berbisik "Terima kasih bu Anne, pelajaran yang tidak bisa saya lupakan".
Aku memandangnya, mengelus belakang kepalanya, ingin mencium bibirnya, tapi dia sedikit mundur, mungkin belum biasa mencium bibir bekas mengulum penisnya  Akhirnya kucium pipinya,"Datanglah lagi minggu depan, mungkin kita bisa belajar lagi bersama".
Setelah kami bersih-bersih dan beberes sebentar, aku membuatkan dia teh manis hangat sambil ngobrol ringan. Tapi kali ini tidak duduk berhadapan, Aku duduk disebelahnya sambil sekali-kali salah satu dari kami menyentuh lengan atau paha satu sama lin sambil bergurau.
Mendekati adzan maghrib, Reno pamit pulang. Aku mengantarnya sampai keluar teras rumah, tapi sebelum membuka pintu ruang tamu dia berbalik, memberi ciuman di pipi, aku rada kaget, tapi kemudian tersenyum. Dia sepertinya sudah mulai nyaman dan terbiasa dengan aku.
Setelah Reno pergi, aku masuk ke rumah, menutup tirai jendela, menyalakan lampu-lampu, mandi, lalu seperti biasa, kembali dalam kesendirian, duduk tiduran di sofa ruang TV, membayangkan lagi kejadian yang baru saja kulakukan. Begitu spontan, Reno, guru muda polos itu, kehadirannya begitu menggugah birahi dan sisi liarku yang selama ini tersembunyi, Tidak ada rasa cinta yang hadir, atau belum? Ah entahlah. Aku belum memutuskan apakah akan melanjutkannya Rabu depan. Perasaanku masih bingung tapi aku menikmatinya. Ah, sampai lupa menyiapkan makan malam buat Mas Adjie.....
Bersambung...