Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Sexlite - Valentine Edition] Sexlite, My Bloody Valentine

chocobo

Semprot Baru
Daftar
20 Nov 2014
Post
37
Like diterima
41
Bimabet
Cerita ini adalah original dibuat oleh Chocobo (or de_squall di forum laen)
Anyway...ini pertama kalinya dimuat di Forum Semprot.
Have a nice read.... kalo ada typo silakan pm me or reply dibawah ini okay.
bagi yang mau copas ke tempat laen...pliz setidaknya kasih nama original writernya, that's the ethic
Segitu aja...met menikmati dan kalo berkenan silakan kasih balasan bentuk apapun (reply,cendol or thank)
Thanks all ... :adek:


=====================================================================:kopi:
My Bloody Valentine

Malam menjelang, angin malam berdesir dengan dinginnya menggigit seluruh sendi tulang siapapun yang melewati taman malam ini. Seorang gadis muda berambut ikal sebahu sedang duduk di bangku taman yang terbuat dari kayu berbalut rotan di pinggirnya itu. Sesekali dia menengok kekiri dan kanan dengan perasaan cemas atau bisa juga dia sedang menunggu seseorang untuk datang menghampirinya.

“Hai, maaf aku terlambat. Sepertinya kamu udah nunggu lama yah San.” Gadis berkacamata itu tersenyum lega ketika menengok kearah suara itu datang. Seorang pemuda berbadan tegap berlari kecil menghampirinya.

“Aku pikir kamu nggak datang. Aku udah cemas disini sendirian. Lagian sekolah kita udah tutup dari tadi sore, kegiatan ekstra juga udah selesai satu jam lalu. Kok baru datang…” Tanya sang gadis berkacamata.

“Maaf San, aku tadi tertahan di warnet tempatku kerja sambilan. Tau sendiri khan kemaren banyak komputer yang rusak jadi aku harus mengawasi pas di servis. Khan aku operator tunggal. Tadi temen kerjaku datangnya telat jadi harus nunggu dia datang dulu baru bisa pergi. Maaf ya San” ucap pemuda itu.

Sang gadis itu tersenyum tanda memaafkan. Dia lalu mengajak sang pemuda duduk. “Gini Hen, aku tadi siang dapat undangan untuk datang ke pesta ulang tahun Reza ntar. Menurutmu aku harus gimana? Secara aku khan gak bisa tampil modis. Temen kumpulnya Reza khan modis-modis semua khan. Apa aku nggak usah dateng aja ya?”

Pemuda yang bernama Hendra itu tersenyum kecut, “Bukannya kamu sendiri yang bilang kalau kamu suka sama Reza sejak kelas satu. Kamu udah berulang kali coba deketin dia tapi gagal terus karena kamu kurang pe de khan? Akhirnya kamu kalah cepet sama Risa yang cewek binal itu deh. Nah sekarang khan mumpung mereka putus baru seminggu, kenapa kamu gak masuk aja sapa tau dia suka sama kamu San. Eh Santi, denger yakkk…kalau kita nggak berusaha dari mana kita bisa tahu orang itu suka ma kita apa tidak.” Ucap Hendra kepada sahabatnya sedari kecil yang bernama Santi itu.

Hendra dan Santi sudah berteman sejak mereka duduk dibangku kanak-kanak. Semua yang Hendra pernah alami Santi mengetahuinya begitu juga sebaliknya. Banyak teman-teman mereka menganggap kalau mereka berdua itu adalah soulmate bahkan ada yang bilang kalau mereka berdua itu adalah destined couple. Namun semua itu ditampik keduanya karena baik Hendra maupun Santi merasa kalau mereka sudah nyaman sebagai sepasang sahabat.

“Jadi kamu bingung mau pakai baju apa atau bingung mau dandan model gimana say?” ucap teman sebangkunya yang bernama Rena esok harinya ketika mendengar penuturan Santi mengenai pesta ultah Reza.

“Semuanya lah. Kamu khan tau aku nggak pinter dandan, nggak modis, nggak kece, pokoknya jauh deh dari selera cowok seperti dia.” Sahut Santi pelan. Rasa rendah diri sekejap menyerbu batinnya. Perasaan takut, malu dan tertekan menghinggapi otaknya itu.

“Yaaa… aku tahu kamu nggak modis juga nggak pinter dandan, tapi nggak perlu rendah diri gitu lagi. Khan kamu punya kelebihan yang orang lain nggak punya. Kamu tuh jago nyanyi lho San, apa jadinya group choir (paduan suara) tanpa dirimu didalamnya. Tiap ada Solo Instertum (solis) kamu selalu yang disuruh tampil.” Temannya berusaha menghibur dan meninggikan hatinya lagi.

“Memangnya aku harus deketin dia sambil nyanyi gitu? Bisa-bisa disangka orang gila baru aku ntar di pestanya…” sahut Santi dan disambut dengan gelak tawa teman sebangkunya hingga terdengar ke beberapa bangku didekat mereka kalau tidak cepat-cepat mulutnya dibungkam dengan tangan Santi. “Jangan ngakak disini. Malu taukkk kalo sampe mereka tahu apa yang aku alamin.”

“Gini aja, aku ajak kamu abis pulang sekolah kita mampir ke distro tempet sodaraku mau? Dekat Mall Ciput** deket kok dari sekolah kita, abis itu kita ke salon kecantikan buat nata rambut kamu tuh yang semrawut. Acaranya kapan sih? Maklum aku gak dapat undangan sih, entah karena beda kelas (ruangan) atau karena beda kelas (social), hehehe.” Canda Rena.

“Aduh mana sempet Ren, acaranya khan ntar malam jam 7 malem. Aku harus ikut latihan choir dulu ntar jam 4 sore juga. Gimana nih?” Santi mulai panic dibuatnya.

“Aduh San, kalo dua-duanya dijalanin nggak bisa deh kayaknya. Paling nggak kamu harus ngorbanin salah satu kali ini aja. Sekali ini aja nggak ikut latihan khan nggak apa-apa khan? Lagian suara kamu nggak bakalan hilang kok karena nggak latihan sekali, udah paten tuh suaranya hahaha… pokoknya ntar tunggu di gerbang sekolah okey.” Ucap Rena sambil membuka tasnya dan mengeluarkan buku Fisika karena sang guru baru saja tiba di kelas.

Sesuai dengan rencana Rena, akhirnya dengan ‘terpaksa’ Santi harus mengikuti saran dari teman sebangkunya itu. Selama berjam-jam mereka berdua berusaha merubah penampilan Santi yang sebelumnya culun menjadi menarik di mata kaum pria.

Malam menjelang, sudah pukul tujuh lewat lima menit. Rumah Reza yang cukup besar itu sudah dipenuhi oleh banyak tamu-tamu yang mayoritas adalah teman-temannya di sekolah dan didalam pergaulannya di luar sekolah. Reza memang anak orang berpunya sehingga pesta ultahnya yang ke 17 menjadi pesta yang mewah.

“Hmmm, pestanya ramai juga, ada band nya juga nih asik sepertinya, tapi kok musiknya jazz Rez? Apa nggak kelewat tua tuh music?” Tanya seorang teman Reza kepadanya.

Reza yang saat itu pandangannya kesana kemari seperti sedang sibuk mencari sesuatu atau seseorang agak kaget juga dengan pertanyaan itu, dengan tergagap dia menjawab. “ Ahhh sapa bilang terlalu tua. Musiknya romantis kok dibandingkan dengan music pop sekarang yang lebih banyak noraknya alias kampungan banget liriknya. Terlalu mellow dan terlalu alay deh.”

“Lu nyari siapa sih Rez? Dari tadi clingukan melulu nih. Emang lagi nunggu siapa?” Tanya temannya yang satunya lagi sambil melahap kue yang dia ambil barusan. Reza tidak menjawab tapi sepertinya dia mencari sesuatu yang benar-benar menarik hatinya, atau seseorang…entahlah.

“Hai Reza, selamat ultah ya…maap kadonya kalo nggak berkenan hehehe, aku nggak tau kesukaanmu apa sih soalnya.” Sapa seorang gadis sambil mengulurkan tangannya kepada Reza.

Reza sebelumnya tidak memperhatikan gadis itu dan hanya sekedarnya saja mengulurkan tangan untuk bersalaman tapi pandangan matanya masih kemana-mana, sampai dia mendengar suara teman-temannya yang kaget melihat gadis yang berjabat tangan dengannya kala itu. Diapun melihat kehadapannya berdiri seorang gadis berambut ikal hitam yang terurai dengan cantik dan berwajah cantik dengan make up tipis namun benar-benar sesuai dengan dirinya dan anting kristal. Gadis itu berpakaian dengan gaun terusan one piece, tanpa lengan dan kerah gaun yang sedikit longgar walaupun tidak terlalu rendah sehingga menampilkan sisi sensual namun tetap feminim karena gaunnya yang bewarna hitam itu benar-benar lady-like.

“Santi…? Kamu Santi khan? Kok penampilanmu berubah ya? Aku sampai nggak ngenalin kamu lho.” Ucap Reza kepada gadis itu ketika sadar kalau yang didepannya adalah Santi.

Santi tertunduk malu, “Penampilanku jelek yach…maaf deh aku emang nggak modis kok. Habis aku bingung harus tampil seperti apa. Soalnya aku belum pernah datang ke pesta seperti ini yang pesertanya pakai pakaian pesta beneran bukan pesta asal gitu…” rendah dirinya hinggap lagi namun Reza tersenyum melihatnya.

“Siapa bilang nggak modis? Justru kamu tampak sangat modis kok hari ini. Kamu tahu khan ini ultahku bersamaan dengan hari Valentine? Aku nunggu seseorang spesial untuk berbagi malam ini denganku…dan aku udah menemukannya disini. Yaitu kamu cantik…” ucap Reza merayu. Terang saja Santi jadi salah tingkah dibuatnya.

Santi yang berpenampilan dewasa dan menarik malam itu benar-benar menjadi pusat perhatan dan ditambah lagi saat dia berdansa dengan sang tuan rumahnya pesta diiringi musik jazz membuat dia menjadi ratu pesta malam itu. Ada yang yang memuji dan kagum padanya tapi ada juga yang mencibir dan berlagak jutek melihatnya terutama dari kubu Risa dan teman-temannya. Maklum Risa diputuskan oleh Reza seminggu yang lalu entah karena masalah apa. Sejak tahu kalau Santi menyukai Reza, Risa selalu berusaha cari masalah dengan Santi dengan tujuan agar Santi tidak mendekati dan jaga jarak dengan Reza.

Malam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, semua acara inti sudah selesai bahkan ada banyak yang sudah pulang tapi ada juga yang masih tinggal untuk minum mocktail (seperti cocktail tapi tanpa alkohol) dan makan makanan ringan atau barbeque-an lagi karena rencana Reza emang acaranya mau sampai pagi karena dia sudah siapkan TV LCD besar dua buah untuk teman-temannya yang mau bermain playstation atau nonton DVD or Blue Ray Disk di ruang yang berbeda. Dia bahkan mempersilakan jika ada yang mau menginap.

“Udah malam nih Rez. Aku pulang dulu yach…aku nggak enak sama ortumu kalo pulang kemalaman, khan aku cewek. Lagian ortu ku juga sedang pergi keluar kota tiga hari jadi aku harus jaga rumah dengan kakakku yang perawat itu, ini dia shift malam jadi harus ada yang jaga rumah nih.” Santi berniat pamitan dengan Reza namun Reza mencegahnya.

“Ntar aja deh, lagian jam segini mau naik apa? Kompleks ini ke pangkalan taksi jauh lho, ojek juga nggak ada. Lagipula ortu ku nggak ada dirumah kok mereka sedang ke Singapore sejak dua hari lalu, pulang besok lusa juga. Tuh hadiah buat ku aja di paketin pake UPS apa nggak bikin eneg tuh.” Ucap Reza.

“Trus aku gimana pulangnya dong? Masak harus nginep sini?” Santi mulai panik tapi Reza menenangkannya dengan menunjukkan kalau teman-teman Reza ada juga yang cewek yang menginap disini karena rumah mereka jauh. Dengan segala bujuk rayu dan janji akan mengantar Santi pulang nanti akhirnya Santi luluh juga dibuatnya.

Reza dengan segala rayuannya akhirnya berhasil menggiring Santi ke sebuah ruangan disalah satu sudut rumahnya dimana terdapat sebuah kaca besar disana. “Disini tempat aku biasa latihan breakdance dan cermin itu buat melihat koreografi kita apa ada yang keliru. Kamu tahu nggak, ternyata kamu di cermin juga sama cantiknya dengan jika dilihat langsung lho.” Ucap Reza sambil mendekap tubuh Santi dari belakang lalu tangannya mengarahkan kepala Santi agar menoleh kesamping dan sebuah kecupan mesra mendarat dibibir Santi.

Mendapat ciuman pertamanya membuat Santi gelagapan, rasa deg-degan didadanya dan hampir membuatnya jatuh lemas kalau saja dia tidak dapat menahan dirinya. Reza tak berhenti dengan itu saja, dia lalu mengarahkan ciumannya dileher Santi yang membuat Santi tambah kelabakan dibuatnya. Ini kali pertamanya dia bersentuhan dengan pria se intim ini.

Tubuh Santi lalu seperti dihinggapi rasa aneh, sebagian menginginkan untuk menghentikan aksi Reza itu tapi sebagian lagi menginginkan untuk membiarkan Reza menciuminya lagi dan akhirnya akalnya sudah hilang ketika bibirnya lagi-lagi dicium oleh pemuda yang dia taksir sejak kelas satu SMU. Mata Santi terbelalak ketika dia merasakan tangan Reza menyentuh payudaranya walau dari balik gaun yang dia kenakan.

“Rez jangan gitu ah…tanganmu itu mau apa? Rez…jangan…” Santi berusaha untuk mencegah tangan Reza namun gagal, dia sudah terlanjur dibelenggu nafsu dan tenaganya kalah jauh dengan Reza. Tangan Reza sekarang dengan leluasa meremas payudara Santi bergantian sementara tangan satunya merangkul tubuh Santi dari belakang dan berusaha untuk melucuti gaun Santi. Santi tersadar dan mencoba berontak dan lagi-lagi gagal. Selang beberapa detik kemudian gaun yang dikenakan Santi sudah jauh ke atas karpet di ruangan itu, sekarang dari cermin terlihat tubuh Santi yang berbalut bra dan celana dalam satu set warna hitam berenda, benar-benar seksi dan kontras dengan tubuh Santi yang putih mulus dan menambah keseksiannya.

Reza terpana lalu membalik tubuh Santi yang sudah mulai meneteskan air matanya namun tak kuasa menolak keinginan pemuda yang dia sukai itu sampai akhirnya Reza berhasil juga melepas kaitan bra miliknya dan langsung terpampang bongkahan payudara indah milik Santi yang putingnya bewarna cokelat muda itu. Reza lalu menciumi kedua payudara itu bergantian dengan posisi setengah berjongkok. Santi sendiri berusaha untuk tidak terjatuh karena lemas, gugup, takut, dan gemetar.

“Rez…jangan, kita masih sekolah Rez…plisss ntar keterusan… aku takut Rez.” Sepertinya pintaan Santi tidak digubris oleh Reza lagi. Sekarang dia berusaha mencopot celana dalam Santi dan berhasil juga tanpa banyak perlawanan. Sekarang terlihat bibir kemaluan Santi yang ditutupi rambut tipis yang masih sangat jarang.

“Wah aku nggak nyangka kamu secantik dan semolek ini San…” ucap Reza sambil berusaha merebahkan Santi ke atas karpet. Santi berusaha menolak dan meraih pakaiannya lagi tapi gagal karena Reza langsung melemparkan pakaiannya jauh-jauh. Santi menutup mata tak berani membayangkan apa yang akan terjadi dan tak berani menyaksikan.

“Rez…jangan plis, aku nggak mau seperti ini…kita khan baru saja deket dan ak..uu…akhhh.” Santi mendongak menahan sakit dan membuka matanya dan melihat kalau jemari Reza mulai memasuki lipatan bibir vaginanya yang sedikit basah itu dan mengocoknya dengan cepat dan dengan dua jari, terang saja kemaluan Santi yang masih virgin itu jadi sakit dibuatnya. “Reza…jangan…aku masih perawannn…akhhh…sakit Rez…” racau Santi namun tak dihiraukan oleh sang pangeran hatinya itu.

Reza yang sudah bugil total waktu itu langsung menindih Santi yang sudah lemas pasrah dengan nasib yang akan menimpa dirinya. Dia merasakan kedua tungkai kakinya diangkat oleh Reza dan dia dibuat mengangkang dalam posisi terlentang. Dan tak butuh waktu lama dia mulai merasakan sebuah benda asing tumpul mulai membelah lipatan bibir vaginanya dan melesak masuk perlahan kedalam vaginanya dengan setengah dipaksa.

“AKhhh sakit …Rezaaa…sakittt…akhhhhh!!!” Santi berteriak menahan rasa sakit yang amat sangat saat penis Reza menyeruak masuk ke liang kewanitaan menerobos selaput dara yang selama ini dia jaga keperawanannya dan akhirnya dengan sebuah sodokan paksa yang kuat membuat seluruh penis Reza masuk kedalam liang vagina Santi diiringi dengan pekikan menahan rasa sakit dari Santi.

Santi berusaha mendorong Reza namun gagal karena Reza terlalu kuat bagi Santi dan tanpa mempedulikan rasa sakit yang dirasakan oleh Santi, Reza mulai memompa batang kemaluannya di vagina sang ratu pesta itu. Santi yang sudah lelah memberontak akhirnya hanya bisa pasrah dan menangis sesenggukan menahan sakit, kecewa, kesedihan menjadi satu.

“Santi…kamu bener-bener seksi banget say…akhhh…memekmu peret abis. Aku bisa ketagihan kalau gini caranya sayang…akhhh…” racau Reza sementara Santi hanya terdiam membisu dengan matanya menatap wajah Reza yang sedang kesetanan diburu nafsu seolah tak percaya kalau itu adalah Reza yang sama dengan yang dia taksir selama ini. Matanya lalu tertutup berusaha meyakinkan dirinya kalau ini semua hanya mimpi namun gagal tiap kali dia merasakan rasa sakit di kemaluannya yang sedang dihajar oleh penis besar Reza.

“Santi…aku keluar sayang…akhhh…” Reza mengerang keras dan mempercepat pompaannya dlliang kemaluan Santi. Sang gadis berusaha untuk menolaknya karena mengeluarkan spermanya didalam liang kewanitaan sama saja dengan mengambil resiko hamil. Namun apa daya akhirnya Reza menang dalam hal tenaga, Santi tak mampu mendorong tubuh Reza untuk menjauh yang ada malah Reza mendekapnya erat dan akhirnya percikan sperma menggenangi dinding rahim Santi yang sebelumnya masih perawan itu.

Santi menangis sejadi-jadinya namun sang pangeran sepertinya tak peduli. Dia mencabut penisnya dari kemaluan Santi lalu mengelapnya dengan celana dalam Santi lalu tersenyum melihat darah keperawanan Santi yang membasahi karpet miliknya meninggalkan bercak gelap yang cukup banyak. Dia lalu membuka paksa kedua paha Santi hingga sekarang terlihat cairan putih kental mengalir keluar dari bibir vagina Santi dan bercampur dengan cairan merah darah perawan sang dara. “Aku nggak nyangka kalau kamu masih perawan San, sepertinya aku kalah bertaruh dengan Rudi dan Reno. Mereka menyangka kalau kamu masih perawan sementara aku udah gak yakin kalo masih virgin. Ilang deh duit ku lima ratus rebu…sialan…tapi nggak apa lah…hari ini kamu udah ngasih aku hadiah ultah dan valentine terindah dalam hidupku… makasih ya San. Makasih cantik…muachhh.”

Bagaikan disambar petir, saat Santi mendengar penuturan dari Reza. Membuat air mata Santi mengalir lagi kali ini dengan tambahan rasa penyesalan mendalam. Pintu ruangan terbuka, dan muncullah Rudi, Reno dan seorang lagi yang tak asing bagi Santi yaitu Risa. Mereka bertiga tersenyum mencibir Santi yang tergolek lemah dengan cairan sperma Reza masih membasahi bibir vaginanya yang memerah. Valentine berdarah ini tak akan dilupakan oleh Santi seumur hidupnya. Karena ini hanyalah awal dari sebuah cerita kelam hidupnya.
 
Telat daftarnya bro....
:D
Ane ga sempet mantengin forum ini jadi ketinggalan deh... :D
mau daftar udah telat, minta perpanjangan katanya juga nggak bisa :D
Yaaa...itung2 berbagi lah :D
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Terakhir diubah:
Ntar bro, ane nunggu tanggapan dari penggemar cerita seru lainnya dan kalo banyak yang like nih crita ntar ane lanjutin ke yg lebih seru. :D
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd