Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG SIDE STORY (The Lucky Bastard - racebannon)

Setelah Anggia, mau bahas siapa?

  • Nica

    Votes: 76 16,6%
  • Karen

    Votes: 109 23,8%
  • Mayang

    Votes: 145 31,7%
  • Nayla

    Votes: 152 33,2%

  • Total voters
    458
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
GeMbOk aja ini trit, yg bikin php lvl 10, lapor ah, bye2 bannon, ga dilanjutin lg gpp yg ptg ini trid tutup, 1 side story aja segini lamanya apalagi side2 yg laen, madesu bgt lah, saran aja nih klo ga bisa kejar double story ga usah ngoyo, ntar situ jadi loyo malahan


Selow mas bro.. Harap maklum.. Kerjaan TS pasti ga cuma nulis cerita dan main semprot aja, dia pasti punya kesibukan, kerjaan, dan kehidupan jg di RLnya. Semangat TS...
 
GeMbOk aja ini trit, yg bikin php lvl 10, lapor ah, bye2 bannon, ga dilanjutin lg gpp yg ptg ini trid tutup, 1 side story aja segini lamanya apalagi side2 yg laen, madesu bgt lah, saran aja nih klo ga bisa kejar double story ga usah ngoyo, ntar situ jadi loyo malahan
Member lama koq kaya gini ya ;)
Piknik om ke lapak suhu RB yg lain.
 
GeMbOk aja ini trit, yg bikin php lvl 10, lapor ah, bye2 bannon, ga dilanjutin lg gpp yg ptg ini trid tutup, 1 side story aja segini lamanya apalagi side2 yg laen, madesu bgt lah, saran aja nih klo ga bisa kejar double story ga usah ngoyo, ntar situ jadi loyo malahan

Baru baca trit ini yah mas :bingung: kan udah dibilang trit ini bakalan di apdet kalo ada scene yang berhubungan dengan MTD yasabar to mas -_-" ada waktunya buat apdet ko. kayak blom pernah di sleding aja kalo ngomong
 
Andai bisa batain tuh orang...
Udah tak lempari...

Tgal baca aja kog repot plus protes doank...
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Ini bakal update pas arta dapet undangan merid dari anggia ama rendy. Side stroy baru mulai keluar neh hahahaha
 
GeMbOk aja ini trit, yg bikin php lvl 10, lapor ah, bye2 bannon, ga dilanjutin lg gpp yg ptg ini trid tutup, 1 side story aja segini lamanya apalagi side2 yg laen, madesu bgt lah, saran aja nih klo ga bisa kejar double story ga usah ngoyo, ntar situ jadi loyo malahan
mending gak usah ngerusuh disini daripada kena sanksi yg lebih berat
 
SIDE STORY
ANGGIA | PART - 15

timeline : PART 51 Matahari Dari Timur

------------------------------------------

glitch11.jpg

Kaget.

Pasti kaget.

Shock.

Itu yang pertama terasa oleh Rendy, saat bibir Anggia menyentuh bibirnya. Tiba-tiba.

"!” Rendy kaget dan merayap mundur.
"Kenapa?

Rendy dan Anggia saling menatap dalam diam. Diam. Hening mendadak muncul di ruangan itu, mereka saling menatap dengan tatapan yang aneh. Rendy menatap dengan heran, begitu pula dengan Anggia.

“Eh...."
"Kenapa?"
"Gue gak bisa"
"Kenapa gak bisa?"
"Gue temen elo"

"Kalo gitu kita gak usah temenan lagi... Lo bilang pengen bahagiain gue kan? Daripada orang lain, mendingan elo aja" balas Anggia.
"Iya tapi..."
"Kenapa tapinya? Gak suka sama gue?"
"Bukan gitu..."

Suasana hening tetap meliputi kamar Rendy, walau dialog tadi memberikan tanda-tanda bahwa Anggia sudah menyerah. Entah menyerah untuk apa, menyerah oleh apa, yang pasti yang ia inginkan sekarang hanya bersama dengan Rendy.

“Nggi…..”
"Udah Ren... Jangan ngomong lagi... Please..." Anggia menggenggam tangan Rendy dan menatapnya dalam. Dalam posisi ini, Rendy tahu bahwa dia tidak bisa membohongi perasaannya lagi. Gila. Anggia yang selama ini cuma ada dalam kepalanya kini terang-terangan menyodorkan dirinya, perasaannya ke Rendy.

“Gue tetep nggak bisa Nggi” lanjut Rendy.
“Kenapa?”
“Satu hal yang gue takutin, gue takut gue gagal ngebahagiain elo kayak semua orang yang lo ceritain ke gue”

"Seenggaknya lo harus coba sendiri...." Anggia tanpa aba-aba lalu menyenderkan tubuhnya ke Rendy. Rendy terdiam, merasakan tubuh yang selama ini tidak bisa ia sentuh kini berada dalam jangkauannya. Tangan Anggia lantas melingkar ke pinggang Rendy, dan mereka berdua kini saling diam, tanpa suara, tanpa pergerakan.

“Kenapa mesti gue?”
“Elo? Elo selalu ada, kayak gini sekarang….”
“Maksudnya?” Tanya Rendy lagi.

“Elo Ren, selalu mau dengerin gue, selalu mau ada buat gue, dan gue tolol selama ini udah ga sadarin itu. Dari semua kesalahan gue, kesalahan terbesar gue adalah dengan gak ngebuka perasaan gue ke elo…”
“Tapi lo yakin?” Tanya Rendy
“Yakin sama apa?” bingung Anggia.
“Sama gue?”

“Gue harus ambil resiko kayak gini sekarang Ren, seengaknya sama elo….” Senyum Anggia kecut.
“Kalo gitu, gue harus coba dong?” balas Rendy kaku.
“Coba buat?”
“Ngebahagiain elo?”
“Mungkin….” Tatap Anggia lemah

“Tapi yang pasti, gue mau kayak gimanapun tetep pengen liat lo bahagia Nggi, mau kayak gimanapun juga” senyum Rendy dengan lemahnya.
“Jadi?”
“Gue gak akan pernah berhenti untuk nyoba ngebahagiain elo. Dalam kondisi apapun, dengan cara apapun yang gue bisa, ya selama ini, yang gue bisa lakuin ya kayak tadi sampe sekarang…. Di luar itu, gue belom bisa” balas Rendy panjang.

“Belom bisa gimana?”
“Gini Nggi, gue sayang sama elo, dalam hati gue selalu ngebayangin lo bisa ketawa tiap hari. Dan itu butuh effort banyak yang mau gue coba. Tapi ada beberapa hal yang belom bisa gue lakuin, karena batas-batas yang ada di antara kita, entah itu status, atau apapun itu…” lanjutnya.

“Kalo gitu, gue izinin lo untuk ngedobrak batas itu gimana?” senyum Anggia, yang malam itu benar-benar meleleh dan luluh dengan semua respon Rendy. Tampaknya dia benar-benar terkesima oleh perasaan Rendy yang selalu tertahan, selalu berusaha ia korbankan untuk teman-temannya, dan terutama Anggia. Perempuan yang selalu ia idam-idamkan.

“Kalo lo izinin, gue bakal coba sebisa gue untuk bikin lo bahagia” jawab Rendy. Anggia memperlebar senyumnya dan dengan nyamannya ia terus memeluk Rendy.

Seluruh anggota tubuh Rendy kaku, tak bisa bergerak, bahkan hanya untuk sekedar memeluk Anggia. Dengan segala kekuatan yang ia punya, Rendi berusaha keras memeluk perempuan cantik yang sudah ia dambakan dari sejak kuliah dulu. Anggia malah mempererat pelukannya, dan mereka berdua tetap tak bersuara. Suara jalan yang bersahutan di dari kejauhan mewarnai telinga mereka. Dan yang Anggia inginkan cuma kedamaian. Kedamaian yang mungkin Rendy bisa sediakan, bisa berikan, dan Anggia berpikir itu semua bisa terjadi selama Rendy masih bersikap sama seperti sebelumnya. Sebagai teman, sebagai sahabat, tapi dengan perasaan yang lebih terbuka. Perasaan yang melebihi kebiasaan. Melebihi batas-batas yang selama ini mereka tutup tutupi sendiri.

------------------------------------------

"Terus lo mau diem terus disini? Ketauan ibu kos gue bisa bahaya, untung yang abis dari kasus Adrian itu pas doi lagi ga ada...." bisik Rendy ke Anggia yang sedang bergumul sendiri di atas kasur Rendy, sementara Rendy terdiam di depan laptopnya, berusaha sedikit membereskan pekerjaannya, tapi sulit. Konsentrasinya benar-benar terganggu.

Dari tadi Anggia sudah menghabiskan banyak waktu untuk diam dan memeluk Rendy, hingga Rendy ingat bahwa ada yang harus ia bereskan mendadak. Tidak mudah tentunya bagi Anggia untuk melepaskan pelukannya dari Rendy, tapi akhirnya terlepas karena Rendy terpaksa memohon, untuk sedikit berkutat dengan pekerjaan, yang memang harus dia email malam itu juga.

"Berisik" jawab Anggia pelan.
"Lo ga bisa nginep sini. Besok pagi kalo ibu kos gue muncul bahaya"
"Berisik"

"Jangan kayak bocah dong...." keluh Rendy.
"Bodo" Anggia masih berkutat dengan diamnya di atas kasur.
"Gue setirin mau?"
"Ngusir?"

"Dih... Enggak... Gimanapun bakal ribet kalo lo nginep-nginep disini atau ga pulang pulang” Rendy nyengir dengan bodohnya.
“Jadi nih ngusirnya?”
“Hih”
“Oh gitu, jadi kalo udah bareng ama gue sekarang jadi sinis… dulu dibaik baikin, paham…” canda Anggia dengan lemahnya.

“Ih” balas Rendy.
“Sini dong” bisik Anggia.
“Sini ngapain?”
“Oh jadi kita masih temenan nih?” balas Anggia dengan nada ketus.

“Hmmm… Udah enggak ya?” jawab Rendy bodoh, dan dia kemudian bangkit dari kursinya dan merayap ke arah Anggia. Anggia tersenyum, dan dia merasakan rasa nyaman yang selama ini mungkin tidak ia rasakan, ketika mahluk yang bernama Rendy ini mendekatinya.

Dan gerakan selanjutnya tentu tidak akan disesali Rendy. Sebuah ciuman di kening Anggia, dengan pelan Rendy berikan kepadanya. Sentuhan di kening yang tidak akan Anggia lupakan.

------------------------------------------
------------------------------------------
------------------------------------------

“Udah gue duga bakal begini akhirnya”
“Apaan sih” respon Anggia ke kesimpulan sahabatnya.
“Iya, elo sama Rendy, kenapa baru sekarang coba”

Foodcourt mall siang itu seperti biasa ramai, penuh dengan para pekerja kelas menengah seperti Anggia dan sahabatnya. Suara bersahutan, dan keramaian siang hari yang wajar terlihat di tempat umum menjadi latar belakang kebiasaan manusia untuk menyantap makanan di siang hari.

“Ya karena baru sekarang aja” jawab Anggia.
“Bukan karena pelarian?” tanya sahabatnya jahil.
“Tolol, engga lah”
“Dia udah ngejar lo dari jaman kuliah, terus nyerah karena lo ga pernah mau ama dia, terus lo sekarang baru open up ama dia setelah banyak kejadian aneh-aneh… Itu pelarian banget sih” ledek sahabatnya.

“Jadi yakin Dian bukan pelarian juga?” tanya Anggia galak.
“Tolol”
“Giliran Dian aja ga boleh ada jelek-jeleknya, nah gue, Cuma gara-gara baru sekarang ama Rendy aja udah lo stigma.. Dasar” lanjut Anggia panjang.

“Iya jadi jawab lebih detail dong, kebiasaan sih elo, orangnya gak detail”
“Emangnya elo, sok-sok detail dan perfeksionis… Tiap kerjaan dilemburin aja, ga kasian apa ama Dian lagi bunting” balas Anggia.
“Sialan nenek sihir bahasan lo”
“Bodo”

“Apa sih susahnya ngasih tau ke gue lebih detail lagi?” selidik sahabatnya.

“Gini nyet…. Oke keliatannya kayak pelarian, tapi mungkin emang gue butuh proses yang panjang dan menyakitkan dulu supaya gue bisa bener-bener ngerasain apa yang Rendy rasain, dan kalo sekarang emang waktunya kenapa gitu? bisa aja jadi besok, bisa aja kemaren, waktu mah ngikutin doang….” balas Anggia panjang.

“Sejak kapan waktu ngikutin, yang ada mah orang yang ngikutin waktu”

“Rese amat sih sok filosofis”
“Bodo”
“Bodo-bodo… Makan tuh, dari tadi kayaknya cuman pengen nyelidikin gue… Palingan elo juga nyesel kenapa gak selamanya jadi fuckboy gue” ledek Anggia.
“Bisa gak sih gak bahas-bahas soal itu”
“Biarin, bilang aja lo masih pengen kan sama gue, pasti nyesel dia dulu gak make a move terlalu dalem ama gue… Ketipu ama pesona semunya si Karen hahaha” tawa Anggia.

“Kurang ajar ya elo lama-lama”
“Gue mah udah kurang ajar dari dulu kali, elo aja yang tahan temenan ama gue” balas Anggia.
“Dah ah, makan-makan”
“Gak jelas lo orang emang…. BTW, lo masih freelance-freelance gitu gak, kan Dian dah hamil gede tuh, pasti ribet ya selain kerjaan kantor?”

“Ada sih kerjaan luar kantor, tapi cuman bantuin sepupunya si Dian bikin cover album aja” jawab sahabatnya.
“Loh, Arya dkk bikin album lagi?”

“Repackaged album kedua mereka”
“Buat apa?” tanya Anggia.
“Buat dilempar ke pasar Jepang”
“Hebring, gara-gara mereka kemaren manggung di Jepang itu ya?” tanya Anggia lagi.

“Iya”

“Terus?”
“Nah, gue juga pengen ketemu Rendy lagi nih, soalnya kemaren mereka nanyain kalo Rendy bisa ngedirect apa engga, kan kerjaannya di bidang itu tuh” lanjut sahabatnya.
“Maksudnya?”
“Ya maksudnya mereka pengen Rendy yang ngebikinin video klipnya”

“Lah, harusnya elo lah lebih tau Rendy bisa ngedirect apa engga, kan elo yang tinggal bertahun-tahun ama dia”
“Iya, siapa tau abis gue nikah, dia udah mulai ngedirect kan? Iklan gitu? Sutradara iklan atau video-video marketing viral di youtube?” tanya sahabatnya.
“Ya lo tanya sendiri lah ke dia, gue mana tau” jawab Anggia.

“Kan elo pacarnya Rendy sekarang”
“Baru juga kemaren kejadiannya”
“Tapi lucu juga ya, orang jaman sekarang, apalagi di umur 30an kayak kita ini…”
“Gue masih kepala dua” potong Anggia.
“Bentar lagi juga 30” ledek sahabatnya.

“Jadi lo mau ngomong apa? kok malah ngomongin umur?” sahut Anggia sewot.
“Iya, maksud gue, orang-orang seumuran kita ini, kalo in a relationship itu lucu ya, ga pake nembak-nembakan lagi, yang penting ada kesepahaman, terus kalo udah ada persetujuan ga langsung buat ngabisin waktu bareng sampe ke jenjang selanjutnya ya juga gitu aja, ngalir, paling pake pertanyaan-pertanyaan kayak, -kita mau ngapain-, -abis ini kita mau dibawa kemana-, -status kita apa-, gitu” jelas sahabatnya.

“Ga penting juga sih lo mikirin itu, itu kan tergantung ke orangnya masing-masing” sanggah Anggia.
“Seenggaknya lo gitu juga”
“Iya sih”

“So, tapi gimana bokap dan semua hal-hal lainnya yang mungkin bakal sewot kalo lo pacaran lagi sama orang yang beda agama”
“Entah kenapa kali ini kok rasanya beda” jawab Anggia.
“Beda apanya?”
“Gue belom ngomong ama bokap, tapi yang pasti gue kok yakin hal yang gue alamin sama Rendy ini gak Cuma sekedar pacar lah, apa lah, entah kenapa….”

“Hmmm…”
“Yah gitu deh… cuman kita liat aja, jalannya gimana… Dan kali ini gue juga lebih siap sama kesewotan bokap. Ini Rendy. Bokap juga udah tau dia gimana…. Tapi we’ll see lah” lanjut Anggia.

“Oke… tapi setidaknya gue lebih nyaman rasanya denger elo sama Rendy, seakan-akan dua orang yang sangat penting buat gue, sekarang nyatu jadi satu orang” senyum sahabatnya.
“Sok melankolis anjir”
“Sok sinis”
“Bodo”

------------------------------------------
------------------------------------------
------------------------------------------

“Gue? Ngedirect?” kaget Rendy.

Kemang, malam hari, dengan asap rokok yang mengepul dari mulut Anin, sepasang bir milik Anin dan Rendy yang ada di atas meja. Serta segelas lemon tea milik Arya. Terus terang, belum pernah seumur-umur Rendy menjadi sutradara untuk apapun. Baik video klip, iklan, atau entah apalah.

“Serius Ren” senyum Anin dengan manisnya.
“Lagian kalo ini emang kali pertama lo ngedirect, ini bisa jadi portofolio yang oke kan?” sahut Arya.

“Wah gimana ya….”
“Udah ambil aja” mohon Anin.
“Kenapa mesti gue?” tanya Rendy.

“Kan udah gue bilang” jawab Anin.

Ya, mereka memilih Rendy, selain karena kedekatan emosi, karena Rendy pada waktu kuliah banyak membuat proyek videografi yang luar biasa. Luar biasa untuk ukuran mahasiswa. Walau pada akhirnya perjalanan Rendy tidak menjadi sutradara, tapi menjadi editor maupun produser, tapi pasti taste Rendy tidak berubah.

“Masih inget gue dulu Rendy ama Ilham tandem bikin video yang buat pameran itu… Keren, hebat di tengah-tengah karya grafis dan painting mereka berdua nekat bikin karya video…” tawa Arya.
“Itu kan dulu” jawab Rendy.

“Udah ambil aja, pasti taste lo ga berkurang dari dulu… Gimana?” lanjut Anin.
“Serius gue takut euy”
“Jangan takut lah, sekarang udah ga takut kan? Anggia udah lo libas juga” tawa Arya, sambil dia melirik ke arah Anin yang mendadak ekspresi mukanya berubah jadi kecut. Ups. Anggia. Iya, Waktu pertama kali Anin mendengar kabar soal Anggia-Rendy, hatinya hancur sejadi-jadinya. Kacau memang orang ini, perasa dan sensitif sekali masalah perempuan, belum habis harapan kosongnya ke Zee, tiba-tiba dia harus dipukul oleh berita bahwa kecengan abadinya, Anggia, yang juga menjadi alasan berdirinya Hantaman sewaktu jaman kuliah dulu, kini malah menjalin hubungan dengan Rendy.

Iya, Rendy, orang yang dulu nasibnya juga sama seperti Anin, pemuja Anggia. Pemuja Anggia yang satu ini tapi mendapatkan keberuntungan yang lebih. Dia akhirnya bersama Anggia, walau hubungan mereka baru saja terjalin.

“Ah… haha, ya itu mah gimana ya, tapi balik lagi deh, emang kalian gambaran konsep video klipnya apaan, kayak gimana?” tanya Rendy.
“Gak tau” jawab Arya dan Anin bersamaan dengan senyum aneh.

“Yang penting simple, dan ini video klip kan bukan kewajiban dari label, tapi dari kita sendiri yang pengen bikin. Ceritanya duit dari manggung Jepang kemaren kita invesasiin gitu di video klip. Lagian album kedua kita juga belom ada yang dibikin video klipnya Ren…” lanjut Anin panjang.
“Hmmm….”

“Udah lo pikirin dulu, tapi jangan lama-lama mikirnya, lumayan kan duitnya buat modal lo kawin sama Anggia” canda Arya.
“Hus” sela Rendy, sambil melihat ke arah muka Anin yang walaupunt tersenyum, terasa aura hampa patah hati tolol dan dungu yang terpancar dari muka dan tampangnya yang sangar, tampang gorilla hati koala.

Ya, soal Anggia, sebenarnya ada yang mengganjal di hati Rendy. Dia sudah hapal kehidupan Anggia, saking hapalnya dia sampai khawatir. Khawatir dengan keluarga Anggia. Dia sudah terlalu sering mendengar dan menyaksikan betapa tidak sukanya ayahnya Anggia pada pacar Anggia yang berbeda agama. Mungkin karena orang tuanya ingin cepat-cepat Anggia menikah, dan di bayangan mereka, suami Anggia yang mungkin cocok buat Anggia adalah pria Katolik baik-baik dan rajin ke gereja, serta aktif di segala macam kegiatan gereja. Sementara Rendy jelas penganut agama mayoritas. Itu yang memusingkan dia.

Walaupun memang belum akan menjejak ke jenjang pernikahan, tapi yang dibayangkan oleh Rendy adalah kelanjutan hubungan mereka, yang kalau berakhir, tentunya akan jadi sangat aneh. Terlebih karena sudah selama ini Anggia, sudah menjadi pelengkap hidupnya dalam bentuk sahabat dan teman. Dan selama ini, sejak Anggia dan dirinya menjadi satu, perkara orang tua Anggia sudah mengganggu pikirannya.

Tentu ia ingin sekali berbincang-bincang dengan orang tua Anggia, agar ia dapat meyakinkan bahwa anaknya baik-baik saja di dalam hubungannya. Tapi kalau masalah agama, itu yang jadi kebingungan Rendy. Mana di Indonesia susah menikah beda agama, masa harus di luar negeri atau Anggia jadi muallaf? Atau Rendy yang menjalani proses katekisasi?

Wait. Pikir Rendy.

Sudah kejauhan tampaknya mikirnya. Dan lama-lama masih jadi pusing sendiri. Tapi tenang, ada Anggia yang bisa diajak diskusi.

“Ren, jangan sekarang mikirnya, ntar aja” tegur Anin yang melihat Rendy tampaknya agak-agak spaced out.
“Eh… Iya”
“Sekarang kita ngebir dulu” senyum Arya.
“Emangnya elo ngebir?” sanggah Anin.
“Ya engga lah, kalian yang ngebir, gue yang nonton…” tawa Arya.

“Eh, Arya akhirnya nyentuh alkohol lho pas kemaren ke Jepang” bisik Anin ke Rendy.
“Oh ya?” kaget Rendy.

“Nin, serius lo mau lanjutin cerita lo? Entar lo sakit hati lagi” tawa Arya.
“Sial”
“Wah, cerita dong please” mohon Rendy.

“Nggak, nggak usah” sahut Anin pelan.
“Lah malah baper” tawa Arya.

“Jadi, ambil kan tawaran kita?” mendadak Anin mengalihkan pembicaraan.
“Haha…. Boleh deh” tawa Rendy sambil bertanya-tanya, ada kejadian menarik apa yang terjadi ketika Arya menyentuh alkohol di Jepang.

------------------------------------------

BERSAMBUNG
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd