Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Sinopsis Cerita Stefany dan Rico Secara Keseluruhan

Memperalat Kecerdasan Orang Cerdas

Hati William langsung bergejolak saat membaca laporan berikut foto-foto itu. Namun bagaimanapun ia tak serta-merta langsung mempercayainya. Apalagi tak ada bukti foto yang jelas memperlihatkan perselingkuhan mereka.

Sumbernya memang mengakui saat itu ada masalah teknis. Jadi ia tak dapat mengabadikan foto-foto mereka. Namun dengan meyakinkan ia mengatakan kalau saat itu ia melihat langsung adegan perselingkuhan mereka. Terbukti dengan mampu dibuatnya laporan yang detil tersebut.

Pikiran William jadi mendua. Karena memang laporan tersebut mengandung banyak hal yang begitu sesuai dengan diri Stefany, calon istrinya yang sangat diketahuinya dengan baik. Bahkan ciri-ciri fisik pada bagian tubuh yang selalu tertutup itu pun mampu dideskripsikannya dengan akurat. Demikian pula aksi dan kesukaannya di ranjang.

Silvani telah memperkirakan hal ini dan ia telah mempersiapkan langkah selanjutnya. Ia menganjurkan William untuk meminta pendapat orang ketiga. Orang yang dekat dengan Stefany.... Rico! Dan William pun termakan oleh usulan "biro jasa online"-nya itu. Apalagi hatinya langsung panas tiap kali membayangkan calon istrinya bermain gila dengan seorang bapak-bapak. Akhirnya ia setuju. Toh baginya nothing to lose juga untuk berbicara dengan Rico.

Sebelum mereka bertemu, Silvani memberi satu pesan khusus kepada William. Ia meminta cowok itu untuk selalu memperhatikan raut wajah Rico saat melihat laporan dan terutama foto-foto itu.

Tanpa William sadari, ia telah masuk dalam jebakan Silvani. Kalau laporan rekayasa itu sengaja dibuat dengan unsur-unsur bombastis untuk membangkitkan emosi dirinya, foto-foto yang disertakan itu sebenarnya di-desain bukan untuk dirinya. Melainkan untuk Rico! Ia tahu laporan rekayasanya tentang ML-nya Stefany dan Dharsono itu tak berarti apa-apa bagi cowok itu. Dan hal itu terbukti. Saat Rico membacanya ia langsung mengatakan bahwa itu adalah laporan sampah. Namun sikapnya langsung berbeda saat melihat foto-foto itu. Karena ia tahu persis figur Dharsono dan kakaknya. Dan juga ia tahu persis tempat rahasia Dharsono. Sehebat-hebatnya Rico, ia tak mampu menghilangkan sama sekali reaksi spontan perubahan wajahnya dari rasa keterkejutannya yang begitu luar biasa.

William yang telah mendapat pesan khusus tersebut langsung melihat perubahan raut wajah Rico saat melihat foto-foto tersebut. Tentu semua ini tak dikatakannya secara langsung. Bahkan sebelum mereka berpisah, ia tetap menerima tawaran Rico untuk menyelidiki hal tersebut lebih lanjut. Namun dalam hatinya kini ia melihat adanya sesuatu yang disembunyikan oleh calon adik iparnya ini. Kini ia semakin percaya dengan "akurasi" sumber informasi anonimnya itu. Berkat nasehatnya kini ia dapat melihat sesuatu yang tak beres dengan Stefany. Dan Rico adiknya berusaha menyembunyikannya.

Sampai sejauh ini Silvani memang belum berhasil meyakinkan William secara total. Namun ia berhasil membuat kecurigaannya bertambah, bahwa memang ada hubungan spesial antara Stefany dan orang itu.

Untuk itu ia harus berterima kasih kepada Rico yang berhasil dimanfaatkannya untuk malah justru mengkonfirmasi kecurigaan William. Ia tahu kode etik Rico tak akan bisa membocorkan informasi tentang Dharsono kepada orang luar. Sehingga ia agak kesulitan menjelaskan semua ini secara terbuka kepada William. Karena itu artinya ia secara langsung melanggar sumpah kerjanya. Apalagi kalau pada akhirnya keluarga William memang tersandung kasus korupsi.

Yang lebih membantu dirinya lagi, dengan kecerdasannya cowok itu akan berpikir keras mempertimbangkan berbagai kemungkinan. Otak cerdasnya mengharamkannya untuk mengatakan sesuatu yang masih "mungkin", "jika, "kalau", dan sejenisnya. Ia baru akan mengatakan hasil akhirnya setelah betul-betul yakin dengan analisanya. Hal ini justru membuat William semakin mencurigainya karena ia menganggap cowok itu sengaja menyembunyikan sesuatu darinya dengan menunda-nunda waktu.

Sementara waktu berjalan tanpa kepastian untuk mereka, ia justru bebas leluasa beraksi untuk semakin membakar emosi William. Cowok ini memiliki ego yang sangat tinggi (maklum anak orang super kaya). Dengan kata-kata yang tepat akan mudah untuk dipengaruhi. Dan mempengaruhi pikiran orang lain adalah kelebihan tersembunyinya.

Sampai pada akhirnya ketika kebenaran terungkap, hal itu jadi tak berarti lagi karena sudah terlambat...
 
Wah mantep nih. Memanfaatkan kecerdasan Rico untuk menambah kecurigaan William
Hahaha
 
Terlalu Cinta dan Terlalu Enak

Sejak pertemuannya dengan William hari itu dan sesudahnya, Rico berpikir keras. Segala sesuatunya begitu aneh dan tidak masuk akal. Sudut pengambilan foto-foto itu, seolah seperti Stefany sendiri yang sengaja mengambilnya. Namun kalau memang cici-nya itu yang melakukannya - apapun tujuan dan alasannya - kenapa lalu bisa bocor dan sampai ke tangan William dan kemudian diperlihatkan ke dirinya?

Ini artinya ada lebih dari satu aktor yang terlibat. Pertanyaannya siapa mereka dan siapa yang memanfaatkan siapa?

Dari segala macam kemungkinan, tak ada satupun yang mampu memuaskan dirinya dan menjawab seluruh pertanyaannya. Namun ada satu hal yang ia dapat pastikan. Semua ini ada yang merekayasa.

Dan siapapun yang melakukannya kemungkinan besar adalah seorang musuh dalam selimut. Karena ia mampu melakukannya sebegitu hebatnya. Seolah orang itu tahu semuanya. Bahkan tempat Dharsono yang selama ini begitu dirahasiakan pun juga mampu diungkapnya.

Pada akhirnya ia menemui William lagi untuk meyakinkannya kalau semua ini hanyalah rekayasa. Tapi tanpa adanya bukti kuat, ucapannya ini hanyalah sekedar opini. Opini dari pihak yang jelas tidak netral karena ia adalah adik Stefany.

Sementara hasil penyelidikannya dari Stefany dan Dharsono tak memberikan hasil memuaskan. Oleh karena masih belum tahu siapa penjahatnya, ia jadi bersikap super hati-hati. Apalagi ini adalah urusan sensitif. Siapa orang yang mau mengakui melakukan perselingkuhan? Akibatnya kemajuannya jadi sangat lambat. Lagi-lagi Silvani dengan cerdik berhasil memanfaatkan sifat kehati-hatian Rico yang dalam hal ini justru menghambat investigasinya.

Juga dalam dirinya ada dua dilemma besar yang membuatnya harus bertindak semakin super hati-hati. Pertaruhan nama baik keluarganya dan kesetiaannya pada pekerjaan maupun atasannya dalam hal ini Dharsono.

Di luar itu masih ada hambatan lain lagi. Hambatan yang sangat besar. Belakangan ini ia selalu mendapat jatah yang hueeenak pol dari Silvani. Membuat produktivitasnya jadi berkurang drastis.

Setajam-tajamnya ujung tombak apabila dibungkus oleh berbagai kain tebal maka ketajamannya akan berkurang jauh. Begitulah dengan dirinya saat ini.

Khusus tentang Silvani, sebenarnya ia telah mempertimbangkannya sebagai kemungkinan pelaku dan musuh dalam selimutnya. Ia tahu gadis ini adalah seorang yang cerdas. Kecerdasannya setara atau bahkan lebih tinggi darinya. Secara kemampuan ia mampu melakukannya. Tapi untuk apa? Gadis ini tak ada hubungannya dengan mereka. Jadi apa keuntungan baginya?

Dan lagi... mustahil! Karena mereka adalah sepasang kekasih. Ia sangat mencintai gadis itu. Demikian pula sebaliknya. Gadis itu juga sangat mencintainya. Ia yakin sejuta persen akan hal itu. Sama sekali tak ada keraguan!

--@@@@--

Croootttsss.....crootttttss......ccrootttttss.....
Dan cairan sperma itu akhirnya muncrat tak beraturan di wajah Silvani.
Rico terus mengocok penisnya. Mengeluarkan seluruh isinya yang semakin membasahi wajah Silvani. Membuat wajah gadis itu jadi belepotan oleh spermanya. Kemudian Silvani mengambil alih penisnya.

Shlerrppps......shleerrppp....sluurppsss.....
Silvani mengemut penis yang masih penuh sperma itu ke dalam mulutnya. Dihisap-hisap dan disedot-sedotnya seluruh cairan yang ada. Sampai akhirnya penis itu jadi kering dan terkulai lemah. Membuat cowok itu akhirnya juga terkulai lemah dan tak lama kemudian tertidur dalam pelukan gadis itu.

Setelah membersihkan wajah serta rambutnya dengan tissue, Silvani membelai-belai tubuh Rico dengan penuh kasih. Ia sendiri juga merasa puas sekali. Bahkan kedutan-kedutan nikmat pada syaraf-syaraf vaginanya yang baru saja digedor-gedor penis Rico masih terasa sampai saat ini.

Apapun rencana dalam benaknya yang perlu dijalankan besok dan ke depannya sudah ada waktu dan tempatnya sendiri di masa depan. Oleh karena itu saat ini ia pun juga tertidur dengan hati sangat puas. Keduanya yang sama-sama telanjang bulat tidur dengan saling berpelukan mesra. Bagai sepasang kekasih yang saling mencintai...
 
Lakukan Yang Terbaik Seolah Ini Adalah Saat Terakhir Kita, Sayang...

"Wow! Wow! Wow! Malam ini lu kelihatan cantik banget, sayang!" seru Rico sambil tak berkedip menatap Silvani yang baru keluar dari kamar mandi. Gadis itu tersenyum sambil memandang Rico.
"Cuman cantik doang?" tanyanya dengan tatapan menggoda sambil berjalan menuju ranjang.
Pandangan Rico tertuju ke dada Silvani. Payudaranya bergerak-gerak di balik kimono tipis yang dikenakannya. Pertanda ia tak memakai bra.
"Cantik dan sexy," kata Rico sambil menatap wajah Silvani dan memegang kedua tangannya.
"Cantik, sexy, dan menggairahkan," tambahnya.

Rico menarik tangan Silvani sehingga gadis itu kini berada dalam pelukannya di atas ranjang. Dirasakannya aroma wangi tubuh Silvani dan kehangatan tubuhnya. Dibelai-belainya rambut ikal panjang kekasihnya.
"Apanya yang sexy dan menggairahkan?" tanya Silvani yang kini berada di atas tubuh Rico dengan kedua kakinya di samping tubuh cowok itu.
"Apakah perlu gua terangin pake teori panjang lebar?" tanya Rico tersenyum. "Atau langsung gua contohin aja," katanya sambil kedua tangannya langsung merengkuh sepasang payudara padat berisi Silvani.
"Tangan lu ini ih... langsung nakal."
"Hmm, lu kira cuman tangan gua doang yang lagi nakal sekarang," kata Rico sambil merabai gunung kembar Silvani dan menggerak-gerakkan jarinya pada kedua putingnya yang menonjol di balik kimono tipisnya.
"Memang ada lagi ya," tanya Silvani sambil tangan kanannya menyusup masuk ke dalam selimut untuk mencari bagian tubuh Rico lain yang sedang nakal itu. Sementara tubuhnya menggeliat-geliat nikmat akibat rangsangan cowok ini pada payudaranya.

"OMG! Yang ini lebih nakal lagi ternyata," kata Silvani menggenggam penis Rico yang telah ngaceng dengan kencangnya. Ternyata di dalam selimut itu tubuh Rico telah bugil. Di balik selimut itu terlihat gerakan tangan Silvani naik-turun mengocok batang penis yang digenggamnya itu. Di dalam selimut, ibu jari dan telunjuknya digunakannya untuk meraba-rabai kepala penis Rico yang kulupnya telah terbuka.

Rico meraba paha mulus Silvani yang terbuka karena kimononya memang agak pendek. Dengan tangan kirinya masih terus merabai payudara kiri Silvani, tangan kanannya mulai merayap masuk di dalam kimono Silvani dan merangsek naik ke pangkal paha gadis itu.
Penis Rico menegang makin kencang ketika cowok ini mendapati Silvani tak memakai celana dalam di balik kimononya. Tanpa basa-basi, tangan Rico langsung merabai vagina Silvani yang mulus dengan bulu kemaluan yang tercukur habis itu.
"Egghh....." Silvani melenguh lemah saat bagian tubuh paling rahasianya itu disentuh-sentuh oleh jari-jari Rico. Sementara tangannya terus mengocok penis Rico.

Rico menarik tubuh Silvani menuju ke arahnya sambil menarik tali pengikat kimono gadis itu. Dengan satu tarikan, kimono itu jadi terbuka bagian depannya. Tangan kirinya kini menyusup masup ke dalam kimono itu. Dipegang dan digoyang-goyangnya payudara kiri Silvani. Sementara tangan kanannya terus bermain-main di vagina. Dan bibirnya menciumi bibir Silvani dengan penuh nafsu. Silvani pun membalas ciuman bibir cowok itu dengan tak kalah antusiasnya. Untuk beberapa saat lamanya dua sejoli itu saling memuaskan satu sama lain. Ciuman keduanya menjadi semakin liar. Mereka kini melakukan french kissing dengan kedua lidah saling beradu satu sama lain.

Silvani melepaskan dirinya dari Rico. Dibukanya selimut yang selama ini menutupi tubuh Rico. Nampak tubuh putih Rico yang telah telanjang bulat dengan batang penisnya yang menegak kencang. Sementara Rico melucuti kimono Silvani yang memang sejak tadi telah terbuka itu. Sehingga kini gadis berambut ikal panjang itu juga sama-sama telanjang bulat seperti dirinya.
Rico telah mengerti dengan kegemaran gadis kekasihnya ini dan diantara mereka berdua memang telah ada saling pengertian yang sangat dalam. Sehingga Rico membiarkan Silvani duduk bertumpu pada tubuhnya. Dan, blesshhh......

Tubuh Silvani menyatu dengan tubuh Rico dengan penis Rico sebagai sumbunya.
Shleeb....shleeeb....shleebb
"Aaah....ahhh....aahhh....."
Silvani mendesah-desah seiring dengan goyangan pinggulnya mengocok vaginanya dengan penis Rico.

Woman on top adalah salah satu posisi kesukaan Silvani. Karena ia bisa mengatur kedalaman dan sudut penetrasi. Selain juga mengatur iramanya. Beberapa kali ia mengubah sedikit gerakan tubuhnya untuk mendapatkan sensasi yang betul-betul pas di vaginanya.

"Ooh...oohh....oohhh...oohhh"
Silvani makin mendesah-desah pada posisi cowboy's helper. Apalagi kedua kaki Rico dinaikkan dengan kedua lutut ditekuk sehingga membantu menanggung sebagian berat tubuh Silvani. Membuat "pekerjaan" Silvani jadi makin ringan.
"Ooohh....Rico....ooohhh.....oohh....."
Silvani makin meracau. Tubuhnya terus digerak-gerakkannya. Pinggulnya beradu dengan kedua kaki Rico yang menumpunya. Payudaranya bergerak berputar-putar seiring gerakan tubuhnya - menghadap lurus persis ke depan wajah Rico.

Rico tak menyia-nyiakan suguhan indah di depan mata itu. Tangannya segera merengkuh keduanya dan menggenggam payudara padat kenyal berisi itu lalu meremas-remasnya dengan lembut. Jarinya memain-mainkan kedua puting yang telah menonjol kuat itu.

"Ooohh... Rico...ooohh....I'm coming.....I'm coming.....ooohhhhhh......"
Silvani terus mendesah dan meracau makin liar. Penis Rico di dalam tubuhnya terus memberikan sensasi kenikmatan luar biasa pada vaginanya. Gerakan pinggulnya makin kencang. Rangsangan Rico pada payudaranya membuat tubuhnya makin menggelinjang keenakan. Karena memang Rico telah mafhum betul secara detil titik-titik mana yang memberikan sensasi kenikmatan luar biasa pada kekasihnya ini.
Dan dalam posisi di atas itu, akhirnya Silvani mendapat orgasme hebat.

Setelah itu mereka beristirahat sejenak dengan berpelukan dan berciuman. Rico lagi-lagi super mafhum dengan karakter fisik gadis ini. Selepas orgasme, vaginanya perlu istirahat beberapa saat sebelum dipake kembali. Baginya hal ini tak masalah. Karena justru saat jeda seperti ini selalu mereka manfaatkan untuk menambah suasana keintiman di hati mereka.

"Udahan ya," kata Silvani menggoda cowok yang sedang berpelukan dengannya ini. Karena ia sendiri merasakan betapa penis Rico masih menegang kencang.
"Lanjoot donk," jawab Rico serta merta.
"Hihihihi," Silvani tertawa kecil saat cowok itu protes keras.
"Sebentar ya sayang, tunggu sebentar lagi...," kata Silvani sambil merebahkan kepalanya di dada Rico dengan manja.
"Iya nyantai aja. Khan kita juga punya banyak waktu. Ga perlu buru-buru juga. Yang penting lu-nya enjoy," kata Rico sambil membelai rambut Silvani yang ikal.
"Dan yang penting abis ini gua dapet yang enak-enak lagi," tambah Rico lagi.
"Dasar lu," kata Silvani dengan tersenyum sambil makin membenamkan kepalanya di tubuh Rico. Cowok ini memang begitu penuh pengertian terhadap dirinya.

"I love you, Rico," kata Silvani menatap Rico dalam-dalam.
"I love you too, Vani," balas Rico memanggil panggilan mesranya terhadap gadis itu. Karena memang ia sungguh mencintai gadis ini.

Kemudian ia mencium bibir kekasihnya ini. Dengan lembut dinikmatinya bibir hangat Silvani. Sementara Silvani dengan pasrah membiarkan bibirnya dinikmati oleh cowok ini.

Untuk beberapa saat mereka saling berciuman. Sejenak melupakan seluruh masalah yang ada di dunia ini. Silvani pun juga begitu menikmati momen ini. Karena ia pun juga melupakan hal-hal lain yang selama ini ada dalam pikirannya.

"Kita mulai lagi ya," kata Rico yang kini sedang menindih tubuh Silvani.
"Hmm.. Memang masih kuat?" goda Silvani.
"Lu memang perlu dikasih pelajaran deh!" jawab Rico.
"NOOOO... Jangaaannnn.....," Silvani pura-pura menolak dan meronta.

Namun Rico tak menanggapi "protes" gadis itu. Dibentangkannya kaki Silvani. Lalu, tanpa permisi atau apa, langsung.... shleebb... didorongnya penisnya masuk ke dalam vagina Silvani. Lalu... dikocoknya penisnya maju mundur dalam vagina sempit gadis itu. Karena kini gilirannya memberi pelajaran kepada gadis ini. Akibatnya Silvani dibuatnya jadi mendesah-desah kembali. Untuk beberapa saat lamanya Rico menikmati jepitan sempit vagina Silvani pada penisnya.

Rico mencabut penisnya. Digerakkannya tubuh Silvani untuk berpose sesuai keinginannya. Silvani pun juga nurut manut dengan tindakan cowok itu. Karena ia juga telah mafhum betul keinginan cowok ini. Setelah sebelumnya dirinya yang memegang kendali, kini giliran Rico. Ia merelakan dirinya terus "diobok-obok" cowok ini karena ia juga akan mendapatkan kenikmatan.

Rico menggasak Silvani dalam posisi doggy style. Penisnya menghunjam-hunjam dengan bertubi-tubi ke dalam tubuh gadis itu. Dengan kedua tangannya memegang pinggul bulat Silvani yang sungguh mulus dan menggairahkan itu.
"Ooohhh....oohhhh....ooohhh.....ooohhh....."
Tubuh Silvani berguncang-guncang dibuatnya sambil mulutnya mendesah-desah.
Rico menoleh ke cermin besar di samping ranjang. Hatinya begitu puas menggelora melihat pemandangan indah gerakan tubuh Silvani yang berguncang-guncang hebat akibat ulahnya ini. Terutama payudaranya yang tergoyang-goyang paling kencang karena ditambah dengan faktor gravitasi.
Kedua tangan Rico kini menyasar ke depan merengkuh masing-masing payudara Silvani dan memainkannya. Sementara penisnya terus tanpa henti menggenjot vagina Silvani.
"Ooohhh....oohhhh....ooohhh.....ooohhh.....ooohhhh...."
Silvani terus mendesah-desah tanpa henti.

Rico melepaskan penisnya. Bagian depan tubuh Silvani didorongnya mendekat ke permukaan ranjang dengan membuat gadis itu bertumpu pada kedua tangannya. Sementara pinggulnya mencuat ke atas. Rico berdiri di atas lututnya. Keduanya dirapatkan dan ditempatkan di antara kedua kaki Silvani yang agak dibuka. Dan.... shleeebb... penisnya kembali menghunjam menembus dinding vagina Silvani.
"Aaahhhh....."
Silvani mengerang saat penis cowok dibelakangnya itu menembus masuk ke dalam vaginanya dalam posisi itu. Karena ia merasakan sensasi yang berbeda dari sebelum-sebelumnya.
"Aaahhh......aaahhhh......aaahhhh.....aaahhhh......"
Tanpa dapat dicegah Silvani terus mendesah-desah saat cowoknya kembali menyetubuhinya berulang-ulang dalam posisi leapfrog itu.

"Ooohh... Rico.....oooohhhh......ooohh.... adduhhh.... enak gila.....ooohhh....ooohhh....."
Silvani meracau tak karuan.
"Ooohh.... oooohhh..... terusin.....terusin Rico....ooohhh......ooohhh......"
Ia merasakan sensasi yang luar biasa karena posisi itu membuat penis Rico melakukan deep penetration pada vaginanya. Menggedor-gedor dan merangsang syaraf-syaraf sensitif yang sebelumnya tak tersentuh.

Sambil terus memompa penisnya, tangan kiri Rico merogoh masuk lewat samping lalu menstimulasi klitoris Silvani.
"Ooohhh...... Rico.......ooohhh.....oohhh.......enakkk.......enaakkk....ooohhh......Rico......."
"Aduuuhh.......amppunn.....Rico.....ampppuuunnnn.......OOOOHHHHHHHHH........"
Tak sampai lima menit kemudian, pertahanan Silvani kembali jebol. Ia mendapatkan orgasmenya yang kedua malam itu. Ditambah kali ini juga squirting. Membuat vaginanya jadi basah kuyup. Termasuk penis Rico pun jadi ikutan basah mengkilap. Membuat gesekan dua alat kelamin berbeda jenis itu berlangsung dengan semakin licin.
"OOOOHHHHHH........I hate you Rico......But I love you.......I hate you but I love youuuuuuuu......."
Tubuh Silvani menggigil. Vaginanya berkedut-kedut. Cairan terus keluar. Membuat beberapa diantaranya menetes ke bawah dari penis Rico dan membasahi seprei ranjang saat cowok itu mencabut penisnya.

"Oooohhhhhhhh......."
Silvani mendesah lemah dengan napas terengah-engah. Tubuhnya kini terasa lemah di dalam pelukan Rico.
"Gila.... bener-bener gila..... Lu memang gila Rico!" kata Silvani meracau sendiri. Sementara Rico memeluknya dengan erat.
"Barusan enak banget, sayang?" tanyanya sambil mengelus-elus rambutnya.
"Banget!"
"Enak banget!"
"Betul-betul enak banget!!!" jawab Silvani bertubi-tubi.
Bagaikan orang gila gadis itu kemudian tertawa-tawa sendiri.
Sementara Rico terus memeluk erat sambil mengelus-elus rambutnya. Membiarkan kekasihnya yang begitu dicintainya ini untuk cooling down.
...............
...............
...............

"Rico.....," kata Silvani akhirnya memecah kebisuan selama beberapa saat diantara mereka.
"Ya sayang..."
"Saat-saat seperti inilah saat yang paling membahagiakan dalam hidup gua."
"Gua selalu bahagia saat bersama lu," tambahnya lagi.
"Sama. Gua juga, sayang," jawab Rico.
"Gua serius, sayang. I really mean it," kata Silvani sungguh-sungguh dengan menekankan tiap kata-katanya. Sementara pandangannya menatap jauh. Sangat jauh.
"Gua tahu sayang. Gua tahu."

"Rico.... ahh.... gua ga mau saat-saat seperti ini berakhir."
"Tentu, Vani. Tapi ketahuilah, hubungan kita tak akan berakhir sampai kapan pun," jawab Rico.
"Tapi....hubungan kita ada halangan.... Gua ga bisa bayangkan reaksi bokap nyokap kalo mereka tahu hubungan kita," jawab Silvani sendu.
"Gua mengerti, sayang. Tapi kita akan bisa mendapatkan solusinya. Habis ini mari kita temui mereka. Kita bicarakan secara baik.baik."
"Ahhh. Lu ga mengerti Rico. Lu ga bisa menemui mereka. Impossible. Sampai kapan pun mereka ga akan bisa menerima lu."
"Tak ada yang tak mungkin dalam hidup ini, Vani. Selama kita berusaha. Lagipula... ahhh, kenapa tiba-tiba lu jadi melo begini..."

Sinar mata Silvani tiba-tiba berubah. Menjadi sesuatu yang agak aneh. Namun saat itu pandangannya mengarah ke samping sehingga Rico tak dapat melihatnya. Akan sungguh menarik seandainya saat itu Rico mampu melihat perubahan sinar mata sang kekasih dalam pelukannya ini.
"Ya, lu benar. Kok gua tiba-tiba jadi melo gini."
"Lagian... jatah lu masih belum turun khan. Hihihihi," kata Silvani sambil merasakan penis Rico yang masih terus menegang keras sedari tadi.
"Haha iya. Tapi gapapa. Itu adalah hal nomor dua. Yang penting lu-nya bahagia. Karena gua akan selalu bahagia di saat gua bisa membuat lu bahagia."
"Iiiih rayuan lu..... PARAHH! Dasar tukang rayu!" rajuk Silvani dengan manja namun senang.
Lalu kembali mereka berciuman lama sekali. Seolah saling menjelajahi kedalaman cinta masing-masing.

"Satu kali lagi sekarang....," kata Silvani dengan tatapan menggoda sambil menggenggam penis tegang Rico.
"Dan kali ini dituntaskan," kata Rico sambil tersenyum lalu mengecup bibir kekasihnya.
Silvani mengangguk manja dan tersenyum manis.
"Ya. Kasihan yang ini sudah lama banget nunggunya," kata Silvani sambil memainkan penis dalam genggaman tangannya itu. Terutama kepalanya yang kulupnya terbuka.
"Tapi kali ini mari kita lakukan yang terbaik seolah ini adalah saat terakhir kita melakukannya, sayang...," bisik Silvani.
"Setuju. Hahaha. Kata-kata lu ini bagus sekali. Tiap kali kita melakukan, mari kita lakukan yang terbaik seolah untuk yang terakhir kalinya," kata Rico mengamini ucapan Silvani.

Sedetik selanjutnya mereka kembali bergumul memadu cinta sekaligus saling memuaskan. Dikecupinya payudara gadis itu. Dikenyot-kenyotinya. Dijilatinya kedua putingnya yang menonjol tegak ke depan. Rico lalu menjelajahi setiap inci tubuh Silvani. Merangsang titik-titik sensitif di sekujur tubuhnya yang telah dipahaminya dengan seksama. Selanjutnya giliran Silvani yang melakukannya terhadap Rico. Kemudian, aksi saling memuaskan itu diakhiri dengan posisi 69. Saat dimana Silvani dengan penuh perhatian dan seksama menjilati dan mengenyoti buah zakar dan batang kejantanan Rico. Dan di sisi sebaliknya, Rico memuaskan Silvani dengan menghisap dan melidahi vagina dan klitoris gadis itu.

Setelah puas dengan itu, kini mereka menuju ke menu utama. Seolah ada kesepakatan diantara mereka, Silvani berbaring telentang di ranjang. Bagian panggulnya dialasi sebuah bantal. Sehingga membuatnya jadi agak naik ke atas. Kedua kakinya ditekuk dan diarahkan ke depan. Rico menghadap di depannya. Kedua tangannya memegang pangkal paha bagian belakang Silvani, tepat diatas kedua lututnya. Dan bagian bawah kedua kaki Silvani lalu menjepit telapak tangan Rico. Posisi sandwich.

Rico mengarahkan penisnya yang sedang ngaceng keras itu ke depan liang vagina Silvani. Dan blessh......
Dengan menggunakan berat tubuhnya didorongnya tubuhnya ke depan. Membuat penisnya kembali amblas masuk ke dalam tubuh Silvani. Selanjutnya, dikocoknya penisnya di dalam vagina Silvani.

"Ooohhh.....ooohhh....oohhh.....ooohhhh....."
Silvani lagi-lagi mulai mendesah-desah. Saat ini ia dalam posisi yang sama sekali pasrah tak berdaya. Tubuhnya telentang. Kedua tangannya membentang di samping tubuhnya dan menempel menghadap ke bawah di permukaan ranjang. Sebaliknya posisi Rico begitu dominan pada pose ini. Ia begitu bebas terus mengenjot-enjot penisnya. Menggedor-gedor, mengharu-birukan, dan mencabik-cabik vagina gadis cantik yang hanya bisa tidur telentang dengan pasrah itu.

"Ooohh......oohhhh....ooohhh......oohhhhh.......oohhhh....."
Tak banyak yang bisa dilakukan Silvani saat itu selain dari mulutnya yang terus mengeluarkan desahan-desahan erotis. Karena saat ini dalam posisi seperti ini dirinya betul-betul dikuasai penuh oleh Rico.

"Ooohhh....ooohhhh....oohhh.....ooohhhh.....oooohhhhh......"
Silvani memejamkan matanya sambil mendesah-desah pasrah. Sementara seluruh tubuhnya tanpa ampun ikut tergoyang-goyang.

Plokk....plokk.....plokkk....plokkkk.......plokk.....
Demikianlah bunyi saat tubuh keduanya beradu.

Dan, ngikk....ngikkk...ngikk.....ngikk.....ngikk.....
Bunyi ranjang yang ikut berderit-derit.

Semua itu akibat hantaman penis Rico yang terus bertubi-tubi menghunjam-hunjam vagina Silvani. Dan juga berat tubuh cowok itu yang ikut menggoyang dan mendorong-dorong tubuh Silvani.

"Ooohhh....ooohhhh....oohhh.....ooohhhh.....oooohhhhh......"
Plokk....plokk.....plokkk....plokkkk.......plokk.....
Ngikk....ngikkk...ngikk.....ngikk.....ngikk.....
Ketiga jenis suara itu terus terdengar selaras beriringan dengan cukup lama.

Dalam posisi ini, tulang panggul Rico turut menstimulasi klitoris Silvani yang jadi terekspos naik ke atas dengan menyentuh-nyentuhnya saat klitoris Silvani yang jadi terekspos naik ke atas. Dalam posisi pasrah tak berdaya seperti itu, Silvani justru mendapatkan kenikmatan pada bagian dalam vagina dan klitorisnya sekaligus. Seiring dengan gedoran kocokan penis Rico.

Untuk memberi sensasi yang sifatnya tak beraturan kepada gadis itu, Rico sengaja menaik-turunkan tempo gocekannya semaunya. Kadang cepat, kadang lambat, kadang dalam tempo sedang. Membuat reaksi Silvani jadi semakin liar.

"Ooooh.....aaahhhh.........ooooohhh.........aaahhhhhh.......aaaahhhhh......"
Plokk....plokk.....plokkk....plokkkk.......plokk.....
Ngikk....ngikkk...ngikk.....ngikk.....ngikk.....
Kedua tangan Silvani memegangi bahu dan punggung Rico. Seolah tak ingin cowok itu menghentikan aksinya. Sentuhan lembut kedua tangan Silvani itu membuat Rico jadi makin bersemangat menembusi vagina Silvani. Ada sepuluh menit lebih lamanya Silvani digenjot-genjot dalam posisi yang sama seperti itu.

Sebelum kemudian mereka sedikit mengubah posisi ke posisi deckchair. Salah satu posisi man on top yang selalu jadi favorit banyak pasangan. Kedua kaki Silvani tetap ditekuk namun kini diangkat lebih keatas dibanding sebelumnya. Rico mendekatkan panggulnya ke liang vagina Silvani yang telah terbuka bebas itu. Dimasukkan kedua tangannya di antara kedua kaki Silvani. Silvani melekatkan kedua telapak tangannya di bagian belakang lutut Rico. Lalu....
shleepppp....

Penis Rico kembali menghunjam masuk ke dalam vagina Silvani. Lalu bertubi-tubi menggedor-gedor dinding bagian dalamnya.
"Oooohhh......oohhhhh.....ooohh......ooohhh...ooohhh"
Plokk....plokk.....plokkk....plokkkk.......plokk.....
Ngikk....ngikkk...ngikk.....ngikk.....ngikk.....
Silvani mendesah-desah sambil menatap lekat-lekat wajah cowok yang sedang menyetubuhinya itu.

"Oooohhh......oohhhhh.....ooohh......ooohhh...ooohhh"
Plokk....plokk.....plokkk....plokkkk.......plokk.....
Ngikk....ngikkk...ngikk.....ngikk.....ngikk.....
Sama seperti posisi sebelumnya, posisi kali ini juga dominan cowok. Juga posisi ini membuat tubuh Silvani tanpa ampun ikut tergerak-gerak maju mundur. Membuat ranjang itu juga bersuara berderit-derit.
Tanpa ampun penis Rico terus menghajar vagina gadis ini yang terpampang lebar itu. Dan berat tubuh Rico terus menggoyang tubuh Silvani maju mundur. Membuat payudara padat berisinya ikut tergerak-gerak dengan berputar-putar.

Namun Silvani justru semakin menikmati dominasi cowok ini terhadap dirinya. Kedua tangannya kini digunakan untuk makin menstimulasi cowok yang sedang mendominasi dirinya ini. Disentuhnya tangan, kemudian lengan Rico. Sebelum kemudian keduanya menggapai punggung cowok tersebut dan mulai mencakar-cakar ringan punggung cowok yang sedang menyetubuhi dirinya itu.

Sikap liar Silvani di dalam posisinya yang pasif ini membuat Rico makin terstimulasi. Bagaikan kerasukan ia terus menggenjot memompa penisnya di dalam jepitan vagina Silvani. Untuk semakin mendatangkan kenikmatan terhadap gadis yang sedang telentang tak berdaya ini, ia sengaja mengubah-ubah sudut penetrasi penisnya. Membuat penisnya mampu menggesek-gesek titik-titik di dalam vaginanya yang sebelum ini tak tersentuh. Sehingga hal ini makin memberikan sensasi luar biasa bagi Silvani. Apalagi tulang panggul Rico kembali menyentuh-nyentuh klitorisnya seiring dengan gerakan tubuhnya menyodok-nyodok dirinya.

"Oooohhhh........Rico.......oooohhhhhhh.....ooohhhhhhh........ooohhhhhhhhhhh....."
Plokk....plokk.....plokkk....plokkkk.......plokk.....
Ngikk....ngikkk...ngikk.....ngikk.....ngikk.....
Silvani mendesah-desah makin keras. Kedua tangannya terus mencakari punggung Rico.
"OOOHHHH......Rico.......OOOOHHHHH.........OOHHHH......"
Plokk....plokk.....plokkk....plokkkk.......
Ngikk....ngikkk...ngikk.....ngikk.....
Silvani terus mendesah sambil menatap lekat-lekat mata Rico yang kepalanya 30 cm di atas kepalanya. Rico terus melanjutkan aksinya dengan memandang balik Silvani lekat-lekat.

Sementara kedua tangan Silvani terus mencakar-cakar ringan punggung Rico, mulutnya terus mendesah-desah erotis, dan Rico terus melakukan aksi menggoyang-goyang dan menyetubuhi gadis itu. Semua itu terjadi dengan kontak mata yang terus terjaga diantara keduanya. Membuat kontak batin diantara keduanya berlangsung begitu dalam dan intens.

Entah berapa lama mereka melakukan itu. Karena,
Jarum jam serasa terhenti...
Dunia seakan berhenti berputar...
Butir-butir waktu serasa berhenti berjalan...
Sementara keduanya kini menjadi satu...
Menjadi satu dalam keabadian...

Sampai akhirnya, Rico melepaskan dirinya. Ditindihnya tubuh kekasihnya. Lalu, disetubuhinya kembali dalam posisi yang paling tradisional, posisi missionaris diatas permukaan ranjang yang rata. Posisi paling tradisional. Namun juga sekaligus posisi favorit keduanya sebagai pamungkas.

Selama ini mereka selalu aktif mencoba-coba berbagai macam posisi.
Namun dari segala macam posisi yang ada.... dari sejak Silvani masih perawan sampai malam ini....satu posisi favorit mereka adalah posisi yang paling tradisional itu. Karena posisi itu memungkinkan mereka berinteraksi dengan paling dalam.

Penis Rico terus keluar masuk menembus vagina Silvani. Tubuh keduanya menempel erat. Sementara bibir keduanya saling berciuman. Saling bertautan. Saling berpagutan. Sepasang mata mereka kembali saling menatap satu sama lain. Kali ini dalam jarak yang jauh lebih dekat. Koneksi batin antara keduanya menembus relung-relung terdalam hati masing-masing....

"Emmmhhh.....emmmhhhh......eemmhhh......"
Desahan-desaham Silvani teredam oleh ciuman hangat Rico. Seluruh tubuh gadis itu kembali kejang-kejang menggelinjang.

Sampai akhirnya........
Silvani kembali mendapatkan orgasme hebat. Bahkan lebih hebat dibanding sebelum-sebelumnya. Vaginanya kembali mengeluarkan cairan sangat banyak.

Tak lama kemudian giliran Rico yang menumpahkan seluruh cairan spermanya ke dalam liang vagina Silvani. Dalam jumlah yang sangat banyak sekali! Membuat cairan dari kedua kelamin itu bercampur menjadi satu di dalam vagina Silvani.

Tubuh Silvani terkulai lemas.
Tubuh Rico juga terkulai lebih lemah lagi. Seluruh energinya kini telah habis terbuang.
Dengan napas terengah-engah keduanya tidur saling berpelukan erat.

"Ooooohhhh Vani.........gila bener....," kata Rico dengan napas masih terengah-engah.
"Rico....," jawab gadis itu dengan napas yang juga masih terengah-engah, "Apapun yang akan terjadi setelah ini..... ini adalah salah satu ML kita terhebat selama ini!"
"No sayang, ini adalah ML terhebat yang pernah kita lakukan!!" kata Rico.
"Lu betul, sayang. Ini memang ML terhebat yang pernah kita lakukan!!" jawab Silvani mengamini Rico.

"I love you, Vani," kata Rico memeluk erat gadis itu.
"I love you too, Rico," balas Vani sambil memeluk erat cowok itu.

Setelah itu keduanya saling diam membisu.
Dalam keadaan seperti ini, tak perlu lagi ada komunikasi kata-kata.
Karena batin keduanya seakan telah menjadi satu.

--@@@@--

"Jam berapa ini....," tanya Silvani yang tersadar kembali ke dunia nyata.
"Gila sudah jam sebelas malam!" serunya. Padahal saat awal bercinta waktu masih menunjukkan pukul tujuh.
"Yah. Gila. Sudah empat jam lamanya," balas Rico.
"Waktu begitu cepat berlalu bagi kita," kata Silvani menghela napas dengan pandangan mata yang sulit diartikan. Lagi-lagi saat itu pandangannya menghadap ke samping.

Silvani kemudian melepaskan diri dari pelukan Rico lalu duduk terbangun. Ia tersenyum manis kepada cowok itu. Dipandanginya wajah cowok itu lekat-lekat sambil ia memegang pipinya dengan penuh kasih sayang. Dikecup dan diciumnya bibir Rico dengan penuh kemesraan. Seolah seperti ciuman yang terakhir kalinya...

"Sebentar, gua akan kembali," kata Silvani sambil tersenyum. Kemudian ia bangkit berdiri dan masuk ke dalam kamar mandi.

--@@@@--

Rico masih tidur terbaring dengan telentang. Penisnya masih terkulai lemah.

Sambil menunggu Silvani, saat itu ia mengambil HP-nya yang sejak siang tadi ia matikan atas permintaan gadis itu. Ia melihat ada beberapa email, pesan dan beberapa pesan suara (voice mail) masuk. Sesuai kebiasaannya, ia selalu membuka yang pertama kali masuk, bukan yang paling atas.

Yang pertama kali ia buka dikirim oleh Hariyanto, rekan setimnya, anak buah Dharsono juga, dengan tanda seru yang artinya sebuah pesan penting!

Dibacanya isinya...
"Rico, lu akan terkejut dengan berita ini. Cewek yang lu suruh gua cari informasi itu... Silvani. Ia tak mempunyai keluarga. Ia adalah anak yatim piatu. Karena ia adalah putri tunggal Kuswantoro. Orang yang pernah kalian tangani kasusnya beberapa tahun lalu yang akhirnya saling bunuh dengan istrinya!"

Bagaikan tersambar geledek Rico saat membacanya. Selama ini dirinya terus diliputi keraguan karena terombang-ambing oleh perasaannya sendiri. Namun di saat terakhir akhirnya ia memutuskan untuk menyelidiki latar belakang Silvani, cewek yang begitu dicintainya itu. Untuk itu ia meminta bantuan Hariyanto, rekan kerjanya ini.

Tubuh Rico seketika menegang. Karena hal ini berarti Silvani adalah musuh dalam selimutnya yang dicari-carinya selama ini!

Belum selesai rasa terkejut dalam dirinya, ia membaca pesan berikutnya yang datang dari salah satu rekan kerjanya yang lain. Bahwa siang itu Jaka telah melaporkan pamannya sendiri atas dugaan perilaku asusila terhadap bekas anak buahnya dulu.

Pesan berikutnya datang dari Jaka sendiri. Pria itu dengan kalimat memelas curhat kepadanya karena sore tadi istrinya telah meninggalkannya dengan membawa putri satu-satunya mereka untuk kembali ke rumah orangtuanya. Kemudian istrinya meminta cerai.

Pesan berikutnya datang dari rekan kerjanya yang tadi. Sebuah pesan susulan yang mengatakan bahwa beberapa jam setelah itu Dharsono menyatakan mengundurkan diri dan ia langsung ditahan dengan dalih penyalahgunaan jabatan.

Terakhir dari Stefany cicinya yang baru masuk sejam yang lalu. Dengan menangis, Stefany memberitakan kalau William baru saja membatalkan rencana pernikahan mereka secara mendadak dan sepihak. Parahnya, hal itu diucapkan setelah cowok calon suaminya itu menyetubuhi dirinya dua kali. Ya, untuk pertama kalinya William akhirnya berhasil menikmati tubuh calon istrinya tersebut. Setelah Stefany "dipakenya" dua kali, dengan dingin William mengatakan kalau pernikahan mereka dibatalkan. Setelah itu ia mencaci-maki dan menghina Stefany sebelum mengusirnya pergi seperti anjing. Semua ini terjadi hanya dua minggu sebelum tanggal pernikahan mereka.

"...mari kita lakukan yang terbaik seolah ini adalah saat terakhir kita melakukannya, sayang."
Kini Rico mengerti arti sebenarnya ucapan Silvani tadi.

Pada saat itu, keluarlah Silvani dari kamar mandi. Dengan telah berpakaian lengkap, gadis cantik itu tersenyum manis memandang Rico yang sedang terbengong-bengong...
 
Serangan Yang Terkoordinasi

Sebelumnya di pagi harinya...

Ibu William menerima salinan laporan tentang Stefany beserta foto-foto tersebut. Tak hanya itu, screen capture bukti percakapan William tentang semua ini juga ikut disertakan. Lengkap dengan tanggal dan jamnya.

Ibu William adalah seorang wanita yang sangat menjaga nama baik keluarga termasuk kriteria bibit bebet bobot calon menantu perempuannya. Melihat foto gadis muda yang terlihat seperti Stefany berciuman mesra dengan seorang pria berumur bahkan kemudian pakaiannya teronggok di lantai, dirinya langsung bereaksi.

Namun yang membuatnya jauh lebih marah adalah kenyataan bahwa putranya telah mengetahui hal itu cukup lama namun tak pernah mengungkapkannya. Membuat ia beranggapan bahwa putranya berusaha menutupi aib calon istrinya karena terlalu mencintainya. Alhasil, hal itu membuat wanita itu semakin meyakini kebenarannya.

Disidang secara mendadak seperti ini oleh ibunya, William akhirnya mengakui kalau ia sendiri juga mempunyai rasa curiga. Akhirnya wanita itu tegas menyatakan dalam keadaan seperti ini ia tak dapat menerima Stefany sebagai menantu. Sehingga semuanya harus ditunda atau bahkan dibatalkan. Untuk cara pemberitahuannya, ia serahkan sepenuhnya kepada putranya.

William yang waktu itu mengatakan pada Rico bahwa apapun yang terjadi ia akan membela Stefany, pada akhirnya justru berbalik arah. Kini ia mengikuti kemauan ibunya. Bahkan ia merasa Rico saat itu telah memanipulasi pikirannya sehingga ia mengatakan hal itu.

--@@@@--

Sepulangnya ke rumah, William sempat menegur "detektif anonim"-nya tersebut karena telah mengirimkan ke ibunya tanpa sepengetahuannya. Orang tersebut langsung meminta maaf.

Namun dengan cepat ia mampu menyulut emosi William kembali terhadap Stefany. Apalagi setelah teringat akan janji Rico untuk menuntaskan masalah ini namun tak kunjung mampu memberikan hasil yang memuaskan. Pada titik ini William merasa yakin kalau keluarga Stefany memang sengaja menutup-nutupi aib gadis itu sampai setelah pernikahannya dilangsungkan.

Untuk itu ia telah mempersiapkan sebuah balasan yang menyakitkan kepada Stefany dan keluarganya. Apalagi kini ego lamanya muncul kembali. Ia merasa cowok seperti dirinya sangat mudah mendapatkan pengganti yang jauh lebih baik dari gadis itu karena di luar sana banyak cewek yang mengantri untuk dijadikan pacarnya.

--@@@@--

Hari itu Jaka akhirnya melaporkan kecurigaannya akan perbuatan asusila Dharsono terhadap seorang bekas anak buah perempuannya kepada atasan Dharsono. Membuat laporan itu segera langsung diproses secara kilat.

--@@@@--

Satu hal yang saat itu tak diketahui oleh Jaka, di saat yang sama Silvani memberikan seluruh isi pengakuan curhat Jaka kepada istrinya ditambah berbagai macam "bumbu penyedap". Satu hal yang pada akhirnya mengkonfirmasi naluri kewanitaannya selama ini. Karena ia sendiri memang telah merasakan ada sesuatu yang berbeda dengan suaminya sejak beberapa tahun belakangan.

--@@@@--

Siang menjelang sore Silvani menemui Dharsono. Pada akhirnya ia bertemu dengan musuh besarnya. Tanpa perlu berlama-lama lagi, ia langsung memperkenalkan siapa dirinya. Lalu ditunjukkan foto-foto Stefany saat berkunjung ke tempatnya hari itu. Termasuk foto saat ia terlihat sedang berciuman dengan Stefany. Ia memberi Dharsono dua pilihan:
1. Mengakui perbuatannya dan mengundurkan diri dari jabatannya, atau
2. Ia akan membocorkan foto-foto tersebut ke media

Pada akhirnya Dharsono memilih untuk mengundurkan diri karena ia tak ingin nama baik Stefany jadi rusak dan pernikahannya terganggu. Karena apabila foto tersebut sampai dibocorkan, media tak akan berusaha mencari kebenaran namun justru cenderung mencari berita-berita sensasional yang akan digoreng sana-sini.

Juga, mengetahui bahwa gadis di depannya ini adalah putri Kuswantoro, dengan menghela napas ia merasa inilah pertanda baginya untuk mundur. Karena sebenarnya akhir-akhir ini ia telah merasa jenuh dengan kegiatannya. Dan di dalam dirinya masih ada perasaan bersalah dengan tragedi yang menimpa orangtua gadis ini.

Hari itu Dharsono langsung menyatakan pengunduran diri. Ia juga mengakui kalau orang di foto tersebut memang adalah dirinya. Juga ia mengakui kalau pada momen itu dirinya memang sedang khilaf. Namun ia bersumpah tak melakukan lebih dari apa yang ada di foto tersebut.

Satu hal yang tak disangkanya, pengunduran diri dan pengakuannya itu kemudian justru dimanfaatkan oleh atasannya yang selama ini iri dengan prestasinya yang cemerlang. Bahkan ia telah kongkalikong dengan mereka-mereka yang selama ini gelisah dengan sepak terjang Dharsono dalam memberantas korupsi.

Disaat ia berjuang susah payah untuk menangkapi musuh-musuh luarnya, diam-diam beberapa orang dalam malah berupaya menjegalnya.

Pada akhirnya ia membuat kesepakatan. Untuk melindungi seluruh anak buahnya, ia bersedia mengundurkan diri dan langsung ditahan atas dugaan penyalahgunaan jabatan. Juga, seluruh anak buahnya langsung diberhentikan hari itu juga dan diganti dengan orang-orang baru pilihan atasannya. Semua itu dengan imbalan bahwa seluruh anak buahnya tak akan dikasuskan bahkan data-data mereka dihapus.

Beberapa hari kemudian ia membuat kesepakatan kedua. Kasus tuduhan perbuatan asusilanya itu dihapuskan. Namun sebagai gantinya ia harus "mengakui" kalau ia telah melakukan tindakan korupsi. Tuduhan yang sengaja direkayasa untuk menghancurkan citranya.

Sebuah hal yang sangat tidak mengenakkan namun mungkin itu adalah "win-win solution" bagi mereka berdua. Bagi atasannya, tuduhan baru ini efeknya jauh lebih besar dibanding kasus perbuatan asusila. Karena ini seketika menghancurkan seluruh prestasi cemerlangnya selama ini karena ternyata ia sendiri juga melakukan tindakan korupsi.

Bagi Dharsono, ia sadar kalau dirinya sedang dicari-cari kesalahannya dan saat ini posisinya memang lemah. Jadi daripada melawan lalu kasusnya merembet kemana-mana lebih baik ia membuat kesepakatan itu. Paling tidak hal itu berhasil melindungi nama baik Stefany. Dengan kasus itu dipeti-eskan maka keberadaan gadis itu tak akan pernah disebut-sebut. Apapun yang terjadi, ia berharap pernikahan gadis itu tetap berjalan mulus. Satu hal yang tak ia ketahui, bahwa pada saat itu rencana pernikahan gadis itu telah dibatalkan secara menyakitkan.

Itulah akhir dari sepak terjang Dharsono. Orang yang selama ini berjuang memberantas korupsi justru difitnah dengan kasus korupsi dan divonis penjara dua tahun.

--@@@@--

Petang itu, William menjemput Stefany dan mengundangnya untuk datang ke kediamannya. Setelah makan malam, mereka berdua kemudian bercinta. Pada saat inilah cowok itu akhirnya merenggut mahkota kewanitaan calon istrinya.

Stefany yang telah pasrah dan memang begitu mencintai cowok itu membiarkan saja cowok itu melakukan hal tersebut. Apalagi toh tak lama lagi ia akan menjadi istri sahnya.

Setelah puas menikmati Stefany dua kali, akhirnya keluarlah vonis yang menyakitkan itu.
Alasannya karena tidak keluarnya darah saat persetubuhan mereka. Hal itu dipakai sebagai dasar kalau Stefany memang sebelumnya telah sering melakukannya dengan Dharsono. Atau bahkan juga dengan banyak laki-laki lain. Ia tak mau menerima penjelasan kalau hal itu akibat dulunya ia terlalu intens berolahraga.

Stefany merasakan kalau cowok ini memang sengaja mencari-cari alasan. Sebagai cowok yang telah berpengalaman tentu ia sangat mengerti bahwa keperawanan tak selalu identik dengan keluarnya darah. Ucapan William itu membuat Stefany merasa sakit hati karena pada akhirnya ternyata cowok ini hanya mempermainkan dirinya saja. Namun apa daya. Semua telah terjadi. Saat ini ia tak mampu berbuat apa-apa. Sebaliknya, justru cowok itu yang kemudian mencaci maki dan menghinanya sebelum lalu mengusirnya seperti anjing.

--@@@@--

Siang itu setelah selesai memberikan "konsultasi" kepada istri Jaka, Silvani mendatangi tempat Rico. Gadis itu telah mempersiapkan acara berdua khusus untuk mereka hari itu. Yaitu kegiatan masak bersama untuk memperkuat ikatan hati mereka.

Namun sebelumnya ia membuat satu permainan dengan cowok itu. Mereka berdua harus terlebih dahulu membeli berbagai macam bahannya secara sendiri-sendiri. Siapa yang selesai duluan, ialah yang menang dan berhak menentukan acara malam nanti. Namun mereka tak boleh menggunakan HP atau internet untuk mencari tempat belinya. HP mereka berdua harus dimatikan dan tak dibawa.

Saat itulah dimana Silvani menemui Dharsono sebelum kemudian ia membeli bahan-bahan dalam daftar untuknya. Sehingga akhirnya Rico-lah yang menang dengan tiba di rumah terlebih dahulu. Sebagai pemenang, cowok itu menetapkan setelah mereka makan malam, waktu bersama akan dihabiskan seluruhnya di ranjang! Hehehe.
Membuat gadis itu pura-pura protes namun akhirnya mengiyakan karena memang seperti itulah perjanjiannya.

Selanjutnya, waktu mereka habiskan di dapur berdua. Sebelum kemudian mandi-mandi lalu dilanjutkan makan malam yang romantis. Setelah makan malam berakhir, tibalah waktunya berasyik-ria berdua. Selama itu dilakukan, sesuai kesepakatan berdua: HP, internet, atau apapun yang sekiranya mengganggu waktu berdua mereka semuanya dimatikan.
 
Dua Hati Yang Terbelah

Silvani keluar dari kamar mandi dengan telah berpakaian lengkap. Gadis cantik itu tersenyum manis memandang Rico yang sedang terbengong-bengong....

"Jadi ternyata memang lu orangnya," kata Rico sambil menatap sedih kepada Silvani. Gadis itu tersenyum penuh arti. Ia sudah tahu maksud perkataan cowok itu. Namun pura-pura bertanya,
"Apa maksud lu, sayang?"
"Sudahlah. Tak perlu lagi ada kepura-puraan diantara kita," kata Rico. "Lu adalah orang yang selama ini mengacaukan kita semua."
"Jadi lu kini sudah mengetahuinya," kata gadis itu santai. "Betul. Gua baru saja mendapat kabar dari Jaka, William, Stefany, dan istri Jaka tentang apa yang terjadi pada mereka dan apa yang mereka lakukan," kata Silvani tersenyum.
"Tapi seberapa banyak yang lu ketahui?"
"Oh ya mulai sekarang jangan panggil gua Vani lagi. Panggil gua Silvani, nama penuh gua. Pemberian dari kedua orangtua gua," kata Silvani tetap tenang namun aura dinginnya begitu terasa.

"Lu adalah putri satu-satunya Kuswantoro. Karena itu lu berniat membalas dendam kepada kita semua. Kini lu berhasil merusak rencana pernikahan Cie Stefany bahkan menghancurkan hatinya, meracuni pikiran Mas Jaka dan membuat Om Dharsono mengundurkan diri bahkan ditahan, dan lu mengacaukan rumah tangga Mas Jaka."

Silvani memandang Rico dengan tersenyum. Memang kini ia telah berhasil membalas dendamnya kepada Dharsono, Stefany, dan Jaka. Sementara ia tak mempunyai masalah apapun dengan William sehingga ia tak perlu mengusik cowok itu lagi. Justru sebaliknya, ia telah memberi "bonus gratis" kepada cowok tersebut dengan menikmati tubuh Stefany secara cuma-cuma. Bahkan mungkin merenggut keperawanannya kalau memang betul Stefany selama ini belum pernah disentuh laki-laki.

Sebenarnya, apakah Stefany sebelum ini masih perawan atau tidak ia sama sekali tak peduli. Yang pasti kini ia sukses menghancur-leburkan hati gadis itu. Inilah pembalasan setimpal atas perbuatan gadis itu saat menjebak ayahnya dulu. Demikian pula Dharsono yang dalam sekejab karier dan reputasinya hancur lebur. Dan Jaka yang rumah tangganya mendadak jadi berantakan dengan cara yang sama seperti yang ia lakukan dulu terhadap orangtuanya. Mereka bertiga semuanya kini kehilangan milik mereka yang paling berharga. Sekarang tinggal tersisa cowok yang berdiri di depannya ini.

"Sebelum gua mulai, kita matikan dulu HP kita. Gua tak mau ada apapun yang bisa merekam pembicaraan kita. Ok buat lu?" tanya Silvani. Rico pun menyanggupinya.

"Ya betul. Gua anak satu-satunya Kuswantoro. Karena itu gua membalas dendam kepada kalian semua. Semua yang lu katakan itu betul," lanjutnya.

"Tapi gua salut terhadap lu, Rico. Pada akhirnya lu mampu mengungkap kebenarannya. Padahal seharusnya sekarang saatnya gua membeberkan semuanya kepada lu. Tapi lu mampu memecahkannya beberapa menit lebih cepat. Sayangnya hal itu terlambat untuk menyelamatkan mereka."
"Tapi omong-omong, bagaimana awal mulanya sampai akhirnya lu bisa mengetahui semuanya? Kalau lu tak keberatan menjawabnya."

Rico menatap Silvani dalam-dalam lalu berkata, "Permainan lu sungguh rapi dan hampir tak berjejak. Namun ada satu petunjuk kecil. Di laporan itu lu menyebut tentang "Tumpukan Celana Jins Biru Tua dan Kaus Abu-Abu Muda". Pertanyaannya, di antara keduanya mana yang ada di atas dan mana yang di bawah? Kalau kita lihat dari foto yang tak bisa bohong, yaitu foto nomor 5, maka kaus itu berada di atas celana jins. Tapi kenapa tidak dituliskan "Tumpukan Kaus Abu-Abu Muda dan Celana Jins Biru Tua"? Karena lu yang menulisnya!"

"Lu dan gua, kita sama-sama punya kebiasaan aneh. Dalam menyebutkan urutan, kita selalu menggunakan logika kita untuk memproses dulu mana yang sekiranya datang duluan dan itulah yang disebut pertama. Terlepas dari bagaimana urutannya secara visual."

"Dan kenyataannya, terus terang dulu gua sering ngeliat Cie Stefany ganti baju. Kebiasaan dia, ia selalu melepas bawahannya dulu sebelum atasan. Lu juga sama seperti dia. Sehingga apa yang ditunjukkan foto itu memang cocok dengan kebiasaan dia. Sementara, cara penulisan di laporan itu hanya cocok dengan gaya lu sementara tak lazim bagi kebanyakan orang."

"Lalu, saat gua sadar kalau foto-foto itu sebenarnya ditujukan ke gua bukan William. Dua hal ini membuat insting gua tiba-tiba teringat kepada lu. Tapi perasaan gua selalu menyangkalnya dan mencari pembenaran untuk membela lu. Bahwa di dunia ini tentu tak hanya kita berdua saja yang punya cara berpikir seperti itu, dan seterusnya. Semua itu karena gua sangat tidak mengharapkan apa yang saat ini terjadi, terjadi," kata Rico mengakui sambil menghela napas.

"Wow, gua betul-betul salut dengan kejelian lu. Karena terus-terang gua ga menyadari itu sampai lu katakan barusan. Namun sayang kejelian lu itu tak ada artinya sekarang. Tahukah lu kenapa gua berhasil mengelabui kalian semua?" tanya Silvani.

"Karena kalian semua tidak fokus!" jawabnya setelah beberapa saat. "Stefany terlalu sibuk dengan persiapan pernikahannya. Jaka, ia terlalu protektif terhadap Stefany. Secara psikologis penjelasannya agak panjang karena tak hanya sekedar faktor cinta. Tapi mungkin kita tak perlu membahasnya di sini. Yang pasti akibatnya ia jadi gampang dibakar emosinya. William, ego dirinya terlalu besar dan ia seorang pencuriga. Sehingga mudah dipengaruhi. Dharsono, hmm, ia terlalu baik. Seandainya ia tak menutup data tentang almarhum Papi, mungkin gua tak bisa seleluasa ini bergerak."

"Lu betul," potong Rico. "Salah satu sebab kenapa gua baru dapat informasi tentang lu barusan ini, karena data lu tak ada. Sehingga perlu waktu agak lama untuk mendapatkannya. Tapi tentu itu bukan alasan utamanya yang lu sendiri juga tahu apa," kata Rico menghela napas.
"Karena lu terlalu mencintai gua. Inilah ketidak-fokusan lu, " Silvani tersenyum penuh simpati kepada Rico.

"Betul," jawab Rico terus terang. "Gua sebenarnya juga tahu beberapa kali lu ketemu Cie Stefany secara diam-diam. Seharusnya ini sudah membuat gua curiga. Namun gua selalu menyangkal kecurigaan itu dengan menganggap bahwa lu memang ingin melakukan pendekatan secara personal dengannya. Karena ia adalah cici gua. Dan ternyata itu adalah sebuah kesalahan fatal," kata Rico dengan tersenyum datar.

"Seandainya gua tidak mengikuti perasaan gua dan langsung bergerak cepat maka gua akan bisa mencegah semua yang lu lakukan."
"Atau siang ini saja, kalau gua ga ngikuti permintaan lu untuk mematikan HP," Rico menghela napas.... "Maka gua akan membaca pesan itu dan gua masih bisa memperingatkan mereka."
"Paling tidak gua akan bisa memperingatkan Cie Stefany untuk berhati-hati karena William pasti telah lu racuni pikirannya."

"Betul sekali. Lu selalu menyangkal logika lu gara-gara terbawa oleh perasaan. Gua yakin selama ini lu mengarahkan kecurigaan lu kepada orang-orang dalam tim kalian. Termasuk Stefany dan Dharsono. Padahal orang dalam yang membantu misi gua itu ya lu sendiri. Rico yang jenius itu. Tanpa lu sadari, lu telah membantu misi gua," kata Silvani.
"Tanpa ketidak-fokusan kalian, tanpa adanya peran serta lu, gua tak akan berhasil sesukses ini. Untuk itu gua perlu berterima kasih kepada lu. Sebaliknya, gua betul-betul minta maaf atas ketidaknyamanan perasaan lu saat ini," kata gadis itu dengan sikap penyesalan yang sungguh tulus dan sama sekali tak dibuat-buat.

"Gua terima permintaan maaf lu," jawab Rico datar.
"You see, bagaimana gua tidak mencintai lu karena bahkan di saat melakukan perbuatan bajingan pun lu melakukannya dengan cara simpatik," kata Rico sambil tersenyum getir.

"Hahahaha. Lu benar-benar kocak. Satu hal lagi yang gua salut. Dari tadi sampai sekarang lu tetap tenang. Tak terlihat sedikit pun lu kehilangan emosi. Lu adalah seorang yang luar biasa dan tak ada duanya di dunia ini," puji gadis itu.
"Hanya satu kesalahan lu... lu terlalu mencintai seorang cewek. Padahal cewek yang lu cintai itu hanyalah sebuah fatamorgana," lanjut Silvani tersenyum.

Rico terdiam. Ia selalu menikmati diskusi dengan gadis ini. Termasuk saat ini. Saat dimana topik pembicaraan adalah satu hal yang sangat tidak mengenakkan.

"Ok. Kalau seluruh pertanyaan sudah terjawab... maka inilah saat kita untuk berpisah, Rico," kata Silvani dengan tenang tapi dinginnya serasa seperti es yang membeku.

"Ada satu hal lagi. Kenapa lu bisa melakukan semua ini?"
"Mengapa lu sampai mengorbankan diri lu sendiri?"

"Maksud lu kenapa gua mau tidur dengan lu? Ah Rico, ini tahun berapa dan jaman apa? Kita bukan hidup di jaman Siti Nurbaya. Gua memang tidur sama lu dan lu adalah cowok yang pertama kali tidur sama gua. Tapi so what gitu loh? Saat ini cewek tidur sama cowok adalah hal biasa."
"Lagian gua sudah bersumpah di depan mayat orangtua gua bahwa gua akan membalas dendam terhadap kalian dengan cara apapun. Jadi itu bukan sesuatu yang sulit bagi gua," kata Silvani dengan santai.

"Justru gua memanfaatkan itu untuk membuat lu terlena dan percaya kepada gua," lanjutnya.
"Ya," kata Rico mengamininya. "Karena gua adalah pintu masuk untuk melaksanakan misi balas dendam lu itu."
"Betul sekali. Tapi ada satu hal lagi!"
"Oh! Apa?"

"Setelah Stefany, Dharsono, dan Jaka, ada satu orang lagi yang masih tersisa. Lu."
Silvani tersenyum dengan sangat manis.
"Gua membuat lu sungguh-sungguh jatuh cinta ke gua. Agar kemudian hati lu pedih sekali kehilangan orang yang lu cintai. Itulah cara gua membalas dendam ke lu. Sama seperti saat gua kehilangan almarhum Papi dan Mami saat itu," kata Silvani tanpa emosi.

"Inilah cara pembalasan gua ke lu. Karena orang yang lu cintai itu adalah fatamorgana. Tidak nyata! Sekarang saatnya lu untuk terbangun dari mimpi dan menyadari pahitnya realita," kata Silvani sebelum ia melangkah ke pintu depan.

Suasana ruangan seketika jadi sunyi dan dingin. Tak ada suara lain kecuali bunyi langkah sepatu Silvani menuju pintu keluar apartemen Rico.

"Silvani.....," kata Rico tiba-tiba memecah keheningan yang dingin itu.
"Vani.....," katanya memanggil nama panggilan sayangnya terhadap gadis itu.
"Di ruangan ini bukan hanya gua satu-satunya yang harus kembali ke dunia nyata," kata cowok itu tenang.
Silvani menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya menghadap cowok itu lagi. "Maksud lu, gua?"
"Omong-omong, panggil gua Silvani!" tegasnya lagi.

Rico menganggukkan kepalanya.
"Lu mau tahu alasan sebenarnya kenapa gua gagal mencegah perbuatan lu?" kata Rico menatap Silvani dalam-dalam.
"Bukankah tadi sudah lu akui sendiri... karena lu terlalu mencintai gua. Karena lu mencintai sebuah fatamorgana,"ujar Silvani.
"Itu betul. Tapi tak sepenuhnya betul.
"Jadi?"
"Karena lu mencintai gua. Itulah alasan utamanya. Seandainya cinta gua hanya satu arah, mungkin gua masih akan bisa bertindak. Tapi karena lu mencintai gua, ini yang membuat logika gua jadi lumpuh."

"Hahahaha... Lu masih hidup di fatamorgana, Rico. Karena dunia nyata sungguh menyakitkan. Sadarlah Rico. Lu telah gua tipu mentah-mentah. Gua ga pernah sungguh-sungguh mencintai lu," kata gadis itu mentertawakan Rico dengan senyum mengejek. Sejak awal pembicaraan mereka, inilah pertama kalinya Silvani kehilangan sikap tenangnya.

"Lu boleh berpura-pura di depan gua. Tapi lu ga bisa menipu diri lu sendiri. Sekarang gua mengerti... Lu seringkali mengatakan bahwa saat yang paling membahagiakan bagi lu adalah saat-saat bersama gua. Saat mengatakan itu lu tidak berpura-pura. Justru sebenarnya lu sangat bersungguh-sungguh dengannya. Lu takut apabila hal itu terjadi. Karena lu tahu pada akhirnya itu akan terjadi. Namun dalam hati kecil lu sebenarnya lu tak mau itu terjadi."

"Itu sebabnya kenapa kecurigaan gua terhadap lu selalu mentah dan mentah lagi. Karena sikap lu terhadap gua begitu natural karena mencerminkan isi hati lu yang sebenarnya. Lu tak perlu bersandiwara apa-apa karena memang lu mencintai gua."
"Dan satu lagi yang tak dapat lu sangkal... Lu bukan tipe orang yang bisa mengorbankan kehormatan diri lu bahkan untuk membalas dendam sekalipun. Karena lu adalah orang dengan kehormatan diri yang sangat tinggi. Karakter lu ini sama dengan Cie Stefany. Gua tahu persis tentang ini."
"Itu sebabnya kenapa gua mencintai lu... karena lu punya banyak persamaan dengan dia. Juga kenapa gua bisa mengerti begitu dalam tentang diri lu."
"Jadi, kalau kita sampai tidur bareng, itu karena lu sendiri memang mau. Kenapa lu mau, karena lu mencintai gua!"

"Tidak! Tidak! Lu salah besar. Gua tak pernah mencintai lu!"
"Vani, lu bisa berkata apa saja. Tapi sikap lu ini justru mengungkapkan isi hati lu yang sesungguhnya. Lu ga akan bisa menipu diri sendiri."

"Hanya saja, ada satu hal lain yang baru hari ini gua mengerti. Dalam diri lu ada pergolakan batin. Karena selain mencintai gua, lu juga membenci gua."
"Vani, sadarkah lu kalau lu dan gua ini sebenarnya sama.... kita sama-sama terbelah. Kalau dalam diri gua terdapat konflik antara logika dan perasaan, dalam diri lu ada konflik perasaan cinta dan benci yang sama kuatnya."

"Kalau lu mau mendengar gua sebentar, gua ada usul untuk menyelesaikan masalah rumit kita ini," katanya lagi memandang Silvani yang diam mematung.

Setelah gadis itu mengangguk, Rico melanjutkan.
"Pertama-tama, mewakili semuanya, kita semua sungguh menyesal atas tragedi yang terjadi dalam keluarga lu waktu itu. Terus terang gua adalah orang yang pertama kali melontarkan ide tersebut. Awalnya hanya sebagai wacana. Tapi kemudian akhirnya disetujui oleh Om Dharsono karena kita tak menemukan jalan lain. Untuk itu, mewakili semuanya gua minta maaf atas hal itu."
"Perlu lu ketahui, kita semua tak ada yang mengharapkan hal itu terjadi. Tak ada yang menduga hal itu akan terjadi. Karena memang kita tak pernah merencanakan hal itu."

"Saat ini lu tentunya sadar betul kalau apapun tindakan kita hari ini tak akan mampu mengubah masa lalu. Sementara saat ini lu ada pilihan jalan lain. Ada hal-hal yang bisa kita lakukan bersama untuk membuat hidup kita semua lebih baik. Pertanyaannya, jalan mana yang akan lu pilih?"

"Gua mengatakan ini semua karena gua ga mau hidup lu saat ini dan ke depannya menderita. Karena gua betul-betul mencintai lu. Gua yakin lu tahu kalau gua selalu ingin lu mendapat apa yang terbaik dalam hidup lu. Lu tahu betul bahwa gua mencintai lu."

"Hmm... memangnya, masih adakah kemungkinan untuk itu?"
"Setelah apa yang terjadi pada mereka, terutama setelah apa yang gua lakukan ke cici lu... mungkinkah hubungan kita terus berlanjut?" tanya gadis itu.

"Vani, saat ini masih belum terlambat buat lu untuk memilih. Setiap manusia pasti melakukan kesalahan. Asalkan mau memaafkan, kita bisa menyambung apapun hubungan tersebut kembali."
"Lagipula, persoalan yang menimpa mereka itu sebenarnya masih bisa diperbaiki semua. Asalkan satu: lu mau menjelaskan kepada mereka. Kepada Mas Jaka supaya ia segera mencabut laporannya. Kepada istrinya supaya mereka dapat rujuk kembali. Dan terakhir, kepada Cie Stefany dan William."

"Saat ini Cie Stefany pasti sedang patah hati, marah, terhina, dan sebagainya. Tapi kalau kita jelaskan semuanya, dia pasti akan memaafkan William karena sesungguhnya dia mencintai cowok itu. Sebaliknya, William pasti akan menyesali perbuatannya dan ingin kembali kepadanya."

"Kalau Mas Jaka mencabut kembali laporannya, maka Oom Dharsono tak akan sampai diperkarakan lebih lanjut. Jabatannya mungkin tak dapat diperolehnya kembali namun gua yakin itu tak masalah baginya. Karena terus terang gua liat sebetulnya ia sendiri mulai merasa jenuh dengan pekerjaannya dan ingin pensiun dini."

"Dan kalau ia sudah tak menjabat lagi, kita semua juga tak ingin meneruskan. Karena selama ini kita hanya loyal kepada beliau."

"Pada akhirnya, semua masalah terpecahkan. Termasuk hubungan kita. Dan ketahuilah, mereka semua adalah orang-orang yang berpandangan luas sehingga mereka pasti akan bisa mengerti. Namun apapun reaksi mereka, gua akan selalu membela dan berada di samping lu".

"Jadi kini semuanya tergantung pada lu," kata Rico mengakhiri ucapannya. Sementara Silvani tetap berdiri diam mematung. Kedua matanya tampak memerah.

"Rico...," kata gadis itu akhirnya memecah kesunyian.
"Lu betul. Semua yang lu katakan tentang gua tadi memang betul," katanya menahan isak tangis.
"I love you Rico. Dan gua memang selalu takut membayangkan saat perpisahan kita karena gua tahu pada suatu hari itu pasti akan terjadi."
"Tapi ketahuilah... terlepas dari apapun rencana yang gua lakukan terhadap lu dan mereka, saat-saat bersama lu adalah saat-saat paling membahagiakan dalam hidup gua. Lu percaya dengan itu?" tanyanya sambil terisak.
"Gua tahu itu," kata cowok itu mengangguk.

"Tapi tahukah lu kenapa?"
"Please tell me."
"Karena itulah saat dimana gua betul-betul menjadi diri gua sendiri," kata Silvani dengan berlinang air mata.
"Gua tak perlu berpura-pura. Gua tak perlu memikirkan balas dendam itu. Gua bisa berbuat apa adanya sesuai kata hati gua yaitu berbahagia bersama lu," kata Silvani lagi.
"Jadi apa yang lu katakan barusan semuanya betul."

"Kalau begitu, kembalilah ke gua, Vani. Mari kita merajut masa depan yang indah bersama," kata Rico sambil memeluk gadis itu.
"Ooooh, I love you, Rico," jawab Silvani menangis sesenggukan di pelukannya.
"I love you too, Vani."

"Rico, satu hal yang belum lu ketahui... sebenarnya gua langsung jatuh cinta saat pertama kali melihat lu. Dan pertemuan kita pertama kalinya bukan di gerai kopi itu. Tapi di pesta pertunangan Cie Stefany dan William. Saat itu gua ngeliat lu dari jauh dan saat itu pula gua langsung jatuh cinta. Padahal gua tahu lu adalah musuh gua. Tapi gua ga bisa membohongi perasaan gua sendiri."

"Kalau begitu, tinggallah malam ini disini. Lalu besok kita datangi mereka semua untuk menyelesaikan semua persoalan. Setelah itu kita akan bersama terus selamanya," kata Rico memeluk erat dan membelai rambut gadis itu.

"Rico, sejak pertama kali melihat lu, gua selalu membayangkan kita hidup berbahagia bersama untuk selamanya. Tak perlu ada dendam diantara kita...," kata Silvani diantara isak tangisnya.

"Tapi gua tak bisa melakukan itu!" teriak Silvani sambil mendorong Rico sekuat tenaganya sampai cowok itu terhuyung.
"Karena dendam dalam hati gua ini tak bisa dihilangkan begitu saja!" seru Silvani dengan pandangan marah.

"Selamat tinggal, Rico!"

--@@@@--

Ruangan itu kini benar-benar sunyi dan dingin. Rico duduk termangu di atas ranjang. Cowok itu seperti kehilangan separuh nyawanya. Segala sesuatunya terasa begitu surreal. Tak sampai sejam yang lalu ia masih berbahagia bersama gadis itu. Saat ini bahkan aroma harum parfumnya masih tercium. Beberapa utas rambutnya masih menempel disini. Bercak-bercak cairan yang keluar dari bagian paling rahasianya masih membekas dan belum mengering betul. Bilur-bilur cakaran ringannya saat bercinta tadi masih terasa di punggungnya. Namun gadis yang dicintainya itu telah pergi entah kemana...

--@@@@--

Silvani melambaikan tangan memanggil taksi.
"Ke airport terminal 3, Pak," katanya singkat.
Kemudian ia terus menangis di sepanjang perjalanan.
Hatinya hancur lebur.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd