Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Sinopsis Cerita Stefany dan Rico Secara Keseluruhan

Manis dan Pahitnya Kenangan Masa Lalu

Sepuluh tahun kemudian...

Wanita itu meminum kumquat gin & tonic, minuman kesukaannya, sambil menikmati alunan musik merdu di skybar yang dipenuhi banyak orang itu. Namun ia sengaja memilih tempat di pojokan yang paling sepi.

Semua pelayan di tempat ini mengenal dirinya. Selama enam bulan terakhir ia selalu mem-booking tempat yang sama dan memesan minuman yang sama. Lalu pada akhirnya ia selalu memberi tip yang cukup besar.

Mereka yang telah berpengalaman bekerja di tempat seperti ini sangat paham siapa yang datang untuk mencari teman dan siapa yang ingin menyendiri. Wanita itu termasuk kategori yang terakhir. Sehingga mereka juga tak pernah berbicara lebih dari apa yang seharusnya.

Di usianya yang ke-31, ia tak dapat dikatakan sebagai gadis muda lagi. Wajahnya masih tetap cantik seperti dulu. Menunjukkan kalau ia adalah seorang yang selalu menjaga dirinya. Namun pandangan matanya terlihat begitu sayu. Pertanda bahwa kehidupan telah menggerogoti kebahagiaan yang pernah ada pada dirinya.

Silvani menatap gemerlapnya lampu-lampu gedung pencakar langit dengan pandangan yang menerawang jauh. Ia terlihat cukup nyaman dengan kesendiriannya di tengah suasana ramai itu. Mungkin karena ia telah terbiasa dengan yang namanya kesendirian. Sepuluh tahun belakangan ini ia selalu hidup dalam kesendirian. Tak ada teman dekat. Apalagi pacar. Karena memang ia tak tertarik bergaul dengan siapapun walau sebenarnya termasuk orang yang mudah bergaul.

Sepuluh tahun lalu ia berhasil menjalankan misinya dengan sukses. Ia berhasil membalas dendam dan menyakiti "musuh-musuh"-nya. Kecerdikan dan akalnya berhasil memperdaya kumpulan orang-orang pintar dan menghancurkan mereka semua dengan telak. Ia adalah sang pemenang. Namun kemenangan gemilang itu justru membawanya ke sepuluh tahun yang penuh kepahitan dan kegetiran hidup!

Baru belakangan ini ia akhirnya menyadari bahwa balas dendam tak membuat dirinya puas apalagi bahagia. Mungkin kepuasan sesaat ia dapatkan saat mengetahui ia berhasil mengalahkan mereka semua dengan telak. Namun dalam sekejab kepuasan itu semuanya sirna.

Dan berubah menjadi perasaan bersalah yang selalu menderanya. Setelah ia menyadari bahwa orang-orang yang saat itu ia anggap sebagai "musuh" pada kenyataannya tak pernah memusuhi dirinya. Label "musuh" adalah definisi yang ia sendiri tempelkan kepada mereka.

Sebaliknya, justru mereka semua bersikap sangat baik terhadap dirinya. Alasan utama Jaka mampu ia perdayai adalah karena laki-laki tersebut sebenarnya berniat menolongnya dengan tanpa pamrih dan tanpa modus-modus tersembunyi. Lalu Stefany.... gadis itu sangat baik terhadapnya. Namun ia membalas kebaikannya dengan memberinya luka hati yang mungkin akan terus membekas sampai seumur hidupnya. Rico mampu ia perdaya hanya karena cowok tersebut sangat mencintainya dan ia pun juga mempunyai perasaan yang sama. Bahkan Dharsono pun, sebenarnya bisa dikatakan ia sendiri yang memilih untuk mengalah terhadapnya.

Rasa penyesalan semakin menderanya saat akhirnya ia menyadari kalau ayahnya bukanlah orang baik meski ia selalu menyayanginya. Membuatnya mengerti mengapa mereka dulu berupaya menghentikan sepak terjangnya. Cintanya kepada almarhum ayahnya tak akan pernah pudar namun ia juga tak dapat menyetujui semua perbuatannya dulu di luaran.

Seakan semua itu belum cukup, ada satu lagi. Banyak hal di dunia ini mempunyai harga yang harus dibayar untuk mendapatkannya. Termasuk balas dendam. Dan harga yang harus dibayarnya untuk menjalankan balas dendamnya adalah ia harus kehilangan orang yang sangat mencintai dan juga begitu dicintainya.

"Gua mengatakan ini semua karena gua ga mau hidup lu saat ini dan ke depannya menderita. Karena gua betul-betul mencintai lu..."
Ucapan Rico sepuluh tahun lalu terus terngiang dalam hatinya. Ucapan yang pada akhirnya ia tolak karena ia memilih meneruskan jalannya sendiri yang pada akhirnya membawanya ke kepahitan hidup.

Apa makna dari kesuksesan pembalasan dendamnya itu kalau kemudian justru membawanya ke penderitaan? Saat itulah ia akhirnya tersadar dan bertekad untuk membuat hidupnya lebih baik.

Saat dirinya sedang hanyut dalam lamunannya, tiba-tiba ada suara yang menyapanya.
"Maaf, boleh aku duduk disini?"
Suara yang sangat dikenalnya!

"Rico!" serunya.
"Silvani! Boleh aku duduk," tanya cowok itu sambil menunjuk kursi di depan kursi wanita itu.
"Tentu," katanya sambil memberi isyarat dengan tangannya mempersilahkan cowok itu duduk.

"Ah... lama sekali kita tak berjumpa. Silvani, gimana kabar lu sekarang?" tanya cowok itu.
"Ya... begitulah," jawab Silvani sambil tersenyum. "Lu sendiri gimana kabarnya?"
"Ya sama... begitulah," jawab cowok itu juga tersenyum.

Tiba-tiba Silvani merasakan kehampaan yang luar biasa dalam dirinya. Karena kursi di depannya itu kosong melompong. Karena memang tak ada yang duduk di depannya!

Belakangan ia selalu membayangkan pertemuannya kembali dengan cowok itu. Paling tidak untuk sekedar bertukar pikiran. Betapa ia merindukan saat-saat mereka dulu saling bercanda dan berbincang-bincang mulai dari hal-hal ringan sampai berat secara cerdas. Saat dulu mereka menjalani masa-masa indah bersama...

Oleh karena alasan itulah ia selalu datang ke tempat ini. Karena tempat ini adalah tempat nostalgia indahnya. Inilah satu-satunya tempat dimana mereka sekali-kalinya pergi kencan berdua di tempat umum dulu.

Namun pada akhirnya kenyataan pahit selalu membunuh dengan kejam harapannya. Karena bayangan cowok itu tak pernah muncul.

Hari ini adalah tepat sepuluh tahun mereka berpisah. Yaitu hari dimana dirinya meninggalkan cowok itu. Raut kesedihan melanda wajahnya. Pandangannya begitu kosong. Sehampa isi hatinya.

Namun akhirnya ia mampu mengembalikan dirinya pada kenyataan dan menerimanya. Suka tak suka, inilah harga yang harus dibayarnya. Setelah dirinya tenang kembali, dipanggilnya pelayan. Setelah meninggalkan tip besar, ia pergi meninggalkan tempat itu.

--@@@@--

Saat ia hendak masuk ke dalam mobil, tiba-tiba seseorang memanggil namanya.
"Silvani?"
"Rico!!" Seru Silvani kaget.
"Rico! Is that you?" katanya lagi seolah tak mempercayai apa yang ada di depan matanya.
"Silvani, sungguh ga disangka! Lama sekali kita tak bertemu. Bagaimana kabar lu sekarang?"
"Gua baik-baik saja. Lu sendiri gimana?"
"Yah, gua juga ok."

"Silvani, yuk kita naik dan ngobrol-ngobrol," kata cowok itu membuat akhirnya mereka naik lagi kembali ke atas. Dan mereka pun kemudian berbincang-bincang sejenak. Namun topik pembicaraan hanya hal-hal ringan tentang keadaan masa kini. Tak ada yang menyinggung tentang hal-hal di masa lalu.

Sampai akhirnya,
"Rico, bagaimana kabar Cie Stefany sekarang?" tanya Silvani hati-hati.
"Omong-omong, gua minta maaf atas kejadian saat itu," katanya lagi. "Gua benar-benar menyesal dengan apa yang gua lakukan saat itu."
"Minta maaf untuk apa?" tanya Rico ringan membuat Silvani jadi tercengang.
"Atas semua perbuatan gua dulu yang menyebabkan kalian semua menderita. Terutama Cie Stefany," jawabnya. "Terus-terang selama ini gua terus-menerus dihantui perasaan bersalah," katanya sendu.
"Ah tak ada yang perlu dimaafkan dari masa lalu, Silvani. Masa lalu itu "suci" karena ia abadi. Tak akan pernah dapat diubah lagi. Sehingga tak ada gunanya untuk menyalahkannya. Yang penting kita mampu menjadikannya sebagai guru bagi kita untuk ke depannya."
"Maaf, maafkan aku," kata Silvani lirih hampir menangis. Kata-kata cowok ini membuat ia semakin bersalah.
"Silvani, lu ga perlu bersedih. Gua hargai niat dari permintaan maaf lu karena tentu tak mudah untuk mengatakannya. Tapi itu sesungguhnya tak perlu karena saat ini mereka semua sekarang baik-baik saja bahkan bahagia," kata Rico lagi-lagi dengan santai.
"Oh ya, benarkah?"
Cowok itu menganggukkan kepalanya. "Lu mau tahu kabar mereka? Gua ceritain satu-persatu."

"Om Dharsono sempat divonis dua tahun . Tapi enam bulan kemudian orang yang menjatuhkannya justru ketahuan korupsi dan ditahan. Membuat kasusnya ditinjau kembali dan akhirnya ia dibebaskan dan namanya dipulihkan. Namun yang lebih penting lagi, warisan karya yang dulu ia perjuangkan mati-matian akhirnya berlanjut kembali. Bahkan sampai sekarang, yang diteruskan oleh generasi yang lebih muda. Dan hasilnya, kini kita bisa merasakan sendiri pelayanan pada masyarakat yang semakin baik. Karena makin sedikit pejabat atau siapapun berani korupsi. "

"Saat ia dipenjara, waktunya dipergunakan untuk berkontemplasi merenungkan tujuan hidupnya untuk sisa umurnya. Setelah dibebaskan, ia memulai membuka usaha obat-obatan tradisional. Kini bisnis kecilnya itu jadi sukses besar. Saat ini ia puas dengan apapun dalam hidupnya bahkan ia nampak awet muda."

"Mas Jaka akhirnya rujuk kembali setelah sempat setahun lebih hidup terpisah dengan istrinya. Pada akhirnya istrinya mampu melihat kalau suaminya adalah seorang pria yang bertanggung-jawab. Bahkan rela mengorbankan perasaannya demi tanggung-jawab terhadap keluarganya itu. Hal itu pada akhirnya justru menimbulkan rasa hormat kepada suaminya. Akhirnya mereka kini kembali harmonis. Hubungan rumah tangga mereka bahkan semakin kokoh karena diantara mereka kini ada rasa saling pengertian yang semakin dalam dan dewasa."

"Dan tentu saja hubungan paman dan keponakan itu akhirnya menjadi baik kembali. Mas Jaka akhirnya menyadari kalau semua itu disebabkan oleh rasa iri dan cemburu dalam dirinya saja. Padahal apapun yang terjadi, ia tak berhak mengatur karena toh sebenarnya Cie Stefany juga bukan apa-apanya dia."

"Cie Stefany sempat mengalami depresi dan menutup diri. Kecuali keluarga dekat, ia tak mau menemui siapa pun. Sementara William yang akhirnya merasa menyesal dan ingin balik lagi pun juga ditolaknya. Karena sakit hatinya pada cowok itu begitu dalam. Bahkan mamanya sempat mendatangi Cie Stefany meminta-minta supaya mau balik dengan putranya. Namun hal itu juga diacuhkan olehnya. Inilah yang gua kuatirkan saat itu. Sekalinya Cie Stefany disakiti, ia akan sulit melupakannya."

"Tapi rupanya William tak kenal menyerah. Pada akhirnya ia menyadari kalau Cie Stefany adalah cinta sejatinya. Bertahun-tahun lamanya ia terus berjuang. Pada akhirnya Cie Stefany mampu melihat ketulusan hati cowok itu. Akhirnya ia memaafkan dan menerimanya kembali."

"Kini mereka telah menikah tujuh tahun dan punya anak dua. Kehidupan rumah tangganya sampai kini tetap harmonis. Karena sejak kejadian itu sikap WIlliam juga berubah. Ia jadi lebih penuh pengertian dan rendah hati. Bukan William yang arogan seperti dulu."

"Oleh karena itu mereka semua - mulai dari Oom Dharsono, Mas Jaka dan istrinya, sampai Cie Stefany dan William - kini melihat kejadian waktu itu sebenarnya bukanlah sebuah tragedi. Namun justru adalah berkah yang tersembunyi yang membuat masa depan justru jadi lebih baik."

"Dan gua setuju banget. Terus-terang sebelumnya gua kurang setuju hubungan Cie Stefany itu. Melihat sikap keras Cie Stefany dan arogannya William, gua ga yakin pernikahan mereka dapat bertahan lama. Tapi sekarang gua yakin hubungan mereka akan tetap harmonis karena sifat keras dan arogan keduanya kini telah berubah. Sesuatu yang tidak mengenakkan justru merupakan sebuah blessing in disguise."

"Nih foto keluarga mereka," kata Rico sambil menunjukkan foto di HP-nya.
"Wah Cie Stefany masih cantik ya. Hampir ga berubah. Masih tetap seperti dulu. Ga kelihatan kalau sudah punya anak dua," puji Silvani saat melihat foto keluarga mereka dengan William dan kedua anaknya.

Tiba-tiba Silvani tertawa getir. Bagaikan orang gila ia tertawa sendiri dengan raut wajah ironi. Betapa ironis! Mereka yang dulu ia kalahkan justru kini berbahagia. Mereka yang dulu ia hancurkan hatinya justru mampu memaknainya untuk membuat masa depan yang lebih baik. Sedangkan dirinya kini?
"Silvani, lu baik-baik aja?" tanya Rico.
"Ya, gua baik-baik saja. Maaf," kata Silvani setelah ia kembali menguasai dirinya lagi.

"Omong-omong, lu sendiri gimana? Lu barusan menceritakan tentang mereka tapi belum cerita dengan diri lu sendiri," lanjut Silvani.
"Keadaan gua juga baik banget. Omong-omong gua bakal menikah tahun ini," kata Rico dengan gembira.
"Sebenarnya kedatangan gua kesini karena gua janjian akan ketemu dengan cewek gua itu," lanjutnya lagi.
"Lu sendiri gimana?" tanya Rico.

"Wah selamat, Rico. Selamat!" kata Silvani berusaha tersenyum. Tentu saja! Sepuluh tahun telah berlalu, tentu ia kini punya cewek lain. Memang lu kira semua orang seperti lu yang selalu hidup di masa lalu, batinnya getir. Bagaimana pun ia berusaha untuk berbahagia untuk cowok yang pernah ada di hatinya ini.
"Sekali lagi selamat," katanya lagi dengan hati yang kini lebih lapang.

"Eh gua jalan duluan ya. Semoga kalian menikmati waktu kalian disini," kata Silvani mencari pelayan untuk membayar minumannya.
"Ah, gapapa lu disini aja dulu. Dia datangnya bakal terlambat banget karena masih ada urusan yang belum selesai. Kita ngobrol aja dulu. Lagian sudah lama kita ga ketemu," kata Rico dengan ramah pertemanan.
"Sebenarnya gua masih ingin ngobrol dengan lu," kata Silvani terus-terang. "Tapi gua ga mau nanti cewek lu salah paham. Apalagi dulu kita pernah...."
"Ah tenang aja. Lu jangan kuatir. Cewek gua itu pandangannya luas dan dia sudah tahu tentang hubungan kita dulu," kata Rico sambil tersenyum. "Justru gua mau kenalin lu ke dia."
"Dia pasti cakep ya. Yang pasti lebih cakep dari cewek lu yang sebelumnya," kata Silvani dengan tersenyum. Kini ia sungguh turut berbahagia. Membuatnya kini mampu melontarkan candaan tentang dirinya sendiri.
"Ah cakep sih relatif lah. Cewek gua yang dulu juga cakep kok. Yang penting dua hati sama-sama cocok. Tapi, lupakanlah dia sejenak. Nanti juga lu akan ketemu dengannya."

"Sekarang mengenai lu sendiri, terus-terang dengan pertemuan kita ini gua ingin kita tetap temenan. Masa lalu biarlah berlalu. Baik manis atau pahitnya, biarlah semuanya menjadi kenangan saja. Sekarang dan untuk saat ini, adakah sesuatu yang bisa gua bantu terhadap teman baik gua ini," kata Rico dengan perhatian penuh ke Silvani.
"Rico, sadarkah lu bahwa hari ini adalah tepat sepuluh tahun kita berpisah?"
Rico menganggukkan kepalanya. "Ya, gua ingat. Karena itu gua percaya pertemuan kita ini bukan sebuah kebetulan."
Silvani juga menganggukkan kepalanya.

"Sekali lagi gua minta maaf, kali ini khususnya terhadap lu karena dulu gua menyakiti hati lu," lanjut Silvani. "Tapi gua bahagia pada akhirnya lu bisa move on dan kini menemukan cewek pasangan hidup lu."
"Satu hal yang gua ingin tanya dari lu.... bagaimana kalian semua bisa melupakan kejadian yang tidak mengenakkan itu lalu bangkit dari keterpurukan kalian?"
"Gua jujur saja, saat ini keadaan gua jauh lebih buruk dibanding kalian semua. Padahal seharusnya bukankah gua harusnya merasa lebih baik dibanding kalian," kata Silvani jujur, "Itu sebabnya tadi gua tertawa-tawa sendiri."

Rico menatap dalam-dalam wanita yang pernah menjadi kekasihnya dan kini menjadi teman baiknya itu.
"Kuncinya adalah memaafkan."
"Kita memaafkan masa lalu dan orang-orang yang pernah menyakiti kita termasuk diri kita sendiri. Memaafkan tak akan pernah mengubah masa lalu dan semua hal yang pernah menyakitkan kita. Namun memaafkan akan membuat masa depan kita terbuka dan indah."
"Betul sekali Rico. Apa yang lu katakan memang betul," kata Silvani dengan terisak.

Kemudian pembicaraan diantara dua teman dekat itu berlangsung begitu dalam membuat waktu tanpa terasa mengalir sampai sejam lebih. Sampai akhirnya HP Rico tiba-tiba berbunyi.

"Cewek lu datang?"
"Iya," kata Rico sambil memandang HP-nya dan tersenyum.
"Gua ga sabar pengin liat orangnya seperti apa," kata Silvani sambil tersenyum.
"Dan akan gua bilangin supaya dia selalu merawat lu baik-baik."
"Nih dia," kata Rico sambil menunjukkan HP-nya dengan kamera depan aktif. "Lu liat sendiri dan katakan sendiri ke dia."

"Rico, lu jangan becanda!" seru Silvani.
"Gua ga becanda, Silvani. Cewek gua selama ini hanya satu. Yaitu lu!"
"Tapi lu tadi bilang dia akan datang karena masih ada urusan..."
"Betul. Itu karena ia tadi masih ada urusan yang belum selesai, unfinished business tentang masa lalu. Tapi saat ini ia telah mampu membereskannya. Jadi ia sekarang ada disini," jawab Rico tenang.
"Rico....," Silvani tak dapat meneruskan kata-katanya karena ia merasa bahagia sekali.
"Pertanyaannya... Silvani, maukah lu balik jadi cewek gua dan jadi istri gua nantinya?" tanya Rico sambil meraih tangan Silvani.
"Panggil gua Vani," kata Silvani sambil memegang balik tangan cowok itu.

Lalu Rico berpindah tempat dengan duduk di sebelahnya. Selanjutnya mereka berdua berbicara dengan lama sekali.

"Rico, ada satu hal yang masih mengganjal. Kalau hubungan kita berlanjut, apakah Cie Stefany benar-benar mau menerima gua. Mengingat dulunya gua pernah..."
"Vani, Cie Stefany sudah melupakan hal itu. Justru sebaliknya, dia seringkali nanyain tentang lu ke gua."
"Oh! Kenapa? Setelah sepuluh tahun dia masih nanyain tentang gua ke lu?" tanya Silvani keheranan.
"Karena dia tahu gua, adik cowoknya ini, selalu memikirkan lu. Karena gua selalu cerita tiap kali gua mencari lu disini setiap tahunnya dan dia selalu menghibur gua saat tahu gua tak melihat bayangan lu," jawab Rico dengan tersenyum. "Tapi kali ini dia akan gembira mendengarnya."
"Jadi...lu tiap tahun kesini untuk mencari gua?"

Rico menganggukkan kepalanya.
"Sejak kita berpisah malam itu, sosok lu seolah menghilang dari bumi. Gua ga bisa menemukan lu karena sejak itu gua diberhentikan sehingga gua ga bisa menggunakan fasilitas yang ada untuk mencari seseorang. Tapi memang gua juga ga mau melakukannya karena ini adalah urusan pribadi. Karena itu tiap tahunnya saat anniversary malam terakhir kita itu gua selalu datang kesini. Karena inilah satu-satunya tempat kita pernah pergi berkencan di tempat umum. Jadi tempat ini dan tanggal-tanggal itulah satu-satunya tempat dan waktu yang menghubungkan kita. Kalau lu masih memikirkan gua, gua yakin lu akan datang kemari saat anniversary hari itu."

"Tahun pertama sampai tahun kesembilan, gua harus pulang dengan hati kecewa. Tapi hari ini, tadi gua melihat lu sendirian. Gua melihat wajah lu yang begitu sedih tapi lu ga ngeliat gua karena lu terlalu fokus pada diri lu. Saat itu gua pengin langsung datengin. Tapi gua pikir sebaiknya gua jajakin dulu lu saat ini gimana."
"Gua senang sekali pada akhirnya lu memilih untuk memaafkan masa lalu dan menatap masa depan."

"Maafkan aku Rico, yang telah membuat lu kecewa setiap tahunnya selama sepuluh tahun ini," kata Silvani sambil menatap Rico. "Apa yang lu katakan malam itu memang betul. Seharusnya dulu gua dengar perkataan lu itu."
"Tak ada yang perlu disesali akan kejadian yang telah berlalu. Semua berjalan sesuai dengan tempat dan waktunya sendiri. Seandainya kita bertemu lebih awal, saat itu mungkin kita belum siap."
"Ah lu benar Rico. Lu benar sekali. Seandainya kita bertemu tahun lalu pun, saat itu gua belum siap dengan pikiran gua seperti saat ini," kata Silvani sambil menyandarkan dirinya pada tubuh Rico.

Pada akhirnya mereka menjadi pengunjung terakhir saat tempat itu akan tutup. Para pelayan yang sedang berdiri disana pada melongo melihat wanita yang selama ini selalu duduk menyendiri, dingin, dan tak banyak bicara itu kini berciuman mesra dengan cowok itu. Sikapnya wanita itu berubah total menjadi sangat hidup dibanding apa yang selama ini mereka lihat.

--@@@@--

Sepuluh hari menjelang pernikahan mereka...

Silvani dan Rico tidur berpelukan dalam keadaan telanjang bulat. Mereka baru saja menyelesaikan "dua ronde". Kini mereka sedang bermesraan di masa jeda sebelum akan lanjut ke babak ketiga.

"Lu masih enak seperti dulu, Vani. Bahkan makin enak sebetulnya. Karena semakin matang," kata Rico merayunya sambil merasakan hangatnya tubuh kekasihnya yang masih tetap indah terawat itu.
"Lu juga masih perkasa. Bahkan lebih perkasa dibanding dulu Karena makin berpengalaman. Hihihihi," balas Silvani dengan godaannya."
"Cowok manapun kalo sama lu ya pasti jadi perkasa, sayang. Tapi gua beruntung bahwa satu-satunya cowok yang lu maui di dunia ini hanya gua doang," kata Rico sambil membelai-belai rambut indah Silvani.

Tiba-tiba Silvani melepaskan dirinya dari pelukan cowok itu. Ia terbangun dan duduk.
"Ok, Rico. Gua tahu ada sesuatu yang lu sembunyikan. Sepertinya lu punya sesuatu rencana tersembunyi terhadap gua. Apakah itu? Mari kita bicarakan dengan terus terang saja," kata Silvani dengan serius.

Rico pun terbangun dari tidurnya. Sambil tersenyum misterius, ia berkata," Rupanya sampai sekarang lu masih tetap pintar dan tak sebodoh yang gua kira," lanjutnya lagi. "Kalau kini lu sudah bisa merasakannya, menurut lu apa rencana tersembunyi gua itu?"

"Gua ga tahu apa niat lu. Tapi kalau lu ingin membalas perbuatan gua terhadap Cie Stefany dulu dengan hal serupa, gua mengerti, Rico," kata Silvani tenang. "Gua ga akan membalasnya dan gua bisa memahaminya. Tapi gua akan tegar menghadapinya," lanjutnya sambil menatap Rico dalam-dalam.

Rico tersenyum mendengarnya. "Kalau waktu itu lu mengatakan gua terbawa oleh perasaan, maka saat ini lu lah yang terbawa oleh perasaan. Tapi menurut lu, apakah gua tega melakukan itu?"

"Jujur, sepertinya tidak. Karena gua bisa merasakan kalau lu betul-betul mencintai gua. Tapi seandainya lu menyakiti orang yang lu cintai... maka di ruangan ini lu bukan satu-satunya orang yang pernah melakukan itu. Jadi.... gua ga tahu," kata Silvani menghela napas sambil tetap tersenyum dengan tenang.

"Hahahaha. Lu memang cewek yang luar biasa. Di saat seperti ini lu masih tetap tenang. Itu sebabnya gua mencintai lu," kata Rico memandang Silvani, mengulangi apa yang dulu pernah cewek ini katakan kepadanya.

Ia terdiam sejenak sebelum akhirnya berbicara.
"Lu betul, Vani. Sejak saat kita bertemu lagi malam itu memang gua punya niat tersembunyi terhadap lu. Karena di samping gua ingin hidup bersama lu selamanya, gua juga ingin menawari lu untuk bergabung dengan tim kami."

"Lu ingat dengan perkataan gua waktu itu bahwa warisan kerja Om Dharsono masih terus berlanjut sampai saat ini? Kini Jaka menggantikan posisinya. Dan gua bekerja secara independen membantu timnya. Gua butuh partner untuk membantu gua dan orang terbaik yang bisa membantu gua adalah lu. Lu akan membantu gua di belakang layar. Karena gua ga akan biarkan cewek gua yang secantik se-sexy dan se-menggiurkannya seperti ini bekerja di lapangan. Jadi... partner bisnis?" tanya Rico sambil menyodorkan tangannya yang segera disambut oleh Silvani.

"Selamat datang, partner. Satu jam dari sekarang kita harus mulai bekerja," kata Rico tegas.
"Namun sebelum itu....," tiba-tiba ia langsung menerkam tubuh telanjang Silvani dan mengenyot-ngenyot payudara indahnya. Tanpa mempedulikan teriakannya yang pura-pura meronta-ronta....
 
Ane malah kangen sama POV ya Stefany apa bakal ada POV khusus Stefany di cerita ini suhu @jagbar ? Pengen tahu pandangan versi dia tentang kejadian yg menimpa dirinya selama 10 tahun. Cerita ini kan sekarang tokoh utamanya Silvani dan Rico bukan Stefany lagi.. btw apakah sebentar lagi cerita ini bakal tamat suhu mengingat semua tokoh sudah damai sama keadaan dan silvani sudah di maafkan.​
 
Ane malah kangen sama POV ya Stefany apa bakal ada POV khusus Stefany di cerita ini suhu @jagbar ? Pengen tahu pandangan versi dia tentang kejadian yg menimpa dirinya selama 10 tahun. Cerita ini kan sekarang tokoh utamanya Silvani dan Rico bukan Stefany lagi.. btw apakah sebentar lagi cerita ini bakal tamat suhu mengingat semua tokoh sudah damai sama keadaan dan silvani sudah di maafkan.​
Iya suhu sebentar lagi bakal ditamatkan. Karena ane skrg ga punya cukup waktu utk nulis, daripada berlarut2 atau menggantung rencananya mau segera ane tamatin. Tapi mgkn POV Stefany bakal ada nanti, suhu.
 
btw apakabar Liana n Ayahnya suhu @jagbar ? :papi: :pandajahat:
Wah cerita pertama ane ya. Tengkyu masih diingat suhu. Sepertinya ga akan diteruskan lagi suhu. Setelah ini mgkn ane bikin cerita lepasan saja karena keterbatasan waktu. Drpd nantinya menggantung, jadi ga enak dgn pembacanya.
 
Bimabet
Kenangan atau Fantasi?

Wanita itu sedang duduk sendirian di depan komputernya dan segelas kopi dingin. Usianya sekitar pertengahan tiga puluhan. Wajahnya sungguh cantik. Tak heran kalau sedari tadi nampak beberapa pria yang terus-menerus menolehkan wajahnya ke arahnya. Karena memang ia tak hanya sekedar cantik saja tapi juga memiliki daya tarik kewanitaan yang sangat tinggi. Apalagi dengan kaus putih ketat yang membalut tubuhnya, membuat keindahan tubuhnya mengundang decak kagum kaum lelaki. Terutama bagian dadanya nampak begitu indah.

Namun ia tak mempedulikan para pria yang sejak tadi mencuri-curi pandang kepadanya. Karena ia sibuk dengan komputernya. Ia membaca beberapa berita yang ditunjukkan di laman itu. Sampai kemudian dilihatnya berita tentang bisnis Dharsono yang semakin berkembang dengan foto pria tersebut yang nampak semakin muda. Pandangannya lalu menatap jauh ke luar jendela. Wanita itu larut dalam pikirannya sendiri.
.....
.....
.....

Di sebuah resor mewah di tepi pantai indah dekat kota Nha Thrang, Vietnam...
Saat itu ia masih berusia 24 tahun. Kira-kira sebulan sebelum rencana pernikahan yang kemudian tertunda itu...

Stefany baru saja check-in dan masuk ke kamar mewah yang akan ditinggalinya untuk beberapa hari. Kedatangannya kesini bermaksud untuk menyendiri sebelum nantinya ia mengikatkan diri dalam sebuah janji sakral pernikahan.

Itulah mengapa ia sengaja memilih tempat ini. Tempat yang agak jauh dari mana ia tinggal. Dan juga tempat yang sangat tak lazim dikunjungi orang-orang dari negaranya. Sehingga dirinya disini adalah seorang anonim yang sama sekali tak dikenal.

Juga tempat yang agak jauh dari kota besar di negara tersebut. Meski perjalanannya memakan waktu, namun setimpal dengan apa yang diperolehnya. Yaitu kesunyian dan jauh dari kerumunan banyak orang.

Ditambah lagi ia juga sengaja memilih resor mewah yang agak jauh dari pusat keramaian. Untuk menghindari banyaknya orang semaksimal mungkin. Semakin mewah suatu tempat akan semakin sedikit jumlah pengunjungnya. Semakin terpencil lokasinya semakin tambah sedikit lagi yang datang. Itu sebabnya tempat-tempat seperti ini selalu menetapkan harga premium bagi para tamunya.

Resor itu terletak persis di depan pantai indah dengan pasir yang begitu putih. Berpadu sangat indah dengan air laut yang jernih biru kehijauan menghadap Laut China Selatan dengan ombaknya yang menggelora.

Sungguh tempat ini adalah sebuah sanctuary yang sempurna baginya untuk menenangkan diri dan menyatu dengan alam. Ia bertekad, apapun yang alam akan berikan padanya di tempat ini maka ia akan menerima dengan terbuka dan menikmatinya dengan antusias. Embracing the present, as it is the presents from the universe.

Siang itu ia meluangkan waktu bersantai di kamarnya. Kamar itu didekorasi secara indah dengan seluruhnya menggunakan bahan kayu. Letaknya persis di tepi pantai dan menghadap ke arah laut. Sehingga setiap saat ia bisa langsung berenang di laut persis di depan kamarnya.

Saat itu ia mengenakan gaun sutera tipis yang halus dan indah dengan warna dasar hitam dan corak naga dan burung phoenix keemasan. Gaun itu baru saja dibelinya kemarin di Ho Chi Minh City karena ia tertarik dengan kualitas bahan, warna, dan coraknya. Perpaduan dua hewan mitologi itu adalah perpaduan antara unsur yin dan yang yang sungguh cocok dengan keadaan dirinya yang akan segera mengikat tali pernikahan.

Stefany sedang duduk di sunbed bulat besar yang cukup untuk tiga orang di teras kamarnya yang menghadap ke laut. Menikmati keindahan alam perpaduan kontras pasir yang putih dan laut biru kehijauan yang nampak sangat luas itu. Sambil juga menikmati semilir angin laut alamiah yang menyegarkan.

Ia begitu rileks dan santai. Bahkan ia tak memakai bra di balik gaun sutera tipisnya itu. Untuk apa? Khan ia masih berada di lingkungan kamarnya. Kedua kakinya disilangkan di atas meja kecil di depannya. Memperlihatkan sebagian kemulusan pahanya. Namun ia cuek saja. Karena memang suasana begitu sepi. Beberapa orang yang berjalan di pantai melintasi depan kamarnya juga nampak sibuk dengan urusan atau pasangannya masing-masing. Dua petugas hotel yang kebetulan lewat menyapanya dengan hanya sekedar "say hello" saja lalu terus berjalan. Tak ada yang berani coba-coba bersikap usil apalagi kurang ajar. Saking merasa rileksnya, tanpa sadar Stefany pun akhirnya tertidur dalam keadaan seperti itu untuk beberapa saat di teras kamar yang terbuka itu.

Inilah bedanya dengan kota besar. Di kota tempatnya tinggal tak mungkin ia melakukan hal seperti ini kalau tak ingin mengundang tatapan mata mupeng banyak orang atau bahkan orang iseng yang langsung grepe-grepe.

Pukul tiga siang ia membuat janji untuk pijat tradisional dengan wanita pegawai spa resor tersebut. Ia memutuskan untuk dipijat di teras kamar yang terbuka itu saja. Dengan membalikkan badan Stefany lalu melepas gaunnya kemudian langsung berbaring telungkup di sunbed besar itu. Saat itu tubuh putih mulusnya hanya tertutup celana dalam saja. Ibu setengah baya itu lalu memijiti sekujur tubuh bagian belakangnya. Saat waktunya memijat tangan dan kaki bagian depan, ibu itu menyuruh Stefany berbalik badan dengan menutupi bagian dadanya dengan handuk kecil yang dibawanya. Lalu ia mengambil sebuah handuk kecil lain untuk ditutupkan di atas celana dalam gadis itu. Karena celana dalamnya itu agak tipis dengan banyak renda membuat sebagian bulu kemaluannya bisa terlihat orang kalau tak ditutupi.

Setelah selesai satu jam, Stefany merasa sekujur tubuhnya jadi segar sekali. Kini ia tergoda untuk berenang di pantai indah persis di depan kamarnya itu. Apalagi sekarang matahari sudah agak condong ke bawah dan tidak terik lagi. Jadi ia tak perlu memakai sunscreen wajah atau tubuh.

Setelah berganti dengan baju renang ia berjalan menuju air laut. Kemudian ia masuk ke dalam air laut yang bersih dan segar itu. Inilah enaknya tinggal di kamar yang persis berada di tepi pantai. Tinggal jalan keluar dari kamar. Tak sampai satu menit sudah bisa berendam di laut.

Saat itu tak banyak orang yang berenang disana karena memang ini adalah pantai eksklusif yang tertutup dari umum. Sejumlah tamu yang sedang berada di dalam air juga letaknya tersebar agak berjauhan. Karena memang letak kamar-kamarnya juga agak berjarak satu sama lain. Sehingga ia mendapat privasi yang betul-betul sesuai dengan apa yang diharapkan. Untuk beberapa saat ia menikmati segarnya air laut. Membiarkan dirinya diterpa ombak besar yang datang berulang-ulang.

Di jarak agak kejauhan ia melihat beberapa turis wanita asing berenang dengan bikini bagian bawah saja. Membuat Stefany jadi tergoda untuk melakukannya. Apalagi sekarang ini tak banyak orang dan mereka semua juga jaraknya agak jauh dari posisinya. Lagipula, ia disini bukan siapa-siapa dan semuanya adalah turis. Kalaupun ada pria yang melihat, orang itu juga ga akan kenal juga. Paling-paling cowok itu kemudian jadi ngaceng. Trus so what gitu loh. Sementara seumur-umur ia tak pernah berenang di laut secara topless. Kalau ia tak melakukannya sekarang, kapan lagi ia punya kesempatan seperti ini.

Akhirnya ia balik ke kamarnya dan berganti dengan memakai bikini tapi hanya bagian bawahnya saja. Dalam hati ia merasa beruntung membawa bikini itu karena sebenarnya ia tak suka memakai bikini. Tapi sekarang ternyata bermanfaat. Setelah itu lalu ia keluar lagi ke pantai dengan dada telanjang lalu masuk ke dalam air lagi.

Ternyata... Stefany mendapati sensasi yang sungguh berbeda. Rasanya ia jadi betul-betul menyatu dengan alam dan waktu ketika air bergelombang menerpa tubuhnya dengan bebas. Membuat ia jadi betah berlama-lama di dalam air tersebut. Apalagi matahari semakin condong ke bawah membuat suasana jadi semakin indah.

Akhirnya ia baru keluar dari laut setelah waktu melewati saat matahari terbenam. Meski langit masih terang tapi air jadi terasa makin dingin. Saat itu sudah tidak ada banyak orang dan yang ada pun berada agak jauh darinya. Sehingga ia bisa keluar dan berjalan menuju kamar dengan bebas.

Namun saat ia sedang berjalan di pasir putih itu tiba-tiba ada sosok pria keluar dari kamar di sampingnya dan melihat ke arahnya. Membuat Stefany sangat terkejut. Apalagi ia mengenal orang itu!

"O-Om Dharsono!" serunya bagai kena setrum tegangan tinggi. Ia terkejut melihat orang itu ada disini. Namun lebih terkejut lagi karena saat itu dadanya dalam keadaan telanjang penuh. Mukanya seketika jadi merah padam. Saking terkejutnya, dirinya sempat membeku beberapa detik tak tahu apa yang harus dilakukan.

"Stefany!" ujar Dharsono yang juga kaget. Entah kaget melihat gadis itu atau kaget melihat dadanya yang terbuka bebas itu.

"Ah... Om kok bisa ada disini," katanya dengan pucat pasi. Seketika ia berusaha menutupi payudaranya dengan kedua tangannya sebisanya.
"Stefany... kok kamu juga bisa ada disini," katanya lagi pura-pura tak melihat sebagian payudara indah gadis itu yang tak bisa seluruhnya ditutupi itu.

"Ya udah kamu masuk dulu deh. Nanti kita ketemu lagi disini," katanya berusaha menyelamatkan momen memalukan bagi gadis itu. "Setengah jam lagi?" tanyanya memberi waktu gadis itu berpakaian secara normal dan menenangkan diri.
"Ok Om. Sampai nanti," ujarnya sambil buru-buru berlari masuk ke dalam kamarnya dengan jantung berdebar-debar dan wajah merah padam.

--@@@@--

Empat puluh lima menit kemudian...

Gadis muda dan pria dewasa yang agak berumur itu duduk berdua di meja yang dihiasi dengan lampu lilin yang temaram. Suasana persis di depan laut, langit yang telah berubah gelap, siluet gunung di arah sana, angin semilir dan suara daun pohon kelapa yang bergerak-gerak, serta debur ombak yang secara periodik terdengar membuat suasana jadi semakin romantis.

Sambil menikmati hidangan laut yang segar dan lezat, Stefany dan Dharsono berbincang-bincang dengan akrab dan asyiknya.

--@@@@--

Tak jauh dari tempat mereka berdua berada, dua orang pegawai hotel sedang berbincang-bincang dan menggosip dengan bahasa mereka.

(Terjemahan)
"Tuh, bener khan apa gua bilang. Mereka itu saling mengenal," kata orang pertama. "Berarti mereka datang kesini itu karena memang sudah janjian," katanya lagi.
"Ah, belum tentu. Bisa saja mereka barusan ketemu karena kamarnya tetanggaan lalu berbincang basa-basi. Karena ternyata mereka sama-sama berasal dari negara yang sama lalu akhirnya makan bersama," kata orang kedua.
"Ah salah lu. Tamu yang datang kesini dari negara mereka itu sangat-sangat jarang sekali. Memang bisa kebetulan seperti itu? Hari ini bisa datang dua orang. Lalu kamarnya bisa persis sebelahan lagi. Pasti itu karena sebelumnya sudah janjian."
"Ga mungkin lah. Untuk apa mereka janjian kemari bersamaan. Kalau memang sudah janjian kenapa mereka tidak datang bersamaan. Dan lagi hubungan mereka apa. Kalau disebut ayah dan anak atau masih saudara.. ga mungkin karena wajah dan kulitnya beda banget. Kalau disebut pasangan, untuk apa mereka tinggal di kamar yang berbeda. Lagian kalo pasangan ga cocok juga. Ceweknya masih muda dan cantik banget gitu sementara lakinya sudah kayak seumuran ayahnya."
"Ah bego lu. Kenapa mereka datang tidak bersamaan dan di kamar yang berbeda, karena mereka itu pasangan gelap. Jadi menghindari untuk diketahui orang. Gitu aja kok lu ga ngerti."
"Ah masa sih. Ga mungkinlah. Kok ceweknya mau dengan bapak-bapak yang seumuran ayahnya seperti itu. Padahal ceweknya cantik banget kayak artis."
"Mungkin saja lakinya kaya atau mungkin pejabat. Khan disana banyak pejabat yang korupsi. Atau kali memang cewek itu jatuh cinta. Siapa tahu?"
"Ah, kalo aku sih masih yakin mereka itu kebetulan ketemu lalu makan makan bareng aja," kata orang kedua bersikeras.

"Nih, gua kasih tau ya... kalaupun mereka kebetulan ketemu paling itu hanya setingan aja. Pura-pura ketemu, pura-pura sama-sama kaget. Tapi sebelumnya kedatangan mereka berdua sudah direncanakan. Sama seperti pasangan yang pura-pura ketemu di tempat umum, ngobrol-ngobrol bentar, terus abis itu ngamar berdua. Semua itu untuk menambah sensasi. Itu namanya roleplay."
"Ah sok tahu lu. Kayak ngerti roleplay segala. Lagian, ngapain juga kita ngurusin urusan tamu. Tugas kita hanya melayani mereka dan mendapat uang tip. Udah ah gua kerja lagi," kata orang kedua sambil meninggalkan rekannya.
(Akhir dari terjemahan)

--@@@@--

"Oh ya Om... omong-omong aku minta maaf ya atas kejadian waktu itu."
"Kejadian apa?"
"Itu. Waktu aku tiba-tiba datang ke tempat Om sampe bikin kaget."
"Ooh, gapapa Stefany."

"Dan terima kasih juga Om berhasil menyadarkan aku waktu itu," kata Stefany agak malu.
"Karena aku tak tahu kalau teh yang kuminum itu mengandung zat perangsang. Aah, untung Om menyadarkan aku kalau tidak....," kata Stefany menundukkan kepalanya.
"Tak masalah. Aku memang sudah agak heran karena sikapmu waktu itu jadi berbeda. Tapi memang untung saja aku berhasil mencegahnya. Dan juga menahan diri," kata Dharsono sambil menghela napas.
"Makanya habis ini kamu harus hati-hati. Kamu ini cerdas dan hebat tapi satu kekuranganmu sejak dulu yaitu kamu kadang suka bertindak grusa-grusu dan sembrono."
"Untung hal itu terjadi denganku. Kalau dengan orang lain bagaimana?"

"Dan barusan juga, kamu itu," kata Dharsono menegur gadis itu bagaikan memarahi anak kecil. Membuat wajah Stefany langsung memerah. "Kamu bukan anak kecil lagi dan sebentar lagi kamu akan menikah," nasehatnya lagi.
"Iya Om," kata Stefany tetap menundukkan kepala.

Kemudian pembicaraan beralih ke topik lain. Sementara kedatangannya kesini untuk mencari suasana tenang sebelum masa-masa sibuk dengan persiapan pernikahannya, Dharsono pun ternyata juga mempunyai tujuan yang serupa.

Karena sesungguhnya ia merasa dirinya mulai jenuh dengan pekerjaannya. Karena pekerjaannya selalu menuntutnya menjadi bayangan yang tak kelihatan. Ia mulai merasa lelah dan rasanya ingin meninggalkan semua itu. Karena itulah ia mengambil cuti beberapa hari untuk mencari apa yang diinginkan oleh jati dirinya yang sebenarnya.

Pembicaraan diantara mereka kemudian berlangsung dalam. Membuat mereka berdua berbincang cukup lama disitu. Saat tempat itu akan tutup pada pukul sembilan malam, mereka akhirnya pindah tempat di bar karena pembicaraan masih sedang seru-serunya.

Namun ternyata Dharsono kurang menyukai suasana di bar tersebut. Karena beberapa orang berbicara cukup keras sambil minum-minum.
"Kalau gitu kita ngobrol di teras kamar kita saja, Om," kata Stefany mengusulkannya.
"Oh ya boleh. Tapi di teras kamar siapa?"
"Teras kamarku aja. Karena di tempatku kursinya besar," kata Stefany.
"Ok boleh."
Akhirnya disepakati mereka melanjutkan obrolan mereka di teras depan kamar Stefany tiga puluh menit kemudian. Karena baik Dharsono maupun Stefany ingin mandi-mandi dan cuci muka dulu setelah kena angin pantai yang mengandung garam.

--@@@@--

Selang tiga puluh menit...
"Ah ya... ternyata kursi kamu ini lebih lebar," kata Dharsono menghampiri Stefany.
Kemudian mereka meneruskan obrolan mereka.

Stefany saat itu mengenakan gaun sutera tipisnya yang tadi. Namun kali ini ia memakai bra selain tentu saja celana dalam. Setelah tadi ditegur oleh pria ini, kini tentu ia tak berani membangkang omongannya dengan berpakaian secara asal-asalan. Juga dengan adanya kedatangan seorang tamu berkelamin pria secara jelas seperti ini tentu ia tak ingin memberikan sinyal yang salah kepadanya.

Meski telah berusaha berpakaian dengan sopan, namun itu justru membuat ia terlihat semakin cantik bahkan sexy menggairahkan. Dengan rambut dibiarkan terurai bebas dan pakaian yang terlihat begitu indah dipakainya, malam itu ia nampak sungguh cantik. Meski gaun itu hanya menggunakan pengikat di pinggang sebagai penutup, tapi gaun tersebut masih mampu menutup bagian dadanya secara penuh dan sopan. Hanya saja pengikat di pinggang sebagai satu-satunya alat untuk mempererat pakaiannya membuat pahanya yang putih mulus kadang terlihat saat ia sesekali mengubah posisi duduknya. Sementara bahan gaun sutera yang tipis halus itu membuat lekuk liku tubuh indahnya terlihat jelas. Terutama bagian dadanya yang terlihat cukup menonjol di balik gaun tersebut...dada indah yang sore tadi telah dilihat secara jelas oleh Dharsono itu!

Setelah mengobrol sekitar 30 menit, Dharsono akhirnya pamit diri. Alasannya karena ada banyak nyamuk di sana. Entah memang ia sungguhan dikerubuti nyamuk atau karena sebenarnya ia merasa "ga tahan" berada dekat-dekat terlalu lama dengan bekas anak didiknya yang kini telah menjadi gadis yang betul-betul dewasa itu. Karena Stefany justru tak merasa ada nyamuk disana. Sementara daya tarik seksual Stefany yang saat itu begitu kuat terpancar jelas tak mudah untuk diabaikan begitu saja oleh seorang pria normal.

Namun jawaban Stefany justru bertolak belakang.
"Kalo gitu kita ngobrol di dalam aja, Om," katanya dengan santai.
"Ah, nggak deh. Kita teruskan besok saja. Khan kita masih ada banyak waktu."
"Udah gapapa Om. Ayo masuk saja," kata Stefany berdiri lalu membuka pintu teras itu dan berjalan masuk. Membuat Dharsono pun akhirnya mengikuti gadis itu masuk ke dalam kamarnya.

Di dalam kamar mereka melanjutkan obrolan mereka cukup lama sambil minum teh. Sebelum kemudian Dharsono mengomentari gaun sutera yang dikenakan Stefany.
"Pakaian kamu ini bagus banget, Stefany."
"Bagus ya... makanya kemarin langsung aku beli Om. Di Ho Chi Minh City pas lewat di depan butik deket hotel," jawabnya.
"Iya bagus banget," pujinya.
"Dan bahannya juga bagus. Kainnya halus banget," katanya sambil memegang bagian kain dekat bahunya.
"Oh ya? Coba....," kata Dharsono sambil memegang kain di lengan bagian bawah Stefany namun tanpa menyentuh tangan gadis itu.
"Oh ya benar. Halus banget kainnya," katanya lagi sambil menggerak-gerakkan ibu jari dan telunjuknya pada bagian kain yang dipegangnya.

"Dan coraknya juga bagus," katanya sambil melihat bordiran emas gambar naga dan burung phoenix itu. "Cocok banget kamu pake."
"Cocoknya gimana Om?"
"Warna dasarnya gelap. Kontras dengan kulitmu yang putih. Sementara coraknya oriental. Cocok banget karena wajahmu khan juga oriental," kata Dharsono menatap wajah cantik Stefany kemudian kembali melihat bordiran emas di gaun gadis itu. Membuat pandangannya sejenak terpaku menatap dua gundukan payudara Stefany yang tercetak cukup gamblang dibalik gaun sutera yang halus itu... payudara indah yang sore tadi telah dilihatnya secara jelas itu!

"Membuat kamu jadi terlihat cantik sekali malam ini," puji Dharsono kepada bekas anak didiknya itu. "Dan membuat setiap laki-laki mengidam-idamkan untuk dapat memetik dan menikmatinya", lanjut pria itu dalam hati.
"Ah, makasih Om," kata Stefany dengan tersipu agak malu, tanpa menyadari pikiran mupeng pria yang selama ini selalu menjaga diri darinya itu.

Tiba-tiba Dharsono bangkit dari duduknya lalu duduk di samping Stefany. Dipegangnya kedua bahu gadis itu dan dikecupnya bibirnya. Seolah tak ingin melepaskan bibir gadis itu begitu saja, kini diciumnya bibir itu dengan lama. Dinikmatinya kehangatannya .

Tubuh Stefany diam membeku. Tindakan pria ini terhadap dirinya sungguh mengejutkannya. Membuatnya tak tahu harus berbuat apa. Ia tak membalas perbuatan pria itu. Namun ia juga tak menolaknya. Kini ia memejamkan matanya menikmati ciuman pria itu. Membiarkan pria itu menikmati dan menjelajahi bibirnya dengan lama.

Sikap pasif Stefany itu membuat gairah birahi Dharsono semakin memuncak. Dengan penuh nafsu diciuminya anak gadis teman masa kecilnya yang kini telah menjadi gadis dewasa yang begitu cantik dan sexy menggairahkan ini! Kali ini ia tak menahan-nahannya lagi. Sebenarnya birahi ini telah lama dipendamnya sejak pertama kali bertemu. Saat gadis ini masih seorang perawan berusia 18 tahun. Enam tahun lamanya! Malam ini, di tempat antah-berantah ini, ia bertekad akan melampiaskan seluruh dahaganya selama enam tahun itu.

Dharsono menarik simpul pengikat di pinggang Stefany itu. Dan, simpul sederhana itu dengan mudahnya langsung terlepas ikatannya. Kemudian gaun sutera bercorak oriental itu disibakkannya ke samping menampakkan tubuh mulus indah gadis putih berwajah oriental itu. Darah lelaki Dharsono langsung menggelegak. Menatap payudara padat berisi yang tertutup oleh bra hitam. Dan betapa putihnya kulit tubuh gadis itu. Sementara Stefany menunduk agak malu ditatap secara lekat-lekat oleh pria itu.

Dharsono mengajak Stefany berdiri. Ia kemudian mengambil remote control untuk menutup sebagian besar jendela kamar tersebut. Namun menyisakan bagian atasnya yang terlindung oleh kasa-kasa nyamuk untuk tetap terbuka. Kemudian dilepaskannya gaun sutera indah itu dari tubuh gadis itu. Membuat gaun itu teronggok jatuh di lantai.

Tangan coklat gelap Dharsono lalu meraba paha putih mulus Stefany yang beberapa kali eksposnya saat duduk di depan tadi telah membuatnya mupeng. Kini paha mulus itu diraba-rabanya keduanya. Tangannya kemudian naik ke bagian pangkalnya. Membuat Stefany melenguh beberapa kali. Apalagi saat jari tangan pria itu sengaja menyentuh-nyentuh vaginanya beberapa kali.

Kedua tangan Dharsono lalu merengkuh punggung Stefany. Dengan satu tarikan, dilepaskannya pengikat bra gadis itu. Dan sesaat kemudian, bra warna hitam berukuran 34C itu telah terlepas dari tubuh gadis itu. Dilemparkannya bra tersebut ke atas meja rias. Sementara Dharsono menatap dada telanjang Stefany dengan kedua mata terbuka lebar.

Payudara gadis ini begitu indah. Keduanya begitu simetris, kencang, dan padat berisi dengan puting kemerahan menyembul dan menegak ke depan. Kedua tangan Dharsono langsung meraba-rabanya dengan kedua ibu jarinya menekan dan menggoyang-goyang kedua puting susu Stefany. Membuat keduanya jadi bertambah tegak dan kencang. Untuk sejenak ia memain-mainkan payudara indah tersebut sepuas hatinya.

Setelah puas tangannya kemudian menyasar ke penutup terakhir gadis itu. Dipelorotkannya celana dalam hitam tersebut. Dan dikeluarkannya dari kedua kakinya. Membuat gadis itu kini berdiri telanjang bulat total di depannya. Nampak bagian atas vaginanya dihiasi dengan bulu kemaluan tipis yang tertata rapi.

Dharsono berdecak kagum dan menatap tak berkedip keindahan tiada tara di depan matanya itu.
"Kamu betul-betul cantik sekali, Stefany. Kamu sungguh cantik dan menggairahkan!" katanya dengan pandangan penuh nafsu. Diikuti dengan tangan kanannya merogoh-rogoh vagina gadis itu dan tangan kirinya meremas-remas payudaranya.

Kemudian ia menuntun Stefany supaya ia naik ke atas ranjang ukuran sangat besar itu. Dengan cepat dilepaskannya seluruh pakaiannya. Membuat dirinya akhirnya juga telanjang bulat. Kulit tubuhnya coklat gelap. Kontras sekali dengan kulit tubuh Stefany. Penisnya yang gelap hitam besar dengan kepala tersunat itu berdiri dengan kencang.

"Stefany, malam ini kamu melayani aku ya, sayang," kata Dharsono sambil naik ke ranjang mendekati Stefany lalu membelai-belai rambutnya. Ditatapnya wajah cantiknya, kemudian diliriknya payudara indahnya, lalu dilihatnya vaginanya, sebelum ia menatap kembali wajah gadis itu sambil tersenyum.

"Mau ya, sayang," katanya lagi sambil memegangi dagu gadis itu.
Membuat Stefany pun akhirnya menganggukkan kepalanya.
"Tapi pelan-pelan ya Om. Aku belum pernah soalnya," katanya perlahan.
"Oh kamu belum pernah?" kata Dharsono heran. "Jadi selama ini kamu belum pernah melakukannya dengan calon suamimu itu?"
Stefany menggelengkan kepalanya.

"Oh, hahahahaha. Bagus. Bagus!" Dharsono tertawa terkekeh-kekeh.
"Malam ini kamu akan merasakan kenikmatannya disetubuhi oleh laki-laki untuk pertama kalinya. Dan aku akan menikmati kegadisanmu. Hahahahaha..."
"Tapi jangan panggil aku Om dong. Panggil Mas saja," kata Dharsono genit.
"Dan jangan kuatir. Aku akan melakukannya dengan lembut sekali. Jadi nggak akan sakit kok. Tenang saja."

Dharsono kembali mencium bibir Stefany. Ditindihnya tubuh gadis itu dan diciuminya bibirnya dengan penuh nafsu. Setelah puas menikmati bibir, Dharsono mengecupi leher putih gadis itu. Sampai-sampai tersisa jejak-jejak cupang merah di beberapa bagian di leher putihnya Kemudian mulutnya turun ke bawah lagi menyasar payudara Stefany. Ia mengemut-emut payudara indah gadis itu. Kedua puting kemerahannya dijilati bergantian. Cukup lama ia menikmati payudara Stefany karena memang sudah lama ia mengidam-idamkan untuk dapat menikmatinya seperti ini.

Sambil melahap buah dada gadis ini tangannya mulai turun ke bawah untuk meraba-raba pangkal paha dan vagina Stefany.
"Ooohhh......"
Stefany mengeluarkan desahan-desahan akibat rangsangan Dharsono pada bagian tubuh paling sensitifnya. Tangan Dharsono terus merogoh-rogoh dan meraba-raba vagina gadis itu.

Puas menikmati payudara Stefany, mulut Dharsono turun ke bawah menuju ke vaginanya. Ia menatap vagina yang segar kemerahan itu. Lalu ia menjilati vagina dan klitorisnya. Membuat vaginanya jadi basah dan Stefany makin sering mendesah-desah.

Dalam hati Dharsono tersenyum melihat reaksi Stefany sejauh ini. Pembawaan luar gadis bekas anak didiknya ini sehari-harinya selalu spontan, berani, dan apa adanya. Namun kini sikapnya begitu pasif dan malu-malu. Membiarkan ia mendominasi total dirinya. Sikap alim dan pasifnya ini sungguh kontras berbeda sekali dengan gaya sehari-harinya. Membuat dirinya jadi bangga karena malam ini ia berhasil menaklukkan gadis ini. Kejantanan dan keperkasaannya membuat gadis ini kini mati kutu tak berkutik. Bagaikan kuda putih betina muda yang awalnya liar namun akhirnya tunduk pada kuda jantan coklat yang berpengalaman seperti dirinya. Kini berangsur-angsur gadis ini mulai berani bersikap lebih spontan dengan semakin banyak keluar desahan-desahannya.

Dharsono membentangkan kedua kaki Stefany. Dipersiapkannya senjatanya tetap di depan liang vagina gadis itu. Sambil menindih tubuh Stefany, didorongnya penisnya ke dalam.

Dan blessh.....
"Oh!" Stefany menjerit.
Kepala penisnya menembus masuk ke dalam.
Dan shleeppp....
Seluruh penis Dharsono kini amblas masuk ke dalam tubuh gadis itu.
"Emmmhhhh....."
Stefany merintih dan sedikit menahan rasa sakit.

Namun Dharsono tak mempedulikannya malah ia terus memaju-mundurkan penisnya.
"Emmhhh......eemhhh.....eemhhh..."
Stefany terus merintih karena tindakan Dharsono itu.

Setelah menggoyangnya beberapa saat, Dharsono menghentikan aksinya.
"Gimana rasanya Stefany?"
"Perih, Mas," jawab gadis itu sambil meringis. Kedua tangannya memeluk punggung pria itu erat-erat.
"Perih tapi enak," tambahnya lagi dengan wajah agak memerah.
"Hahahahaha. Bagus. Bagus!" kata Dharsono dengan tertawa sumringah.

Dicabutnya penisnya sebentar untuk memeriksa keadaan vagina gadis itu. Dan hatinya begitu menggelora melihat vagina Stefany mengeluarkan darah. Membuat kain putih ranjang itu jadi ternoda oleh darah kegadisan gadis itu.

Ia tersenyum-senyum sambil menatap Stefany. Hatinya sungguh bangga dan puas mengetahui ia adalah laki-laki pertama yang telah menjebol keperawanannya.

"Nah. Habis ini aku jamin perihnya makin lama akan hilang. Tinggal sisa enaknya saja," kata Dharsono sambil kembali mengarahkan penisnya tepat di depan liang sempit itu.
Lalu kembali ia mendorong penisnya masuk ke dalam vagina Stefany yang kini sudah tidak perawan lagi itu. Kemudian langsung ia menggenjotnya.
"Aaahhh......aaahhh....aaahhhh......aaahhhh......"
Stefany mendesah-desah seiring dengan gerakan Dharsono memompa penisnya di dalam tubuh gadis itu.
"Aaahhh.....aaahhhh....aahhhh.....aaahhhh......"
Tanpa kenal ampun, penis Dharsono terus menembusi dan mengoyak-ngoyak dinding dalam vagina Stefany. Lebih dari lima menit lamanya pria itu terus menghajar gadis itu. Membuat Stefany terus mendesah-desah sambil kedua tangannya memeluk erat-erat pria tersebut.

Di luar sana suara debur ombak terdengar secara bertubi-tubi. Sementara di dalam sini suara desahan Stefany juga terdengar berulang-ulang. Selaras dengan gerakan penis Dharsono yang tanpa henti menembusi vagina Stefany. Sambil mengenjot-enjot gadis itu, Dharsono juga menciumi bibirnya.

Puas menikmati gadis itu dalam posisi tradisional, Dharsono menghentikan aksinya.
Dibimbingnya gadis itu untuk menunggingkan pinggulnya. Lalu dari arah belakang disodoknya vagina gadis itu dengan penis perkasanya. Lalu digenjotnya kembali gadis itu dalam posisi doggy style.
"Aaahhh.....aaahhhh....aahhhh.....aaahhhh......aaahhhhh"
Suara dari mulut gadis itu kembali memenuhi ruang kamar indah itu. Saling berbalas dengan suara debur ombak di luar sana. Dharsono merengkuh kedua payudara Stefany yang kini jadi berguncang-guncang dan meraba-rabainya. Sementara penisnya terus tanpa kendor menggedor-gedor gadis itu.

Puas dengan posisi itu, Dharsono kembali menyuruh Stefany tidur telentang. Kembali ia merasa bangga sekali saat melihat noda merah di kain seprei putih itu. Lalu dimiringkannya tubuh Stefany dan dalam posisi tubuh miring itu kembali ia menyetubuhi gadis itu.
Setelah itu ia membalikkan tubuh Stefany untuk telungkup. Lalu sambil menindih tubuh putih mulus gadis itu, kembali disodok-sodoknya vaginanya dalam posisi itu.

Setelah puas "membolak-balik" badan Stefany, kini ia kembali menikmati gadis itu dalam posisi tradisional. Dalam posisi telentang dan kedua kaki terbuka lebar, Dharsono lalu menggenjotinya sambil mulutnya mengemuti kedua payudara gadis itu sambil menjilat-jilat kedua puting kemerahannya.

Membuat gadis itu akhirnya mengalami orgasme. Orgasme di malam saat ia kehilangan keperawanannya. Sampai akhirnya Dharsono mengalami ejakulasi dengan menumpahkan seluruh spermanya di dalam tubuh Stefany.

Sungguh malam yang indah sekali!
--@@@@--

"Kamu betul-betul cantik banget dengan pakaian itu," puji Dharsono sambil menatap Stefany yang baru kembali dari kamar mandi. Membuat gadis yang baru saja diperawaninya itu jadi tersenyum malu.

Kemudian mereka berbincang-bincang sambil makan buah-buahan yang diberikan secara gratis dari resor tersebut.

"Bagaimana perasaanmu, Stefany? Hehehe," tanya Dharsono dengan hati bangga. Membuat Stefany seketika tersipu.
"Kamu ini kok sekarang jadi malu-malu gini. Padahal biasanya kamu selalu spontan dan tidak pernah takut-takut," kata Dharsono dengan tersenyum-senyum memandangi wajah cantik Stefany.
"Aku tahu," jawabnya sendiri. "Karena ini baru pertama kalinya. Nanti lama-lama kamu juga biasa kok."
"Tapi tadi gimana rasanya, enak khan?" tanya Dharsono sambil memegang kepala gadis itu.
Stefany mengangguk dengan wajah memerah.
"Hahahaha," Dharsono terbahak-bahak. "Bagus. Bagus."

"Ini strawberry-nya enak," kata Dharsono.
"Iya. Enak manis banget. Dan merah banget," kata Stefany menimpali.
"Iya betul. Merah dan enak. Mirip sama puting susu kamu tadi. Hahahaha," kata Dharsono sambil menatap payudara Stefany yang sesekali nampak bergoyang-goyang dengan kedua puting yang menonjol di balik gaun sutera tipisnya itu.

Stefany saat itu memang hanya memakai gaun tipis itu saja tanpa pakaian dalam di baliknya. Karena untuk apa? Toh dirinya yang telanjang bulat sudah pernah dilihat oleh pria ini. Bahkan ia baru saja dinikmatinya.

"Iiih, Om genit ah," rajuk Stefany sambil merengut.
"Eh.... Mas. Eh om apa mas ya," tanyanya.
"Panggil aku Mas dong," kata Dharsono sambil menjawil dagu Stefany.
Kemudian ia memeluk tubuh dam mencium pipi lalu bibir gadis itu.

"Omong-omong... kok Om tiba-tiba jadi lain banget juga ya. Biasanya selalu jaim dan jaga jarak banget. Kok sekarang jadi genit banget gini," kata Stefany sambil menatap pria yang sedang memeluk dirinya itu.

"Ya beda dong. Dulu khan kamu anak didikku. Jadi aku harus menjaga etika. Selain itu juga Papa kamu adalah teman mainku dari kecil. Jadi ya aku harus tetap menjaga sopan-santun. Meskipun sebenarnya kamu ini dari dulu sudah sering bikin aku ngaceng. Hehehehe," katanya dengan meraba-raba pipi Stefany dan menggrepe-grepe tubuh gadis itu.

"Lah sekarang khan aku juga masih anak Papa, Om."
"Sekarang beda. Karena ini kita berada di Vietnam. Di negara lain. Disini kamu bukan anak siapa-siapa lagi. Kamu adalah gadis muda yang cantik. Jadi sah-sah saja untuk dinikmati. Apalagi malam ini kamu betul-betul napsuin banget."
"Karena kewajibanku menghormati anak gadis teman itu hanya berlaku kalau kita ada di negara kita sendiri. Ibaratnya, Nyai Roro Kidul itu khan cuman ada di Jawa tapi begitu pindah ke lain pulau maka sudah tidak berlaku. Begitu juga dengan kamu. Bahkan aku senang sekali bisa memetikmu. Hahahaha."

"Jadi selama kita disini, panggil aku Mas jangan Om, sayang," kata Dharsono lagi.
"Terus terang Stefany, sudah sejak lama aku ngebayangin suatu saat bisa ngerasain kamu. Akhirnya tak disangka-sangka tercapai juga niatku."
"Waktu itu, waktu kamu datang ke tempatku itu sebenarnya aku sudah hampir ga tahan. Dan setelah akhirnya kamu tidak aku apa-apain dan pulang, aku kemudian menyesal. Tapi akhirnya kini terbayar juga dengan lebih baik lagi. Karena aku bisa melakukannya tanpa melanggar janjiku. Waktu kamu masih aktif dulu, aku berjanji pada diriku sendiri bahwa senafsu-nafsunya aku, aku tidak akan menyentuhmu mengingat kamu adalah anak Papa kamu. Dan dalam kaulku itu aku sebut bahwa selama aku masih menginjak bumi pertiwi aku tidak akan mengganggu anak gadis teman baikku sendiri. Siapa sangka, saat ini kita sama-sama berada di luar bumi pertiwi. Jadi kaulku itu tak berlaku disini. Hahahaha," katanya sambil meraba-raba tubuh Stefany.

"Berarti Mas sekarang adalah serigala berbulu domba dong," kata Stefany. "Tadi padahal dinasehati disuruh hati-hati. Gimana sih."
"Eh jangan salah. Nasehatku tadi kamu harus berhati-hati sama orang lain. Bukan denganku. Kalo sama aku dikecualikan saja hehehe."

"Eh omong-omong Stefany, sebenarnya tadi aku sudah ngeliat kamu. Waktu kamu masih pake baju renang dan kembali ke kamarmu itu."
"Oh ya?" Trus kenapa aku ga langsung disapa."
"Karena aku liat juga ada beberapa bule yang telanjang dada. Aku tahu - dari sifat kamu - ini kamu pasti mau juga. Makanya aku tungguin. Lalu aku sapa waktu kamu dalam keadaan topless tadi. Hahahaha. Lumayan tadi sore-sore bisa ngeliat susumu ini," katanya sambil merabai payudara Stefany.
"Iih, sialan. Om, eh Mas ini memang genit banget deh," kata Stefany yang merasa dikadalin.

"Omong-omong tentang dikadalin," lanjut Dharsono," Sebenarnya tadi aku bilang ga mau di bar dan pamitan karena banyak nyamuk itu juga cuman alasan saja sebenarnya. Supaya bisa masuk ke dalam kamarmu. Supaya akhirnya aku bisa menikmati gadis secantik kamu ini," katanya sambil menjawil dagu Stefany. "Hahahahaha."

"Karena kamu ini cantik banget, sexy banget, dan menggiurkan banget," kata Dharsono sambil meraba-raba payudara Stefany. Bahkan tangannya kemudian disusupkan masuk ke belahan leher gaun sutera gadis itu. Di dalam gaun itu tangannya meremas-remas payudara Stefany. Kemudian Dharsono menciumi bibir Stefany dengan penuh nafsu.
"Emmhh...."
Stefany memejamkan matanya menikmati ciuman pria itu. Sementara payudaranya terus dimainkannya.

Dharsono lalu kembali membuka ikatan tali gaun itu untuk kedua kalinya malam itu. Karena secantik-cantiknya Stefany dengan gaun sutera itu tentu lebih cantik lagi saat gadis itu tak mengenakan apa-apa.

"Ayo kita main lagi, sayang..."

Dan......
Beberapa saat kemudian sayup-sayup terdengarlah rintihan dan desahan-desahan erotis Stefany yang bersahutan dengan suara debur ombak besar di depan kamarnya.
Karena pria yang tentunya telah sangat berpengalaman itu kembali memberikan "pendidikan dasar" kepada bekas anak didiknya itu dengan menyetubuhinya dalam berbagai macam posisi. Hitung-hitung ini adalah "kegiatan amal" dirinya. Yaitu mengajari Stefany supaya ia dapat lebih memuaskan suaminya kelak setelah menikah. Membuat semalam suntuk mereka berasyik-masyuk berulang-ulang sampai menjelang ayam berkokok.

--@@@@--

Keesokan sorenya, mereka berenang-renang di laut berdua. Kali ini Dharsono membiarkan gadis itu berenang dengan dada terbuka. Malah ia sengaja memamerkan "ceweknya" itu dengan memeluknya dan jalan berdua dengan Stefany telanjang dada. Membiarkan beberapa turis melihat indahnya payudara cewek ini dan mengiri dengan dirinya yang bisa memeluk-meluk dan bermesraan dengannya.

Sementara siangnya mereka menikmati indahnya pemandangan gunung di balik resor itu, malamnya giliran Dharsono menikmati "gunung kembar" gadis itu. Karena malam harinya kembali Stefany digenjotnya habis-habisan. Dalam pikirannya, mumpung mendapat kesempatan tentu harus dimanfaatkan dengan sebesar-besarnya.

--@@@@--

Hari ketiga mereka akhirnya meninggalkan tempat itu dengan menempuh rute terpisah di waktu yang berbeda. Sesuai janjinya pada dirinya sendiri, Stefany menerima apapun yang alam berikan saat disana. Sehingga dirinya tak menyesal dengan apa yang telah terjadi. Lagipula dirinya mendapatkan kenikmatan yang sangat luar biasa selama dua malam itu.

Apapun yang terjadi di sana tetaplah tinggal di sana. Biarlah semua itu jadi rahasia yang hanya diketahui mereka berdua saja. Yang pasti, ia tak akan melanjutkan hubungannya dengan Dharsono. Apalagi calon suaminya jauh lebih menjanjikan. Kini ia siap untuk kembali ke dunia nyata. Termasuk juga mempersiapkan pernikahannya dengan William yang tak sampai sebulan lagi.

Tapi... inikah sebabnya mengapa ia tak mengeluarkan darah saat melakukan hubungan badan untuk pertama kalinya dengan William seminggu kemudian? Satu hal yang kemudian menyebabkan prahara untuknya. Meski setelahnya hal itu menjadi bayangan masa lalu yang telah terkubur dalam-dalam. Karena pada akhirnya ia tetap menikah dengan cowok itu dan sampai kini mereka hidup bahagia dalam rumah tangga mereka.

Juga, mungkin itu sebabnya Dharsono memutuskan mengalah saja terhadap Silvani saat itu, daripada skandal yang sesungguhnya nanti malah terungkap?

--@@@@--

"Lagi mikirin apa Bu?"
Lamunan Stefany tiba-tiba dikejutkan oleh suara seseorang yang mendekati dan menyapanya.
"Eh, Mas Aries. Ayo duduk," katanya mempersilakan pria itu duduk semeja dengannya.

"Kok tiba-tiba muncul disini?" tanya Stefany ke pria itu.
"Iya aku pas mampir untuk beli minuman, eh ternyata Bu Stefany ada disini juga. Gimana kabarnya? Wah cici makin cantik aja," puji sekaligus rayu pria itu.
"Terima kasih. Kabarku baik-baik saja. Mas Aries juga makin ganteng dan gagah saja nih," balas Stefany dengan senyum manisnya.
"Waduuuh, dipuji ganteng oleh cici bikin hatiku langsung melayang-layang deh."
"Hahaha. Memangnya layangan, sampe melayang segala. Gimana kabar istri dan anak-anak? Semua baik-baik saja?"
"Alhamdulilah kita semua baik-baik ci. Eh omong-omong mohon maaf lho kalo aku mengganggu. Soalnya barusan kelihatan serius sekali memikirkan sesuatu. Cici ada masalah?" tanyanya.
"Oh nggaak. Ini aku lagi memikirkan skenario untuk lanjutan cerita yang kemarin."
"Oh ya? Wah kebetulan. Sebenarnya aku lagi mau menghubungi cici. Soalnya bos sudah nanyain kapan lanjutannya. Karena buku pertama laku keras. Ini semua pada nunggu-nunggu."
"Ya begitulah. Maklum namanya ibu rumah tangga. Selalu sibuk dengan urusan rumah tangga dan anak-anak."
"Dan juga suami cici orang kaya. Jadi ini cuma sebagai sambilan saja."
"Ah nggak juga lah. Tapi jangan kuatir nanti pasti aku kirim kok naskahnya. Mudah-mudahan ga lama lagi. Karena aku sudah punya ide bagus."
"Oh ya? Wah mantap. Aku tunggu ya."
"Ok deh ci. Aku mesti balik ngantor lagi," katanya lagi. "Semoga cici dapat cepat kirim ya. Sampai ketemu lagi, ci. Sehat-sehat selalu ya," katanya sambil berdiri lalu memberi salam kepada Stefany.

Tiba-tiba laki-laki itu membalikkan badannya lagi.
"Eh cici, omong-omong kalo boleh tau idenya seperti apa. Kisi-kisinya aja. Karena aku penasaran."
"Nanti deh karena belum matang juga. Yang pasti ini diilhami dari masa lalu," kata Stefany.
"Oh ya? Wah seru kayaknya. Tapi omong-omong, berdasar dari masa lalu itu ada dua jenis. Kenangan, yaitu peristiwa yang memang pernah terjadi atau Fantasi, imajinasi akan kejadian yang sebenarnya tak pernah terjadi?
"Hmm, kalau itu biarlah masing-masing pembaca saja yang menilainya," kata Stefany sambil tersenyum.

TAMAT.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd