Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Symphony of Betrayal and Loyalty

Apa reaksi anda saat mendengar Stefany telah "bobol" oleh Dharsono?

  • Senang

    Votes: 15 65,2%
  • Tidak senang

    Votes: 6 26,1%
  • Sukurin

    Votes: 2 8,7%

  • Total voters
    23
  • Poll closed .
Chapter 11 - Bukti Perselingkuhan?
William mendengarkan seluruh cerita Rico dengan seksama. Hampir sepanjang waktu ia hanya berdiam saja. Tapi tentu ia sama sekali bukan orang bodoh. Di balik sikap pasifnya itu diam-diam diperhatikannya bahasa tubuh dan ekspresi wajah Rico saat bercerita.

Beberapa kali ia sengaja melontarkan komentar provokatif untuk menguji reaksi Rico. Orang yang terprovokasi biasanya jadi emosional. Saat emosional, hal yang sebenarnya akan muncul ke permukaan. Sementara kebohongan yang telah diatur rapi akan jadi berantakan. Meski di mulutnya mengatakan dirinya mempercayai Rico, tapi rupanya ia tak sepenuhnya percaya juga dengan cowok ini.

Namun strategi yang selama ini berjalan efektif kali ini tak membuahkan hasil. Karena Rico sama sekali tak terpancing emosinya. Ia sama sekali tak menanggapi provokasi dirinya dan terus melanjutkan ceritanya dengan tenang. Membuat William semakin penasaran dengan bakal calon adik iparnya ini. Entah memang ia berbicara apa adanya secara lempeng lurus atau ia seorang luar biasa pintar yang mampu mengelabui dirinya bulat-bulat.

Sampai akhirnya... ia mengatai dan menyebut Stefany cewek jablay sambil mengejek kenaifan Rico yang masih bersikukuh menganggap kakaknya masih perawan tulen.

Mendengar ucapan William itu Rico bangkit dari duduknya. Lalu dengan tenang ia berkata,"Ko William, peranku disini hanya berusaha menjadi penengah karena kulihat kalian berdua saling mencintai. Saat ini semua yang perlu kukatakan telah kukatakan semuanya. Kini segala sesuatunya balik ke Ko William sendiri. Karena pada akhirnya semua ini adalah urusan Ko William dan Cie Stefany berdua."

Dalam hati Rico agak kecewa juga dengan cowok ini. Dirinya telah menghabiskan waktunya berjam-jam bahkan hampir seharian menceritakan semuanya. Termasuk membuka diri tentang hal-hal yang tak seharusnya diketahui orang lain. Semua ini ia lakukan demi kebahagiaan kakaknya, Stefany. Orang yang telah banyak membantu dirinya. Demi kebahagiaan mereka berdua. Namun yang didapat kini adalah ejekan terhadap dirinya dan terutama Stefany.

"Aku sungguh tak menyangka kata-kata sekasar itu bisa keluar dari mulut Ko William untuk Cie Stefany. Tapi okelah, meski mengagetkan namun aku bisa mengerti hal itu. Yang jelas saat ini urusanku telah selesai. Sampai ketemu lagi, Ko," kata Rico lalu berjalan menuju pintu keluar.

"Rico, tunggu!" seru William buru-buru mencegah cowok itu pergi. "Rico, aku minta maaf dengan perkataanku tadi yang sangat menyinggung perasaan. Aku betul-betul minta maaf," katanya dengan sungguh-sungguh. "Sebenarnya aku tak bermaksud seperti itu, apalagi mengata-ngatai Stefany sekasar itu. Barusan aku hanya mengujimu saja. Dan kini aku betul-betul yakin dengan kejujuran dan sikap obyektif-mu. So, please sit down."

"Aku terima permintaan maaf Ko William. Dan aku tak masalah kalau Ko William ingin mengujiku. Tapi saat ini aku benar-benar telah menceritakan semuanya. Sehingga sungguh tak ada yang dapat kulakukan lagi. Karena semuanya tergantung Ko William sendiri mana yang akan dipercayai."

"Aku tahu lu telah menceritakan semuanya. Tapi kini giliranku untuk mengungkapkan sesuatu. Gua nggak akan perlu mengujimu barusan, bahkan saat ini kita tak perlu bertemu kalau aku tak mendapat informasi ini. Selama ini aku selalu mempercayai semua perkataan cici lu... oleh karena itu hal ini sungguh sangat mengagetkan sekali."

"Kita memang telah cukup lama membahas tentang hal ini. Tapi aku harap lu bersedia meluangkan waktu lebih lama lagi," kata William dengan sikap agak memohon sekaligus agak memaksa. Membuat Rico akhirnya berjalan masuk dan duduk kembali. Karena ia juga ingin tahu informasi apa yang didapat cowok itu.

"You know, Rico...," katanya setelah mereka berdua selesai mengambil kopi dan makanan kecil lalu duduk kembali. "Betapa inginnya aku kalau segala sesuatunya seperti yang kaukatakan barusan. Dimana Stefany is not guilty on all charges. Bahwa semua ini hanyalah persepsi yang salah saja. Tapi informasi yang kudapat - tentu saja dari sumber yang cukup terpercaya - menunjukkan hal yang berlawanan," kata William.

"Mengenai anggapan tentang dirinya sebagai cewek bookingan kelas atas yang suka mendatangi tempat-tempat dugem malam, bagiku telah selesai. Aku bisa menerima bahwa semua itu hanyalah persepsi yang terlihat dari luar saja. Mungkin karena peran kamuflase di kegiatan masa lalunya seperti yang lu ceritakan barusan. Sementara tak ada indikasi kuat yang menunjukkan kalau ia beneran cewek seperti itu. Jadi, perkara ini selesai. Aku tak akan mempermasalahkannya lagi."

"Namun mengenai hubungan gelapnya dengan bapak itu, urusannya tak sesederhana itu. Dari informasi yang kudapat, hubungan mereka tak hanya sekedar hubungan seksual secara kasual belaka. Tapi hubungan itu bahkan jauh lebih dalam dari sekedar affair biasa."

"Hmm, memang informasi seperti apa yang Ko William dapatkan, yang menunjukkan bahwa Cie Stefany punya hubungan khusus dengan pria lain? Apalagi lu sebut tak hanya sekedar hubungan seksual belaka - satu hal yang sudah sangat mengejutkan sekali sebetulnya - tapi menurut lu bahkan lebih dari itu," kata Rico.

William membuka amplop coklat muda ukuran A4 yang sedari tadi tergeletak di atas meja. Dikeluarkannya tiga buah berkas kertas dari dalamnya.
"Kau bacalah ini," katanya. "Laporan ini dilakukan pada saat pertemuan gelap Stefany dengan orang itu hari Rabu minggu lalu. Saat cici lu seharusnya having dinner denganku," katanya dengan nada getir.
"Sebelumnya perlu lu ketahui, sumber informasiku ini cukup kredibel. Jangan tanya dari mana sumbernya, aku tak bisa mengatakan itu. Tapi yang pasti ini bukan pertama kalinya gua memakai jasa mereka. Dan selama ini semua informasinya selalu akurat. Bacalah ini," katanya sambil menyodorkan ketiga laporan itu.

Rico membaca dengan seksama laporan yang terdiri dari tiga bagian itu. Bagian pertamanya dimulai dengan judul "Tumpukan Celana Jins Biru Tua dan Kaus Abu-Abu Muda". Bagian keduanya menceritakan proposal lamaran nikah pria itu kepada kakaknya. Dan bagian ketiganya tentang adegan seks hebat diantara keduanya sebelum Stefany berjanji akan terus memelihara hubungan rahasia mereka setelah pernikahannya nanti. Selama membaca, ia tak mengeluarkan sepatah kata pun karena ia betul-betul mencurahkan perhatiannya pada laporan tersebut.

"Bagaimana menurut lu?" tanya William setelah Rico selesai membaca halaman terakhir dari berkas laporan yang ketiga.

"Tapi ini adalah laporan yang direkayasa. Ketiga-tiganya adalah laporan palsu!" kata Rico dengan nada tinggi sambil melemparkan tiga berkas kertas itu dengan agak kasar.

William tersenyum melihat reaksi Rico ini. Untuk pertama kalinya cowok calon adik iparnya ini terlihat emosi. Bahkan saat ia mengatai jablay kakak ceweknya, cowok ini tak seemosi seperti sekarang.
"Bagaimana lu bisa mengatakan semua itu adalah laporan palsu?" tanyanya santai.

"Apakah Ko William ini sedang bercanda? Atau mungkin sedang mengetesku lagi?" tanya Rico agak kesal. Ia merasa cowok ini sedang mempermainkan dia dengan sebuah lelucon yang sama sekali tidak lucu. Barang kayak gini dianggap kredibel? Apalagi dijadikan sebagai dasar tuduhan kepada Stefany. Padahal jelas-jelas semua ini adalah rekayasa. Dan orang sepandai William tentu juga tahu akan hal ini.

Namun William menjawab dengan serius.
"Tidak, Rico. Aku tidak sedang mengujimu dan aku tidak bercanda. Menurutku laporan ini cukup kredibel. Tapi kalau lu bilang semua ini adalah palsu, tolong kau berikan penjelasannya. Aku akan dengerin."

"Hmm, ok. Baiklah," kata Rico akhirnya sambil menghela napas. Sungguh ia tak percaya harus menjelaskan hal-hal yang begitu dasar kepada orang yang sama sekali tidak bodoh ini. Apakah rasa cemburu (dan juga cinta) yang terlalu kuat memang benar-benar mampu membutakan mata logika seseorang? Oleh karena itu maka ia disebut cemburu atau cinta buta? Sungguh sangat membuang waktu sekali. But, anyway...

"Ada banyak kejanggalan dari "laporan" itu. Pertama, se-impulsif-impulsifnya dan segila-gilanya Cie Stefany, tak bakalan ia mendatangi rumah seseorang lalu berenang telanjang bulat disana. Ditambah melakukan hubungan seksual dengan orang itu. Tapi ok lah, hal ini mungkin debatable kalau ternyata memang betul ada perselingkuhan diantara mereka.

"Namun hal kedua... air kolam itu disebut keruh seperti air susu. Tapi narasi laporan itu menceritakan secara detail aksi underwater mereka. Apa dasar pelaporan itu? Dari gambar yang diambil dari satelit yang mampu menembus dinding beton dan menembus permukaan air keruh dengan kualitas 8K Ultra HD?" tanya Rico agak sinis.

"Ketiga... penggunaan kata-kata dan kalimat yang menjelaskan segala sesuatunya dengan gaya bahasa hiperbolik yang super bombastis! Menurutku ini sama sekali bukan laporan obyektif. Tapi adalah argumentasi subyektif at best, kalau tak ingin disebut cerita fiksi khayalan saja. Terlepas apa kategorinya, yang pasti tujuannya adalah untuk membangkitkan emosi orang yang bersangkutan saat membacanya. Dan orang yang bersangkutan itu dalam hal ini adalah lu."

"Keempat... sama sekali tak ada obyektifitas dalam laporan itu. Topik utama narasi laporan itu dari awal sampai akhir hanyalah satu, yaitu mendiskreditkan Cie Stefany saja dengan mendegradasikan nilai-nilai moral dirinya. Mulai dari ia dikatakan berenang telanjang bulat, hubungan seksual yang dilakukannya, lalu "perasaan cinta sejatinya" kepada orang itu, sampai terakhir niatnya untuk melanjutkan perselingkuhan setelah pernikahan. Namun tak hanya itu. Meski tak disebut secara eksplisit, secara tersirat dapat disimpulkan dari laporan itu bahwa Cie Stefany memilih untuk married dengan lu karena faktor materi. Satu hal yang memang sangat masuk akal kalau ditarik dari sudut pandang umum. Karena aku yakin selama ini lu banyak menemui cewek-cewek seperti itu. Tapi kuyakin Stefany tak seperti itu. Meskipun ini adalah laporan sampah, harus kuakui bahwa pembuatnya adalah orang yang sangat cerdas."

"Kelima... narasi yang serba tahu. Bagaimana mungkin orang yang menulis laporan itu bisa tahu isi hati dan pikiran mereka berdua? Jelas bahwa semua ini adalah rekayasa saja.

"Keenam... lagi-lagi narasi yang serba tahu yang mengetahui masa lalu Cie Stefany yang telah menyerahkan keperawanannya dengan orang itu. Apakah si pembuat laporan itu benar-benar mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Cie Stefany sendiri? Atau hanya berdasarkan asumsi atau bahkan karangan saja? Atau jangan-jangan orang itu telah merekam jejak Cie Stefany sejak beberapa tahun lalu, sebelum berkenalan dengan Ko William karena ia bisa melihat ke masa depan suatu hari akan diminta untuk menyelidiki?" tanya Rico kembali dengan nada sinis.

"Ketujuh dan terakhir... narasi yang serba tahu namun nama orang yang bersama Cie Stefany itu sama sekali tak pernah disebut-sebut. Tidakkah lu memperhatikannya? Tak ada nama orang itu!"
"Si pembuat laporan itu tahu segalanya, termasuk mengetahui masa lalu Cie Stefany, mampu melihat apa yang terjadi di bawah permukaan air keruh di dalam gedung, mampu menyelami isi hati dan pikiran orang lain, mampu melihat masa depan, namun tak bisa mencari tahu nama orang tersebut?"

"Dari semua itu, aku bahkan tak akan mengatakan "laporan" itu sebagai argumentasi subyektif. Menurutku "laporan" itu tak lebih dari cerita fantasi esek-esek yang cocoknya ditampilkan di forum dewasa semacam semprot dot com saja!" kata Rico keras.
Sepertinya ia emosi juga cerita lampu merah picisan macam gini dijadikan dasar untuk menuduh kakaknya berbuat yang tidak-tidak. Kalau memang betul demikian adanya, ia jadi mempertanyakan kemampuan logika cowok ini.

William tersenyum geli mendengar ucapan Rico ini. Apapun yang terjadi, pada akhirnya ia berhasil juga memancing emosi cowok ini.
"Hahahaha... Rico, harus kuakui kau adalah seorang yang cerdas dan kritis sekali. Tapi ada satu hal penting terlewat olehmu. Mungkin karena dirimu terlalu emosi sehingga kau tak ngeh dengah hal itu. Tapi sebelumnya, biarlah kujelaskan sedikit mengenai laporan tersebut."

"Sebelum laporan ini dikirim, aku memang ditanya oleh sumber informasiku tentang laporan macam apa yang ingin dikirimkan. Apakah:
1). Bukti mentahnya saja
2). Bukti mentah ditambah hal-hal yang dapat di-verifikasi
3). Bukti mentah ditambah hal-hal yang dapat di-verifikasi, plus analisa naratif - argumentatif yang lebih panjang dan lengkap namun mengandung unsur subyektif karena beberapa hal memang tak dapat dibuktikan secara gamblang."

"Pada akhirnya aku minta laporan yang panjang meski mengandung sejumlah faktor subyektif. Mengapa? Karena aku ingin mendapatkan opini dari pihak ketiga yang netral yang tak ada sangkut pautnya dengan permasalahan ini. Bahkan aku persilahkan laporan itu dibuat dengan memasukkan semua unsur subyektifitas bahkan imajinasi yang masuk akal. Karena setelah itu aku sendiri yang akan memilahnya mana yang subyektif dan mana yang obyektif. Dan laporan inilah yang akhirnya dikirimkan."

"Kuakui, laporan ini mengandung beberapa hal yang memang bersifat opini bukan sebagai fakta. Tapi ada banyak hal yang bisa diasumsikan dengan aman bahkan disimpulkan tanpa harus melihat faktanya secara gamblang, bukan?"

"Contohnya, apa yang dilakukan cewek yang menyelam di bawah air terhadap cowok yang sedang bugil? Jelas ia tak akan memijiti kuku jarinya khan? Tak perlu menggunakan foto dari satelit segala macam, semua orang juga bisa menebak kira-kira bagian tubuh mana dari cowok itu yang disasarnya."

"Aku terima ucapanmu bahwa laporan itu mengandung banyak unsur subyektif, bahkan spekulatif. Atau menurutmu hanya karangan saja. Misalnya, isi hati mereka. Fair enough. Aku terima argumentasimu itu. Oleh karena itu, mari kita abaikan semua yang sekiranya subyektif dan spekulatif."

"Tapi setelah semua faktor itu dihilangkan, lu juga tak bisa menampik bahwa yang tersisa mengandung banyak sekali unsur-unsur kebenaran yang semuanya sangat cocok dan relatable dengan diri Stefany. Baik karakter sifat-sifatnya, maupun juga penggambaran fisik dirinya yang seharusnya tak dapat terlihat kalau saja ia terus-menerus mengenakan pakaian lengkap."

"Lu mengenal sifat-sifat cici lu jauh lebih lama dibanding gua. Apa yang dipaparkan disitu bukankah sangat relatable dengan dirinya seandainya ia benar-benar selingkuh dengan pria itu? Seandainya laporan ini menggambarkan sosok Stefany yang sangat berbeda dengan yang selama ini kita ketahui, boleh kaukatakan semua ini adalah 100% palsu."

"Hal kedua... Come on, kita berdua pernah sama-sama ngeliat tubuh telanjang Stefany khan. Dari cerita lu barusan, kauakui hal itu. Nah sekarang aku tanya, apakah penggambaran fisik dirinya di laporan itu menyimpang dari kenyataan? Bagaimana mungkin penggambarannya bisa semuanya benar kalau saat itu ia selalu memakai pakaiannya secara lengkap?"

"Logika yang kaukatakan barusan sekarang aku balik.... bagaimana mungkin laporan ini bisa menyebutkan banyak hal tentang Stefany dengan akurat kalau semua ini hanya karangan saja seperti yang kau katakan itu?

"Pada akhirnya... ok laporan ini tak 100% akurat. Mungkin hanya 50% atau katakanlah cuman 30%. Tapi sisanya yang 30% itu sungguh akurat dan sangat pas sekali dengan kenyataan yang kita ketahui tentang Stefany. At the end of the day, Rico, bagiku sama sekali tak ada artinya akurasi mengenai berapa ronde mereka bermain, berapa lama, dan posisi apa yang mereka mainkan. Biar hanya melakukan satu kali dan cuma bertahan tiga menit pun, yang namanya selingkuh tetap saja selingkuh!" kata William agak emosi.

"Oh, dan satu lagi... tentang nama orang itu. Apakah itu penting? Bagiku, yang jauh lebih penting adalah siapa ceweknya. Dan ceweknya adalah cici lu Stefany! Lagipula kalau memang aku ingin mencari tahu, sebenarnya aku juga sudah tahu kok siapa orang itu."

"Aku mengerti apa yang kau maksudkan," jawab Rico. "Memang betul, kuakui ada banyak hal yang sangat relatable dengan diri Cie Stefany."
"Namun aku tak sependapat denganmu kalau kita bisa langsung mengambil kesimpulan bahwa telah terjadi perselingkuhan dalam pertemuan mereka itu. Apalagi menganggap mereka telah menjalin hubungan gelap sejak lama dan akan mempertahankan hubungan itu di masa depan tanpa dasar kuat."

"Aku akan mengatakan dengan jujur kepadamu. Pada masa-masa itu aku bisa membayangkan bahwa mungkin saja dalam diri Cie Stefany timbul rasa suka terhadap orang yang aku ceritakan tadi. Rasa tertarik dari seorang cewek muda kepada pria dewasa yang sangat matang kepribadiannya. Hal itu mungkin saja terjadi. Apalagi dengan cukup seringnya interaksi diantara keduanya."

"Namun, aku sungguh tak yakin telah terjadi hubungan gelap diantara keduanya seperti laporan itu. Pertama, Cie Stefany tak akan berbuat segila itu. Kedua, aku mengenal cukup dekat orang itu dan tahu betul kepribadiannya. Bahkan seandainya memang betul Cie Stefany menyukainya, ia akan mampu menepis semua godaan itu. Orang itu berada di level yang berbeda dengan kebanyakan orang. Orang itu telah selesai dengan dirinya sendiri perihal urusan harta, tahta, apalagi wanita."

"Tapi oke, lu mungkin meragukan hal ini. Atau katakanlah, ternyata aku salah. Tapi logikanya sekarang begini...
"Seandainya memang betul Cie Stefany punya hubungan masa lalu dengan orang itu, kenapa ia tidak mengakui saja? Pertama, bukan sifat dia suka menyembunyikan sesuatu. Kedua, apalagi lu sendiri sudah berkali-kali mengatakan bisa menerima hal itu. Meskipun mungkin dalam hal ini agak mengejutkan karena cowok itu adalah seorang pria berumur dan - maaf, aku tak tahu apakah hal ini jadi lebih sensitif lagi bagi Ko William karena - selain berumur juga berbeda ras... tapi biar bagaimana pun aku yakin ia tetap akan menghadapi semua resikonya. Itu sifat Cie Stefany yang aku ketahui.

"Sementara kalau memang ia ingin menyembunyikan semua itu, menurutku justru lebih aman baginya dengan mengakui pernah berhubungan intim dengan pacar lamanya tanpa perlu menjelaskan secara detil. Gua yakin lu akan lebih mempercayainya dan tak akan menarik panjang urusan khan."

"Sebaliknya, dengan mengatakan dirinya masih virgin padahal sebenarnya tidak, justru hal itu membuat posisinya jauh lebih beresiko. Karena pertaruhannya menjadi sangat besar dan dirinya jadi lebih tersorot. Padahal lu sama sekali bukan orang bodoh dan sangat berpengalaman dengan cewek. Untuk apa menempuh jalan dengan resiko yang jauh lebih besar kalau ada cara lain yang jauh lebih aman?"

"Kita berdua sama-sama tahu bahwa Cie Stefany bukan orang bodoh. Dia pasti tahu akan semua perhitungan ini."

"Jadi - dari pengakuan Ko William sendiri - kalau Cie Stefany mengakui dirinya masih virgin dan kalian memang tak pernah melakukan itu, maka hanya ada satu penjelasan logis untuk itu. Yaitu Cie Stefany memang betul masih perawan!"

"Dan aku tak percaya kalau saat ini ia menjalin hubungan gelap dengannya. Karena menurutku justru Cie Stefany sangat mencintai Ko William," kata Rico tegas. Dalam hati ia membatin, justru gara-gara kakaknya terlalu mencintai cowok inilah, akibatnya jadi dirinya "agak-agak disingkirkannya."

"Kalau Ko William menuntut agar dia mau "jujur", lha wong sekarang pun dia memang telah jujur. Sebaliknya, bagaimana seseorang bisa disuruh mengakui sesuatu yang tak pernah ia lakukan? Misalnya, aku asalnya dari pulau Jawa lalu disuruh mengaku dari Sulawesi. Sementara kalau tidak mau mengaku asalnya dari Sulawesi, aku dianggap bohong. Bagaimana bisa dipaksakan seperti itu?" tanya Rico.

"Terus terang Rico, pada mulanya aku mempercayai semua perkataan Stefany. Termasuk tentu mengenai klaim dirinya yang masih virgin itu. Semua perkataannya aku terima bulat-bulat sepenuhnya. Karena aku betul-betul mencintainya. Tapi belakangan aku jadi sadar bahwa aku juga tak bisa terlalu banyak memberi dia my benefit of the doubt tanpa melakukan cek dan ricek seperlunya. Dan saat itu kulakukan, mulai muncul sejumlah ketidak-konsistenan dari apa yang selama ini ia tunjukkan. Dan laporan ini akhirnya mengkonfirmasi semua itu."

"Mengenai logikamu akan sikap Stefany itu, aku bisa menerimanya karena cukup masuk akal. Namun ada pula hal-hal lain yang terlewat oleh lu."

"Stefany adalah seorang yang sering kali melakukan hal yang kebalikan dari kebanyakan orang. Dan kebanyakan hal itu justru menguntungkan dirinya. Logikamu itu memang pantas diterapkan untuk orang lain, tapi bukan terhadap Stefany. Justru menurutku, ia akan mengambil jalan dengan resiko paling tinggi kalau hal itu berpotensi memberikan hasil yang paling besar. Apalagi kalau ia cukup percaya diri kebohongannya itu tak akan terdeteksi. Sementara, dengan terbitnya laporan ini hal itu menunjukkan kepiawaian informanku."

"Selain itu, kebalikan dengan sifat lu yang down-to-earth, ia seorang yang cukup tinggi hati dalam arti tidak gampang mengakui kekurangan dirinya. Juga, Stefany adalah seorang yang menyukai kemewahan. Tak ada yang salah dengan itu. Apalagi selama kita mampu. Tapi hal itu berarti dia punya beban cukup besar untuk kehilangan seandainya ternyata aku tak bisa menerima masa lalunya."

"Lalu mengenai karakter Stefany yang terang-terangan dan apa adanya itu... memang itu betul. Namun, hehehehe, jangan pernah kau meremehkan kemampuan cewek untuk berpura-pura, Rico. Aku mengatakan ini berdasarkan pengalamanku dekat dengan, hmm... mungkin ratusan cewek jumlahnya. Buktinya - dari pengakuan lu sendiri barusan - di masa lalunya ia bisa berperan menjadi cewek panggilan kelas atas dan banyak orang termakan oleh aktingnya itu. That speaks for itself, Rico. That speaks for itself," kata William penuh kemenangan.

"Kalau seorang cewek yang - katanya - baik-baik bisa berakting sebagai cewek ga bener, mengapa cewek ga bener tak bisa berakting sebagai cewek baik-baik?"

"Tapi kau jangan salah mengerti, Rico. Aku mengatakan ini semua bukan berarti aku bermaksud menjatuhkan apalagi mencela Stefany. Aku sangat mencintainya dan sampai saat ini aku sungguh berharap ada jalan keluar untuk membereskan masalah ini dengan baik. Oleh karena itulah saat ini aku mengajakmu ketemu dan berbicara."

"Tapi untuk itu kau juga harus berani membuka mata dan menerima kenyataan. Bahwa sesungguhnya cici lu Stefany tak sepolos dan selurus seperti yang selama ini kaubayangkan. Tak bisa hanya karena isi laporan ini negatif lalu serta-merta dikatakan semuanya palsu secara 100%."

"Justru sebenarnya dengan sangat negatifnya isi laporan itu, hal itu menunjukkan bahwa sikap dan perilaku Stefany memanglah negatif dilihat menurut orang ketiga yang netral. Kuakui penilaian itu sendiri memang sifatnya subyektif. Namun penilaian subyektif itu dilakukan oleh orang yang dalam hal ini netral dan obyektif," kata William.

"Tapi menurutku tetap laporan itu tak bisa dijadikan bukti kuat untuk menuduh seseorang berbuat hal yang sangat rendah seperti itu. Apalagi kenyataan di lapangan tak terlihat seperti itu. Mengenai penggambaran Cie Stefany yang sesuai dengan kenyataan... bisa jadi orang yang membuat laporan ini telah lama menyelidiki dan mengetahui cukup banyak tentang dirinya. Lalu ditambah dengan beberapa hal yang sifatnya common sense, analisa, sedikit spekulasi dan faktor keberuntungan, maka bisa terbentuklah laporan yang "akurat" seperti itu," jawab Rico tetap membela Stefany.

"Seperti fisik dalam tubuh Cie Stefany.... bagi orang yang berpengalaman, dengan melihat dari luar saja mungkin ia bisa menduga-duga seperti apa dalamnya. Misalnya, kalau kulitnya putih banget, kemungkinan besar "dalamnya pasti merah", kalau itu yang lu maksud. Tapi bukan dengan demikian berarti orang itu pernah melihat tubuh telanjang Cie Stefany."

"Aku bukannya membabi-buta membela Cie Stefany oleh karena dia kakakku. Aku selalu berusaha melihat segala sesuatunya dengan obyektif. Dan menurutku laporan itu tak dapat dipakai sebagai dasar untuk mengatakan telah terjadi perselingkuhan. Menurutku itu adalah asumsi yang sangat spekulatif kalau tak ingin dikatakan, sorry to say, ngawur total."

"Terus terang Ko... kalau aku jadi diri lu, aku tak akan begitu sembrono menggunakan "laporan" macam gini sebagai satu-satunya dasar untuk menganggap calon istriku telah berselingkuh tanpa ada bukti-bukti lebih kuat yang mendukungnya," kata Rico tegas sambil menatap William.

"Nah kau sendiri mengatakan hal itu!" seru William tiba-tiba sambil mengacungkan jari telunjuknya ke arah Rico. "Aku sangat setuju dengan ucapanmu itu."
"Setuju sekali," katanya lagi.

"Tapi kali ini kau betul-betul salah menilai diriku, Rico," kata William.
"Because neither do I."
"Neither do I
," ulang William menegaskan sekali lagi.

Membuat Rico jadi agak tersentak dan menatap dengan tanda tanya.
"Maksudnya... lu punya bukti lain?" tanyanya.

William membuka laci meja. Dikeluarkannya amplop putih berukuran A3 yang didalamnya terdapat beberapa foto. "Silakan lu lihat dan menilainya sendiri," kata William sambil menyodorkan foto-foto tersebut satu persatu. Setiap kali ia menyodorkan foto tersebut, William kembali memperhatikan reaksi wajah Rico saat menerimanya.

Foto #1: Diambil di ruang terbuka tempat parkir sebuah kompleks apartemen saat langit terang. Disitu terlihat Stefany dengan kaus atasan turtle neck lengan panjang warna abu-abu muda dan celana jins biru tua.

Rico melihatnya tanpa reaksi. Meski dalam hati ia mengenali tempat itu adalah parkiran kompleks apartemen markas rahasia Dharsono.

Foto #2: Foto dua orang yang sedang berpelukan di dalam ruangan. Foto diambil dengan lensa zoom dari arah samping. Sehingga wajah keduanya tak terlihat. Karena foto itu sebenarnya untuk menunjukkan tubuh keduanya yang melekat erat. Lebih tepatnya, foto tersebut terfokus pada bagian dada menonjol perempuan yang menempel erat di tubuh seorang pria dengan jubah handuk.

Dada menonjol itu terbalut kaus abu-abu muda yang bahan kain, corak, serta warnanya sama persis dengan pakaian Stefany di foto sebelumnya. Sementara lelaki yang dipeluknya itu tak terlihat identitasnya.

Dalam hati Rico agak terkesiap melihatnya. Meski latar belakang gambar itu tidak fokus (karena fokus mengarah pada payudara yang menempel pada tubuh pria itu), namun tempat itu bisa dikatakan sesuai dengan tempat rahasia Dharsono. Ia telah cukup sering datang ke tempat itu sehingga ia sangat mengenal ciri khasnya.

Ia tak terlalu fokus dengan dua tubuh yang menempel itu. Bisa saja mereka memang berpelukan sebelum berpisah tanpa terjadi perselingkuhan. Namun justru yang lebih penting dari itu, sepertinya kelompok rahasia mereka telah terbongkar karena ada yang mengambil foto dari dalam ruangan!

Foto #3: Foto yang mirip dengan sebelumnya. Namun bedanya, ia diambil saat bibir keduanya bersentuhan!

Lagi-lagi sudut pengambilan gambar tersebut agak aneh dan tak lazim. Foto itu juga tak menunjukkan wajah keduanya secara jelas. Namun indikasi kuat mencirikan mereka berdua adalah Stefany dan Dharsono.

Rico memandang foto itu dengan sikap keheranan. Mereka berdua adalah kakaknya Stefany dan Dharsono! Ia dapat mengkonfirmasi hal itu. Ia sangat mengenal keduanya dengan baik, termasuk ciri khas wajah mereka. Meski hubungan keduanya sangat akrab, tapi sungguh aneh dan tak lazim mereka berdua berciuman bibir seperti ini!

Foto #4: Foto di dalam ruangan yang sama, dengan sebagian kolam renang sebagai latar belakang. Sementara pusat fokus adalah Dharsono di tengah gambar dengan foto diambil secara frontal dari depan dari jarak dekat.

Raut wajah Rico seketika berubah melihat itu. Tempat itu adalah tempat rahasia Dharsono. Dan orang itu memang adalah Dharsono!

Saat itu Dharsono hanya bercelana pendek dan telanjang dada.

Lagi-lagi, menurutnya ini agak aneh. Sepengetahuannya orang ini selalu tampil formal dan rapi bahkan di saat santai sekalipun. Apabila ada Stefany datang bertamu disini, maka seharusnya ia akan memakai pakaian lengkap atau setidaknya tak melepas jubah handuknya yang dikenakan barusan. Agak aneh memang kalau ia hanya bercelana pendek seperti itu. Apalagi ada Stefany disitu dan ditengarai hanya mereka berdua di dalam tempat tertutup seperti itu.

Yang menarik adalah sudut pengambilan foto itu. Karena foto itu diambil secara frontal dari depan. Artinya foto tersebut memang sengaja diambil oleh sang pelaku dan mungkin juga dengan sepengetahuan orang yang berada dalam foto tersebut. Stefany sendirikah yang mengambil foto tersebut? Karena sebagian kaus lengan panjang di dekat pergelangan tangan ikut tertangkap di gambar yang diambil dengan lensa lebar tersebut. Yang bahan kain, corak, serta warna abu-abu muda-nya cocok persis dengan pakaian Stefany di foto-foto sebelumnya.

Untuk apa Stefany mengambil foto Dharsono di ruangan itu? Apalagi diambil saat Dharsono sedang bertelanjang dada? Tahukah Dharsono kalau ia sedang diambil fotonya? Padahal sehari-harinya ia bukan orang yang suka sembarangan di foto.

Dan di latar belakang, terdapat jubah handuk tergantung di gantungan yang sama persis dengan yang dipakai orang di foto kedua tadi. Artinya, memang betul dua orang yang berpelukan erat barusan adalah Stefany dan Dharsono. Dan kini pria tersebut melepas pakaian luarnya dan hanya memakai celana pendek olahraga saja di depan kakaknya. Sungguh tak wajar.

Foto #5: Kalau ada pepatah mengatakan "A picture is worth a thousand words", maka foto ini adalah salah satunya. Berbeda dengan foto-foto sebelumnya, pada foto ini tak terdapat adanya sosok seseorang sedikit pun. Bahkan seujung kuku pun tak ada. Foto itu hanya menunjukkan kaus abu-abu muda di atas celana jins biru tua yang tergeletak di pinggir kolam renang saja!

Rico memandang dengan tertegun. Ia tak dapat menyembunyikan keheranan dan keterkejutan dirinya lagi. Kedua pakaian ini jelas adalah pakaian yang dikenakan Stefany tadi. Bahan kain, corak, dan warnanya cocok persis dengan foto-foto sebelumnya. Selain itu, ia juga mengenali ikat pinggang milik kakaknya yang melekat pada celana jins itu. Ia pernah beberapa kali melihatnya. Begitu pula kaus abu-abu mudanya.

Selain itu, ia pernah tinggal lama bersama Stefany sehingga ia cukup mengenal kebiasaan kakaknya. Saat melepas celana panjangnya, ia tak pernah mengeluarkan ikat pinggangnya, kalau celana itu akan dikenakannya lagi. Ia selalu melepas celana dengan ikat pinggang tetap berada pada celana itu. Seperti pada foto ini.

Sementara tempat itu jelas adalah kolam renang di tempat kediaman Dharsono.

Kalau pakaiannya tergeletak seperti ini, dimanakah orangnya atau sedang apa ia?
Lalu dimana dan sedang apa pula Dharsono saat itu?

Foto #6: Foto diambil di tempat parkiran seperti foto pertama. Hanya saja ia diambil saat hari telah gelap dengan lampu di beberapa tempat menyala. Stefany memakai pakaian yang sama seperti tadi. Yaitu kaus abu-abu muda dan celana jins biru tua. Juga dengan ikat pinggang yang sama.

Namun pada foto itu juga ada gambar zoom pada bagian bahu Stefany, yang diperbandingkan dengan foto di bagian tubuh yang sama yang diambil pada foto pertama. Disitu terlihat sekali perbedaannya. Pada gambar zoom yang diambil sore hari, terlihat ada bagian menonjol di balik kain baju karena tali BH-nya di balik kain baju di bahunya itu. Sementara pada gambar malam hari, bagian bahunya itu terlihat mulus tanpa adanya tonjolan dari dalamnya. Menunjukkan entah gadis itu menggunakan BH lain dibanding saat sore hari. Yaitu BH tanpa tali di bahu. Atau mungkin ia memang sama sekali tak memakai BH.

Pertanyaannya, tidakkah aneh seorang gadis ujug-ujug mengganti BH-nya di tempat kediaman seorang pria kalau tak ada apa-apa diantara keduanya?

Rico tentu melihat perbedaan dua gambar yang di-zoom itu. Namun ia tak terlalu menganggapnya penting. Karena foto #1-5 telah bersuara cukup keras. Foto terakhir hanyalah pelengkap yang tak terlalu berpengaruh.

Ia tak tahu apakah foto-foto itu hasil editan atau memang sungguh asli tanpa rekayasa sedikitpun. Namun ia bisa memastikan dua hal. 1). Tempat itu adalah tempat rahasia Dharsono yang selama ini sangat dikenalnya dan sering didatanginya. 2). Orang pada foto tersebut memang adalah kakaknya, Stefany, dan Dharsono. Termasuk semua ciri khas fisik keduanya yang sangat dikenalnya, semua itu konsisten dengan apa yang ada pada foto-foto itu.

--@@@@--

"So," kata William menunggu jawaban Rico. Tentu ia memperhatikan perubahan raut wajah Rico sejak foto ketiga. Ia tahu ada sesuatu yang terjadi. Karena wajah Rico terlihat cukup terguncang.

Rico menatap William dan menganggukkan kepalanya. Sesuai prinsipnya, tak perlu ia berbohong. Apalagi tak ada gunanya pula ia melakukan itu. Ia tahu William telah menyadari perubahan pada dirinya.

"Jujur, aku tak tahu harus berkata apa," kata Rico sambil menghela napas.
"Jadi sekarang lu juga melihat concern yang gua lihat sebelumnya?"
Rico menganggukkan kepala.
"Jadi sekarang lu juga melihat kemungkinan kuat bahwa Stefany tak sepolos dan se-innocent seperti anggapan lu selama ini?"
Lagi-lagi Rico secara refleks menganggukkan kepalanya.
Sementara otaknya sedang memikirkan sesuatu.

"And do you know what is the worst part?" tanya William getir.
Rico tak menjawab karena pikirannya masih entah kemana.
Sudut pengambilan foto-foto itu...
Membuat ia tak berkonsentrasi terhadap William.

Dan cowok itu melanjutkan sendiri perkataannya.
"Hari itu kita harusnya ketemu dinner bareng. Tapi telponnya ga diangkat-angkat sampai hari berikutnya. Membuatku sempat merasa kuatir. Lalu waktu weekend kemarin kita ketemu, dia malah bilang sengaja untuk membuatku penasaran. Dan dia mengatakan semua itu dengan wajah tanpa dosa sama sekali bahkan dengan pandangan penuh kasih sayang ke arahku," kata William sendu sambil mengingat saat sebelum mereka memadu cintaitu. Hanya orang yang sangat pandai berpura-pura dan berdarah dingin saja yang sanggup melakukan hal seperti itu!

Rentetan curhat William kemudian berlangsung.
"Dan aku tahu orang itu. Dia adalah teman Papa kalian dan dia ada di pesta pertunangan kita kemarin khan? Bahkan ia sempat mendatangi meja kita untuk memberi ucapan selamat dengan sikap penuh kesopanan. Sementara mereka berdua bersikap seolah-olah tak ada apa-apa dibelakang? Orang macam apa mereka? Dalam hatinya mungkin orang itu sedang mentertawakan gua sebagai cowok paling ****** sedunia!"

"Gua memang bukan cowok alim. Tapi senakal-nakalnya dan sebejat-bejatnya gua, ga pernah gua bersikap muka dua dan menelikung di belakang seperti ini."

"Tapi aku jauh lebih kecewa dengan sikap Stefany. Apalagi rupanya justru dia yang lebih ngebet kepada orang itu dibanding sebaliknya. Apakah karena itu maka dia mengaku masih perawan segala? Supaya aku selalu menghormati dan menjaganya karena tak ingin merusak dirinya. Supaya nanti ketahuannya sudah terlambat setelah kita menikah secara resmi. Apalagi dia telah mengatahui akan adat keluarga kita yang sangat pantang untuk bercerai setelah resmi menikah."

Sudut pengambilan foto-foto itu... Rico membatin... sungguh menarik sekali!

"Yah, paling nggak sekarang aku tak sendirian mempertanyakan kesetiaan Stefany. Karena kaupun juga sekarang melihatnya demikian," kata William sambil menghibur diri.

"Ko William... sampai saat ini aku belum betul-betul 100% yakin kalau Cie Stefany memang telah berselingkuh," kata Rico mengoreksi calon kakak iparnya itu. "Namun kuakui, saat ini kepercayaanku itu tak sekuat sebelumnya. Dan jujur kuakui, memang indikasinya cukup besar kalau ternyata ia memang betul-betul menjalin hubungan gelap. Tapi sampai terbukti, aku tak akan secara terburu-buru memvonis hal itu."

"Namun kini pertanyaanku ke diri lu, Ko... seandainya memang betul Cie Stefany menjalin skandal hubungan rahasia dengan orang itu, lalu bagaimana sikap lu?" tanya Rico sambil memandang cowok calon suami kakaknya itu.

"Hmm... jujur saja aku cukup terbelah dengan hal ini. Di satu sisi rasanya sulit menerimanya. Calon istri gua menjalin hubungan gelap dan menjadi simpanan om-om, yang dilakukannya dengan sukarela. Tapi di sisi lain, aku menyayangi cici-lu. Stefany adalah cewek spesial yang lain daripada yang lain dan jauh diatas semua cewek yang pernah dekat sama gua. Dan gua telah mengencani cewek tak terhitung banyaknya."

"Tapi, hmmm.... okelah. Sepertinya gua akan menerima dirinya apa adanya. Tapi ada dua syarat mutlak untuk itu. Pertama, dia harus berani mengakui semuanya dengan jujur. Kedua, hubungannya dengan bapak itu harus segera diakhiri!"

"Jadi, tolong kaukatakan kepadanya Rico... tolong katakan bahwa aku akan menerima dirinya apa adanya. Bahkan seandainya orangtuaku, terutama Mami, tahu tentang masa lalunya lalu mereka menentang hubungan kita berlanjut, aku akan menghadapi mereka dan membela dirinya mati-matian. Tapi sebelum itu aku membutuhkan dua hal darinya: kejujuran tentang masa lalu dan komitmen untuk masa depan!" kata William dengan suara sendu dan wajah sangat serius namun agak memelas kepada Rico.

"Tentu saja, Ko. Pada saat yang tepat kalau aku ketemu dia, pasti aku akan melakukan yang terbaik untuk masa depan kalian berdua," kata Rico sungguh-sungguh.
"Omong-omong, barusan lu bilang kalau hal ini sama sekali belum dibicarakan dengan Cie Stefany? Apakah selama ini lu benar-benar tak pernah menunjukkan indikasi tentang semua ini ke dia?"

"Seperti yang kubilang barusan, sama sekali tak pernah. Ia sama sekali tak tahu kalau aku telah mengetahui rahasianya ini. Saat ini hanya kau dan aku saja yang tahu. Sementara Mami dan Papi juga sama sekali tidak tahu."

"Tetap lakukan hal itu, Ko," kata Rico. "Untuk sementara ini jangan mengatakan atau membocorkan kepada siapapun. Kepada Cie Stefany, teruslah bersikap seperti biasa. Sementara aku berjanji akan mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Dan apapun itu, aku akan mengatakannya dengan sejujur-jujurnya. Sebelum pernikahan kalian berlangsung. Itu janjiku!" kata Rico tegas.

"Baik, Rico. Aku akan melakukan itu. Dan aku percaya denganmu," kata William.

"Ko William," kata Rico lagi.
"Satu hal yang perlu kutegaskan saat ini. Terlepas dari "bukti-bukti" yang ada yang menunjukkan hal sebaliknya, perlu kukatakan hal ini dengan sungguh-sungguh. Satu hal yang aku sungguh yakini, yaitu... Cie Stefany betul-betul mencintai lu. Bukan karena uang lu, atau kekayaan lu, bukan pula karena lu anak konglomerat kondang, dan lain sebagainya. Tapi ia betul-betul cinta murni dari hatinya. Aku kenal baik dirinya dan itulah yang kulihat darinya."

"Tapi tentu ada sejumlah kontradiksi disini, dimana aku berjanji akan kembali dengan hasil temuanku. Nanti begitu aku mendapat jawabannya, aku akan kontak lu."

"Baik, Rico. Deal," kata William sambil menjabat tangan Rico dengan kuat. "Aku sungguh berharap semoga semua ini tidak benar adanya. Karena sesungguhnya aku juga cinta banget sama cici-lu. Lalu juga keluargaku telah suka kepadanya dan menerimanya sebagai bagian dari keluarga besar."
"Jadi, aku menunggu kabar dari lu, Rico. Semoga kabar bagus," kata William.

"Tentu. Aku akan memberi kabar. Meski, terus terang, aku tak dapat menjamin kalau itu bakalan kabar bagus. Tapi aku pasti akan memberi kabar. You have my word on that," kata Rico.

"Oya, aku bisa meminta lebih banyak bukti-bukti mentah termasuk foto-foto yang lainnya dari mereka. Bahkan juga rekaman percakapan mereka. Begitu dapat nanti bisa aku berikan ke lu."
"Tak perlu," kata Rico dengan cepat. "Aku akan mencari tahu dengan cara lain dulu."

Seandainya Stefany memang betul-betul berselingkuh dengan Dharsono, foto-foto yang ada sebenarnya telah cukup kuat menunjukkan itu. Sehingga ia tak memerlukan foto mereka berdua lainnya yang tentunya pasti lebih "grafis" dan vulgar lagi. Sebaliknya, kalau ternyata foto-foto yang ada ini hasil rekayasa, tentu foto-foto lain yang lebih syuurr dari keduanya dapat juga diciptakan. Either way, foto-foto tambahan sama sekali tak bermanfaat baginya.

"Tapi untuk foto-foto yang ada ini, apakah aku boleh membawa semuanya?" tanya Rico.
"Tentu. Kau boleh bawa semuanya," kata William. "Dan laporan ini juga," katanya sambil menyodorkan berkas laporan tersebut.
"Laporan sampah itu? Hmm, tak perlu!" jawab Rico.

Tak lama kemudian mereka berdua berpisah. Pertemuan yang berlangsung sangat lama itu akhirnya berakhir sudah.

Dalam diri Rico terdapat penuh pikiran yang simpang siur. Situasi saat ini begitu semrawut dan penuh turbulensi. Namun ada satu hal yang diketahuinya pasti saat ini. Seseorang bersikap tak sepenuhnya jujur di balik sikap yang ditunjukkannya. Dan orang itu adalah....
dirinya sendiri! :p
 
Terima kasih updatenya suhu sehat selalu ;)
 
dari dulu kalo model mind games gini bikin greget emang, nebak nebak, berspekulasi
Tapi fakta bahwa Stefany telah eue sama Dharsono itu adalah mutlak gaboeh diubah :pandajahat: :papi:
 
dari dulu kalo model mind games gini bikin greget emang, nebak nebak, berspekulasi
Tapi fakta bahwa Stefany telah eue sama Dharsono itu adalah mutlak gaboeh diubah :pandajahat::papi:
saya kog lebih suka prewinya hilang saat menjalankan "misi" ^^
 
Chapter 12 - Kesetiaan atau Pengkhianatan? Oleh Siapa?

Keadaan begitu kacau balau! Batin Rico. Di dalam kamarnya, telah berjam-jam ia memikirkan semua ini.

Stefany, kakaknya, yang selama ini dipandangnya begitu tinggi terindikasi kuat kalau diam-diam menjalin hubungan gelap bahkan menjadi simpanan seorang pria berumur. Hubungan mereka ini bahkan telah berlangsung bertahun-tahun lamanya.

Gilanya, pria yang menjadi kekasih gelap kakaknya itu adalah Dharsono. Orang yang sangat dikagumi dan dihormatinya sekaligus adalah atasannya sendiri. Selain juga ia adalah teman baik ayah mereka sejak kecil.

Kalau situasinya seperti begini berarti fantasi cuckold dalam dirinya waktu itu jadi benar adanya? Meski alasan, kejadian dan cara ia mengira-ngira hal itu begitu amburadul dan salah kaprah, namun hasil akhirnya sungguh tepat sekali. Meski tokoh "Pak Zul" hanya eksis dalam fantasi pikirannya saja, namun ada sosok bernama Dharsono di dunia nyata yang berperan sama. Yaitu menggauli cici-nya ini termasuk merenggut kegadisannya.

Akibat skandal hubungan mereka itu, kini rencana pernikahan Stefany dan William jadi terancam batal karena cowok itu telah mengetahui hal tersebut. Meski William menyatakan bersedia menerima Stefany apa adanya, namun ia mengajukan dua syarat yang mutlak harus dipenuhi oleh Stefany. Pertanyaannya: 1). Apakah Stefany mau mengakui skandal gelapnya dengan Dharsono itu? 2). Apakah Stefany bersedia meninggalkan Dharsono untuk selamanya?

Sementara implikasi dari pembatalan pernikahan mereka berdua akan berdampak kurang baik untuk nama baik keluarganya. Rencana pernikahan telah diungkap ke publik. Undangan telah disebar. Media-media utama telah memberitakan rencana pernikahan anak sulung keluarga elit itu. Pembatalan secara tiba-tiba akan menimbulkan tanda tanya di kepala banyak orang. Apalagi kalau dilakukan secara sepihak dan alasan pembatalan sampai diungkap secara terbuka ke media massa segala. Hal itu akan menjadi skandal sangat memalukan bagi keluarganya. Apalagi keluarga William adalah orang-orang yang sangat berpengaruh, berdana hampir tak terbatas, dan mempunyai kekuatan besar. Sungguh tak mungkin dirinya atau keluarganya melawan mereka.

Itu sebabnya di saat-saat awal hubungan mereka berdua, secara pribadi ia merasa kurang sreg. Keluarga William termasuk figur publik tingkat nasional. Sedikit berita apalagi hal-hal miring dapat dengan mudah menjadi viral dan menjadi konsumsi publik. Sementara di level tingkat atas kehidupan keluarga mereka, tentu terdapat cukup banyak persaingan sengit dimana selalu ada pihak-pihak yang terkalahkan ingin bermain kotor. Ibaratnya, kalau tak mampu berebut bola dengan permainan cantik ya permainan kasar akan dijalankan.

Tiba-tiba ia teringat dengan penilaian William tentang kakaknya,
"Justru menurutku, ia akan mengambil jalan dengan resiko paling tinggi kalau hal itu berpotensi memberikan hasil yang paling besar."

Apa yang ia khawatirkan waktu itu kini terjadi. Meski untuk alasan yang berbeda. Saat itu ia khawatir dengan masa lalu kakaknya yang kalau digali-gali dan digoreng-goreng bisa terlihat kelam. Namun kini problema yang terjadi justru jauh lebih dalam, lebih nyata serta lebih fundamental dari sekedar persepsi yang salah saja.

Ooh Cie Stefany... akankah kau membuat malu keluarga, batin Rico. Kalau ingin bermain di tingkat paling atas, seharusnya kau betul-betul siap dan punya bobot untuk itu selain juga tanpa beban masa lalu yang berat seperti ini, batinnya lagi.
Sifat keduanya memang cukup bertolak belakang. Rico orangnya cenderung berhati-hati dan konservatif dalam bertindak. Sebaiknya, Stefany adalah seorang yang impulsif dan langsung "main hajar" untuk mencapai tujuan jangka pendek.

Keduanya sama-sama cerdas untuk pendekatan yang dilakukan masing-masing. Terbukti saat ini, di usianya yang relatif muda Stefany termasuk sukses dalam banyak hal. Namun karena sikap impulsif-nya dan tingginya resiko jalan yang ditempuhnya, ia juga jauh lebih rentan untuk terperosok ke dalam lubang dibanding Rico. Seperti yang terlihat saat ini...

Di luar urusan perselingkuhan itu, ada kekacauan lain yang terjadi. Yaitu mengenai kebocoran operasi rahasia pimpinan Dharsono secara tak tanggung-tanggung. Karena terbukti ada orang yang mampu dengan leluasa mengambil foto-foto sang pimpinan tanpa sepengetahuannya di dalam tempat peristirahatannya sendiri.

Kini posisi dirinya jadi terjepit. Di satu sisi Stefany adalah kakak kandungnya. Bagaimanapun ia harus membela kepentingannya dan kehormatan keluarganya. Namun disisi lain, ia adalah anak buah Dharsono untuk tugas rahasia negara. Dimana ia harus mematuhi atasannya itu dan menjunjung kepentingan yang lebih besar dibanding urusan pribadi.

Seandainya betul terjadi hubungan gelap oleh mereka berdua, maka itu ibarat Stefany dan Dharsono pada saat bersamaan menghantam dirinya dari dua arah.

Tapi....seandainya itu betul. Karena dilihat secara personal baik dari sisi Stefany maupun Dharsono, ia cukup yakin hal itu tak terjadi. Namun kontradiktif dengan keyakinannya itu, tak dapat disangkal bahwa saat ini di tangannya terdapat bukti yang cukup kuat mengarah kesana. Ia mungkin dapat membohongi dan berhasil meyakinkan William atau semua orang lain di dunia bahwa semua foto-foto itu adalah editan. Namun ia tak dapat membohongi dirinya sendiri.

Ia berani mengkonfirmasi bahwa kedua orang di foto-foto itu adalah mereka berdua. Seandainya ia harus membuat testimoni di bawah sumpah dalam pengadilan, ia akan mampu menyatakan dengan tegas hal yang sama.

Satu hal yang cukup menarik namun mungkin agak ironis... Justru dirinya lebih mampu memastikan asli tidaknya foto-foto tersebut dibanding William. Ia jauh lebih lama tinggal bersama kakaknya. Ia sering bertemu dan cukup banyak mengenal Dharsono. Demikian pula dengan tempat itu dimana ia begitu familiar dengannya. Melihat foto-foto itu secara bersamaan, dengan jujur sulit bagi dirinya membantah kalau semua itu hanya rekaan. Tak hanya ciri khas fisik saja, namun sikap dan gerak-gerik yang tertangkap di foto-foto tersebut sungguh selaras dengan apa yang ia ketahui tentang sikap sehari-harinya mereka.

Namun peluang juga masih terbuka bahwa mereka ternyata tak bersalah dan hanya menjadi korban fitnah saja. Pertanyaannya, siapa yang melakukan fitnah yang dirancang sedemikian canggih itu? Dan pertanyaan berikutnya, serangan berupa fitnah ini sebenarnya ditujukan untuk siapa?

Stefany? Mungkin karena ia berhasil mendapatkan hati William sehingga banyak gadis sakit hati. Lalu ada seorang diantaranya punya niat sungguh-sungguh untuk membalas dendam?

William dan keluarganya? Mungkin dilakukan oleh saingan bisnis atau orang yang selama ini bermusuhan dengan mereka?

Atau tujuan serangan ini sebenarnya adalah Dharsono? Perlu diingat bahwa kegiatan yang selama ini dilakukannya telah menjerumuskan banyak para tikus koruptor dan mencemaskan banyak oknum tikus got yang masih bebas berkeliaran. Bisa jadi salah satu korbannya kini membalas dendam. Atau mungkin mereka yang takut akan menjadi korban berikutnya lalu melancarkan preemptive strike terlebih dahulu.

Atau bisa juga mereka - siapapun itu pelakunya, siapapun sasarannya, dan apapun motifnya - hanya sekedar memanfaatkan skandal rahasia yang selama ini memang telah terjadi. Dengan kata lain, memang ada orang yang sungguh-sungguh berniat menghancurkan salah satu dari ketiga orang itu. Sementara, skandal Stefany dan Dharsono memang riil dan sungguh terjadi. Sama sekali bukan fitnah, bukan rekaan, apalagi sulap atau sihir.

Mengenai bocornya organisasi mereka dan telah dibobolnya tempat istirahat Dharsono itu...
Sebagai anak buah, sudah wajib dan selayaknya ia wajib melaporkan hal tersebut kepada Dharsono sebagai atasannya. Akan tetapi permasalahan tak sesederhana itu. Karena saat ini ia masih belum tahu, apa peran Dharsono disini. Apakah ia murni sebagai korban? Ataukah sebagai pelaku pelanggaran (terhadap kakaknya Stefany)? Atau ia adalah korban untuk satu hal (penghancuran nama baik dan kariernya) namun pelaku pelanggaran untuk hal lain (merusak dan membikin binal kakaknya)?

Inilah kekacauan terbesar saat ini. Misi penghancuran yang ia endus ini bisa dilakukan orang luar. Namun bisa juga dilakukan oleh orang yang telah ia kenal dengan baik. Masalahnya, saat ini ia tak tahu siapa yang dapat dipercayai dan siapa yang bersalah. Siapa yang berkhianat dan siapa yang setia dengan amanatnya. Baik itu amanat terhadap diri sendiri, pasangan, sumpah jabatan, dan sebagainya. Untuk saat ini semua pihak - termasuk Stefany kakaknya - bisa menjadi korban, bisa menjadi pelanggar, namun juga bisa menjadi korban sekaligus pelanggar!

--@@@@--

Dharsono

Motifnya cukup Jelas. Laki-laki mana yang tak tergiur dan tak ingin menikmati gadis se-atraktif Stefany apabila ada kesempatan terbuka dan nyata untuk itu. Satu-satunya faktor pencegah hal itu terjadi adalah standar moral dan karakter matang teruji dalam diri laki-laki itu. Tapi kemudian ia teringat kata-kata William lagi tentang kakaknya...
"... bahwa aku juga tak bisa terlalu banyak memberi dia my benefit of the doubt tanpa melakukan cek dan ricek seperlunya."

Sejak pertemuannya secara langsung dengan orang itu pertama kali, dirinya begitu terpukau olehnya. Kini - sama seperti yang akhirnya dilakukan William terhadap Stefany - mungkin ia juga harus melakukan due dilligence yang sama terhadap Dharsono. Orang yang selama ini begitu tinggi dipandangnya sebagai figur panutan sempurna.

Agak ironis memang. Beberapa kali Dharsono memberi wejangan kepadanya untuk selalu men-challenge pemikiran yang telah terpatri kuat dalam diri karena keyakinan yang berlebihan dapat membutakan mata hati. Saat ini, wejangan dari orang yang sangat dihormatinya itu digunakannya untuk menguji integritas karakter orang tersebut.

Ia membayangkan keadaan pada saat-saat awal interaksi mereka berdua... ia masih cukup yakin Dharsono tak akan membuka langkah awal melakukan inisiatif untuk mengganggu dan merusak Stefany apabila kakaknya ini sama sekali tak memberinya peluang. Namun kalau keduanya memang sama-sama mau atau justru Stefany-lah yang memberinya peluang dan membuka diri, maka ya balik lagi ke kalimat awal... pria mana yang tak tergiur oleh Stefany.

Menelaah kondisi psikologis Stefany waktu itu, adalah sangat mungkin kakaknya ini kemudian merasa kagum bahkan jatuh hati pada sosok pria dewasa yang mapan seperti Dharsono. Perasaan yang luar biasa kuat yang pada akhirnya mampu menembus seluruh sekat-sekat ketabuan, perbedaan usia, perbedaan status, ras, masa depan, dan lain sebagainya. Stefany saat itu tak sekuat sekarang. Saat itu ia seorang gadis belia yang masih rapuh, labil, tak percaya diri, bahkan sering menerima pelecehan verbal maupun colekan-colekan iseng dari orang-orang di jalan karena kecantikan dan daya tariknya tanpa ia mampu membela diri.

Satu hal lagi, Stefany adalah tipe seorang doer bukan thinker seperti dirinya. Sehingga ia cenderung melakukan apa yang ingin ia lakukan saat itu tanpa terlalu banyak memikirkan konsekuensi masa depan.

Setelah ia direkrut masuk ke dalam tim oleh Dharsono, cukup banyak kesempatan saat mereka hanya berdua saja. Bahkan dari informasi yang ia dengar, beberapa kali mereka melakukan tugas perjalanan keluar kota hanya berdua saja. Dari sekian banyak kesempatan, meski katakanlah 99% mereka mampu menahan diri namun hanya perlu satu momen kekhilafan saja untuk menjebol bendungan yang selama ini terjaga. Lalu saat bendungan telah pernah jebol satu kali, serangan air bah yang bertubi-tubi akan sulit dibendung lagi. Sehingga bendungan akan semakin jebol dan jebol lagi berulang-ulang.

Setelah hal itu terjadi - setelah kenikmatan seks telah dirasakan - selanjutnya tentu Dharsono tak ingin melepaskan kakaknya begitu saja. Pria mana yang tak ingin mendapatkan kenikmatan dari wanita. Apalagi dari gadis sekelas Stefany. Ditambah lagi, gratisan pula. Tanpa perlu bertanggung-jawab.

Apalagi kalau ternyata benar laporan itu bahwa Stefany satu-satunya perempuan yang ditemuinya yang mampu membangkitkan gairah birahi jiwa muda dalam dirinya. Semua itu akan mampu membuat segala macam standar moral tinggi yang selama ini begitu diagung-agungkan menjadi debu tanah tak berharga yang diinjak-injak. Seperti kehormatan diri kakaknya yang telah diinjak-injaknya. Kalau sudah begini peduli setan dengan segala moralitas. Peduli setan pula dengan masa depan gadis itu dan perasaan keluarganya. Yang penting dirinya sendiri merasakan kenikmatan yang sungguh asoyyy. Serta kebanggaan luar biasa karena berhasil menaklukkan gadis sekelas Stefany.

Jangan-jangan, justru Dharsono yang hari itu memaksa Stefany untuk melayani dirinya dengan ancaman bahwa ia akan menyelidiki dan membongkar habis semua kasus KKN yang pernah dilakukan orangtua William dalam kegiatan bisnisnya? Sehingga sesungguhnya ia tak hanya telah mengkhianati janjinya untuk menjaga diri Stefany namun juga mengkhianati amanat tugasnya dengan menyalahgunakan kekuasaan untuk kepentingan pribadi. Dalam hal ini kepentingan kenikmatan perlendiran dirinya.

Kalau yang terjadi seperti itu, apakah dirinya masih perlu membela orang ini mati-matian dan bersikap setia kepadanya? Kemana ia harus melapor seandainya Dharsono ternyata mengkhianati amanat tugasnya?

Tiba-tiba Rico menyadari betapa "gelapnya" dirinya akan kegiatan rahasia yang dilakoninya itu. Selama ini ia begitu mempercayai Dharsono. Satu-satunya kontak yang diketahuinya hanyalah Dharsono, selain Jaka yang notabene adalah keponakan langsung Dharsono dimana cowok itu juga sangat tunduk kepadanya. Sehingga ujung simpulnya kembali lagi ke Dharsono. Kini disadarinya dalam semua kegiatannya itu dirinya bagaikan boneka wayang di tangan Dharsono saja. Bahkan, ia juga tak tahu apakah orang-orang yang selama ini menjadi target operasi mereka itu memang betul adalah koruptor beneran? Karena semua hanya berdasarkan perintah Dharsono. Jangan-jangan mereka semua adalah korban dari Dharsono saja? Bisa jadi justru Dharsono-lah yang berusaha memeras mereka dan menghancurkan siapa saja yang menolak menuruti permintaannya.

Mungkinkah Stefany selama ini adalah salah satu korban pemerasan serigala tua berbulu domba itu?

--@@@@--

Stefany

Hmm, Cie Stefany-nya yang tersayang... Apa yang dapat ia katakan lagi tentang dirinya? Jelas ia sangat menyayanginya (sayang terhadap kakak campur mupeng hehehe) dan menghormatinya. Namun pada saat ini ia harus menilai kakaknya ini dari sudut pandang orang ketiga yang netral.

Stefany jelas adalah korban, baik itu akibat rayuan Dharsono apalagi kalau memang betul terjadi pemaksaan terhadap dirinya. Namun ia juga bisa dianggap sebagai pelaku "pengkhianatan". Yaitu apabila ia ternyata juga menginginkan bahkan menikmati hubungan percintaan dan seksualnya dengan Dharsono.

Tapi, apa definisi kesetiaan dan pengkhianatan itu? Diatas kertas, ia bisa dikatakan mengkhianati William calon suaminya karena selingkuh dengan pria lain. Namun dari sudut pandang lain, justru ia bisa dikatakan setia terhadap cintanya kepada Dharsono. Apalagi ia telah intim duluan dengan pria itu sebelum mengenal calon suaminya.

Ia jadi teringat percakapan dua cowok di meja sebelah saat sedang berada di gerai kopi beberapa hari lalu.....
"Her, lu tau nggak, si Marissa ceweknya Joni ternyata ketahuan selingkuh dengan mantan cowoknya.
"Hmm, lu ga bisa bilang dia "selingkuh" deh. Siapa tahu memang dia selama ini ga serius sama Joni. Sementara hatinya masih kepada mantannya itu? Menurut gua selama belum menikah resmi ya lapangan permainan masih terbuka lebar. Segala sesuatu bisa terjadi."

Kalau memang dalam hatinya Cie Stefany mencintai Dharsono, lalu apakah bisa dikatakan ia mengkhianati William? Atau sebenarnya justru Dharsono-lah yang dikhianati oleh Stefany karena menjalin hubungan serius dengan William?

Lalu apakah malam itu kakaknya memang membohonginya dengan mengaku masih virgin sehingga ia juga tak tega "memerawaninya". Sehingga pada akhirnya juga tak ketahuan kalau sebenarnya Stefany sudah bagaikan "vacuum cleaner" saja. Dan hal itu terbukti bermanfaat kelak sebagai alibi keperawanan dirinya. Taktik yang sama kemudian digunakannya kepada William.

Kembali ia ingat perkataan William,
"...jangan pernah kau meremehkan kemampuan cewek untuk berpura-pura..."

Tapi urusan Stefany tak berhenti sampai disini. Ada dimensi lain tentang dirinya.
Cie Stefany yang kecantikan dan sexy-nya begitu OMG ini bisa juga menjadi pengkhianat dalam hal lain, yaitu melakukan pemerasan terhadap Dharsono! Bisa jadi hubungan gelap mereka itu sebenarnya tak pernah ada... sampai hari Rabu lalu!

Saat itu Stefany mendatangi Dharsono dan sengaja merayunya sampai pria itu lupa daratan. Stefany mempunyai motif, kemampuan, keberanian untuk melakukan itu. Selain juga mempunyai modal cukup kuat untuk menggoyahkan iman pria manapun. Lagi-lagi, laki-laki mana yang tak tergoda untuk menikmati dirinya seandainya peluang diberikan. Saat itu secara diam-diam Cie Stefany mengambil foto-foto Dharsono. Saat mereka berpelukan, saat berciuman, saat ia menanggalkan pakaiannya, dll. Pada hari itu mungkin mereka melakukan sampai hubungan badan (apabila Stefany memang secara iseng menginginkan hal itu dan sebenarnya ia telah sering melakukan itu dengan William). Tapi bisa jadi tak sampai sejauh itu. Karena sejauh apa ia lakukan bersama Dharsono sungguh tak terlalu penting. Yang penting ia telah mendapat cukup banyak bukti foto-foto yang dapat digunakan untuk mengendalikan Dharsono. Kalau hal ini yang terjadi, ia tak akan heran kalau ternyata masih banyak foto-foto lainnya. Keenam foto di tangannya ini hanyalah teaser belaka.

Pada akhirnya, pria itu adalah korban bahkan sasaran tembak sesungguhnya dari semua aksi akal-akalan busuk ini. Motifnya supaya penyelidikannya terhadap keluarga calon suaminya diakhiri.

Dharsono yang pada dasarnya sangat mempercayai Stefany, tak akan pernah menyangka bahwa mantan anak asuhnya ini akan mengkhianati dirinya. Putri teman baiknya yang telah ditariknya keluar dari sumur penghinaan, kemiskinan, dan pelecehan ke posisi yang terhormat dan mulia saat ini. Sehingga ia jadi lengah. Membuat Stefany dapat dengan leluasa mengambil foto-foto tersebut, yang entah bagaimana caranya jatuh ke tangan William. Sehingga kini cowok itu mengira calon istrinya telah berselingkuh.

Dan teori ini menjelaskan fenomena sudut pengambilan foto-foto itu yang sejak awal begitu menarik perhatiannya. Kecuali foto pertama dan terakhir yang diambil dari luar ruangan, berdasarkan sudut pengambilan foto-foto di dalam ruangan itu sangat mungkin kalau semua itu diambil secara selfie - termasuk foto dari arah samping itu. Kalau memang betul semua itu adalah foto selfie, berarti yang mengambil foto-foto tersebut adalah Stefany!

Pertanyaan yang masih tersisa, apakah Dharsono memang tahu saat Stefany mengambil foto-foto tersebut? Kalau tahu, agak aneh kalau ia diam saja. Kalau tak tahu, bagaimana cara Stefany mengambil foto-foto tersebut tanpa ketahuan? Terutama foto yang diambil dari depan secara frontal tersebut.

Sebaliknya...
Dengan mengabaikan fakta tentang keberadaan foto-foto itu dan hanya berfokus pada motif, Stefany juga bisa sebagai korban dalam hal ini. Ia mendatangi Dharsono untuk sungguh-sungguh bertanya tentang "kebersihan" bisnis keluarga calon suami dan mertuanya itu. Dharsono sebelumnya telah menemukan banyak hal negatif mengenai mereka. Oleh karena itu kini ia mengultimatum Stefany dengan dua pilihan. Ia akan menghentikan kasusnya dan menutup buku keluarga mereka asalkan Stefany mau melayani gairah seksualnya. Atau kalau Stefany menolak melayaninya maka the show will go on. Semua kesalahan mereka akan ia bongkar.

--@@@@--

William

William, calon kakak iparnya ini adalah victim of circumstances untuk dua urusan. Pertama, tentu dalam hal perselingkuhan Stefany, apabila ternyata memang berselingkuh. Kedua, tentang tanda tanya kebersihan bisnis yang dijalani oleh orangtuanya yang mungkin dirinya secara pribadi tak terlibat namun pada akhirnya berimbas pada masa depannya terutama calon istrinya dan rencana pernikahannya. Sekilas ia bagaikan korban yang terjepit di tengah-tengah.

Namun... bisa juga ternyata ia adalah pengkhianatnya. Bahkan dirinyalah otak dari permainan yang sangat busuk ini.

Siapa yang pertama kali mengangkat kemungkinan perselingkuhan Stefany? William!
Dari mana tiga laporan fiktif yang bombastis itu berasal? William!
Dari mana foto-foto ini berasal? Lagi-lagi William!
Padahal semua ini adalah rekayasa dirinya saja. Dan ia adalah orang yang memiliki resources sangat besar sekali untuk membuat ini semua.

Motifnya jelas: untuk memaksa Dharsono agar menghentikan penyelidikan terhadap keluarganya.

Atau bisa jadi Stefany sengaja diumpankan ke Dharsono. Lagi-lagi tujuannya untuk membungkam mulut pria itu. Mungkin ia lebih memilih "berbagi" calon istrinya kepada pria itu dibanding kekayaan keluarganya disita, reputasi keluarga hancur, orangtuanya masuk penjara, dan dirinya jatuh miskin.

Ada pula kemungkinan ia tak sungguh-sungguh mencintai Stefany dan tak serius ingin menikah dengannya. Bisa jadi ia telah menyelidiki dan mengetahui masa lalu Stefany cukup lama dan memanfaatkan hubungan dekat antara Stefany dan Dharsono. Pada saatnya nanti, Stefany akan didepaknya. Setelah Dharsono berhasil dibungkam dan ia telah puas menikmati kakaknya dan mulai merasa bosan dengannya.

Apabila skenario ini yang terjadi, ia tak heran kalau sesungguhnya mereka telah sering melakukan hubungan seksual dengan penuh seperti yang telah biasa ia lakukan terhadap ratusan mantan cewek-ceweknya. Namun terhadap dirinya barusan ia bersikap pura-pura seolah tak pernah menyentuh Stefany sampai sejauh itu. Malah ia memainkan peran sebagai korban perselingkuhan.

Kemungkinan lain, bisa pula Stefany juga ikut terlibat di dalamnya. Dimana mereka berdua menyusun rencana menjebak Dharsono. Lagi-lagi, Dharsono yang percaya penuh kepada Stefany tak akan pernah menyangka akan dikhianati olehnya. Kemudian William, atas persetujuan Stefany, sengaja mengajaknya bertemu dengan tujuan utama menunjukkan foto-foto itu.

Oleh karena itu saat ini ia tak akan melaporkan kepada Dharsono mengenai telah berhasil dibobolnya tempat peristirahatan rahasianya itu. Apalagi tentang foto-foto yang ada di tangannya ini. Selain ia masih belum tahu apakah orang ini termasuk orang baik atau orang jahat, juga ia tak ingin diperalat dijadikan perpanjangan tangan pihak manapun yang ingin menjatuhkan Dharsono. Bisa jadi foto-foto yang saat ini ada di tangannya memang sengaja dibocorkan kepadanya dengan tujuan untuk disampaikan kepada Dharsono.

Tujuannya sebagai peringatan santun kepada orang itu bahwa masih ada lho foto-foto lain yang tentunya lebih syuur lagi. Dharsono yang pada saat itu memang melakukan entah apa dengan Stefany, tentu tak ingin skandal aibnya itu terbongkar. Sehingga ia akan menghentikan penyelidikan yang saat ini sedang berlangsung.

Satu hal yang perlu dicatat, selain Stefany sendiri hanya dirinyalah yang mampu mengenali dan memastikan bahwa perempuan pada foto itu memang adalah Stefany. Namun bagi orang lain, tak ada bukti jelas secara hitam diatas putih yang sah untuk itu. Karena tak ada foto wajah Stefany secara jelas pada foto-foto saat di dalam ruangan. Sebaliknya, wajah Dharsono terlihat jelas pada foto keempat. Sementara foto pertama dan terakhir tak ada korelasi kuat dengan foto-foto lainnya karena beda lokasi. Hanya mereka berdua ditambah dirinya saja yang tahu korelasi kedua jenis foto tersebut. Sementara William juga seharusnya tak tahu karena seharusnya ia tak pernah berada di tempat itu. Kecuali, kalau Stefany telah membocorkan dan memberitahunya.

Ia tak akan heran kalau foto-foto lain yang masih tersimpan akan semakin banyak menunjukkan wajah Dharsono bersama seorang gadis putih mulus - yang jelas bukan ciri fisik istrinya - dengan tubuh telanjang bulat yang wajahnya tak terlihat cukup jelas siapa. Sementara identitas Stefany cukup aman tersembunyi.

Disisi lain, bisa pula William adalah murni korban seperti apa yang terlihat saat ini.

Atau bisa pula di satu sisi ia berkomplot dengan Stefany untuk menghentikan aksi Dharsono namun disisi lain ia menemukan kalau ternyata diam-diam Stefany telah berselingkuh bahkan berhubungan intim dengan orang yang ingin dihentikannya itu.

--@@@@--

Terlepas apapun posisi calon kakak iparnya ini - korban, pelaku, atau korban sekaligus pelaku - ada dua catatan khusus tentang dirinya.

Pertama, entah mengapa saat ini rasa respek terhadapnya menurun drastis dibanding sebelumnya. Dan perubahan sikapnya itu dimulai sejak ia mengata-ngatai jablay kepada Stefany, calon istrinya sendiri itu. Meski pada akhirnya ia telah meminta maaf dan mengaku kalau semua itu hanya sandiwara untuk menguji dirinya saja, ia tetap tak dapat mengubah penilaian dirinya kepada cowok itu. Saat itu hanya demi Stefany sajalah maka ia masih tetap mau tinggal dan berbicara dengannya.

Mungkinkah perasaan ini dilandasi rasa cemburu dirinya kepada cowok ini saja, tanyanya dalam hati. Karena memang sejak Stefany berhubungan dengannya, ia jadi tersingkirkan. Sementara kini cowok itu malah menghina dan mengejek kakaknya.

Kedua, terlepas dari kesan pribadi dirinya itu - karena ia mencoba bersikap obyektif - ada satu hal aneh yang dirasakannya saat mereka bertemu tadi. Yaitu saat ia menyerahkan tiga laporan fiktif itu kepadanya lalu menyuruhnya membacanya.

Ia tahu William begitu memperhatikan gerak-geriknya saat ia sedang bercerita panjang dan saat cowok itu menyerahkan foto-foto itu satu-persatu. Namun saat menyerahkan tiga laporan itu sikapnya sungguh berbeda. Ia jauh lebih cuek. Bahkan ia sempat meninggalkan dirinya sendirian untuk beberapa saat. Terlihat jelas bahwa William telah mengantisipasi kalau ia akan mengatakan laporan-laporan itu adalah palsu.

Itu sebabnya saat itu ia memainkan sedikit sandiwara untuk mengikuti alur permainan cowok itu. Ia barusan bersandiwara dengan sikap emosional dan marah karena pencemaran nama baik kakaknya. Ia tak ingin William bersikap terlalu awas terhadap dirinya. Oleh karena itu ia bersikap seolah termakan dan mengikuti alur permainan cowok itu. Terbukti sikap cowok itu kemudian berubah. Saat itu sikap tubuhnya jadi lebih santai, seolah mengatakan," Rico memang seorang yang cerdas dan mampu menahan diri. Tapi rupanya hanya sampai disini saja tingkatnya."

Sehubungan dengan hal ini, jelas ia tadi sengaja memberikan laporan yang meragukan terlebih dahulu sebelum kemudian menunjukkan bukti foto-foto yang jauh lebih meyakinkan. Disini keanehannya. Mengapa ia tidak langsung menunjukkan foto-foto itu sedari awal. Seolah ia sengaja melambungkan dulu dirinya (dengan membuatnya menganggap laporan-laporan itu adalah palsu sehingga anggapan Stefany telah berselingkuh sungguh tak berdasar) sebelum kemudian ia smash dengan keras (dengan mengeluarkan foto-foto yang jauh lebih meyakinkan sebagai bukti).

Sampai saat ini ia masih belum mengerti apa motif cowok itu melakukan hal tersebut. Namun ia mengetahui bahwa tindakan cowok itu memang disengaja dan direncanakannya. Ini akan menjadi salah satu PR-nya.

Terlepas dari itu, kegalauan yang terlihat dari William di saat akhir terlihat cukup meyakinkan dan sungguh-sungguh. Ia tak tahu apakah cowok itu telah berhasil mengelabuinya. Ia menyadari penuh bahwa calon kakak iparnya ini juga adalah seorang yang sangat pintar. Sehingga ia tak ingin mengklaim bahwa dirinya lebih pintar dari cowok itu. Apapun penemuannya nantinya, ini juga akan menjadi catatan untuk dirinya.

Disisi lain, perlu dicatat pula kekompakan Stefany dan Dharsono yang keduanya sama-sama menceritakan kepada dirinya pertemuan mendadak mereka dengan dua topik: 1). permintaan ijin Stefany untuk menceritakan garis besar kegiatan masa lalunya kepada William - satu hal yang sampai sekarang belum Stefany sampaikan - menurut versi William. 2). Pertanyaan akan kebersihan bisnis keluarga William - yang dijawab dengan lugas oleh Dharsono bahwa sejauh ini tak ada catatan hitam yang harus ia tangani.
Kekompakan mereka berdua itu adalah spontanitas belaka ataukah memang sengaja direncanakan?

Hal lain yang juga perlu menjadi catatan, ia kenal kakaknya cukup baik. Menurut pendapatnya - dengan mengabaikan hal-hal lainnya - sikap kakaknya jelas-jelas menunjukkan kalau ia sungguh-sungguh mencintai William. Ia begitu yakin akan itu.
Tapi lagi-lagi, perkataan William yang itu terngiang kembali.
"...jangan pernah kau meremehkan kemampuan cewek untuk berpura-pura..."

Selain kemungkinan-kemungkinan yang agak sederhana tadi, bisa pula terjadi pengkhianatan ganda atau bahkan lebih.

Beberapa kemungkinan lain:

Bisnis keluarga William terkait dengan korupsi. Dharsono bersedia mengubur kasusnya asalkan ia mendapat jatah tertentu dari Stefany. Sementara Stefany, sebagai gadis yang tidak bodoh, diam-diam merekam hal itu demi tujuannya sendiri kelak. Sementara diam-diam William menggunakan jasa orang ketiga untuk mengintai gerak-gerik calon istrinya. Membuat pada akhirnya foto-foto itu kini ada di tangannya.

Atau bisa jadi kakak tersayangnya yang cantik dan sexy ini diam-diam telah direkrut kembali oleh Dharsono untuk membantu penyelidikan kasus keluarga calon suaminya itu. Sehingga kini terjadi permainan kucing dan tikus antara Dharsono dan William. Selain untuk kasus keluarganya itu juga dalam hal memperebutkan diri Stefany. Bisa jadi Stefany memang lebih memilih menikah secara resmi dengan William karena keluarganya yang jauh lebih mentereng dalam segala hal dibanding Dharsono yang telah berumur dan beristri. Untuk mengganggu kemapanan hubungan mereka itu , sengaja dibocorkannyalah foto-foto mesra calon istrinya. Sehingga kini William jadi terguncang bahkan bukan tak mungkin akan membatalkan pernikahannya dengan Stefany. Pada akhirnya hal itu akan memudahkan baginya untuk memiliki Stefany secara bulat.

Atau jangan-jangan sebenarnya Stefany tak pernah dikeluarkan dari organisasi mereka. Sejak awal ia telah di-plot untuk menyelidiki bisnis keluarga William. Oleh karena mereka adalah keluarga papan atas sehingga perlu perencanaan dan waktu lama sebelum operasi berjalan. Sehingga hubungan pacaran mereka, dari sisi Stefany, sebetulnya hanya pura-pura saja. Sesungguhnya selama ini ia menjalin hubungan gelap dengan Dharsono. Satu hal yang kini terpergok oleh William.

Atau kemungkinan lain, hubungan mereka memang awalnya di-plot sebagai kamuflase saja. Sementara hubungan Stefany dan Dharsono murni profesional. Semakin kenal dekat William dan keluarganya, Stefany berubah hati. Ia jadi jatuh cinta kepada cowok itu. Selain itu juga kini dirasakannya jauh lebih menguntungkan ia menjadi menantu keluarga mereka dibanding menjatuhkan mereka. Oleh karena itu ia mendatangi Dharsono untuk menegosiasikan hal itu. Itulah tujuan utamanya menemuinya minggu lalu. Namun Dharsono menolak permintaannya bahkan menegurnya. Pada akhirnya Stefany "sadar akan kekhilafannya dan berjanji akan tetap setia" dengan tugasnya. Sebelum sesaat kemudian ia merayu Dharsono dan membuat pria itu lupa diri. Sampai pada akhirnya, terjadilah foto-foto gambar pria itu bersama seorang wanita yang dari putih kulitnya jelas bukan istrinya. Tentu ia tak ingin berhubungan badan sesungguhnya dengan pria tua itu. Lalu sebagian foto-foto itu - melalui tangan William dan dirinya - digunakan sebagai peringatan halus pertama kepada Dharsono. Sambil juga ia mengarang sendiri tiga laporan itu sebagai peringatan halus lainnya bahwa kira-kira cerita skandal seperti ini akan dimunculkan ke permukaan. Tentu nantinya menggunakan nama perempuan selain Stefany. Sementara William, menyadari gawatnya situasi untuk keluarga mereka, setuju untuk bekerja sama. Termasuk merelakan calon istrinya "diicip-icip" orang lain dikit-dikit, asalkan tujuannya tercapai dan "icip-icip"-nya juga jangan terlalu banyak.

Lalu mengapa dirinya dilibatkan? Karena untuk memberi tekanan lebih kuat terhadap Dharsono. Karena apapun yang terjadi, jelas bahwa pria itu telah mengkhianati janjinya untuk melindungi dan menjaga Stefany. Alih-alih melindungi, justru ia malah melecehkan kehormatan kakaknya sebagai seorang perempuan. Dalam hal ini tentu ia sebagai adik cowok diharapkan dan akan membela kehormatan kakak perempuannya.

Sementara itu kakaknya, Stefany, merasa cukup percaya diri akan mampu meredam dirinya seandainya ia mengkritik perbuatan kakaknya itu. Pada akhirnya toh mereka adalah saudara kandung.

Dan.... berbagai macam kemungkinan dan varian lainnya. Saat ini ada puluhan kemungkinan antara siapa pengkhianat siapa yang setia dengan berbagai macam motif diantara pelakunya.

Ia harus mengujinya dan menggali informasi lebih dalam dari berbagai sumber. Karena sampai saat ini tak ada satu pun skenario yang cukup memuaskan dirinya. Bahkan untuk teori yang paling sederhana pun, ada kejanggalan yang mengusik dirinya.

Katakanlah kakaknya dan Dharsono memang berselingkuh lalu hal itu diketahui oleh William, seperti yang terlihat saat ini. Tak ada unsur penyelidikan apa pun. Katakankah keluarga mereka memang tak punya catatan hitam seperti yang diakui oleh Dharsono. Tak ada konspirasi. Tak ada balas dendam. Masalahnya adalah murni perselingkuhan yang ketahuan saja. Hal yang seharusnya sangat sederhana sekali.

Namun teori ini juga menyisakan satu pertanyaan besar. Yaitu, siapa dan bagaimana foto-foto itu diambil? Terutama satu foto yang diambil secara frontal dari depan saat Dharsono sedang memakai celana pendek saja. Foto yang seolah menunjukkan bahwa Stefany sendirilah yang mengambil gambar itu. Sementara kalau mereka memang berselingkuh, bukankah seharusnya mereka merahasiakannya serapat mungkin? Bukan malah berfoto-foto ria seperti selfie anak-anak kaum millenial saja. Yang pada akhirnya malah kini bocor.

Sebaliknya, kalau semua ini hanyalah rekayasa dari pihak luar saja untuk menggoyahkan tim mereka, bagaimana foto-foto itu diambil dengan begitu akurat dari tempat yang seharusnya rahasia? Bahkan ketiga "laporan fiktif" itu pun - mau tak mau ia harus mengakui kebenaran perkataan William - bahwa ketiganya mengandung banyak elemen kebenaran tentang diri Stefany.

Apapun yang terjadi, dirinya kini mempunyai tugas pekerjaan rumah membongkar urusan yang sungguh pelik ini. Juga, ia harus berburu dengan waktu harus mengungkap semua ini sebelum tanggal pernikahan mereka. Karena selain janjinya yang telah ia ucapkan kepada William, tentu ia tak ingin pernikahan kakaknya dibatalkan secara sepihak oleh pihak William tanpa alasan yang memang jelas dan kuat. Bahkan seandainya hal itu terjadi pun, ia harus mengupayakan damage control agar tak terlalu menghancurkan keluarganya. Apalagi, bagaimana pun Stefany adalah kakak perempuannya sendiri.

Tadi saat terakhir sebelum ia pergi, William memohon dirinya bahkan dengan sikap memelas yang tak pernah terlihat darinya agar dirinya menyampaikan pesan kepada kakaknya bahwa cowok itu akan menerima apa adanya. Ia tak tahu apakah relevankah hal itu? Apalagi kalau ternyata nanti terbukti bahwa semua itu hanya sandiwara saja karena mereka berdua sedang berkomplot. Atau sebaliknya, seandainya pada akhirnya Cie Stefany memutuskan memilih Dharsono dibanding cowok itu.

Sementara itu, ia wajib melindungi Dharsono seandainya orang ini betul-betul tak bersalah!

Pertanyaan besar untuk dirinya... seandainya ia dihadapkan pada dua pilihan: antara memilih reputasi keluarga atau amanat pada tugasnya, manakah yang akan dipilihnya?

Barusan dirinya memikirkan kemungkinan sikap orang-orang tersebut antara setia atau khianat. Lalu dimanakah dirinya sendiri nanti berada? Akankah ia akan menjadi pengkhianat untuk satu hal dan setia untuk hal lainnya? Atau bahkan menjadi pengkhianat secara bulat? Akankah dirinya akan punya cukup hati untuk menghadapi dan melawan Dharsono dan Stefany sekaligus? Atau melawan Stefany dan William berdua? Atau mungkin bahkan ketiga orang tersebut?

Dharsono adalah orang yang selama ini sangat dihormatinya sekaligus atasannya. William adalah calon kakak iparnya. Sedangkan Stefany adalah kakak perempuannya sendiri yang tentu sangat disayanginya. Apalagi, cici-nya ini bukan hanya sekedar cici yang biasa saja namun adalah "cici++". Karena ia pernah mendapatkan "yang enak-enak" darinya.
Sehingga, tegakah ia kini menentangnya yang bahkan berpotensi untuk menjerumuskannya ke lembah penderitaan?

Akankah ia setia kepada orang-orang yang dekat dengannya itu dan mengkhianati nuraninya? Ataukah ia akan setia dengan nuraninya dan mengkhianati mereka semua?
Salah atau benarkah bersikap tetap setia terhadap pengkhianat?
Benar atau salahkah mengkhianati para pengkhianat?
Waktu telah menunjukkan hampir pukul 4 pagi namun Rico tak tahu apa jawaban dirinya terhadap semua itu. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk tak mempedulikan semua itu. Biarlah hal itu akan diputuskannya apabila saatnya telah tiba saja.

Sementara untuk saat ini ia akan mencurahkan seluruh tenaga dan kemampuannya untuk mencari tahu terlebih dahulu apa yang sesungguhnya terjadi. Disitulah tempat dirinya menaruh kesetiaan. Mengungkap kebenaran.
Tak peduli apakah kebenaran itu nanti berasa manis atau sangat pahit.

Tamat untuk Buku Pertama.
Bersambung ke Buku Kedua.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd