Update
Sejak sepeninggal Sinta dua minggu yang lalu, aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan menyendiri. Aku seakan tak punya semangat hidup lagi, rasa penyesalan yang begitu besar selalu menghantuiku. Tante Nela pun sekarang terasa menjauhi ku. Sudah tidak kurasakan lagi sikap manjanya kepadaku. Mata yang curi – curi pandang dan sikap yang menggoda ku sudah tidak lagi aku lihat. Setiap berpapasan pun dia lebih banyak menunduk dihadapanku, aku sendiri tak tahu atas perubahannya semenjak Sinta tiada.
Malam ini aku keluar kamar menuju ruang tengah. Terlihat tante Nela sedang membereskan pakaiannya dan memasukkan kedalam tas ransel besarnya. Aku duduk di kursi ruang tengah.
“Tante jadi berangkat besok pagi?” tanyaku membuat tante Nela menghentikan aktifitasnya
Dia menoleh ke arahku dengan senyuman, lalu beranjak kearahku dan duduk di kursi seberangku.
“Iya mas, karena aku sudah mengundurnya satu minggu. Jadi besok aku harus tetap berangkat” Katanya
“Tante akan meninggalkanku disini seorang diri?” kataku pelan
Mendengar ucapanku, tante Nela terlihat meraih kedua tanganku dengan kedua tangannya diatas meja, matanya menatap kearahku
“Mas, aku sudah janji sama sahabat lamaku disana, inipun sudah aku undur seminggu karena kita lagi terkena musibah. Selain itu mas juga tau, kita disini tinggal berdua sekarang dan posisi kita sama – sama tidak punya pasangan saat ini. Bukannya aku tega meninggalkan mas, tidak. Aku sayang mas Rudi. Tapi aku tak ingin orang lain bahkan mamanya Sinta menilai negatif dengan kita masih tinggal serumah” Kata tante Nela
“Aku akan menikahi mu te, sesuai permintaan Sinta” Kataku pelan
“Aku tau kata – kata mas itu bukan dari hati, karena posisi mas sekarang masih belum bisa menerima kenyataan akan kepergian Sinta” Ucapan tante Nela terdengar tegas
“Permintaan Sinta itu bukan suatu kewajiban yang harus mas tunaikan, akan tetapi itu adalah suatu permintaan yang harus mas pikirkan secara matang untuk memutuskan. Keputusan itu harus dari hati mas yang paling dalam.” Kata-katanya membuatku semakin terdiam, aku tak sanggup lagi berucap
“Dan aku akan selalu menunggu keputusan itu apapun hasilnya. Keputusan yang benar – benar dari hati mas Rudi yang paling dalam” lanjutnya
“Terima kasih sayang, benar kata Sinta kalau tante ini memang wanita yang baik” Ucapku
Tante Nela terlihat menunduk mendengar ucapanku, dan matanya tampak basah
“Kenapa te?” tanyaku heran
“Aku gak akan bisa sebaik dan setulus Sinta mas..” Ucapnya pelan sambil menggelengkan kepala
“Maksud tante?”
“Aku akan cerita pada mas, tapi sebenarnya aku sudah ingkar janji pada Sinta kalau aku ceritakan” Suara Tante Nela dengan tetap menunduk
“Ceritakan padaku te” Kini tanganku berganti menggenggam kedua tangannya semakin erat.
“Mas tau gak, kenapa Sinta meminta kita untuk menikah?” tanya tante Nela yang kini matanya menatap padaku, masih berkaca - kaca
Aku menggelengkan kepala, tanda tidak mengerti
“Sinta sebenarnya sudah tau apa yang kita lakukan di kamar mas” Ucapnya pelan
“Maksud tante?” Aku semakin penasaran
“Iya, beberapa hari sebelum Sinta kecelakaan, dia sempat memergoki kita di saat kita sedang bercumbu dikamarku pada tengah malam. Awalnya dia terbangun untuk kekamar mandi dan tidak melihat mas disampingnya. Lalu setelah dia keluar kamar, dia mendengar suara desahan kita berdua dikamarku”
Aku tersentak mendengar pengakuan tante Nela, tubuhku bergetar.
“Besoknya disaat mas kerja aku di interogasi olehnya. Aku menangis bersujud kekakinya meminta maaf padanya atas kelakukan kita. Dia merengkuh tubuhku dan seketika memelukku, dia ikut menangis”
Aku hanya terdiam mendengar cerita tante
“Mas tau gak apa yang dikatakan Sinta waktu itu?” lanjutnya
Aku tetap menggelengkan kepala pelan, aku seakan masih tak percaya akan cerita tante
“Sinta berkata, Aku sangat mencintai mas Rudi dan sangat menyayangi tante. Aku rela kalian melakukan itu, asal orang yang ku cintai dan aku sayangi merasa bahagia”
“Kenapa kamu tidak menghukum kami Sin?” Tante Nela menirukan kata – katanya waktu itu
“Kalau aku menghukum kalian, pasti rumah tanggaku akan berantakan te, apa kata mama dan keluarga kalau mendengar ini semua, pasti mereka akan meminta kami cerai. Aku tidak mau menjadi janda dan aku tidak mau bayiku ini lahir tanpa ada mas Rudi disampingku”
“Tapi satu hal lagi, tante harus janji padaku. Ini rahasia kita berdua ya te. Jangan bercerita ini ke mas Rudi, anggap aja aku tak pernah tau hubungan kalian” Tante Nela melanjutkan ceritanya
“Sinta wanita yang luar biasa mas, dia layak menjadi bidadari surga disana” Mata tante Nela terlihat semakin basah
Aku sendiri sudah tak sanggup lagi menahan airmataku, tangisku pecah. Aku semakin memaki diriku sendiri, betapa bodohnya aku.
“Mudah – mudahan dengan ceritaku tadi mas semakin mantab untuk membuat suatu keputusan yang nantinya juga akan menjadi pilhan yang terbaik buat mas sendiri. Carilah wanita sebaik dan setulus Sinta mas, dan jujur kalau saat ini aku belum bisa seperti dia” Tangannya meremas tanganku, pandangannya kini tajam.
“Kalau mas sudah punya keputusan, apapun itu aku siap akan menerimanya. Aku akan tunggu mas di Jakarta” lanjutnya dengan senyuman
***
Tiga bulan berlalu,
Aku sudah bisa sedikit menerima kepergian Sinta dengan hidup menyendiri. Akan tetapi kehidupanku sangat berubah drastis. Yang dulu aku sangat jarang sekali keluar rumah, kini aku sering menghabiskan malam diluar. Diskotik dan tempat hiburan malam hampir setiap hari aku kunjungi. Aku sekarang sering menenggak minuman keras yang dulu tak pernah aku sentuh. Tak jarang aku memanggil wanita penghibur dan aku bayar dengan harga tinggi hanya untuk menemani malamku. Aku sudah tak perduli berapapun uang yang aku keluarkan asal bisa mengusir rasa sepiku. Sampai suatu saat aku dekat dengan salah satu wanita kenalan dari temanku saat kita sama – sama bertemu di salah satu tempat hiburan malam, namanya Reni. Wanita berdarah tionghoa dengan rambut berwarna pirang sebahu. Tubuhnya yang ideal dengan payudara yang montok membuat kuterpesona di cahaya remang lampu di tempat itu. Tetapi aku tahu, Reni ini hanya mendekatiku untuk bisa mendapat uang dariku. Entah berapa puluh juta sudah aku habiskan buat Reni hanya untuk sekedar menemani malam - malamku.
Ting tong
Suara bel pintu rumah terdengar. Kepalaku yang sedikit berat karena pengaruh minuman keras membuatku memaksakan untuk berdiri dan melangkah. Kuraih gagang pintu untuk membukanya. Aku tahu kalau yang datang sekarang adalah Reni, karena sore tadi aku meminta dia untuk datang kerumah malam ini. Setelah kutarik handle pintu dan pintu terbuka lebar, aku sedikit terkejut. Aku lihat Reni datang tidak sendiri, disampingnya ada wanita yang tak kalah cantik dan sexy dengan Reni. Balutan rok mini dan baju yang minim membuat terlihat jelas lekukan tubuhnya. Payudaranya terlihat lebih menonjol dibandingkan dengan Reni, bulatan pantatnya pun terlihat lebih menggoda. Aku lirik arah Reni, dia hanya tersenyum nakal.
“Maaf ya mas. Aku kesini ngajak temenku, lagian biar gak bosen kalau berduaan terus” Ucap Reni dengan senyum nakalnya
“Malam mas Rudi, kenalkan aku Maya” Wanita itu mengulurkan tangannya, dan aku langsung menyambutnya
“Oh iya, gak papa kok Ren, ayo masuk” Kupersilahkan mereka berdua untuk masuk kedalam rumah. Telihat beberapa botol minuman dan makan ringan berserakan di meja diruang tamu.
“Eh, maaf ya rumahku berantakan. Maklum hidup sendiri” kataku
Terlihat mereka berdua duduk berdampingan di sofa
“Wah, udah pesta sendiri tanpa menunggu kami nih” Ujar Reni
“Hehe, abisnya kamu lama banget sih sayang” ucapku sambil hendak duduk di sofa kosong yang ada disamping mereka, kulirik Reni dan Maya menggeser duduknya saling menjauh, sehingga di tengah antara mereka berdua duduk menyisakan tempat, aku tau maksudnya. Aku duduk diantara mereka. Reni langsung mendekap ku,menarik kepalaku di dadanya. Maya hanya tersenyum menyaksikan hal itu.
“Haduuh..kasihan sayangku sudah kangen ya?” Ucap Reni
“Iyalah sayang, aku kangen” Kataku yang kini tanganku sudah meremas payudara Reni dari balik baju luarnya
Melihat hal itu, kini Reni sudah melumat bibirku sambil memelukku, seakan sudah tidak perduli lagi adanya Maya yang duduk disebelahku. Lidah kami saling melumat, saling hisap dan sesekali menggigit satu sama lain. Tangan Reni mendekapku semakin erat.
“Slruup..slrruppp....Sshhhh” Reni mulai mendesah yang tertahan bibirku,
Kini tanganku menelusup kedalam bajunya dari bawah, aku remas payudara yang masih masih terbungkus Bh.
“Aaaahhh...Ssssssshh” Reni mendesah
Ditengah kami berciuman, terlihat sepasang jari lentik sedang berusaha melepaskan celanaku, aku tahu itu adalah tangan Maya yang duduk disamping kiriku. Kuangkat pinggulku agar memudahkannya, aku posisi tetap saling melumat bibir Reni. Dengan cepat celana serta Celana dalamkku sudah terlepas dan tergeletak dilantai, terlihat penisku sudah sangat tegang. Jari lentik Maya mengelus dengan lembut batang penisku.
“Aaaaahhh.....” Aku mulai mendesah tertahan
Aku tarik baju Yang dipakai Reni keatas beserta BH hitamnya, terbebaslah kedua payudara Reni yang menggoda. Ciumannku turun dari bibirnya menuju leher, lidahku meyapu lehernya untuk beberapa saat lalu menuju ke payudaranya. Putingnya yang sudah tegang aku hisap dengan rakus bersamaan dengan tangan kiriku meremas payudara sebelahnya.
“Oooooh....terus maaaassss” Desahan Reni mulai terdengar
Dibawah sana aku merasakan batang penisku seperti diurut dengan lembut. Aku melirik kesana, batang penisku sudah keluar masuk kedalam mulut Maya yang sudah telanjang bulat, entah sejak kapan dia melepaskan semua bajunya. Sekitar beberapa menit posisi itu, mereka seakan kompak untuk menyudahi aktifitasnya, Reni melucuti baju ku yang masih tersisa, tanganku tak tinggal diam untuk melepas rok beserta celana dalam yang sangat minim berwarna merah muda yang dipakainya. Kini kita bertiga sudah sama – sama telanjang bulat. Aku ditariknya untuk rebahan telentang dilantai beralaskan karpet di bawah sofa, sejurus kemudian Maya terlihat bangkit dan mengangkangi wajahku, dia menduduki wajahku sehingga belahan vaginanya kini tepat di mulutku. Aroma yang khas tercium sangat jelas dihidungku. Vagina Maya masih terlihat rapat berwarna kemerahan dengan bulu halus yang tumbuh di sekitarnya, dari liangnya sudah terasa membanjir. Aku jilat seketika kelentitnya, aku lumat dengan kasar dan sesekali lidahku menyeruak masuk kedalam liangnya. Kedua tanganku meraih kedua payudaranya dari bawah,
“Ahhhh...fuck me pleaseee...aaaaah” Maya mulai mendesah dan menggerakkan pinggulnya diatas wajahku
Terasa Penisku dibawah sana juga sedang dikerjain oleh Reni, Dijilatnya dan sesekali dikulumnya dengan kasar.
“Mpppffffh......” Suara desahanku tertahan Vagina Maya yang semakin membanjir
Beberapa saat kemudian, terasa penisku dipegang oleh Reni dan diarahkan kedalam vaginanya. Sebelummnya digesek – gesekkannya disana dan beberapa saat diturukan pinggulnya. Blesss..Penisku dilahap habis oleh liang vagina Reni.
Maya sekarang terasa lebih mempercepat goyangan pinggulnya sehingga kini vaginannya menggesek – gesek mulut dan hidung ku semakin cepat pula..
“Aaaah...mas Rudi...puasin aku massssss...aaaah” Suara Maya terdengar
“Sssssh...kontolmu enak sekali saaaayaaaaaang....aaaa” Desahan Reni menyahut dibawah sana yang sekarang sudah menaik turunkan pinggulnya, sehingga penisku terlihat keluar masuk divaginanya.
“Gila nih dua cewek, sama – sama binalnya” pikirku
Setelah beberapa menit, terasa kedua paha Maya bergetar, cairan dari liang vaginanya semakin membanjir dimulutku
“Ooooh...enak sekali sayang” Desah Maya, dia mengalami orgasme.
Hampir bersamaan, penisku terasa diremas – remas oleh dinding rahim Reni, dia malah semakin mempercepat genjotannya,
“Aaaaaaahhhhh.......ohhhhh my..aaaaaah” Disusul Reni yang mengalami orgasmenya.
Keduanya terlihat lemas tetapi masih posisi sama – sama duduk diatas tubuhku saling berhadapan. Mereka berdua saling tersenyum, lalu aku sedikit terkejut karena beberapa saat kemudian, mereka berciuman dengan saling melumat lidah, kedua tangannya saling meremas pantat dan payudara masing secara bergantian.
Melihat mereka berdua, nafsuku semakin naik. Aku turunkan keduanya dari atas tubuhku, aku raih tubuh Maya dan ku posisikan menungging didepanku, terlihat liang vaginanya yang begitu menggoda. Aku arahkan batang Penisku kesana, ku dorong pinggulku dengan kasar. Blesss, penisku sudah ditelan oleh vagina Maya. Terasa masih sempit, lebih sempit dari vagina Reni.
Aku maju mundurkan pinggulku, dengan kuremas dan sesekali aku tampar bongkahan pantatnya yang bulat..
“Aaaah...sempit sekali memekmu sayang” Ucapku
“aaah...terus sayang, lebih cepat masukinnya...Aaaaaah” Maya mulai mendesah, aku semakin mempercepat gonjotanku.
“Aaah...ahhhh...aaaah....” Hanya suara itu terdengar dari mulut Maya
“Plok,plok,plok..” Terdengar suara paha dan bongkahan pantat Maya ketika beradu.
“Oh...enak sayang” Sodokanku semakin menggila
Reni melihat itu, sepertinya dia sudah mulai ingin gabung bersama kami. Terlihat dari tadi jari tangan kirinya sudah mengelus vaginanya sendiri, dan tangan kanan meremas payudaranya. Kini dia menggeser posisi duduknya tepat di depan Maya yang sedang ku genjot denga posisi menungging. Reni membuka lebar pahanya dan mengangkat kedua lututnya tepat didepan wajah Maya. Seperti mengerti maksdunya, Maya mulai menjilati Vagina Reni, terlihat lidah maya mengusap dan sesekali menggigit kelentit Reni.
“Aaaaah.....Ssssh.....” Reni mulai menggeliat, kini tangannya menjambak rambut Maya
Aku semakin blingsatan melihat itu, aku percepat sodokan di vagina Maya.
“Plaaaakkk....plaaaaak” Kutampar bongkahan pantatnya dengan kasar sehingga meninggalkan warna merah disana
“Aaaah....Enak sayaaang..lebih cepaaaat” Ceracau Maya yang sesekali menghentikan jilatan ke vagina Reni. Disaat Maya melepaskan jilatannya, tangan Reni menarik rambut Maya sehingga mulutnya kembali menyentuh vaginannya.
“Jangan lepaskan sayaaaaanggg....ahhhh...jilat terus sayaaang” Reni kini sudah terlihat menggeliat tak beraturan sambil menjambak rambut Maya
Setelah beberapa saat, penisku berdenyut dibarengi kedutan – kedutan halus didinding rahim didalam vagina maya
“aaaaahhh....aku keluar maaaas” jerit Maya yang tertahan
Aku juga sudah tidak tahan lagi, ke hentakkan pinggulku beberapa kali dan,
“Crot.crot.crot..” .beberapa semprotan spermaku menyembur didalam liang vaginanya.
Didepan sana terlihat Reni menggigit bibir bawahnya dengan kepalanya mendongak keatas dsambil mata terpejam...
“Ohhhh........” desah Reni bersamaan pinggulnya tersentak beberapa kali
Kita bertiga mengalami Orgasme yang hampir bersamaan.
***
“Kalian nakal ya, beraninya main keroyokan” Candaku yang kini memeluk keduanya dengan keadaan telanjang, aku posisi ditengah diantara mereka.
“Rencana Awalnya sih gantian tadi, abis gak kuat juga melihat kalian sudah hot” Ucap Maya dengan tersenyum
“Gimana May mas Rudi menurutmu? Hebat nggak?” celetuk Reni kepada Maya
“Sipp...bisa jadi ketagihan nih aku entar” Suara Maya menyahut sambil mengacungkan jempol kirinya
Mereka berdua cekikikan dipelukanku, Aku hanya tersenyum puas.
Hampir semalam aku bergantian menyetubuhi mereka sampai aku merasa sudah tidak kuat lagi untuk berjalan, tubuhku merasa letih yang luar biasa. Entah beberapa kali spermaku kusemprotkan malam ini.
Sorot sinar matahari pagi sudah terlihat jelas diluar rumah, mereka berdua bangkit dari pelukanku. Aku sendiri yang masih terlelap akhirnya terbangun karena kecupan dari Reni
“Kami pulang dulu ya sayang?” Ucap Reni
Aku tersenyum setelah aku membuka mata. Aku bangkit dari tidurku, mengambil dompet dan menyerahkan beberapa lembar ratusan ribu untuk mereka berdua. Mereka mengecup pipiku setelah menerimanya
“Nanti malam mau kita temani lagi nggak?” Ucap Reni menggoda
Kulirik Maya hanya tersenyum
“Tau deh, nanti aku kabari aja ya” Kataku
“Oke deh..kita jalan dulu ya sayang” terlihat mereka berdua keluar dari ruang tamu dan menutup pintunya.
Berlanjut ke part akhir Disini