Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tania, Anak Buah Kesayanganku (kisah nyata)

Hampir seminggu kita berdua disibukkan dengan urusan proyek, seperti biasa kuantar Tania sampe gerbang kosnya setelah makan malam, Tania masih terkesan cuek dan memandangku sebagai atasan saja, walau beberapa kali kita makan malam bersama dengan topik-topik santai seputar masa kuliahnya atau pengalaman berkarirku.

Weekend pertama kita habiskan di kos masing- masing karena lelah, namun hari Minggu menjelang sore tiba-tiba aku ingin bertemu Tania, apalagi kemarin Sabtu tidak berkabar atau bertemu dengannya sama sekali saking lelahnya.

“Kamu di kos?”, isi pesanku via WA.

“Enggak Pak, lagi mall ini, bosen..”, jawabnya.

“Loh ga ngomong-ngomong, saya susul kesana mau ngopi-ngopi bentar”, kataku via WA sambil terburu-buru mengambil kunci mobil menuju mall.

Sesampai di mall kutelpon Tania dan menanyakan posisinya, ternyata dia sedang ngopi juga di smooking area suatu cafe di mall itu.

“Udah dari tadi?”, sapaku saat menjumpai Tania.

“Yah sejaman lalu sih Pak, muter-muter bentar, bosen aja di kos”, katanya sambil menghisap rokoknya.

Pandanganku tertuju ke belahan dadanya yang begitu putih dan mulus, hari itu dia mengenakan daleman yang menampakkan belahan dada dipadu dengan cardigan, sepertinya dalemannya adalah tanktop. Kualihkan pandanganku dan memanggil pelayan untuk memesan kopi, anak ini cuek sekali padahal ada beberapa ABG dan bahkan lelaki dewasa yang berseliweran dan kadang menatapnya.

“Kamu suka nonton film?”, tanyaku mencoba membuka perbincangan.

“Suka sih asal jangan horror”, jawab Tania sambil menyeruput kopi.

“Tadinya iseng mau nonton tapi kok males, filmnya jelek-jelek”, kataku sambil menyalakan rokok.

“Iya tadi kepikiran juga, tapi akhirnya kesini aja”, kata Tania sambil membungkuk mengambil koreknya yang terjatuh, dadaku berdegup kencang, payudara gadis ini ternyata lumayan juga ukurannya dibandingkan istriku.

Sore itu kami habiskan dengan berbincang mengenai hobi masing-masing dan kusinggung juga dimana pacarnya saat ini, Tania menjawab baru saja putus dan sedang dekat dengan teman SMAnya dulu.

“Kenapa putus?”, tanyaku penasaran.

“Saya suka brondong Pak hahaha, pacar saya itu adik angkatan, pas putus jadi posesif dan takut saya tinggal, kayak anak kecil, jadinya saya putusin aja daripada ribet”, jawabnya sambil tertawa kecil.

Sepertinya agak sulit peluangku, Tania ternyata lebih suka yang lebih muda darinya, aku jadi membayangkan payudaranya yang mungkin sudah dinikmati mantan pacarnya selama berpacaran.

Mulustrasi:


“Besok meeting ama vendor ya, jangan lupa reportnya”, kataku kehabisan bahan perbincangan dan menyeruput kopiku yang mulai habis.

“Siap Pak, beres kok itu…mau pulang?”, tanyanya sambil menunduk kembali memasukkan rokok dan hpnya ke tas kecilnya, sungguh ingin kurengkuh kedua payudara indahnya, aku jadi teringat cerita istriku yang pernah jadi bahan kenikmatan seksual Om-Om seusiaku saat ini, dan kebetulan Tania seumur dengan istriku saat disetubuhi berulangkali oleh Om-Om sialan yang satu kos dengannya dulu.

Kita akhiri hari Minggu itu dengan makan malam sebentar sebelum kuantar Tania pulang, dalam perjalanan menuju kos, aku terus terbayang-bayang belahan payudaranya tadi, sesampainya di kamar, kukirim pesan basa-basi, “Makasih ya Tania udah nemenin saya ngopi tadi”, lama kutunggu dan baru kuterima balasannya keesokan harinya.

Seminggu kita disibukkan dengan proyek yang mulai berjalan, aku sendiri punya tanggung jawab untuk mengawasi dan mengajarkan Tania banyak hal supaya bisa mandiri. Rasa lelah dan tentunya sedikit stress melanda pikiranku, ada vendor yang tidak bisa memenuhi komitmennya dan harus bergeser 2-3 hari, tapi untungnya setiap hari menghabiskan waktu dengan makan malam bersama Tania sebelum pulang, membuatku melupakan sejenak kepenatan yang ada.

Weekend is coming! Saat Jumat menjelang sore kuhampiri Tania yang sibuk dengan laptopnya, “Tania, kita healing bentar asik kali ya, penasaran mau ke pantai, katanya sih bagus”, kataku iseng sambil memancingnya.

“Hmm boleh juga sih Pak, tapi perjalanannya lumayan loh katanya, sekitar 3 jaman”, jawabnya sambil menutup laptopnya, “Capek juga kalo pulang pergi, bukannya healing nanti malang pusing, kan saya belum lancar nyetir Pak…”, lanjutnya lagi yang mulai bisa bercanda denganku.

“Iya sih, bentar….yahh penuhh”, kataku sambil mengecek resort yang tak jauh dari pantai.

“Apanya yg penuh Pak?”, tanyanya penasaran.

“Kamarnya, ini mau pesen dua kamar penuh semua…wait, oh ini ada bungalow dua kamar, tapi mayan sih harganya”, kataku sambil mengecek ketersediaan kamar di aplikasi.

“Ya ga usahlah Pak, healing di kos aja…tidurrr hehe”, katanya sambil mengemas laptopnya bersiap pulang.

“Gpp sih, masih okay…ya kalo mau kita pulang makan bentar trus istirahat, besok jalan jam 9 deh paling lambat”, kataku sambil klik book di aplikasi.

“Terserah aja saya sih, kan cuma nebeng aja Pak…”

“Okay udah saya bayar nih, kita liat aja sebagus apa…”, kataku sambil mengambil tasku dan mengajaknya pulang.

Setelah makan malam yang terbilang agak awal, kuantar Tania ke kosnya sambil mengingatkan besok kujemput sekitar jam 9. Dalam perjalanan pulang menuju guest house, aku merasa lega dapat mengajak Tania keluar bersama di weekend itu, aku hanya berharap ada celah untuk mendekatinya lebih intim lagi, walau kutahu dari ceritanya minggu lalu dia lebih suka tipe lelaki yang lebih muda darinya atau brondong istilahnya.

“Pagi Pak! Ga capek kan?”, sapa Tania saat kujemput keesokan hari.

“Ehhh iya pagi, enggak ga capek kok”, kataku sempat hilang fokus, lucu dan imut sekali gadis ini, mengenakan celana pendek jeans yang sangat pendek, menampakkan pahanya yang sekel dan putih, serta kaos oblong vintage dengan tas jinjing dan backpack yang pastinya berisi pakaian ganti dan alat-alat mandi atau riasnya.

Mulustrasi:


Dalam perjalanan kami berbincang seputar musik, film, pengalaman lucu saat sekolah dll yang tidak berhubungan dengan pekerjaan, sesekali kulirik pahanya yang membuatku berfantasi ingin mengusap dan menepuknya. Tania begitu ceria, aku tahu dia suka travelling dan ajakanku ke pantai ternyata cukup tepat, aku seperti melihat Tania yang berbeda, Tania yang jauh lebih santai dan ceria dibanding saat dalam keseharian pekerjaan dimana sangat serius, terkadang sungkan dan agak cuek.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd