Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tania, Anak Buah Kesayanganku (kisah nyata)

Update, masih lanjutan di apartemen biar kelar (ane mau liburan dulu, diusahakan tetap update tipis-tipis sambil mengingat memori beberapa tahun lalu):


Rasa penasaran terus menyelimutiku, kutermangu di balkon apartemen sambil menghisap rokok dalam-dalam, aku tak menyangka Tania baru saja memberikan lubang analnya dan bahkan menelan spermaku, aku penasaran seberapa binal Tania atau seberapa jauh dia sudah berhubungan dengan mantan-mantan brondongnya dulu.

“Oh disini, kirain kemana Pak…”, katanya santai mengagetkanku, dia menyalakan rokoknya dan menatap pemandangan kota bersamaku, hari menjelang senja, dia seperti tak peduli apa yang terjadi barusan dan membiarkan bertanya-tanya dalam hati.

“Kamu gpp?”, kataku singkat bingung mau memulai apa.

“Ehmm enggak, emang kenapa?”, katanya cuek sambil menghisap rokoknya.

“Ga enak aja, saya tadi keluar tapi kayaknya kamu belum…”, kata sambil memandang dadanya yang walau tertutupi kaos pink, namun tetap membusung dan menggoda.

“Gpp, hmm malu ngomongnya, saya biasa pake vibrator tp batreinya pas habis…”, jawabnya santai.

Aku semakin kaget, ternyata binal juga anak ini, “Hmm kenapa gamau dimasukin aja tadi?”, kataku dengan maksud kenapa tidak mau liang vaginanya dimasuki penisku.

“Masih takut…sama mantan-mantan dulu juga ga pernah sampe masuk, paling gesek-gesek aja, itupun cepet keluar…”, jawabnya enteng sambil mematikan rokoknya.

“Saya belum pernah ML sampe masuk Pak, mantan-mantan dulu biasanya minta…tapi baru aja dihisap itunya atau petting udah cepet keluar”, lanjutnya lagi sambil tersenyum.

“Suka aja ngeliat cowok keluar duluan, kayak jadi cewek perkasa hahaha”, dia melanjutkan perkataannya sambil tertawa.

“Wah kamu jahat juga ya hahaha”, kataku sambil ikut tertawa dan membayangkan mantan-mantannya yang tak tahan menahan ejakulasi.

“Seriusan belum? Ehm maksudnya…ehm”, kataku terus menyelidik, belum sempat kulanjutkan dia sudah memotong.

“Iyahh belum, paling tidur bareng, petting dan blowjob aja kok”, katanya santai seolah-olah itu hal yang biasa.

“Uhm ya udah mau makan apa?”, kataku mengganti topik pembicaraan.

“Bebas Pak, saya nurut aja ama yang bayarin hehehe”, katanya sambil melenggang masuk ke dalam.

Aku menyusulnya masuk dari balkon, sungguh aku tak menyangka jika Tania masih perawan, dan mungkin saja, lubang analnya juga pertama kali ternodai, tapi apapun faktanya, hanya dia yang tahu…aku cukup menikmati.

Kita turun makan ke mall sebentar, Tania hanya mengenakan kaos pink dan celana pendek, beberapa lelaki muda tampak mencuri pandang kepadanya, terutama ke bagian dada dan pantatnya yang bulat. Secara detail Tania memang tidak menceritakan kembali kenakalannya saat pacaran dan kos waktu kuliah, dia bercerita kalau memang lebih tomboy dan suka menguasai lelaki yang lebih muda, melihat wajah mereka yang ‘kalah’ membuat dirinya seperti superior dibandingkan mereka.

Mulustrasi:


Selesai makan kita membeli cemilan sebelum kembali ke kamar, mengingat besok harus bekerja, tentunya kita tidak bisa menghabiskan malam terlalu larut, namun bersamanya walau hanya sejenak membuatku merasa nyaman dan mungkin superior, seperti perasaan dia yang timbul saat menguasai mantan-mantannya dulu, walau aku tak tahu, sebenarnya aku yang menguasai atau aku yang dikuasai.

Sebelum tidur, aku ajak Tania mandi bersama, kupegang lengannya dan kuajak masuk ke kamar mandi. “Mau liat kamu telanjang…”, pintaku sambil mencium pipinya dan menjilat telinganya.

Satu per satu dia membuka kaos, celana pendek dan dalemannya, tubuh mungil montok yang mulus terpampang jelas di hadapanku, dia membukakan kaosku dan juga celana pendek serta dalemanku, “Ihhh udah berdiri lagi aja”, katanya melihat penisku yang tegak berdiri.

Kami mandi bersama di bawah hangatnya air dari shower, kita berpelukan, saling bercumbu dan tentunya tanganku aktif menggerayangi seluruh bagian tubuhnya. “Sshhh ahhh Pakkkk”, desahnya saat kubelai kemaluannya sambil kusabuni, aku bertekad membuatnya orgasme.

“Angkat kakinya satu…”, tiba-tiba aku teringat cerita istriku yang disetubuhi oleh si Om di kamar mandi kos dulu, dia tak berdaya dan hanya menurut saja, sama seperti yang terjadi pada Tania saat ini.

“Arghhhh Pak…enakkk, geliii…”, katanya sambil mengerang dan mendesah keenakan.

Kujilati belahan kemaluannya sambil jariku membuka lebar mencari klitorisnya, kukecup dan kuhisap perlahan, terasa gurih bercampur cairan dari kemaluannya. Ingin kumasukkan jariku ke dalam liang vaginanya dan mengoreknya dengan kasar, namun aku takmau jariku mendahului penisku. “Slurrppp, hmmm enakk bangett gurihhh..ehmm”, kataku sambil menikmati kemaluan indahnya.

Tania menjambak rambutku dan menggelinjang, “Argghh pakkkk…”, dia mengerang dan mengatupkan pahanya menjepit kepalaku yang masih asyik mengulum bibir vaginanya, akhirnya aku berhasil membuatnya orgasme.

Tanpa kusuruh, dia berlutut saat aku berdiri, dengan rakus dia melahap penisku dan memijat buah pelirku, “Arghhhh…shhh ngiluuu”, aku mengerang dan kaget saat dia menghisap salah satu buah pelirku, rasanya ngilu tapi ada sensasi yang luar biasa, jujur ini pertama kali aku merasakannya, bahkan istriku pun hanya sebatas mengulum penisku saja.

Mulut dan lidah begitu liar menikmati penis dan buah pelirku, apalagi dibarengi dengan genggaman tangan mungilnya yang mengocok penisku sesekali. “Uhmm slurppp…kuat yaahh”, katanya mendongak menatapku sambil menggenggam penisku, aku memang berusaha untuk menahan ejakulasi dengan mengalihkan pikiran ke masalah-masalah di kantor sesaat.

“Iyaaa…belum mau keluar kok hehehe”, kataku meledeknya, aku tak mau membuatnya menang dan membiarkannya menguasai diriku.

Tania berusaha keras membuatku ejakulasi dengan cepat, genggamannya semakin kuat dan lidahnya terus menari-nari di kepala penisku, dia menghisap kuat-kuat penisku dan kuminta untuk berhenti.

“Sudah dulu…capek kan…”, kataku meledeknya.

“Hmmm iya pegell, kok keluar-keluar sih…”, katanya dengan muka cemberut.

“Iya belum mau keluar…yuk handukan, masuk angin nanti kita hahaha”, kataku mengalihkan pembicaraan dan mengambil handuk untuknya.

Dengan segala cara aku berusaha menahan diri untuk menahan ejakulasi, ingin kumasukan penisku ke dalam liang vagina yang pasti masih sempit itu, tapi aku tak mau melakukannya dengan paksaan, biarkan dia yang pasrah menyerahkannya.

Malam itu aku berharap banyak dapat menyetubuhinya, “Tania, ga gerah?”, kataku berasalan saat hendak tidur memeluknya dari belakang.

“Hmm iya agak, ac-nya kurang dingin ya Pak…”, jawabnya sambil memeluk bantal.

Kucium tengkuknya sambil kuraba payudaranya, baju tidur satu stelnya berbahan halus, puting susunya tampak mengeras dan kuusap dari luar sambil sesekali kucubit. Tania tampak mendesah pelan dan memegang tanganku yang hanya mengusap-usap payudara kanannya, dia memintaku meremasnya, kubisikkan, “Buka bajunya aja ya…gerah”, pintaku sambil menjilat lehernya.

Tanpa berkata apapun, Tania membuka baju tidur bagian atas dan meloloskan celana dan dalemannya, dia menutup tubuhnya dengan selimut sehingga aku tak bisa melihat dengan jelas tubuh bugilnya. Kubuka kaos, celana pendek serta dalemanku juga, sehingga kita berdua sudah sepenuhnya telanjang bulat dan aku ikut masuk ke dalam selimut serta memeluknya.

Tubuh kami saling bergesekan, penisku mengeras dan menekan pantatnya, mungkin saja malam ini aku bisa menyetubuhinya. Kulakukan segala cara untuk merangsangnya, mulai dari remasan lembut di payudaranya hingga menciumi punggung mulusnya, “Sshh ahhh”, desahnya saat kucubit puting susunya. Kuposisikan penisku tepat berada diantara belahan pantatnya, dengan susah payah kugesekkan penisku pelan-pelan sambil meremas pantatnya, pantat yang bulat sempurna dan padat. Kuhempaskan selimut/bed cover yang menutupi kami berdua, aku ingin melihat tubuh telanjangnya dengan jelas.

“Boobs-nya kenceng banget ini…gede…gemesin”, kataku untuk merangsangnya.

“Iyahhh punya Bapak juga panjang…enakk, iyah disitu…”, kata Tania saat kugesekkan penisku menyentuh klitorisnya.

Kuminta Tania untuk telentang dan membuka pahanya lebar-lebar, kulumat bibirnya sambil tanganku mengusap kemaluannya dan memilin klitorisnya, kucium seluruh wajahnya hingga dia mendesis dan berkata, “Sshhh ahhh, gelii…jarinya jgn dimasukin ya pak, iyah maenin disitu aja…”.

Mulustrasi:


Gambaran memek Tania dengan jembut dikit diatasnya kayak gini waktu itu:


Puas menciumi wajah dan lehernya, kulahap payudaranya satu per satu dengan rakus, sengaja kutinggalkan dulu puting susunya, aku ingin membuat tanda kemerahan di sekitar puting susunya, seperti yang dialami istriku saat disetubuhi si Om di kos dulu.

“Putingnya Pak! Gatelll…isepinn juga yang kenceng…”, kata Tania sambil memegang kepalaku dan menekannya ke arah puting susunya.

Permintaan hisap yang kencang adalah sinyal bahwa dia sudah terbawa nafsu, kumulai dengan menggigitinya pelan, kenyal seperti permen yupi, kubasahi dengan lidahku hingga membuatnya mengerang, kemudian kuhisap dengan kencang seperti bayi yang menetek pada ibunya. “Arggghhh…shhh, iyahh yang kencengg…argghh udahhh, perihhh”, erang Tania saat hisapanku terlalu kencang. Kupandangi kedua putingnya yang bengkak kemerahan, puting susu yang kontras dengan warna kulit payudaranya.

“Mau dijilatin ini?”, kataku sambil mengusap kemaluannya yang mulai basah.

Tania geleng-geleng tanda tak mau, “Gesekin aja itunya kesini…”, katanya malu-malu sambil memegang kemaluannya.

“Tapi…jangan dimasukin…gesek aja ya pak…pleasee”, pintanya membuyarkan harapanku untuk bersenggama dengannya.

Kuambil posisi tepat berada diantara kedua pahanya, kuarahkan penisku ke kemaluannya sudah basah dan menggesekkan penisku pelan-pelan, Tania mendesah kuat saat kepala penisku menyentuh klitorisnya, kupercepat ritme gesekannya dan mencengkram kedua pahanya kuat-kuat, pemandangan wajah Tania yang sayu saat terangsang dan mendesah membuatku semakin bersemangat.

Mulustrasi:


“Enak sayang?…”, kataku spontan memanggilnya sayang.

“Ehhh ahh…uhm iyahh enak pak, punya bapak panjang…angettt”, jawabnya gugup, mungkin kaget aku panggil sayang.

“Pak, saya mau keluarrr…shhh ahhh kenain klitorisnya…iyahh enak”, katanya menggelinjang.

Kupercepat ritme gesekan penisku pada kemaluannya, tiba-tiba Tania mengerang, “Pakkkkk…ahhhhh, Tania keluarrrr”, dia menjepit tubuhku dan bergetar mencapai orgasmenya.

“Hmmm udah keluarnya?”, kataku saat terlihat jepitan pahanya di tubuhku mulai melemah.

“Iyahh, kok ga keluar-keluar sih pak…sini..”, katanya cemberut dan meminta penisku untuk dikulumnya.

Sambil memegang penisku, kumengambil posisi mengangkangi wajah Tania, satu tanganku memegang kedua lengannya ke atas kepalanya, menahannya dengan kuat, “mulutnya buka!”, perintahku.

Dia membuka mulutnya lebar-lebar dan kumasukin penisku ke dalam mulutnya, kudorong keluar masuk sambil membayangkan sedang menyetubuhi kemaluannya, setiap penisku masuk dalam mulutnya, Tania akan menghisapnya kuat dan menimbulkan sensasi nikmat pada batang penisku yang kutarik keluar masuk. Kulesakkan penisku dalam-dalam hingga pangkal tenggorokannya hingga dia tersedak, bayangan istriku yang mendapat perlakuan sama dari si Om di kos membuatku semakin terangsang dan hampir ejakulasi.

Mulustrasi posisi saat itu yang ane ingat:


“Argghh Tania…mau keluar, di dalam boleh?”, kataku sambil menatap wajahnya, dia tak bisa menjawab karena mulutnya penuh dengan penis, dia hanya mengangguk dan tangannya meronta minta dilepaskan.

Kulepaskan lengannya yang kutahan, dia menggenggam batang penisku dan memijat buah pelirnya, seperti tau aku akan ejakulasi, Tania menelan penisku dalam-dalam, menghisapnya dengan kuat dan…”Argghhh kamu pinter banget blowjob sayang…Taniaaa…”, dia sukses membuatku mengerang kenikmatan mencapai puncaknya, kumuncratkan spermaku kuat-kuat dalam mulutnya, dia agak kaget dan tersedak namun akhirnya bisa mengatasinya, sensasi ejakulasi sambil disedot kuat-kuat membuatku terbang dalam puncak kenikmatan yang belum pernah kurasakan, bahkan dengan istriku sendiri.

Tania takmau melepaskan penisku hingga semprotan terakhir, dia justru malah memainkan lubang kencingku dengan lidahnya, “Arggghh sudah sayang…sumpah enak bangett”, kataku membelai kening dan rambutnya.

Kutarik pelan-pelan penisku dari mulut Tania, dan kudapati hanya tinggal sedikit sisa spermaku dalam mulutnya, tanda dia sudah menelannya sebagian besar. “Enak spermanya?”, kataku sambil membelai rambutnya dan masih mengangkangi wajahnya dengan penis yang mulai melayu.

“Iyahhh enakkk”, katanya polos, kuberanjak dari posisi itu dan mencium keningnya.

“Ga usah pake kata ‘saya’ lagi ya kalo kita lagi berdua, boleh pake kata aku atau nama kamu aja…Bapak sayang kamu…”, kataku sambil membelai pipinya, diakhir dengan kecupan lembut di keningnya untuk membuatnya nyaman. Malam ini mungkin aku tidak dapat menyetubuhi kemaluannya, tapi masih akan ada malam-malam berikutnya yang akan aku usahakan bersama Tania.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd