Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tania, Anak Buah Kesayanganku (kisah nyata)

Walau liburan tetap update biar ga penasaran:

Setelah kejadian di apartemen, aku dan Tania semakin dekat seperti sepasang kekasih, namun kami tetap menjaga jarak saat di proyek sebagai atasan dan bawahan. Tak pernah terpikirkan olehku bisa merasakan kasmaran lagi, seperti saat masih berpacaran dengan istriku dulu waktu kuliah, disaat usia sudah kepala 4. Yang lebih tak terbayangkan lagi adalah menjalani cerita seperti pengalaman masa lalu istriku saat kita sudah bekerja dan masih pacaran dan harus terpisah kota, dia bercinta dengan pria tua yang usianya sama denganku saat ini, si Om yang tak pernah kuketahui namanya, namun sukses menikmati tubuh istriku dulu yang mungkin usianya sama dengan Tania saat ini.

Selama hampir 2 bulan bersama Tania, belum juga aku dapat merasakan liang vaginanya, bukan karena aku kurang gigih namun waktu yang cukup sibuk dan melelahkan. Aku juga tidak bisa menyewa apartemen mahal setiap minggu dengan gajiku yang harus membiayai keluarga juga, memang setiap weekend jika tidak pulang ke rumah, akan kuhabiskan bersama Tania, tapi hanya saat pagi hingga menjelang malam, salah satu yang berkesan adalah saat kami sengaja menonton film bioskop paling malam.

“Kita nonton yuk, mau ga?”, ajakku ke Tania.

“Boleh, nonton film yang baru rilis itu ya?”, kata Tania menyetujui ajakanku.

“Iya, tapi aku yang pilih jamnya ya”, kataku yang memang mulai terbiasa memakai aku-kamu setelah kejadian di apartemen.

“Iya terserah, Tania ikut aja…”, katanya manja sambil menggenggam tanganku.

Kuparkir mobil disudut paling jauh dan gelap, aku tak terlalu menikmati film yang ditonton, aku justru teringat cerita masa lalu istriku yang digerayangi tubuhnya selama diajak nonton oleh si Om di salah satu bioskop mall di Jakarta yang terkenal sepi, aku justru membayangkan bagaimana istriku yang masih berstatus pacar waktu itu dimainkan kemaluannya hingga dikorek-korek oleh jari si Om, dan bahkan hingga diminta blowjob saat film sedang diputar. Penisku tiba-tiba mengeras dan kulihat ke Tania yang sedang serius menonton di sebelah kiriku, kugenggam tangannya sambil mengusapnya lembut, ingin kulakukan kegilaan yang sama dengan cerita istriku dulu, namun aku tak punya cukup nyali. Aku hanya berani menyelipkan tangan kananku untuk mengusap payudaranya dari luar, Tania melihat kearahku dan hanya tersenyum, payudaranya terasa hangat dan empuk, namun posisiku sulit untuk bertindak lebih jauh, aku takut terlihat penonton lainnya.

Mulustrasi:


Akhirnya film berakhir, ketika Tania bersiap keluar, aku memintanya santai saja, biarkan yang lain keluar dulu. Kita berdua keluar belakangan, kusempatkan ke toilet dulu, niatku memang menunggu parkiran sepi. Kugandeng tangan Tania menuju parkiran mobil, aku sudah beberapa kali mengamati area mana saja yang gelap dan sepi. Sebelum naik mobil kulihat kanan kiri dengan gelisah, khawatir ada yang melihat, Tania tampaknya tak menyadari hal itu. Begitu sudah naik mobil, kunyalakan mobil dan ac, tapi tidak dengan lampunya. Saat Tania sibuk memasukkan hp ke tas jinjing kecilnya, kupegang lehernya dan kutarik mendekati wajahku untuk melumat bibirnya, dia agak kaget namun tetap membalas lumatan bibirku. Kupegang dan usap pipinya sambil terus melumat bibirnya dengan penuh nafsu, kami saling bergantian berpagutan, tanganku meremasi payudara kirinya dari luar, begitu kenyal dan menggemaskan, ku telusupkan tanganku dalam bajunya, dia kegelian saat perutnya kuusap.

Dadaku bergemuruh, antara nafsu dan takut ketauan, kuangkat cup bra-nya dan menyembulkan payudara montok bagian kirinya, takmau kusia-siakan, kuhisap putingnya setelah menciumi payudara yang kurindukan itu. Tanpa kuminta, tangan kanan Tania mengusap penisku dari luar yang masih tertutupi celana pendek santai, tak puas dengan payudara kirinya saja, kuangkat juga cup bra bagian kanannya, supaya adil, kulumat juga puting susunya dan kukecupi aerola-nya. Tania berusaha membuka restleting celana pendekku namun tiba-tiba…kita dikagetkan lampu mobil yang lewat depan kita dan serentak menghentikan aksi, Tania spontan langsung menutup payudaranya kembali. Mobil yang lewat barusan seharusnya tidak melihat aksi kami karena berlalu begitu saja dengan cepat keluar parkiran, namun rasa kaget dan takut membuat kami harus berhenti. Kuantar Tania seperti hingga gerbang kos-nya, kami saling berpandangan dan diakhiri kecupan manis di bibir, “Istirahat ya pak…nanti keluarin sendiri hehe”, kata Tania meledekku dan keluar dari mobil.

Seperti biasa, sampai kamar aku hanya menahan nafsu birahiku dan akhirnya kukeluarkan secara mandiri, aku bertekad untuk menyetubuhi Tania dalam waktu dekat.

Saat gajian tentu adalah saat yang ditunggu semua pekerja, tak peduli apapun posisinya. Aku sudah bilang ke istriku tidak pulang bulan ini karena ada urusan yang sangat penting di proyek. Genap sudah 2 bulan aku bersama Tania di proyek ini, karena aku merencanakan tidak pulang ke rumah di bulan ketiga ini, maka jatah tiket pesawatku masih tetap kudapatkan dalam bentuk uang.

“Tania, kita ke daerah pegunungan yukk weekend ini”, ajakku ke Tania yang sedang bersiap pulang di hari Kamis.

“Hmm boleh juga pak, tapi dari sini sekitar dua jaman nyetir, ga sejauh ke pantai waktu itu sih..tp hotelnya mahal-mahal katanya”, katanya sambil menyalakan rokok.

“Gpp, nanti aku pesen hotelnya, kan cuma semalam”, kataku yang ikut menyalakan rokok.

Tania menyetujui ajakanku dan sepertinya senang bisa refreshing di luar kota kembali, kuantar dia ke kos seperti biasa dan tak sabar menunggu weekend datang.

“Jangan lupa besok jam 8 ya, tadi udah telp hotel bisa early check in kalo ada kamar yang ready…”, kataku mengingatkan Tania yang baru saja kuantar ke kos di hari Jumat malam.

“Siapp bosss! Laksanakan hehehe”, katanya bercanda sambil pura-pura memberi hormat, aku hanya tertawa dan mengucapkan selamat malam.

Keesokan hari dengan penuh semangat kujemput Tania tepat waktu, dia sudah menunggu di depan gerbang, cukup mencolok dengan warna baju kuning agak transparan dan menampakkan cup bra-nya. “Kamu serius pake baju itu? Ga bawa jaket?”, kataku yang merasa bajunya terlalu tipis.

“Ini walau tipis bahannya tapi anget kok, bawa sweater juga nih di tas…”, katanya sambil menunjukkan tasnya.

Mulustrasi:


“Baiklah, yuk kita jalan, beli kopi dan roti buat ganjel bentar di depan situ”, kataku yang tak sabar menuju hotel.

Udaranya tidak sedingin yang kubayangkan, dingin tapi mungkin karena sedang musim panas, jadi agak kurang di siang hari. Tiba pukul 10.30 aku langsung menuju hotel menanyakan apakah bisa early check in, dan beruntungnya bisa nanti di jam 12 siang, kuajak Tania untuk early lunch di resto hotel supaya tidak perlu keluar lagi.

“Keren juga kamarnya, pemandangannya asri banget yaa”, katanya bersemangat saat masuk kamar hotel dan membuka jendela.

“Iya, cari udara segar dulu lah…”, kataku meletakan tas sambil melihat Tania yang seperti gadis kecil yang begitu riang melihat pemandangan nan asri.

“Aku mau keliling-keliling bentar…yuk pak, liat-liat”, ajaknya penuh semangat.

Aku malas sebenarnya, aku tak terlalu suka pegunungan dan niatku early check in adalah supaya lebih lama berada dalam kamar bersamanya, tapi aku takmau mengecewakannya juga. “Uhmm ya udah yuk, tp jgn lama-lama…mau bobok siang hahaha”, kataku sambil tertawa menggodanya.

“Hmm iyahh nanti boboknya kan sama aku pak hehehe, yuk bentar aja”, ajaknya lagi sambil memakai sweater abu-abunya. Payudara Tania memang benar-benar montok, walau sudah ditutupi sweater, tetap saja tak dapat menutupi bongkahan indah kedua payudaranya.

Mulustrasi:


Kita berkeliling sebentar dan kubiarkan Tania mengambil foto dengan hp-nya, kuabadikan beberapa momen berdua juga dan tak lupa kusimpan di private folder supaya aman. Awalnya kupikir tidak terlalu dingin, tapi lama-lama diluar terasa dingin juga, kulihat Tania menggenggam tangannya sendiri tanda kedinginan, “Yuk sayang, kita ke kamar aja biar anget…”, gandengku sambil menggenggam tangannya.

Dalam kamar tidak sedingin diluar, Tania membuka sweaternya dan pandanganku mengarah ke cup bra-nya yang tercetak jelas, beberapa waitress laki-laki bahkan tadi kulihat ada yang curi pandang kepadanya. “Tania bersih-bersih dulu ya…”, katanya sambil menenteng setelan piyama-nya.

“Eitsss sini dulu..”, kutarik tangannya dan kupeluk sambil berdiri serta melumat bibirnya.

“Buka ini…kangenn”, kataku sambil meremas payudaranya.

Tania membuka baju lengan panjang kuningnya dan menampakkan bra hitam yang kontras dengan kulitnya, dia membuka pengaitnya dan kembali kulihat indahnya payudara Tania yang terakhir kulihat saat di apartemen tengah kota. Aku duduk di tepi ranjang dan kuminta Tania duduk di paha kiriku menghadapku, wajahku tepat di depan payudaranya.

“Kangen boobsnya ya pak?”, katanya sambil membelai kepalaku.

“Iyah ngangenin ini dua-duanya…”, jawabku yang langsung menciumi keduanya dengan lembut.

Kuremas bergantian saat salah satu payudaranya sedang kunikmati, kucubit kecil kedua puting susunya dan mengemutnya perlahan, tak seperti saat di awal-awal, kali ini dia memintaku untuk menghisapnya kencang.

“Isep yang kenceng pak…ssshh ahhh tp jgn digigit..arggh”, desahnya puting susu gadis 22 tahun itu kunikmati.

“Buka ini…”, pintaku memintanya membuka celana panjangnya.

“Uhmm sebentar pak, mau ke kamar mandi dulu…”, pintanya dengan wajah memelas.

Kubiarkan Tania ke kamar mandi untuk membersihkan alat vitalnya dan membasuh diri setelah perjalanan darat dan terekspos udara luar, aku menunggunya dengan sabar dan bergantian untuk mencuci penisku juga. Keluar dari kamar mandi kudapati Tania meringkuk di dalam selimut, dan sepertinya dia tak mengenakan apapun.

“Dingin kok ga pake apa-apa?”, tanyaku sambil menghampirinya.

“Percuma ah, nanti dilepasin juga…”, katanya dengan mimik muka yang menggemaskan.

Kutarik selimut yang menutupinya, tubuh telanjangnya terpampang indah di hadapanku. Kubuka kaos dan celana pendekku, sengaja aku tidak pake daleman, penisku mencuat tegak, apalagi dalam kamar mandi kutelan pil obat kuat yang kubeli secara online.

“Pelukk pakk…”, pintanya manja menyorongkan kedua tangannya, mungkin dia kedinginan. Aku rebahan di sampingnya dan memeluknya, tubuh telanjang kami saling berhadapan dan seperti sepasang kekasih yang sedang kasmaran, kita awali dengan cumbuan mesra dengan nafsu membara, tanganku terus bergerak meremas pantatnya, mengusap punggungnya hingga mencengkram kuat payudaranya hingga kemerahan. “Memek Tania basah pak…”, desahnya di cuping telingaku, tak biasanya dia begitu frontal menyebut kemaluannya.

“Sini aku jilatin…”, responku cepat tak sabar menikmati gurihnya kemaluan Tania.

Tanpa diminta, Tania membuka kedua kakinya lebar-lebar, kemaluannya yang begitu rapat sedikit terkuak, bibir vagina dan klitorisnya masih sangat imut, tanda masih jarang dijamah dan dimainkan. Yang membuatku semakin bergairah adalah, bagian tengah area kemaluannya, yaitu liang vaginanya yang sedikit menyeruak tampak kemerahan dengan kilatan cairan hasil rangsangan yang gurih.

Tak menunggu lama, kulahap kemaluannya, mulai dari menjilati dari bawah hingga ke atas mengenai klitorisnya. “Arghhh pakkkk”, erangnya kenikmatan.

Kumainkan lidahku tepat di liang vaginanya, mencoba mengorek lebih dalam namun terasa sempit, aku mulai membayangkan betapa nikmatnya penisku dalam liang vaginanya. Tak hanya kemaluannya, paha bagian dalamnya tak luput dari sapuan lidahku dan bahkan saking gemasnya, kugigit hingga meninggalkan bekas kemerahan.

“Auwww pelan-pelann”, jerit Tania saat kugigit paha bagian dalamnya.

Kemaluannya yang basah bercampur air liur dan cairan dari liang vaginanya, membuatku semakin bersemangat menjilatinya dan sedikit menggigiti bibir vagina dan klitorisnya. Dengan jariku, kukuak bagian depan liang vaginanya, kulihat secara seksama apakah memang dia masih perawan atau tidak, walau aku sebenarnya tak tahu bedanya seperti apa bentuknya.

“Hmmm jangan diliatin gitu…maluuu”, katanya manja sambil mengatupkan pahanya.

“Mau masukin boleh?”, kataku agak khawatir dengan penolakan.

“Mau isepp itunya dulu…sini…”, dia tak menjawab ya atau tidak dan malah meminta penisku untuk dihisapnya, gadis ini benar-benar membuatku bingung.

Kuambil posisi berlutut di atas ranjang, dia bangun dari rebahannya dan memegang penisku sambil meremasnya dengan gemas, “Ufhhmm kok tambah gede kayaknya ini…”, katanya sambil melihat penisku yang benar-benar keras efek dari pil obat kuat yang biasa kukonsumsi untuk menghajar istriku.

“Masak ga pernah liat yang lebih gede…”, kataku menggodanya, sekali dia tak menjawab dan malah mengemut kepala penisku kuat-kuat sambil memijat buah pelirku hingga ngilu, sepertinya dia suka aku merasakan kenikmatan dan mengernyitkan dahi merasakan ngilu sekaligus.

“Slurrpp ufhmmm, Tania gemess..slurpp”, katanya cepat saat berhenti menghisap sebentar.

The best blowjob ever mungkin perlu kunobatkan ke gadis ini, tak hanya pintar mengulum dan memijat penisku, namun hingga kedua biji pelirku tak luput dari permainan mulut dan lidahnya.

Aku tak berhenti mendesah dan mengerang, dan sepertinya itu membuatnya semakin bersemangat, tapi aku tahu taktiknya, kucabut paksa penisku dari mulutnya, kudorong tubuhnya telentang dan kutindih. “Masukin ya sayang? Pleaseee”, pintaku memelas sambil membelai rambutnya.

Tania menggangguk pelan, “Gentle pleasee..pelan-pelan yahh”, katanya yang membuatku merasa bahagia, akhirnya waktu yang ditunggu tiba juga.

Kutatap wajah manisnya, kuarahkan penisku ke liang vaginanya, sulit sekali saking rapatnya, kukuak sedikit dengan jariku dan menempelkan kepala penisku di depan liang vaginanya. Kudorong kepala penisku masuk ke dalam liang vaginanya, begitu rapat dan agak kesulitan, Tania menutup matanya, mengernyitkan dahinya dan mengatupkan mulutnya, dia tampak kesakitan, “sakit sayang?”, tanyaku takmau dia tak bisa merasakan nikmatnya.

Mulustrasi:


“Gpp, perihh…pelan-pelan dorongnya…”, katanya sambil mencengkram bahuku.

Kembali kudorong lebih dalam, senti demi senti, ini adalah vagina tersempit yang pernah aku rasakan. “Shhh ahhh sempit bangettt sayang…argghh”, erangku yang merasakan himpitan dinding vagina Tania di batang penisku, kudorong sekali lagi dengan sedikit sentakan dan akhirnya amblas seluruhnya.

“Ssshh ahh auww auww diemin dulu, jangan digoyang dulu…uffftthmm perih, mentokk”, pekik Tania yang merasakan perih dalam liang vaginanya.

“Iyahhh aku nunggu kamu siap aja…”, kataku mencoba membuatnya nyaman.

“Goyangin pelan-pelan pak…jgn cepet-cepet…”, lanjut Tania yang masih mengernyitkan dahi.

Kutarik penisku pelan-pelan, lalu kumasukkan kembali perlahan hingga liang vaginanya terbiasa. “Enak sayang?”, kataku sambil menatap wajahnya.

“Iyahhh pelan-pelan dulu…shhh penuh banget..”, jawabnya sambil mengatakan kemaluannya yang terasa penuh oleh penisku.

Aku merasa beruntung dapat merasakan liang vagina sempit Tania, “Uhmm udah basah banget memeknya sayang…”, kataku yang mulai mengatur ritme sedikit cepat menarik dan melesakkan penisku dalam liang vaginannya.

“Iyahhh basahhh…shhh ahhh enakkk, tititnya kerasss…”, katanya sambil mendesah dan mulai sepenuhnya menikmati persetubuhan itu.

Kuambil posisi merenggangkan kedua pahanya sambil melihat liang vaginanya yang dipenuhi penisku, ada yang janggal, “Kenapa tidak ada darah tanda dia masih perawan, atau selama ini hanya aku saja yang berpikir kalau dia masih perawan?”, pikirku dalam hati. Aku tak mau terlalu memikirkan hal itu, aku lebih memilih menikmati liang vagina Tania yang sudah kudambakan sejak dua bulan lalu dengan setiap genjotan yang membuat batang penisku bergesekan dengan dinding liang vaginanya.

Mulustrasi:


“Hmm mentokkk…Tania mau keluarrr, ssshhh ahhhh”, tubuhnya menggelinjang begitu hebat sambil mengerang kenikmatan, penisku terasa dipijat-pijat merasakan kedutan dari dalam liang vaginanya.

Kutahan ejakulasiku dan kucabut penisku perlahan, kemaluannya tampak merekah merah dengan kilatan cairan orgasme yang baru saja keluar.

“Ga dikeluarin?”, katanya yang melihatku belum juga ejakulasi.

“Buat ronde dua, biar kamu puas hehehe”, kataku yang langsung melumat bibirnya.

“Ihhh curang kan masih ada nanti malam…”, katanya manja sambil pura-pura cemberut.

“Loh nanti malam beda lagi…hehehe”, kataku sambil beranjak dari ranjang mengambil minum diikuti Tania.

“Siniii…”, katanya yang selesai minum langsung duduk di tepi ranjang, aku menghampirinya dan menarik penisku untuk dilumatnya, aku bahkan belum membersihkan penisku yang baru saja masuk liang vaginanya.

“Sshhh ahhh kamu ini…argggh”, erangku sambil mengusap rambutnya, penisku dihisap begitu kuat sambil memijat-mijat buah pelirku.

Aku tak mau ejakulasi karena blowjob, kudorong dan menelungkupkan tubuh Tania ke ranjang, bongkahan pantatnya semakin membuatku bernafsu.

Mulustrasi:


Dia berusaha memutar badannya melihatku namun kutahan pantatnya untuk menyetubuhinya dari belakang, “Tahan ya sayang…pelan-pelan ini..”, kataku sambil mengarahkan penisku sambil memastikan liang vaginanya sudah cukup basah.

Kudorong kepala penisku diiringi pekikan Tania, kulesakkan penisku lebih dalam hingga mentok menumbuk dinding rahimnya, “Argghh pakkk”, dia hanya mengerang dan terlihat bisa menikmatinya, kugoyang keluar masuk penisku sambil meremas pantatnya yang montok.

“Bulet banget pantatnya…enak sayang?”, kataku sambil menepuk pantatnya pelan.

“Iyahhh enak pak…titit bapak panjanggg…sukaa”, katanya sambil memuji penisku.

Kuremas payudaranya yang kencang sambil mencubit putingnya, Tania semakin blingsatan dan mendesah tak karuan. “Remes yang kencenggg”, pintanya untuk meremas payudaranya dengan kuat. Dengan gemas kuremas payudaranya kuat-kuat hingga kemerahan, dia memekik entah kesakitan atau merasakan nikmat, “Arghh keluarr lagiiii…shhh bapak nakalll ini…”, tubuhnya bergetar dan menumbuk pantatnya ke tubuhku agar penisku diam sesaat merasakan kedutan liang vaginanya.

Setelah kurasa orgasmenya sudah selesai, kukocok liang vaginanya yang semakin licin karena cairan orgasmenya dengan cepat, sebentar lagi aku akan orgasme…”Tania….”, aku mengerang menyebut namanya.

“Hmm tahan dulu mau….”, kata Tania yang langsung membalikkan tubuhnya, meraih penisku dan memasukkan seluruhnya ke dalam mulutnya sambil dihisap kuat, aku yang berusaha menahan ejakulasi tak kuasa menyemprotkan sperma ke rongga mulutnya. Tania tak sedikitpun membiarkan spermaku terbuang dari mulutnya, “Enakkk yaaa Tania suka?”, kataku dengan nafas tak beraturan. Dia menelan seluruh spermaku, bahkan saat dikeluarkan dari mulutnya dan masih ada yang menetes, dia menjilat lubang kencingku sambil menatapku.

Tubuhku ambruk telentang lemas di ranjang dengan penis yang terasa ngilu sehabis ejakulasi, Tania masih duduk di ranjang menatapku dengan bibir yang berkilatan sisa cairan sperma. Tak lama kemudian beranjak dari ranjang menuju kamar mandi, aku terasa lemas dan mengantuk, dengan tubuh telanjangnya Tania keluar dari kamar mandi dan tidur di sampingku, “Uhmm pelukk”, katanya memintaku memeluknya dari belakang.

Aku terbangun duluan menjelang jam 7 malam, lama juga kita tertidur, Tania masih meringkuk dan kusadar kejanggalan yang tadi kutemui, kenapa tidak ada bercak darah, aku memeriksa seluruh bagian ranjang dan tak mendapati apapun.

“Uhmm ngapainn?”, aku dikagetkan Tania yang tiba-tiba terbangun.

“Ehh udah bangun, enggak, tadi kayaknya ada yang jatuh…”, kataku berbohong.

Kita mandi bersama setelah itu, tentunya sambil bercumbu dan melakukan oral seks bergantian, namun tidak bersenggama. “Nanti aja mau tidur ya…”, katanya saat ingin kulesakkan penisku ke dalam liang vaginanya saat dia menunduk mengambil handuk.

Kita putuskan untuk order makan malam ke kamar, bersamanya membuatku malas untuk keluar kamar, aku memilih berdua dengannya saja. Selesai makan kami bercanda gurau sambil bercumbu, kuberdiri dan membuka tirai jendela, melihat kabut dalam kegelapan suasana penggunungan di saat malam.

“Dingin banget ya pasti di luar”, kataku ke Tania yang sedang menghisap rokoknya.

“Iyahh untuk disini anget ya”, katanya sambil mengecek hp-nya.

“Iyaaa anget ada kamu juga”, kuhampiri dan kupeluk dia dari belakang.

“Ihhh gomball…”, katanya sambil mencubit lenganku.

Tania mengenakan bath rope tanpa mengenakan apapun, menjelang tidur dia membuka bath ropenya dan menaruhnya di kursi. Dia tidur meletakkan kepalanya di dadaku sambil menelusupkan tangannya dalam celana pendekku, “Mau tanya boleh?”, tanya Tania sambil memainkan kepala penisku.

“Iyaah boleh..kenapa?”, kataku menahan geli.

“Kok bisa keluar lama sih? Trus cepet banget bangunnya lagi…”, katanya polos sambil mengusap-usap batang penisku.

“Soalnya ada kamu…ga tahan bikin berdiri teruss”, jawabku asal-asalan sambil menggodanya.

“Ihhh ditanyain serius lohhh, soalnya katanya kalau udah keluar, cowok mesti nunggu agak lama buat berdiri lagi.

“Kata siapa? Mantan berondongmu kali yang begitu…”, kataku sambil membelai payudaranya.

“Enggak, bukan…gamau ah samaa berondong…enak sama yang lebih tua ternyata…om-om hahaha”, katanya sambil tertawa dan melucuti celana pendekku.

“Loh mau ngapain?”, kataku berpura-pura, aku tahu dia senang sekali melakukan oral seks.

“Gamau ya? Ga enak? Ya udah, tidur aja deh…”, katanya pura-pura marah dan cemberut.

“Yeee ngambek anak kecil hahaha”, kataku menertawakannya, tertawa dalam birahi, melihat kelakuannya membuatku gemas dan ingin menyetubuhinya terus menerus.

“Gamau, anak kecil tp ditidurin…tidur aja ah”, katanya sambil mengambil selimut dan menutupi tubuh telanjangnya.

“Duhhh beneran ngambek ini, sini…cium dulu..”, kataku merayunya, kusibak selimutnya dan membelai payudaranya sambil mencium bibirnya, kita saling berpagutan bibir dengan liar, tanganku membelai kemaluannya dan kali ini tanpa meminta kukorek liang vaginanya yang mulai basah.

“Ssshh ahhh…geliii”, desah Tania menikmati permainan jariku di kemaluannya.

Jariku masih terus mengorek liang vaginanya sambil menikmati sajian kedua payudaranya yang kencang, kulumat bergantian hingga memar dan kuhisap puting susunya dengan kuat.

“Argghh sshh mau dimasukin….”, kata Tania yang tampak sudah merindukan penisku dalam liang vaginanya.

“Apanya yang dimasukin sayang?”, tanyaku menggodanya sambil mengocok kemaluannya dengan jari tengah tangan kananku.

“Memeknya…iyaaa memek Tania masukin pakkk pake titit aja..”, katanya memelas tak tahan lagi minta disetubuhi.

“Kamu diatas ya…”, kataku sesaat sesudah mencium pipinya.

“Iyahhh boleh…tp belum pernahh”, katanya polos dan mengangkat tubuhnya untuk mendudukiku yang sudah telentang dengan penis tegak berdiri.

Tania terlihat sangat amatir memang, dia berusaha memasukkan penisku ke dalam liang vaginanya, beberapa kali dia mencoba dan akhirnya berhasil juga sambil memekik..”arghhh masukk semuaaa”, dengan kaku dia mencoba menggoyangkan pinggulnya, payudaranya bergelantungan dan membuatku tak tahan untuk meremasnya.

“Ehmmm susahh…pegelll, udah yahhh”, katanya dengan mimik muka manja.

Aku tak ingin membuatnya tak nyaman, kuminta dia mencabut penisku dan berbaring di sampingku, kubisikkan, “Nungging sayang…”, aku ingin menyetubuhinya dengan posisi doggy style.

Tania menurut saja dan tangannya memegang kepala ranjang, kuarahkan penisku ke dalam liang vaginanya dan kulesakkan dalam-dalam sambil meremas payudaranya dari belakang. Dia terengah-engah sambil mendesah dan meracau, “Ahhh mentokkk banget pakk kayak gini…sshhh ahhh”.

“Memek kamu sempit bangettt…jarang dimasuki ya ini”, pancingku mencari tahu apakah dia pernah disetubuhi sebelumnya.

“Hhmm iyahh ga pernah dimasukin kok…jangan berentiii arhhh”, jawabnya yang membuatku bingung, iya ini maksudnya jarang dimasukin atau ga pernah dimasukin, antara pertanyaan dan jawaban agak tidak nyambung, tapi persetan dengan itu, kugenjot liang vaginanya semakin cepat.

Mulustrasi:



“Arhhh pakkk, ehmmm keluar lagiii sshhh arghhhhhh”, dia kembali orgasme dan mengerang panjang, aku tak mau kehilangan momentum, selagi liang vaginanya berkedut karena orgasme, kupercepat genjotan penisku dalam liang vaginanya.

“Taniaaaa…bapak keluar jugaaaa”, kucabut dan kugenggam penisku kuat-kuat sambil mengocokinya, kuarahkan kepala penisku ke punggungnya dan memuncratkan spermaku di punggung mulusnya, memang tak sebanyak dan sekental sebelumnya, tapi cukup untuk membuat punggung Tania dihiasi tetesan sperma.

Kuambil tissue dan membersihkan punggung Tania, dia berbaring dan memegang tanganku, “Lemes banget dibuat orgasme berapa kali hari ini…uhmmm enak pak”, katanya malu-malu.

“Iyah memek kamu enak banget soalnya, sempitt dan hangatt”, kataku sambil membelai rambutnya.

“Peluk ya pakk…hmm enakk”, pintanya manja sambil membalikkan tubuhnya membelakangiku, kupeluk mesra sambil mencium kepalanya.

Perawan atau tidak, setidaknya aku berhasil merasakan kehangatan vagina Tania, aku tak kuasa menahan kantuk setelah membelai kepala Tania hingga tertidur, “Makasih sayang…”, kukecup keningnya sebelum tidur.
 
Bonus chat sama Tania tahun lalu setelah lama ga ketemu dan ML:
Awalnya ane nanya putingnya masih lecet apa enggak 🤭, malah ngomongin pengen dijambak dan spank 🫣



Buat bukti kalo kisah nyata dan bukan karangan semata 😂
 
Mantap luar biasa... akhirnya dapat doorprize utama....after back doornya....luar biasa suhu ...ada crita exe back doornya lagi ngga hu?
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd