Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Tante Lis - Bite The Bullet

apakah saya lebih baik meneruskan sekuel ?

  • Tante Lis

  • Fanne

  • menulis sekuel lain


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Bimabet
Sepertinya bakal jadi cerpan yang banyak ditunggu updatenya nih...


Lanjutkan suhu...
 
Updated!
Selambat-lambatnya besok pagi saya tamatkan.
Mohon saran dari para suhu dan master sekalian, apakah saya perlu menulis sekuel lain? Jika iya, apakah tentang Tante Lis, Fanne, atau kisah lain?
Terimakasih atas dukungannya :beer:

* * * * *​

wah mantap...harus di update nih
mantap karena apa ya? hehe, thanks, suhu :)

:mantap: pindah ke cerbung aja suhu...
Hehe mohon arahannya, suhu. Cerbung itu apa ya? saya agak awam untuk beginian. Terimakasih :)

Up up up suhu
Thanks, thanks, thanks, suhu :)

Wuihhh....pasang tenda ah, jangan lupa update ya suhu
Updated, suhu. Secepatnya tamat. Pasang tenda yang banyak sekalian om, biar rame :)

Nice. Just keep writing, dude. :beer:
Thanks dude :)

Lancrottkan gan
Thanks gan :)

Situasi dmn pasangan hampir mencapai klimaks - desahan, erangannya terasa merdu banget d telinga

Nice story gan - tetap lanjutkan :semangat:
terimakasih master atas inspirasi dan dukungannya :)

keep posting bro
thanks for the support bro :)

lanjut dong vote sent
segera saya selesaikan, suhu :)

pindah ke cerbung kayanya suhu, ni klo dilanjutin mantep kayanya :)

--

gaya penulisan udah enak dibaca, tinggal dilanjut adegannya

klo nubie prefer adegan yang bikin on itu sex scene kaya cerita suhu bramloser(mostly yg di cerita panas>sedarah) coba ditengok dulu suhu AforP

semoga menjadi tambahan inspirasi :beer:
maaf karena ketidaktahuan saya, cerbung itu apa ya? saya awam, hehe. Terimakasih atas inspirasi dan dukungannya. Tapi kalau incest sepertinya di luar spesialisasi saya, hehe. Nanti saya eksplore lagi suhu :)

Pokoknya kalo om tS gak lanjutin cerita dengan lebih seru dan lebih saru...
Nanti tak kutuk anunya berdiri terus hahaha...
Hehe, asal ada himpitan daging yang rela memeluk terus sih saya ga masalah om :D
Suhu, saya engga bisa janji lebih seru dan lebih saru.
Tapi saya berusaha menamatkan satu scene ini sebelum sibuk oleh kerjaan di dunia nyata. :)

ane selalu terangsang liat cewe baju ketat dengan corak 2 warna garis-garis
kenapa gitu, suhu? terimakasih atas inspirasinya :)

seru.. lanjutkan suhu.. jadiin cerbung aja mantaf ini cerita nya.. :semangat:
terimakasih, suhu. mohon arahannya, cerbung itu apa ya? hehe :)

Lanjutkannn suhuuu
updated, suhu. segera selesai kok jangan kawatir :)

You're awesome Suhu AforP :D
How could you say that? Hehe thanks bro :)

ikut sundul bola:konak::konak:
bolanya siapa hu? hehe, terimakasih :)

bakal jadi salah satu cerbung yang masuk kategori most wanted nih.. :papi
wah semoga bisa tercapai ke arah sana, suhu. mohon doanya :D

Duhh.. Ditunggu kelanjutannya.. Mantab ni. Cerita
Updated, kelanjutannya hingga tamat silakan stay tune saja :)
 
Terakhir diubah:
:cendol: sent biar semangat apdet... :semangat:
 
* * *​

Tante Lis memperhatikan dengan seksama ekspresi Dito yang terpesona dengan penampilan spesialnya, secara tidak langsung membuatnya terangsang. Dirinya merasa apes-apes beruntung. Apes pertama karena sebenarnya tadi pagi ia sedang mencoba lingerie yang ia beli secara online dan baru sampai di rumahnya. Mumpung Fanne serta adiknya, Nissa, sedang kuliah dan ia sendirian di rumah, ia memutuskan untuk mengenakannya. Tante Lis lalu berkaca di cermin ruang tidurnya. Seksi, pujinya. Engga kalah sama keseksian model lingerienya.

Lingerie bodystocking hitam miliknya memiliki bahan fishnet rapat yang membalut ujung kaki hingga paha bagian dalam, pantat, pinggul, dada, lengan, dan tangannya. Lingerie dengan motif flora ini memiliki celah pada bagian selangkangan sehingga memudahkan stimulasi maupun penetrasi. Selain itu, desain lingerie membebaskan jari dan telapak tangan dari balutan serta memiliki belahan leher berbentuk V yang jatuh tepat di belahan dada Tante Lis. Ibarat model, ia pun kemudian melenggak-lenggok dengan bebasnya menjelajahi setiap bagian rumah.

Sampai di ruang tamu, fantasinya pun melayang. Tante Lis membayangkan suaminya pulang ke rumah kemudian mendapati istrinya berpakaian jalang di depan pintu utama. Sembari berimajinasi, Tante Lis mulai memilin-milin puting serta menggesekkan jarinya ke vagina yang mulai becek. Ia membayangkan suaminya yang telah sekian waktu tak pulang langsung mengeksekusinya saat itu juga di ruang tamu. Memenuhi rumah dengan suasana erotis dengan teriakan mereka berdua. Tanpa disengaja, lenguhan demi lenguhan Tante Lis mulai pecah dari balik pintu utama kediamannya. Konsentrasi tante akan angan-angannya itu tiba-tiba terguncang, saat Dito mengetuk pintu rumah produksi tanpa henti. Apes satu.

* * *​

Tante Lis yang kaget pun bergegas memakai pakaian yang tersedia untuk menengok rumah produksi. Dia tidak ingat ada janji dengan klien, akan tetapi kadang klien memang datang mendadak tanpa agenda sebelumnya. Ia langsung menyambar daster lengan panjang dan jilbab seadanya untuk menutupi keindahan tubuhnya. Tak sempat ia berpikir memakai pakaian dalam karena melepaskan lingerie ini membutuhkan waktu tak sebentar. Setengah berlari, ia buru-buru menutup pintu rumah dan melongok ke rumah produksi. Betapa kecewanya ia mendapati Dito-lah yang membuat kegaduhan. Klien bukan, ganggu kepuasan iya.

Ketika mempersilakan Dito masuk, darah Tante Lis berdesir. Ia tidak tertarik dengan pemuda baik mantan putrinya itu, namun tersadar bahwa dasternya tidak menutupi ujung lengannya yang terbalut lingerie hitam. Selain itu puting yang mengecap di bawah daster pun tak bisa disembunyikan dengan sempurna. Masih menonjol akibat rangsangan penuh birahi beberapa saat sebelumnya. Ditambah lagi vaginanya yang basah terasa dingin nan semilir terhembus angin, dengan bibir yang saling tergesek di bawah klitoris membuat Tante Lis takut cairan cinta menetes seiring langkahnya mengayun. Karena itu, tante yang biasanya kalem, penuh perhatian, dan terbuka dengan orang lain berusaha membuat Dito pergi sesegera mungkin.

Setelah kepergian Dito, Tante Lis merasa ada unfinished business antara dia dan nafsu birahinya. Tak ayal ia pun kemudian kembali mengejar kenikmatannya di tempat yang tersedia, tanpa sempat mengecek pintu untuk kedua kalinya. Ia merangsang tubuhnya dengan erotis, demi sebuah orgasme. Tenggelam dalam kenikmatan membuatnya tak ingin lekas usai, sehingga tiap hampir mendapat ledakan kepuasan ia menghentikan rangsangannya. Begitu seterusnya hingga akalnya tak lagi sehat, pikirannya tak lagi jernih. Yang ia tuju hanyalah kenikmatan, kenikmatan, dan kenikmatan. Maka datanglah apes kedua, aksinya kepergok.

Dibalik keapesan itu, Tante Lis tetap merasa beruntung. Ada kontol yang bisa ditunggangi. Ia sudah lama tak main serong dengan lelaki lain semenjak berkomitmen mengenakan jilbab setelah kejadian itu. Akan tetapi didesak keadaan yang telah lama tak terpuaskan dan sedang di ambang kenikmatan ditambah tingkahnya diketahui orang lain, semuanya mengerucut hingga muncul sebuah konklusi sementara. Ngentot sekarang, dapetin satu orgasme, urusan lain selesaikan nanti.

* * *​

Ia kembali menengok ke batang kemaluan Dito, lalu menimbang pengalaman seks yang partnernya miliki. Duh lawannya bocah gini, baiknya gue minum obat perangsang deh. Biar cepet dapetin, terus udah selesai cepet. "Bentar ya, sayang..tante minum dulu." Tante Lis meraih sebuah botol kecil kemudian menuangkannya ke gelas yang ada di atas meja kecil di pojok bawah ranjang empuk yang ditidurinya. Akibat terlalu terpesona oleh situasi Tante Lis yang memacu kenikmatan tadi, Dito baru menyadari keberadaan meja kayu setinggi ranjang yang harusnya terlihat jelas dari depan pintu.

"Sini Dito," Tante Lis yang telah usai menenggak obat perangsang kembali menggengam penis Dito, meremasnya perlahan lalu mengocoknya dengan lembut.
"Uhh..," baru kali pertama bagi Dito merasakan nikmatnya sensasi hand job oleh orang lain, biasanya ia swalayan. Dito merasakan ada hawa hangat yang menerpa batang kemaluannya, ternyata hembusan nafas sang tante yang bersiap menjilati kejantanannya.
"Mmhh, mmpph," Dito berusaha menahan suaranya. Tante Lis menjilati penis dengan perlahan, namun ulet. Ia menjulurkan lidahnya dan ia sapukan ke bagian bawah penis Dito lalu terkekeh pelan saat merasakan otot-otot Dito mengencang Merasa cukup menggoda Dito, Tante Lis langsung melahap alat penyodok yang mulai tegang.

Belum pernah rasanya Dito merasa kenikmatan yang senyata ini. Kuluman Tante Lis memberikan segenap sensasi asing bagi sekujur tubuh Dito. Ia bisa merasakan hangatnya langit-langit mulut, lembutnya bibir, dan agresifnya lidah sang bidadari, Tante Lis. Rasa nikmat menjalar dari ujung penis, ke batangnya kemudian bergerak mengelilingi tubuh Dito seiring degup jantung berdetak. Tante Lis memberikan servis oral dengan sepenuh hati menaik-turunkan kepalanya, menjilati penis bak gula-gula, kemudian mengulumnya hingga mentok di tenggorokan. Biarkan aku kembali jalang untuk satu waktu ini aja, Pah!

Penis sang amatiran pun mulai mengejang. Tante Lis yang tanggap dengan hal ini langsung menghentikan kocokannya. "Auuuhhh," desah Dito setengah kecewa karena ejakulasinya tertahan. Sang pemberi kenikmatan duniawi mengedipkan sebelah mata, tampak manja dan mempesona. Di saat yang sama ia terus merangsang vaginanya hingga tak lagi becek, melainkan banjir. Obatnya bekerja dengan sempurna. Di bawah pengaruh obat ini, ia akan mendapat orgasme lebih cepat tetapi tingkahnya akan lebih binal dan sulit berpikir jernih sebelum menerima kepuasan. Berkat pengalaman mendalam dengan obat ini, Tante Lis tahu benar takaran yang pas untuk menghindari desakan vagina untuk mengejar orgasme kedua.

* * *​

Perfect, it's on now. Penis Dito diamati dengan seksama oleh bidadari molek, tampak setitik cairan bening meleleh dari ujungnya. "Ah masa baru segitu udah keluar maninya?" sindir Tante Lis sambil beberapa kali menyentil kepala penis Dito. Pemiliknya pun merah masam, malu karena kalah di hadapan wanita yang profesional urusan ranjang. "Tante ke atas ya, Dito jangan capek-capek biar tahan ngentotin tante sampai orgasme."

Dito hanya bisa menelan ludah mengagumi indahnya tubuh Tante Lis. Perempuan itu mengangkangkan selangkangannya hingga tampak belahan bibir bawah yang sedari tadi mengeluarkan pelumas untuk memudahkan penetrasi. Ia lalu menegakkan penis partnernya kemudian mengarahkannya masuk dengan perlahan. "Shhh, auuhhhhh," penis Dito mulai membelah labia tembem Tante Lis. "Tante goyangin yaahhh," Dito tak lagi mengenali pembawaan Tante Lis sekarang. Ia tak ubahnya pemeran film porno yang biasa ditonton untuk mengobati kesendirian. Nafsu di ujung tanduk ternyata bisa mengubah karakter orang ya, pikirnya.

Posisi Tante Lis yang di atas memudahkan dirinya mengatur ritme persenggamaan. "Ditoo, kalau kamu mau keluar bilang tante yaa." Tante Lis menaik-turunkan pantatnya, sambil sesekali melakukan gerakan melingkar. Mengaduk liang di selangkangan dengan batang yang tersedia. Sesekali ia membenahi rambutnya yang terurai dan melilitkannya ke atas tanpa menghentikan ritme ML-nya. Susunya yang mungil namun kencang berguncang seirama dengan gerakan pantatnya, kemilau dan basah membuat dua bongkahan sekalnya ini semakin indah. Putingnya yang mancung membusung sebenarnya menginginkan rangsangan, namun pasangannya hanya mengistirahatkan kedua tangan di paha Tante Lis.

"Slep, slep, slep," irama dua manusia memacu syahwat membahana di ruang istirahat yang remang tersebut. "Ditto.., Ditto.., uuhh!" "Slepp, slep, slep" "Dito.., aah. Jawab sayang!"
"E-eh, iya tante," dirinya canggung dan tak tahu harus bersikap bagaimana. Dirinya telah terbius nikmatnya hormon endorphin yang mulai menjalar ke sekujur tubuhnya.
"Kammuhh, ssekkarangh ppatuhin tannte!" guncangan demi guncangan yang ia ciptakan seakan semakin mendekatkannya dengan kepuasan. "Ssshhh, ehsss, aaah," Tante Lis mempercepat goyangan naik-turunnya sambil sesekali menyibakkan rambut lurusnya yang tergerai bebas. "Jawab!"
"Emph, i, iya tante."
"Uhhhh, jannjii yaa, patuhh samma appapun yang tannte minttah?" "Slep, slep, slep."
"Iyaahh! Aaah, aahahhh," Dito tak bertahan lama, pertahanannya pun seakan runtuh. Usaha untuk mempertahankan harga diri kelaki-lakiannya mau tak mau menyerah di hadapan penyaji kenikmatan ini. "Tante, Dito mau keluar!"

"Plop!" penis Dito terhentak, lolos dari jepitan vagina. Tante Lis berdiri di atas ranjang secara tiba-tiba, menghentikan goyangan yang menjadi sumber kenikmatan pria kurus di bawahnya. "Hoh!" Dito terkejut. Otot selangkangannya dan urat-urat senjatanya yang mengejang dikecewakan, membuat sang batang urung memuntahkan cairan hasil kocokan tante.

Sesuai dugaanku, Tante Lis tersenyum seulas. "Gimana sih kok kamu seenaknya mau keluar? Tante dulu yang orgasme, setelah itu baru kamu tante bolehin. Paham?" Tante Lis berusaha mengambil alih kekuasaan dengan menyudutkan Dito yang masih awam urusan ranjang. "Paham?!" ulang Tante Lis dengan tegas menanti jawaban. Dito yang sedari awal merasa sungkan pun hanya bisa menjawab lirih, "Paham."

Cih, tadinya pengen berlagak pemerkosa. Sekarang tunduk, jadi pesuruh pemuas raga gue. "Duduk," yang disuruh pun kemudian duduk, rasa hormatnya ternyata lebih besar daripada dorongan seksualnya. Asal dikasi kenikmatan kayak tadi, tante suruh apa juga gue turutin, batin Dito. Tante Lis kemudian berjalan ke tepi ranjang, mengibaskan pantat bahenolnya di depan hidung sang pesuruh lalu turun dari ranjang menuju ke meja kecil di sampingnya.

Tante Lis melenggak-lenggok menggoda Dito selagi berjalan ke arah tujuannya. Dito hanya bisa menelan ludah dan melirik ke arah penisnya yang konak. Hihi, dasar sok predator..ternyata mental cuman piaraan doang. Tante Lis kemudian menungging sambil berdiri, kedua tangannya bertumpu di atas meja. Bongkahan pantat Lis yang penuh ditambah vagina yang menggoda karena kentara betapa becek dan lengketnya mempesona Dito. "Sini, lekas masukin sayang."

* * *​

Dengan tergesa-gesa, Dito segera berdiri dan menghampiri majikannya. Majikan dalam pekerjaan dan juga dalam mencapai kepuasan untuk saat ini. "Berhenti," tegas tante, "bersihin dulu cairan di ujung kontolmu itu." Dito menengok ke arah little bro nya yang masih tegang, terlihat lelehan bening mengucur bermuara dari ujung. "Bisa muasin tante engga sih? Kalau engga tante pakai tangan sendiri aja," ucap Tante Lis kasar, berniat menggoda sang bocah. Dito tersenyum masam lalu cepat-cepat mengusapnya.

Dua anak manusia ini kemudian berusaha menyatukan diri kembali. Dito yang kini berdiri memiliki keleluasaan lebih dalam menggoyang vagina si tante. Tanpa banyak ba-bi-bu, ia langsung tancap gas menggarap demi simbiosis mutualisme. "Slep, Slep, slep," "Auuhhh, emmffhhh, enaaak, teruus Ditt," vagina tante yang basah, meminimalisir gesekan penghambat laju penetrasi, memudahkan Dito untuk meningkatkan ritme. Paham kondisi majikannya, Dito menambah kecepatan. Semakin kencang dan semakin kencang.

"Shhhh,, aaaahhh! Yess, Ditto i like it! Yeah, teruuuuss! Hah, hhmmppph, uuuu...eh??!" Tante Lis terbelalak. Liang persenggamaannya kosong. Ternyata Dito menarik batang kejantanannya dari rongga kewanitaan tante. Tuh, biar lu juga ngerasain tanggung kayak gue tadi. Biar baru pertama, gini-gini gua juga perkasa. Dipermalukan terus-menerus sedari awal ronde membuat Dito minder sehingga mencari cara untuk mengembalikan nama baiknya sebagai pejantan. Melepas penis sebelum tante klimaks adalah opsi yang diambil. "Ohh??! Diitt, Dittooo...masukin lagiii."

Hujaman penis mengagetkan Tante Lis hingga mulutnya menganga dan matanya terhentak seolah hendak loncat ke luar. Dito meneruskan aksinya, ia pegang pinggul tante erat-erat lalu memacu mesin penghasil nikmatnya cepat-cepat. "Emppff, Ditoo! Iyaaahh....iyyaaahh, gittu sayaaang!" Tante Lis mengerang kencang di tengah perjalanannya menuju ledakan kepuasan. Sekarang! "Plop!" Dito kembali menarik penisnya tiba-tiba, membuat tante terhenyak. "Ushhh, auuuhhh," rintihan kekecewaan menggeram selagi ia menoleh ke belakang. Dito memandangi Tante Lis yang bermandi peluh namun tetap mempesona, membuatnya yakin bahwa orang yang ia genjot sedari tadi adalah orangtua biologis dari Fanne.

Tante Lis tak habis akal. Ia mengulurkan tangan kanan kemudian mengobok-obok klitorisnya yang sudah membengkak menuntut untuk dipuaskan dan tak lagi peduli dengan keisengan Dito. Lancang juga ini anak, gapapa deh yang penting kekangenan kontol uda terobati. Sekarang tinggal raih satu orgasme, satu. "Mmff, Dittoo...terrseraah kamuuuh. Berhenti lagii, tanntee gga akan kasi kammuu kenikmatan lagii," ancam Tante Lis sembari meracau keenakan atas rangsangannya sendiri. Dito yang sadar bahwa sudah kalah posisi pun menerima kenyataan bahwa wanita yang ia garap ini bukan sosok yang bisa ia dikte, namun sebaliknya. "Iyaa tantee, maaffin Dito!" Persetubuhan mereka pun menemui babak baru.


* * *
 
Terakhir diubah:
Sepertinya bakal jadi cerpan yang banyak ditunggu updatenya nih...


Lanjutkan suhu...
supaya tidak ditunggu-tunggu, saya tamatkan secepatnya kok. hehe :D
kalau ada waktu saya tulis lagi kisah lainnya
terimakasih, suhu. :)

:cendol: sent biar semangat apdet... :semangat:
Thanks a lot! ini yang pertama kalinya untuk saya :(( (terharu) :((
 
Penulisannya bagus, adegan 'tease' nya juga ane suka banget.

Mungkin adegan 'tease' terkeren sejauh ini, cerita ttg 'kak ochi'. Ane lupa judul dan pengarangnya sih, tp alurnya luar biasa bgt.

Genre yg ane suka ttg cewek jilbab yg ternyata liar di ranjang. Bukan dipaksa/rape lho, tp emg aslinya liar. Bikin imajinasi kemana2 suhu.

Anyway thanks, good story.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
* * *​

"Sklek, sklek, grekkk, cklek," suara gagang pintu yang berkali-kali dipaksa terbuka, namun pada akhirnya gagal juga. Seorang gadis terduduk penuh rasa kesal di teras rumahnya. Ia tak bisa masuk. Pintunya terkunci. "Mama mana siih?! Mana gue lupa bawa kunci lagi!" umpatnya seraya mengambil handphone berlambang buah yang mengandung antioksidan. Ia menyusur deretan kontak kemudian menelepon nomor handphone mamanya, nomor Tante Lis.

Berkali-kali gadis manis ini mendengar suara dering telepon mamanya dari dalam rumah, namun tak pernah diangkat. Ia menggigit bibir bawah sembari memelototi handphone layar sentuh keluaran terbaru. Rasa gerah sudah menyelimuti dirinya. Rasa lelah seusai kuliah ditambah perjalanan dari kampus ke rumah membuatnya ingin sesegera mungkin menghantam kasur empuk di kamarnya. Well, sebenarnya ia diantar oleh sang kekasih, Greg. Tetapi ada adu mulut yang tak terhindarkan sehingga membuatnya kesal dan berujung pada permintaannya untuk lekas diantar pulang. Gadis bermata sayu ini ngambek dan mengusir Greg ketika mereka telah sampai di depan rumahnya. Mana sih mama nih! Fanne menyesali keputusannya beberapa saat yang lalu.

Pada saat berjalan melewati pagar rumahnya, gadis yang mengenakan rok span abu-abu di atas lutut dan jumper milik Greg yang berwarna biru tua ini menyadari keberadaan motor hitam yang familiar. Motor Dito. Oleh karena itu meskipun ia tahu mamanya ada di rumah produksi, ia enggan masuk ke dalamnya. Fanne menelan ludah. Ia raih kembali sneaker kesayangannya, bergegas ke rumah produksi sebelum hawa panas membuat tanktop hitamnya basah akan keringat.

Perempuan mungil ini kaget melihat pintu rumah produksi yang setengah terbuka, namun tak ada satu pun karyawan yang tampak bekerja. Ia mengendap pelan dan mulai waspada dengan keadaan sekitarnya. Hingga ia mendengar sayup-sayup suara rintihan wanita. Fanne tersentak, ia segera mencari sumber suara. Kamar istirahat. Ia berdiri di depan pintu kemudian tersentak! Sembari berdiri mematung, ia melihat wajah mamanya mendongak ke atas dengan mulut ternganga akibat terhempas kenikmatan. Mama Fanne tak lagi mengenakan jilbab atau penutup aurat lainnya, melainkan..lingerie?! Sepersekian detik kemudian, Fanne mengenali sosok pria yang sedang terpejam di saat menggauli Tante Lis. Dito?!

* * *​

Sedikit lagi, sedikit lagi, yeah dikit lagi! Tante Lis merasa gelombang ledakan kenikmatan sudah dekat menerpanya. "Uuuhh, Ditooo...tante mau sampai niihh! Genjot terus sayaang," lenguhnya dengan nada merajuk. "I, iya tante!" balas Dito masih memejamkan mata, memfokuskan konsentrasi agar tidak ejakulasi sebelum tante memberinya izin. Dua orang yang bermandikan peluh ini tak menyadari kehadiran seorang gadis yang melongo memperhatikan tingkah mereka.

Duuhh, enak banget ini! Si tante jadi seseksi apa yah? Uuhh, memeknya ngeremes-remes gini! Kapan dia sampe?? Gue udah ga kuat! Dito membuka matanya pelan pelan, ingin mengecek keadaan Tante Lis. Betapa terkejutnya ia, ada sosok pujaan hati yang selama ini ia dambakan mengawasi persetubuhan terlarang itu. Sejurus, keduanya bertatapan. Fanne memandangnya dengan sorot mata geram dan jijik. Reflek, Dito pun mencabut penisnya meski hampir ejakulasi dan mundur beberapa langkah dari Tante Lis.

"Uhh, ussshhh! Emmppffff,, AAAAHHH!" Tante Lis yang terpejam menikmati datangnya orgasme terkaget-kaget karena Dito melepas penisnya, lagi, namun tante tetap mengocok klitorisnya yang hampir mencapai puncak. "Kennapa diileppass begoo!" geram Tante Lis, ia menengok ke arah Dito. "Masukkin!" "Tap, tapi tan..," Dito belum menyelesaikan kalimatnya ketika ia mendengar perintah tegas, "Tante bilang masukin kontolmu sekarang!"

"Mamah!" jerit Fanne yang sudah tersadar bahwa ini semua tak sekedar mimpi di siang bolong. Tante Lis yang sedikit lagi akan melayang di tengah rasa nikmat langsung menoleh ke depan. Fanne! "Heh lelaki lancang! Pergi atau gua lapor orang kampung!" bentak Fanne dengan keras seraya mengacungkan telunjuk, amarahnya meletup hingga ke ubun-ubun. Ini kesempatan buat menghasut papa-mama untuk ngusir Dito selama-lamanya dari hidup gue! "Lu ngapain diem, kampung! PERGII!"

Sesosok manusia bergegas menangkap Fanne. Gadis kuliahan yang lengah itu merasakan kedua lengannya tertarik hingga handphone yang digenggamnya pun jatuh. Beberapa detik kemudian ia tersadar, ujung kain jumpernya telah ditarik dan disimpul sedemikian rupa hingga tangannya tertahan di dalam. Kedua tangannya dilipat di punggung dan dicengkeram dengan kuat. Fanne yang hendak berontak menyadari bahwa sosok lelaki jahanam tadi masih di tempat yang sama menggenggam kemaluannya. Berarti...

"Mamah!" pekik Fanne.
"Diam! Dito bantu tante!" dengan siaga Dito segera meraih kedua kaki Fanne dan menggotongnya ke atas ranjang.
Fanne meronta dengan tenaganya yang lemah, ia sudah kelelahan seharian berkegiatan di kampus. "Mamah! Lepasin! Atau Fanne lapor papah!" Tante Lis bergidik ngeri dengan ancaman Fanne barusan, angannya melayang mengingatkannya pada kejadian di masa lampau yang membuatnya merinding.
"Mamah!" jeritnya.
Dito kemudian menindih Fanne dengan gaya yang mirip sebagaimana ia menindih Tante Lis beberapa saat yang lalu. Tante Lis beranjak mengambil handphone Fanne yang tergeletak di atas lantai.

"Fanne..," rintih Tante Lis namun mencengkeram erat kedua simpul kain Fanne.
"Mamah.., Fanne akan lapor papa! Apapun yang mama lakuin ini akan Fanne laporin!"
You give me no choice. "Dito, ekse Fanne. Beberapa penetrasi cukup, ga lebih!"
Serta merta Dito menyingkap rok span ketat yang membalut dua paha seksi. Bersikukuh dengan pertahanannya, Fanne menjepit paha putih mulusnya agar tak bisa dinikmati pria hina di depannya.

Cuih! "Brengsek lu Dit!" Fanne meludahi lelaki yang ia hindari sejak mereka putus. "Anjing kampung! Sialan! Jahanam lu, anjing!" umpatan demi umpatan Fanne lontarkan dengan lantang. Yang diumpat tak banyak bereaksi, ia berfokus untuk melaksanakan perintah absolute atasannya: EXECUTE TARGET. Celana dalam putih polos yang menegaskan betapa beningnya kulit Fanne kemudian disibakkan ke samping. Dito memeluk kedua paha Fanne dan mengarahkan penisnya perlahan ke vagina sang target.

Maaf, maaf! Please kasih aku satu orgasme aja, ini darurat! It drives me crazy! Nanti aku minta maaf ke Fanne. Pikiran Tante Lis hanya dipenuhi dengan dorongan biarahi. Ia bisa melihat putrinya memberontak sekuat tenaga, berusaha menendang-nendangkan kedua kakinya. Perut Fanne memberontak naik turun, tangannya berusaha ia lepaskan, segala cara ia lakukan untuk menghindari mimpi buruk yang jadi kenyataan ini. Hasilnya nihil. "Aahhh!"

Vagina Fanne yang masih kering terasa sakit dimasuki benda asing yang melesak menghujam pertahanannya. "Uhhh! Sakiiitt," setitik airmata meleleh dari ujung matanya. Sekujur tubuhnya menegang sesaat, lalu pasrah. Otot-ototnya tak lagi berdaya, badannya lemas seperti dilolosi. "Lu bangsat Dit, anjing! Lu hina Dit, hina!" hanya umpatan Fanne yang tak terbendung di saat tubuhnya berhenti merespon impuls dari otaknya.
"Fanne," Dito sadar Fanne tak kuasa melanjutkan perlawanannya ketika Dito telah memaju-mundurkan penis di dalam vagina pasangannya. Ia melepas kuncian paha dan berusaha meraih kepala Fanne, membelainya, "Fanne, maafin aku sayang...aku ga punya pilihan."
"Aku-kamu, sayang?! Lu tuh lebih hina daripada binatang, lu tau engga Dit?! Lu sadar engga apa yang lu lakuin?! Begundal bangsa..." "Plakk!" Sebuah tamparan mendarat ke pipi Fanne.

Fanne tahu bahwa bukan Dito yang menamparnya – kedua tangan lelaki hina itu ada di pundaknya. Mamah?! "Mamah udah gila?! Kenapa mama tampar aku?!" Tante Lis yang biasanya lembut dan penyayang kini tampak seperti pekerja penjaja kenikmatan syahwat di pinggir jalan. Cantik, seksi, dan binal. Tampak dari matanya, mama Fanne tak lagi berpikir jernih. Bibir bawahnya digigit, tangan kirinya menghilang di balik punggung, dan puting payudara Tante Lis mengacung tinggi. Terlintas pikiran bahwa mamanya di bawah pengaruh hipnotis Dito.

"Fanne, mama ga peduli kamu mau ngumpat apa. Asal jangan keras-keras!" Fanne merasakan pipinya lembab seperti ada lelehan cairan. Ternyata Tante Lis tak berhenti merangsang klitorisnya di tengah keriuhan Fanne dan Dito. Umpatan Fanne hanya membuat konsentrasinya buyar. "Dito, buat Fanne duduk di atasmu biar dia di atas." "Baik, tante."

Tante Lis mendapatkan ide, ia hendak mengambil gambar Fanne yang sedang dientot oleh Dito. Ini adalah langkah pengamanan agar Fanne tak melapor pada papanya. "Cekrek!" Satu gambar ia abadikan. "Cekrek!" Dua gambar tante peroleh. Tante Lis mengecek hasilnya. Hasilnya cukup jelas, tapi kurang hot kalau kurang cahaya gini. "Cklik!" Saklar lampu dinyalakan tante.

Fanne menyesali keputusannya yang menonaktifkan password handphone ketika ia bosan menunggu di depan rumah tadi. Kini ia tak punya pertahanan. Mama pegang barang bukti, Dito nikmatin vaginaku. Ia menunduk lesu. Kegarangan Fanne berubah menjadi gadis penurut, meski masih fasih mengeluarkan caci maki. Betapa terperanjatnya ia ketika sebuah tamparan kembali mendarat di pipi satunya, "Plakk!"

"Mamah?" rintih Fanne.
"Jelasin semuanya!" dengus Tante Lis, tangannya menunjuk ke arah vagina Fanne, "kamu udah ga perawan?!"
Fanne yang tak henti-hentinya digenjot Dito dari bawah merasakan hawa dingin menerpanya. Darahnya berdesir. Ia menyadari bahwa mamanya hendak menampar untuk kesekian kalinya, Fanne memejamkan mata.

* * *​
 
Tuntaskan gan! Crottnya berantakan :D
 
Terimakasih untuk para suhu sekalian :D
Siang ini rencananya akan saya tamatkan episode Tante Lis ini.
Mungkin nanti akan saya lanjutkan dengan sekuel lainnya di cerbung atau sub-forum lain masih dengan format: ["Nama Pemeran Utama"]
Well, stay tune! :adek:

pindah ke cerbung aja suhu..keren nih..
terimakasih suhu..kriteria cerbung itu seperti apa ya? hehe :)

ditunggu updatenya bos... :beer: :beer:
hari ini semoga sempat saya tamatkan bos :)

lanjut Tante liss suhu
Okay, kalau sudah ada alur penuhnya saya tuliskan di sini suhu :)

Tuntaskan gan! Crottnya berantakan :D
Berantakan gimana suhu? Aduh maaf sekali, maklum authornya masih belajar :)

awwww liar bgt nih
Liarnya di mana suhu? Mohon pendapatnya, hehe :)
 
Liarnya di mana suhu? Mohon pendapatnya, hehe :)[/QUOTE]


itu liar bgt suhu,gara gara sange emaknya ampe tega nyuruh org perkosa anaknya haha grp bakal send klo update yaa
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd