Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA The Complexity of Love, Laugh, Light and Lust.

similimi

Semprot Holic
UG-FR
Daftar
24 Jul 2014
Post
301
Like diterima
1.029
Bimabet
Pengenalan Karakter.

Lokasi utama: Sebuah kota yang berada diantara dua kota besar.

Lokasi selingan: Kota besar yang mengapit lokasi utama.


Karakter dan Tokoh Utama

-Rian, seorang laki-laki berumur 27 tahun, tidak tampan hanya saja dikelilingi banyak keberuntungan dalam dunia perlendiran.

-Asmi, Perempuan berumur 29 tahun, berparas manis dan memiliki segudang cerita kelam yang membawanya jatuh kepelukan Rian, dan berkelana bersama Rian.

-Doni, laki-laki berumur 32 tahun, mantan dari Asmi yang terlibat beberapa affair dengan Asmi.

-Lila, perempuan berumur 20 tahun, pengagum dari Rian namun tak pernah terlihat secara nyata.

-Bara, teman dekat Lila, yang ternyata dirinya adalah seorang Gay.

Tokoh selingan

-Sekar, barista manis yang entah mengapa tergoda oleh rayuan Rian.

-Dania, pekerja kantoran yang dilanda kebingungan.

-Isma & Andani, dua bersaudara yang berujung pada kerumitan.

-Carla, teman Rian yang menjadi dekat dan hilang begitu saja.


Part I The Risen of Light.


Aku Rian, seorang pengangguran. Sedang mencari kerja di Kota asal dimana aku mengenal dunia, tidak punya uang menjadi hal yang menakutkan, ingin rasanya tertawa ketika ada orang yang selalu berkata "uang bukan ukuran sukses dan kebahagiaan" tidak salah, hanya saja untuk sebagian orang, sukses adalah ketika kita bisa membeli kebahagiaan dan ternyata masih menyisakan kembalian.

17 oktober 2020.

Dengan segala upaya untuk mencari uang, akhirnya aku menjajakan jasa di internet sebagai joki skripsi. Berminggu-minggu tanpa hasil dan tanpa ada jalan temu yang baik, akhirnya di suatu sore yang cerah muncul sebuah notifikasi pada ponsel usang yang tak layak pakai ini dari sebuah aplikasi ungu berinisial W "you have one new message"

Kubuka aplikasi tersebut. Isi pesannya "Hello, Sender, apa benar bisa mengerjakan skripsi?"

Stranger= S
Rian= Me/M

S: Hello, Sender, apa benar bisa mengerjakan skripsi?
M: Iya benar, ada yang bisa dibantu?
S: Bisa jurusan apa aja nih? Biayanya berapa?
M: Untuk jurusan tidak terbatas selama konsep dan pengerjaannya disepakati bersama, anw Saya Rian, dengan siapa saya berbicara?
S: Saya Dania, oke deh boleh move ke wa?
M: boleh, ini no wa nya ya +62 xxx xxx xx
S: Noted.

Akhirnya sebuah pekerjaan pertama setelah masa menganggur yang cukup lama pikirku saat itu, namun bukan hanya sebuah pekerjaan yang kudapat melainkan sebuah jembatan yang membuka segala cerita lalu dan baru yang akan kuceritakan dalam cerpan kali ini.

21 oktober 2020, Café Axxx, Kota J.

09.25, waktu yang terlalu pagi untuk nongkrong disebuah kafe, tapi tak mengapa, ini hari pertama bertemu dengan clientku untuk membahas skripsi yang akan aku kerjakan.

09.41, hampir setengah gelas kuhabiskan tapi tak kunjung ketemui orang yang sudah membuat janji hari ini.

10.17, "Mas, ada lagi yang ingin dipesan?" tanya seorang barista perempuan yang cukup manis,

"Iced Americano aja mbak" jawabku sambil sedikit gusat menunggu.

"Tapi mas, tadi udah pesan itu, ga kasian lambungnya?" katanya berusaha mengingatkan.

"abis bingung mbak, saya biasa minum base kopi yang kaya gini" sambil kulirik name tag yang ia kenakan.

"mau coba menu spesial kita mas?" ucapnya mengajukan varian lain.

"boleh deh mbak, mbak Sekar?" ucapku sambil melihat name tagnya secara terang-terangan.

"iya mas, saya sekar, kalo masnya siapa?" ucapnya sambil menjulurkan tangan untuk mengajakku berjabat.

"Rian", sambil menjabat tangannya.

"baik mas, saya siapkan pesanannya ya mas Rian" sambil tersenyum dan berlalu.

11.45, "hey, mas Rian ya? Sorry telat, ada kerjaan mendadak, bentar ya aku pesan dulu" ujar Dania, tanpa rasa bersalah".

14.47, obrolan panjang dan konsep mengenai skripsi akhirnya selesai, dan Dania langsung pamit pergi karena dia seorang pekerja kantoran yang harus menyelesaikan jam kerjanya kembali.

Aku memutuskan tinggal sedikit lebih lama karena kepalang tanggung membuka laptop untuk membahas skripsi tadi, perutpun mulai terasa lapar, sebentar lagi, ucapku dalam hati. Sedang asik mengetik dan terpaku pada laptop, tiba-tiba ada tangan yang menepuk pundakku, lalu menegurku

"Serius amat mas, dari pagi lho disini" ketika aku menoleh ternyata dia adalah barista tadi yang aku ajak berkenalan.

"wah ngusir nih?" candaku ketika melihat dia sudah berganti pakaian casual.

"engga kok tenang aja, cuma bingung aja, baru pertama kali liat mas disini, terus betah" ucapnya sambil tersenyum.

"duduk mbak, berdiri gitu ga enak ngobrolnya" aku mempersilahkannya duduk.

"kok udah pake baju casual gitu mbak?" tanyaku padanya.

"iya mas, udah ganti shift, kebetulan aku shift malem"

"kok ga pulang, malah gangguin customer kerja nih" candaku padanya

"oh ganggu ya mas, maaf ya" sambil dia mencoba berdiri.

Segera kupotong, "eh bercanda kok, oh ya, aku emang bukan orang sini, tau tempat makan yang budgetnya miring ga? Aku laper nih tapi lagi hemat" ucapku sambil sedikit tertawa.

"tau dong mas, orang aku ngekost deket sini, mau makan bareng?"

"wah boleh tuh".

Kamipun beranjak dari kafe tersebut dan mencari makan siang yang sudah kesorean, disela makan kamipun mengobrol perihal kopi disertai berbagai macam hal untuk di bahas, dan kami memutuskan untuk bertukar kontak. Akupun pulang ke kota asal karena hari sudah mulai gelap.

Tring, Tring, Tring. Suara ponselku saat pertama kali menyala karena kehabisan daya ditengah perjalanan pulang.

Pesan 1 "ini Sekar, kabarin kalo udah sampe".

Pesan 2 "sorry tadi gabisa nemenin lama, lagi hectic dikantor". Dania

Pesan 3 "kamu apa kabar? Kok ngilang dan ga pernah bales pesanku?". Asmi

Aku merespon seadanya pesan-pesan yang masuk sambil kembali merumuskan skripsi yang sedang kugarap, kecuali pesan terakhir langsung kuabaikan.

To be continued.
 
Seminggu kemudian, Kafe Axxx, Kota J.

10.30, aku kembali memesan Iced Americano, dan menunggu Dania untuk membahas Bab per Bab dari skripsinya.

"eh mas Rian, kok ga ngabarin kesini lagi?" sapa Sekar yang baru menyadari kehadiranku di Kafe tersebut.

"eh Sekar, makin manis aja". Ucapku memuji penampilannya yang sangat menggiurkan.

"ditanya malah gombal" jawabnya melengos kembali ke work stationnya sambil tersipu malu.

11.15, "Hey Ri, udah lama?" aku pesen dulu ya" Dania menyapaku dan berlalu memesan minuman untuknya.

"Jadi ini presentasi tetep sesuai sama arahan kamu kan? Latian dulu boleh ga?" ucap Dania setelah membaca rangkaian skripsi yang sudah kubuat".

"Bisa aja, tapi mentoring beda budget lho ya dengan joki skripsi dan tempatnya gabisa disini". Ucapku pada Dania.

"Gampang masalah tempat, masalah budget bisa diobrolin lagi ga? Aku ada rapat setengah jam lagi". Ucapnya.

"Oke, bisa diaturlah itu mah gampang." ucapku kembali sambil merapihkan laptop yang kukeluarkan sedari tadi.

"Yaudah bareng keluarnya" kata Dania.

"Oke". Kamipun berjalan beriringan, dan bercengkrama sambil menunggu ojol yang akan menjemputku.

"Aku duluan ya." ucapku pada Dania, lalu Dania menghampiri dan memberikan kecupan pada pipiku seraya berkata "hati-hati ya". Iapun melambaikan tangan dan beranjak menjauh.

Tring. Tring. Tring.

Pesan 1, "kok udah pulang aja mas?". Sekar.

Pesan 2, "Biaya mentoringnya diskon ya?, yang tadi dpnya, dua hari lagi aku kabarin dimana tempat kita latihan presentasi". Sekar.


Dua hari kemudian.

Oyo Gxxxx, Kota J.

09.45, "Aku sudah di loby" pesan kukirimkan pada Dania.

Tring.

Pesan 1, "aku dikamar 203". Dania.

Tok. Tok. Ceklek.

"ayo masuk." ucap Dania membukakan pintu.

Akupun masuk dan langsung bertanya, "ini ga salah kita latihan presentasi disini?" ucapku pada Dania sambil menaruh tas Ransel yang kubawa, dan sebuah kecupan di pipi kembali kuterima dari Dania, pipi kiri, pipi kanan, kening.

"I don't have money left Ri, Can you make it free for me?" Ucapnya sambil mendesah lirih.

"It depends" ucapku menantangnya sambil mengecup bibirnya tipis sekali.

"Depends on what?" Dania menjawabku dengan cara berbisik dan disertai jilatan pada telingaku.

Tanganku mulai tak bisa diam, ku elus pinggangnya, dan kurapatkan tubuhnya pada tubuhku, sambil berkata "kalau tanpa revisi, its okay I give you free mentoring + free fun".

Akupun melumat bibir Dania, dan mulai menjelajahi tubuhnya dengan tanganku, satu kancing terbuka, dua kancing terbuka dan kuloloskan kemeja yang ia kenakan sesegera mungkin dan melepas Bra yang dia gunakan, belum sempat aku memegang payudara indahnya, dania menyela kegiatan ini dan berkata "We have six hours left before I go, and you need to teach me about the presentation". Dan ia kembali menciumi bibirku dengan buas, dan berusaha menanggalkan kemejaku, berikut dengan celana jeans yang kupakai. Tangannya menari-nari mencari dimana penisku berada, dan mulai menggenggamnya.

"Its Quite Big" katanya sambil melepas ciuman dan menarik turun celana jeans dan CD yang kukenakan.

"masa sih?" ucapku sambil mengelus rambut Dania.

"lumayanlah, aku ga expect aja bakal segede ini" katanya sambil mengocok lembut penisku.

"Suck it Babe" kataku sambil mendorong kepalanya merapat ke penisku.

"slurph, slurph" suara yang ditimbulkan dari hisapan Dania pada penisku seraya melihat kearah mataku.

"you sucks me Good" ucapku padanya sambil menekan kepalanya lebih dalam.

"slurph, slurph" sesekali Dania mengocok penisku dan meremas buah zakarku sambil tetap memberikan tatapan nakalnya padaku.

"So, Its free? Right?" tanyanya sambil tertawa sedikit.

"still, I can only give you half price" sambil menariknya berdiri, dan mencium bibirnya kembali.

"kok cuma setengah harga sih?" katanya disela-sela ciuman kami.

"I only taste you half, so its half" kataku sambil meremas bokongnya yang padat.

"I am wet", katanya sambil melepas CD tanpa membuka rok yang ia kenakan hari itu.

"Can I taste your pussy?" ucapku sambil merabai bokong dan menyerang buah dadanya.

"Next time, but you can put your Dick there" katanya sambil berjalan kearah kasur dan merebahkan dirinya disana.

Akupun menindihnya dan menyibakan roknya dan memposisikan penisku di atas vagina Dania tapi hanya sekedar menggeseknya.

A-Ahh, Ri, just fuck me, please I'm wet. Ucap Dania yang sudah dilanda birahi.

"Kalo gua bikin lu orgasme, it still half price ya? Ga free". Kataku sambil tetap menggesekan penisku pada vaginanya dan meremas kedua buah payudaranya yang menggiurkan untuk dicumbu.

A-Ahh, Ri, enak Ri, lebih enak kalo masuk, desah Dania yang segera kutahan dengan ciuman dibibirnya, pantatnya bergerak liar kegelian akibat gesekan yang kuberikan.

Ehmm, ehmmm Ccupp, Cupp, Ehmm. Ayo masukin aku mau keluar Ri, Dania benar benar horny sekali, aku menengok jam yang ada di ponselku. 11.35.

"Oke aku masukin sekarang ya" waktu kita tinggal sedikit.

Dan bless Uhh-Yess, anget Ri, ucap Dania merasakan penisku masuk vaginanya pertama kali. Aku diam sejenak untuk memberi penyesuaian, namun pantat Dania tidak mau diam, ia terus menggeliat dan memaksaku untuk menggoyangkan penisku juga.

"Ahhh, ayo Ri, Ahhh goyangin Ri, enak. Racau Dania tak karuan.

"Ahhh-Ahhh Ri, kencengin dikit Ri mau sampe Ri, Uhhh iya segitu cukup, jangan terlalu kenceng Uuhhh enak banget, tahan Ri jangan dirubah segini aja Ahhh-Ahhh, sambil nenen Ri"

Akupun melumat payudara kiri sambil mempertahankan ritme goyanganku dan menyumpal mulutnya dengan jariku untuk dia hisap.

"Ahhh, Ri, Ahhhh Uhhh mau keluar Ri, mau keluar Ahhh terus Ri, gigit putingnya Ri Ahhh-Ahhh enak banget kamu Ri." Dania semakin liar dan gerakan pantatnya semakin tak terkendali mengikuti ritme sodokanku.

2 menit, 3 menit Srrrrrh, Ahhhh Ri aku keluaAaaRhhhh hah-hah Ahhhh Ri, diakhiri dengan Dania menarik wajahku dari payudaranya dan melumat bibirku sambil mengapitkan kakinya kepinggangku Slurrph AAhhh Ri, Ahhah Hahaha Ahh, enak banget gila Ri, Daniapun menyuruhku stop sebentar dan mengendurkan kaitan kakinya pada pinggangku. Akupun mencabut penisku dari vaginanya, dan mengecup kening Dania, sambil berkata "1-0, baby" muaaaah ku kecup bibirnya dan ia hanya bisa menghela nafas dan tersenyum sambil tiduran di kasur.

"yah rok aku basah, padahal ga aku lepas biar quickie terus ga perlu ribet rapih-rapih" ucapnya ketika ingin bangkit dari kasur.

12.47. "Ayo udah jam segini, belajar presentasinya dulu" kataku pada dia sambil menunjukan jam yang ada di ponselku.

"Gila ya, Ri. Lu belum keluar lho" ucap Dania sambil mencoba menggapai penisku.

"Nanti Quickienya abis belajar ya sayang" ucapku sambil meremas kedua payudaranya yang bebas tanpa penyangga.

To Be Continued
 
16.47, After Quickie and Mentoring Stuff.

"Sampai mentoring selanjutnya ya, Ri" Ucap Dania di ujung pertemuan hari ini, tidak lupa ia memberikan kecupan hangat sebelum saling berpisah melanjutkan aktivitas masing-masing.

17.21, Stasiun Txxx, Kota J.

Tring. Tring. Tring.

Pesan 1. "Lagi dimana mas?." Sekar.

Pesan 2, "Bisa respon aku ga?" Asmi.

Pesan 3, "Thank you udah bikin aku cerah hari ini" Dania.

"Aku di Stasiun Txxx, ada apa ya?" aku merespon pesan Sekar, membalas terima kasih Dania dan mengabaikan pesan yang satu lagi.

Zzzz, Zzzz, Zzzz....

Layar ponselku menampilkan nama Sekar, ia menelponku, aku masih di sekitaran Stasiun, karena saat ini jam-jam tidak menyenangkan untuk langsung naik kereta pulangku.

Obrolan panjang dengan Sekar membuatku tidak langsung pulang dan memutuskan untuk menemuinya.

19.24 Kafe Axxx, Kota J.

"Iced Americano nya mbak" Ucapku pada Sekar yang terlalu fokus dengan ponselnya.

"Eh mas, kirain siapa" Ucapnya sambil meletakan ponselnya di meja.

"Tumbenan tadi nelpon, ada apa?" Aku berusaha membuka topik dengan Sekar, maklum saja kami sama sama orang yang baru kenal, meskipun obrolan makan siang waktu itu cukup menyenangkan, tetapi belum merambah pembahasan personal.

"Gapapa mas, pengen ngobrol aja, sepertinya mas orang yang asik untuk diajak diskusi" Sanggah Sekar

"Jadi bahas apa nih?" Ucapku agar tau arah obrolan kami kemana.

22.41, Obrolan yang mengalir membuatku lupa waktu dan tidak sadar sudah selarut ini, aku bukan orang yang tidak pernah keluyuran malam, hanya saja ini cukup larut karena jadwal kereta terakhir sangatlah mepet untuk dikejar, daripada menghamburkan uang untuk naik taksi online, ditambah kondisiku yang baru saja mendapatkan pekerjaan serabutan sebagai joki membuatku cukup berhati-hati untuk menggunakan budget yang kumiliki saat ini.

"Waduh, bentar aku cek jadwal kereta terakhir dulu ya" Aku menyela obrolanku dan Sekar.

"Gimana mas? Masih sempet? Maaf ya, keasikan ngobrol jadi lupa waktu" Sekarpun ikutan panik karena melihatky cukup panik dan terburu-buru membuka ponsel yang dari tadi aku diamkan begitu saja.

"Hmmm, gatau deh kereta terakhir tinggal 9 menit lagi, paling aku naik grab sampai kota D lalu melanjutkan naik patas mini arah kotaku masih bisa kayaknya." Ucapku menenangkan Sekar.

"Tapi aku laper mas, bisa temenin makan dulu ga?" Ajak Sekar, seakan tidak ingin aku langsung pulang.

"Bingung aku, kalo kemaleman ga ada tempat tebengan" Aku ingin menolak, tapi Sekar terlalu manis untuk ditinggalkan begitu saja.

"Nebeng di aku aja mas, gapapa." Ucap Sekar malu-malu.

"Ga enaklah, kalo aku jahat sih ga mungkin, tapi kalo nakal kemungkinannya besar." Ucapku dengan nada bercanda.

"Emang nakalnya gimana sih mas?" Pancing Sekar

"Kita sambil cari makan aja kali ya, katanya laper." Ucapku mengalihkan pembicaraan.

"Yaudah ayo" Ucap Sekar sambil merapihkan barang bawaan dan pamit pada teman barista yang lain.

Menyusuri area sekitar Kafe Axxx yang cukup lenggang dan cenderung sepi dari lalu lalang kendaraan, kami berjalan beriringan sesekali tangan Sekar menarik ujung lengan kemejaku karena agak gelap jalanan saat itu.

"Kamu mau tau nakal aku kaya gimana?" Ucapku pada Sekar yang sudah mengapitkan tangannya pada lenganku.

"Eh gimana mas" Sekar yang reflek melepas kapitan tangannya dan agak terkejut dengan ucapanku.

Aku diam, dan meremas kecil ujung bokongnya yang menggemaskan, sambil berkata pelan "kaya gini, Sekar."

"Ih kok berani remes-remes sih mas?, ini kan jalan umum" Ucap Sekar tapi tidak menunjukan ekspresi marah sama sekali.

"Dijalan umum aja kaya gini, apalagi kamu kasih tebengan" ucapku menimpali pertanyaan Sekar.

Tak diduga respon Sekar saat itu adalah meremas penisku, dan berlari kecil mendahuluiku.

"Wah bisa nih" isi pikiran kotorku mengawang bersama langkahku mengejar Sekar.

To Be Continued.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd