Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG THE MORO : Si Anak Terkutuk

Status
Please reply by conversation.
mlam jum'at tlah tiba...tlah tiba hore...hore..hore.....
masang tenda dlu kl udah update bsok di baca
:cup::cup::cup:
 
Update 9


Hani Novita Dewi

Hani kembali masuk kedalam ke kamar sambil terus memegangi perutnya, raut wajahnya terlihat meringis . Aku sangat khawatir melihat Hani seperti itu, dengan cepat aku bangkit lalu menyambutnya dan menyuruh dia duduk diatas kasur.

" kamu gapapa ? " tanyaku khawatir keadanya.

" perut aku sakit banget yanx " jawab Hani terus memegangi perutnya.

" aku buatin minuman hangat yah " ucapku.
" sementara perutnya balurin minyak kayu putih " lanjutku.

" hmm iyah tolong ambilin minyak kayu putihnya diatas meja itu yanx " ucapnya.
Aku pun berjalan menuju meja yang biasa digunakan sebagai meja belajar maupun meja rias, karena ada cermin besar diatasnya. Aku pun mengambil minyak kayu putih untuk Hani.

" nih Minyaknya " ujarku memberikan minyak itu padanya.

" makasih yah sayanx " ucap Hani, terlihat sambil menahan sakit. Perlahan dia mulai membalurkan minyak kayu putih ke perut maupun punggungnya.

" kamu tunggu disini yah, aku masak air dulu " ucapku pada Hani. Dijawab Hani dengan anggukan, wajahnya masih menunjukan kesakitan.
Aku segera pergi ke dapur, menuangkan air kedalam panci kecil yang sudah kutempatkan diatas tungku kompor, kemudian kunyalakan kompornya.

Hanya tiga menit Air yang kumasak sudah mendidih, kulihat diatas meja dapur ada beberapa bumbu berjajar. Diantaranya terselip gula pasir dan sekotak teh celup kemudian aku mengambilnya. Ku tuangkan air yang tadi kumasak kedalam sebuah gelas, lalu kucampurkan dengan gula pasir dan teh celup. Sementara sisa air yang tadi ku masak, ku masukan ke dalam botol kecil bekas air kemasan.

" kamu lagi apa malam-malam di dapur ? " tanya Mita.

" aku buat teh manis buat Hani, katanya perutnya sakit " jawabku.

" ya ampun kok bisa ? " tanya Mita lagi terlihat khawatir.

" aku juga ga tau, tiba-tiba aja perutnya sakit. Yaudah aku mau ke kamar dulu, ngasih ini ke Hani " jawabku sudah memegangi teh manis dan dan air panas dalam air kemasan.

" aku ikut " seru Mita.
Kami pun berdua masuk ke kamar Hani, terlihat dia meringkuk memegangi perutnya.
" kamu kenapa Han ? " tanya Mita, terlihat dia begitu khawatir.

" perut aku sakit banget Mit " jawab Hani menahan sakit.

" sakit mules atau gimana ? " tanya Mita lagi.

" ehm bukan mules Mit, tapi sakit perut aku " jawab Hani.

" duh aku khawatir nih, aku ga ngerti harus ngapain " ujar Mita, dia duduk dipinggir kasur sambil mengelus rambut Hani.

" yanx mana teh manisnya? " tanya Hani padaku.

" inih udah aku bikinin, tapi masih panas " jawabku.

" ehmm aww " Hani hanya meringis menahan sakit.

" besok pagi kita ke puskesmas yah " ajaku pada Hani.

" tapi besok hari minggu, puskesmas tutup " sanggah Mita.

" oh iyah,,, aku lupa " ujarku.

" apa mau aku hubungi orang tuamu Han ? " tanya Mita.
dijawab Hani dengan anggukan.
" yaudah pagi-pagi aku pergi ke kota terdekat yah,,, terus hubungi orang tua kamu " lanjut Mita.

" mau naik apa kamu kesana Mit ? " tanyaku pada Mita.

" aku juga bingung,,, kayaknya mau nyewa motor atau ojeg aja " jawab Mita.

" ehmm awww... Mit kalo butuh uang buat nyewa ojeg nya, ambil aja uang di dompet aku diatas meja. Terserah mau kami ambil berapa juga " ucap Hani.

" iyah Han, aku nanti ambil secukupnya aja " jawab Mita.
" nih Han kayaknya teh manisnya udah hangat sekarang " lanjut Mita, mengambil teh manis hangat yang tadi kusimpan diatas meja lampu tidurnya.
Hani pun bangun lalu duduk menyandar, diminumnya teh manis pemberian Mita. Tapi tak banyak yang dia minum tanganya kembali memegangi perutnya.

" apa ada yang harus aku lakukan? " tanyaku pada Hani. Aku sangat bingung kali ini, entah apa yang harus aku lakukan.

" kamu temenin aku aja disini yanx " jawab Hani. Tanganya memberi isyarat agar aku duduk disampingnya.

" udah sanah ikutin kata Hani " ucap Mita padaku.
Aku pun naik keatas kasur kemudian duduk disamping Hani. Kini aku dan Mita mengapit Hani ditengah.

" buat aku kuat yanx " ucap Hani padaku.

" apa yang harus aku lakukan ? " tanyaku bingung.

" jangan pernah tinggalin aku " ucapnya menatapku nanar.

" iyah gaakan, aku janji " jawabku.
Hani kemudian memeluku, menenggelamkan kepalanya didadaku.
Mita terlihat tersenyum melihat kami tapi matanya sedikit mengeluarkan air mata.

" ituh air panasnya tempelin diperut yah, siapa tau bisa ngurangin rasa sakitnya " tawarku pada Hani. Dijawab anggukan kepala tanda setuju dari Hani.
Dengan inisiatif Mita langsung mengambil air panas yang kini sudah hangat dalam botol pada Hani.

" nih Han " ucap Mita.
Hani menerima botol berisi air hangat dari Mita. Kemudian menempelkan botol itu diperutnya.

Hani terus saja memeluk tubuhku, diraut wajahnya terlihat sedang menahan rasa sakit.
" yanx tau ga, apa yang lebih menyakitkan dari sakit yang aku rasakan diperutku ini ? " tanya nya lirih padaku.

" hmm entah, aku gatau " jawabku bingung, menjawab pertanyaan Hani.

" yaitu... disaat aku bisa memeluk tubuhmu tapi tidak memiliki hatimu seutuhnya. Menyakitkan.... " bisik Hani lirih.

" apa makdudmu? " tanyaku, sedikit kaget mendengar jawaban dari Hani. Sebenarnya mungkin ada benarnya ucapan dia, bahwa ada orang lain didalam hatiku.
Namun tidak ada jawaban lagi dari Hani, badanya terasa sangat lemas dalam pelukanku. Membuatku takut sekaligus khawatir.

" Han... kamu kenapa Han..? " Mita terlihat sangat khawatir melihat Hani yang lemas tak sadarkan diri.

" heyy.. kamu kenapa Han ? " ucapku berusaha menyadarkanya, tanganku terus mengelus pipinya.

" sepertinya Hani pingsan " ucap Mita, kami berdua sangat panik melihat keadaan Hani seperti ini.

" Mit ambilin minyak kayu putih itu " ucapku pada Mita, menunjuk minyak kayu putih dipinggir teh manis.

" nih Hiro " ucapnya, memberikan minyak kayu putih padaku.
Aku langsung membuka tutupnya kemudian mendekatkan pada hidung Hani, berharap Hani cepat sadar dengan menghirup bau dari minyak kayu putih ini.

" Han sadar Han... " ujar Mita terus mengoyang-goyangkan tubuh Hani.

" ayo bangun sayanx " ucapku khawatir, tanpa sadar memanggil Hani dengan sebutan sayanx.

" Han.. bangun Han.. " ucap Mita berusaha menyadarkan Hani.

Aku terus mendekatkan minyak kayu putih ke hidung Hani dan Mita terus memijit tangan Hani. Beberapa saat kemudian Hani perlahan mulai tersadar dari pingsanya. Aku mengelus lembut rambutnya, kemudian mencium keningnya.

" Han kamu udah sadar? " tanya Mita yang begitu khawatir. Hani melirik perlahan ke arah Mita, tak ada kata yang dia ucapkan.

" kamu harus kuat,,,, aku sayang kamu Han... " ucapku padanya, dia kini melihat kearahku. Sangat lemah tak berdaya.

Entah apa yang terjadi pada Hani saat ini. Belum pernah aku berada dalam situasi seperti ini, apalagi melihat kondisi Hani yang terus melemah. Membuatku terkadang panik. Mita pun terlihat sangat khawatir dengan keadaan Hani, tanpa sadar air matanya menetes. Saat ini jam dinding menunjukan pukul tiga pagi.

" gimana nih Hiro ? Aku sangat khawatir dengan keadaan Hani. Dia terlihat sangat lemas " tanya Mita sambil terus memijat-mijat tangan Hani.

" aku pun bingung Mit, jam segini puskesmas tutup. Apalagi ini hari minggu " jawabku pada Mita sambil terus mengelus rambut Hani. Sementara Hani terlihat sangat lemas tak berdaya dengan tatapan kosong.
" apa sebelumnya Hani pernah seperti ini ? " tanyaku pada Mita.

" selama aku kenal Hani, sepertinya dia belum pernah kayak gini. Tapi Sinta kayaknya lebih tau, karena mereka sudah berteman dari kecil " jawab Mita.

" hmmm si Sinta nya kan pergi tadi sama pacarnya " ucapku.

" hmm entahlah Hiro, apakah dia pacarnya atau bukan. Sinta sering banget gonta ganti cowok " ujar Mita.
" kadang Sinta sering meninggalkan Hani sendirian dirumah dan pergi dengan cowoknya " lanjut Mita.

" kamu harus sembuh yah.. harus kuat,,, aku gamau kehilangan kamu sayanx " ucapku pada Hani, kembali mengecup keningnya.
Hani menatapku nanar, perlahan matanya terlihat berkaca-kaca.

" Hiro aku pergi sekarang aja yah " ucap Mita.

" tapi ini masih terlalu pagi Mit, diluar masih gelap " jawabku.

" tenang aja pasti udah ada orang-orang yang mulai pergi ke pasar. Jadi pasti enggak sepi di jalan " ucap Mita.
 
" apa mau aku antar ? " tawarku.

" engga usah, Hani lebih membutuhkan kamu disini. Biar aku sama Astri atau Reni " jawab Mita.
" Han, aku ambil uangnya yah. No telpon keluarga kamu ada didompet juga kan " lanjut Mita. Dijawab Hani dengan anggukan kecil.
Mita pun menuju dompet Hani yang disimpan diatas meja rias. Dia mengambil seperti kartu nama dan beberapa lembar uang seratus ribuan.

" Makasih yah Mit " ucapku pada Mita.

" gausah bilang makasih, ini memang kewajiban aku sebagai sahabat. Selama ini Hani sangat baik pada aku dan lainya " jawab Mita.
" aku pergi dulu yah " lanjut mita. Ku jawab dengan anggukan, kemudian Mita pergi keluar dari kamar.
Hani menatap lemah kepergian Mita.

" yanx kamu kenapa sih.. kamu harus kuat, harus sembuh yanx " ucapku, terus mengelus rambutnya.
" aku gamau lihat kamu kaya gini, aku pingin lihat kamu ceria lagi " lanjutku mencium keningnya.
Kini aku setengah memeluk Hani. Tangan kananku menggengam tangan Hani, yang sedari tadi memegangi perutnya sendiri. Sementara tangan kiriku mengelus rambutnya, dengan sikut kiri kugunakan sebagai tumpuan. Berulang kali aku mengecup rambut maupun keningnya.

" Astaga Hani... kamu kenapa ? " ucap Reni, dia buru-buru mendekati Hani.
" kenapa bisa Hani seperti ini? " tanya Reni padaku.

" aku juga ngga tau,, tiba-tiba dia sakit perut, terus tadi sempat pingsan juga " jawabku.

" barusan Mita bangunin aku sama Astri, terus ngajak Astri pergi ke kota sebelah untuk hubungin orang tua Hani " ucap Reni.

" iyah aku tau kok... aku bingung harus mgapain " jawabku.

" yaudah jagain Hani aja disini " ucap Reni.
" Han kamu kenapa? Kamu harus sembuh Han... " ucap Reni pada Hani, dia juga sangat khawatir dengan keadaan Hani.

Berulang kali aku dan Reni mengajak Hani mengobrol tapi tidak ada jawaban dari Hani. Dia hanya bisa melirik kearah kami bergantian, terkadang dari matanya keluar air mata. Reni pun tak kuasa menahan air mata melihat keadaan Hani seperti sekarang. Beberapa kali terdengar lenggujan pelan dari mulut Hani, sepertinya dia sedang menahan kesakitan.

" gimana ini Hiro ? Aku ga tega melihat Hani kaya gini " ucap Reni sambil menangis.

" sama Ren aku juga, tapi aku bingung harus ngapain ? " ujarku yang bingung harus berbuat apa selain menemani Hani.

" kamu harus kuat Han, kami gamau kamu kaya gini " ucap Reni lagi.
Berulang kali kami menyemangati Hani. Tapi tetap saja tak ada respon ucapan dari Hani.
Aku tak lepas menggenggam tanganya, juga terus mengelus rambutnya dan sesekali mengecup keningnya.

Dua jam kemudian Mita dan Astri sudah kembali lagi. Mereka langsung mendekat untuk melihat keadan Hani. Kondisi Hani semakin memburuk saja saat ini. Mereka sangat khawatir hingga tetes air mata merekapun tak mampu tertahan.

" Gimana Mit ? " tanyaku pada Mita.

" kami udah hubungin orang tuanya Hani, mereka tadi langsung berangkat dan akan ngebut, berusaha secepatnya datang kesini " jawab Mita.

" makasih yah Mit " ucapku.

" kan udah ku bilang gausah berterima kasih " ujarnya.

" ya ampun Hani hiks.. hiks.. " ucap Astri yang tak hentinya menangis.

" kira-kira berapa jam dari rumah Hani ke sini ? " tanyaku lagi pada Mita.

" aku pernah sekali diajak kerumahnya, bisa sampe empat jam lebih kesana " jawab Mita.

" hmm jauh juga yah " ucapku.

" kalo ngebut mungkin bisa lebih cepat " jawab Mita lagi.

" si Sinta kemana sih? Sahabatnya lagi sakit malah pergi-pergi sama cowok " ucap Astri kesal.

" hmm dia memang begitu, kadang aku suka kesal juga sama dia. Padahal Hani dan keluarganya udah baik banget sama dia. Tapi malah pergi-pergi terus, ninggalin Hani sendiri. untung sekarang ada Hiro yang nemenin Hani terus " ucap Mita.

" hmm emang kadang dia kaya gatau diri " lanjut Reni.

" heyy sudah-sudah, gak ada gunanya menyalahkan orang lain. Lebih baik kita doakan kesembuhan Hani " ucapku, membuat mereka diam.

Doa dan ucapan semangat, tak henti kami ucapkan pada Hani. Melihat Hani tak berdaya seperti ini, membuatku merasa sakit dan lemah. Aku tak bisa berbuat apa-apa untuk Hani.
Mita, Reni dan Astri tak henti meneteskan air mata, sedih melihat keadaan sahabatnya saat ini.

Dua jam kemudian terdengar suara Mobil dan beberapa motor memasuki pekarangan rumah ini. Aku pun turun dari kasur kemudian berdiri menghadap Hani, begitupun Mita, Reni dan Astri ikut berdiri sepertiku.
" aku lihat siapa yang datang yah " ucap Mita, lalu pergi keluar kamar.

Tak lama muncul seorang wanita masuk kedalam kamar, kuperkirakan berumur sekitar tiga puluh tahunan, wanita dengan wajah yang cantik terlihat cukup keibuan. Sementara dibelakangnya mengikuti seorang pemuda mungkin lebih tua tiga sampai lima tahun dariku. Mereka berdua terlihat khawatir melihat Hani dan langsung mendekati Hani yang sedang berbaring lemas menatap kedatangan mereka.

Si wanita tadi kemudian mengeluarkan sebuah botol kecil berisi cairan berwarna hijau. Cairan itu kemudian diminumkan kedalam mulut Hani. Hani langsung matanya terpejam, entah tidur atau pingsan.
Kemudian wanita itu melirik kearahku.
" kamu siapa yah ? " tanya wanita itu.

" aku itu... tte.. "

" dia pacarnya Hani teh, Hiro namanya " ucap Mita, memotong jawabanku.

" Bughhh " tiba-tiba lelaki yang tadi bersama wanita itu mendorongku, hingga punggungku menabrak meja dan lampu tidur hingga dinding dibelakangku.
" kau bilang, kau pacarnya? Tapi kenapa Hani bisa sampai seperti itu. Kau tak pantas jadi pacarnya " ucapnya terlihat marah, dia mencoba memukulku tapi aku mampu menangkap tanganya.

" Salman, hentikan..! " bentak wanita itu. Ternyata lelaki itu bernama Salman. Tapi ucapan wanita itu tak dia turuti, masih berusaha menyerangku.

" tapi teh, Hani seperti itu pasti gara-gara dia " jawab Salman pada wanita itu.

" hentikan ka Salman, Hiro ga bersalah " ucap Mita mencoba menghentikan Salman.
" teh.. Hiro ga bersalah teh, Hani tiba-tiba saja perutnya sakit " lanjut Mita pada wanita itu.

" Aku tau Mit.. " jawab Wanita itu pada Mita.
" Salman sudah hentikan, atau kau mau mendapat hukuman dariku ? " kembali bentak wanita itu pada Salman.
Sekarang Salman luluh mendengar perkataan wanita itu.
" Bughhh " kaki kiri Salman menendang keras meja tempat lampu tidur. Sepertinya dia ingin menunjukan kemarahanya dengan menendang meja itu. Dengan langkah gagah bak pahlawan perang, dia berbalik menjauhiku.

" ternyata, Hani sekarang udah punya pacar yah.. aku kira kamu pacarnya Sinta " ucap wanita itu tersenyum manis kepadaku. Kubalas dengan senyuman juga, bingung juga harus jawab apa. Karena memang belum ada status yang jelas hubunganku dengan Hani.
" eh iyah mana Sinta ? " tanya wanita itu pada Mita.

" ehmm Sinta pergi dari semalam, gak tau kemana sama cowoknya " jawab Mita terlihat bingung.

Tiba-tiba raut wajah wanita itu terlihat kesal.
" Salman,, lihat kelakuan adikmu.. aku sudah suruh menemani dan jagain Hani. Tapi dia malah manfaatin kebaikan keluarga kami " ucapnya marah pada Salman yang ternyata kakaknya Sinta.

Salman terlihat sedang memegangi kaki kirinya, mungkin kesakitan karna so jagoan menendang keras meja tadi. Dia kaget mendengar amarah wanita itu dan buru-buru berdiri tegak berpura-pura menutupi rasa sakitnya.
" teh pasti Sinta cuma ada urusan saja. Pasti kemarin malam urusanya penting banget, makanya dia pergi " ucap Salman membela adiknya itu.

" sudah... aku bosan mendengar alasan dari kalian " ucap Wanita itu pada Salman.
" eh tadi nama kamu siapa? " tanyanya padaku.

" namaku Hiro... " jawabku.

" oh yah Hiro,, bisa tolong angkat Hani dan bawa dia ke mobil " ucap wanita itu padaku. Ku jawab dengan anggukan tanda setuju.

" biar aku aja teh, bocah itu mana kuat ngangkat Hani " ujar Salman menyindirku.

" apa kamu butuh bantuan untuk ngangkat Hani? " tanya wanita itu padaku.

" enggak usah.. aku kuat ko " jawabku dengan senyuman.

" dengar itu Salman " ucap Wanita itu pada Salman. Membuat Salman terlihat kesal.
" lebih baik kamu pergi kemobil, kita langsung pulang " lanjutnya. Dan Salman langsung pergi keluar kamar.
 
Dengan hati-hati aku mengangkat Hani pergi keluar kamar menuju mobil yang akan membawa Hani diikuti Astri, Reni, Mita dan wanita itu dibelakang. Di pekarangan rumah telah terparkir sebuah mobil yang cukup mewah bermerek Tolota Alpherd. Bukan hanya sebuah mobil tapi juga ada empat sepeda motor yang ditumpangi masing-masing dua orang berpakaian hitam khas pesilat. aku menidurkan Hani didalam mobil yang bagian dalamnya sudah dimodifikasi seperti kasur. Kemudian aku mengecup kening Hani lalu keluar lagi.

" Hiro.. terima kasih yah " ucap wanita itu.
" oh iyah kenalin, aku Maya kakaknya Hani, panggil aja teteh atau teh Maya " ucapnya memperkenalkan nama.


Maya Febrianty

" iya teh Maya, sama-sama " jawabku, bersalaman denganya. Terasa tanganya sangat halus.

" Astri, Ren, Mit.. teteh pulang dulu yah. Minta doanya buat Hani " ucap teh Maya pada mereka.

" iyah teh pasti " ucap mereka kompak.
teh Maya masuk kedalam mobil, tak lama Mobil yang membawa Hani dan keempat sepeda motor lainya meninggalkan rumah ini. Semoga aja Hani tidak apa-apa dan cepat sehat.

" kenapa gak kamu pukul aja sih tadi kakak si Sinta " tiba-tiba Mita berkata kepadaku. Sementara Reni dan Astri sudah masuk kedalam rumah.

" aku gamau ada masalah aja, terus malu sama kakaknya Hani kalo sampe ribut.
" tadi yang pake motor itu, pengawal teh Maya ? " tanyaku pada Mita.

" si Salman itu ngejar-ngejar Hani dari dulu padahal dia cuman supir. Terlebih dari dulu Hani selalu tertutup sama cowo, baru sama kamu dia deket banget " jawabnya.
" oh yah, kamu jangan kaget kalo nanti main kerumah Hani. Disana banyak banget pengawalnya hehe " lanjutnya.

" hmm begitu yah.. yaudah aku pamit pulang dulu yah " ucapku pamit.

" yah kok pulang " jawab Mita terlihat sedikit kecewa.

" aku ada urusan kerumah sodara " ucapku lagi mencari alasan.

" yaudah deh " jawabnta.

Aku pun pergi meninggalkan rumah Hani dengan perasaan sedih dan khawatir akan kesehatan Hani. Setiap langkahku kini selalu teringat Hani. Untuk pertama kalinya ada yang merebut rasa cintaku pada Mey. Setibanya aku dirumah terasa sangat sepi, aku tidak menemukan keberadaan Rio. Kucari Rio dikamarnya, tapi tidak kutemukan dia disana. Lalu aku kembali keruang tengah, kulihat si Nenek melayang hendak pergi kedapur.

" Nek , apakah kau lihat Rio? " tanyaku padanya.

" oh Rio siapa yah? " tanyanya, pikun dia mulai kambuh.

" Rio adik aku nek, emang yang tinggal dirumah ini siapa lagi ? " ucapku sedikit kesal.

" oh mungkin yang kamu maksud itu, anak laki-laki yang dari tadi lari-lari di halaman belakang " ucapnya terlihat bingung.

" Hadehhhh " gumamku dalam hati.
Kemudian aku langsung pergi menuju halaman belakang. Benar saja, kulihat Rio sedang berolah raga.


Maaf updatenya separo dulu yah :ampun:
 
Duhh mkin penasaran suhu,,siapa keluarga hani,bisa dpetin teh maya jg g tuh hiro suhu,,,mayan buat cem ceman...:D
 
wah kakaknya hani boleh juga tuh haha,sisanya jgn smpai mlm jumat dpn ya gan:p
 
Huu itu neng Maya Febrianty nya caem huu.boleh lah doi di tongolin mulu di tiap update moro.
Sapatau bisa trisum neng maya,hani n ane :hore:
 
Duhh mkin penasaran suhu,,siapa keluarga hani,bisa dpetin teh maya jg g tuh hiro suhu,,,mayan buat cem ceman...:D
wah kakaknya hani boleh juga tuh haha,sisanya jgn smpai mlm jumat dpn ya gan:p
Huu itu neng Maya Febrianty nya caem huu.boleh lah doi di tongolin mulu di tiap update moro.
Sapatau bisa trisum neng maya,hani n ane :hore:
apa gaada yang khawatir gitu sama bebeb Hani? :galau:

Nunggu tengah malam, baru :baca: biar tambah nggreret
gaada hantunya kok :galau:
yang ada malah tante gemes :pandaketawa:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd