Update 9
Hani Novita Dewi
Hani kembali masuk kedalam ke kamar sambil terus memegangi perutnya, raut wajahnya terlihat meringis . Aku sangat khawatir melihat Hani seperti itu, dengan cepat aku bangkit lalu menyambutnya dan menyuruh dia duduk diatas kasur.
" kamu gapapa ? " tanyaku khawatir keadanya.
" perut aku sakit banget yanx " jawab Hani terus memegangi perutnya.
" aku buatin minuman hangat yah " ucapku.
" sementara perutnya balurin minyak kayu putih " lanjutku.
" hmm iyah tolong ambilin minyak kayu putihnya diatas meja itu yanx " ucapnya.
Aku pun berjalan menuju meja yang biasa digunakan sebagai meja belajar maupun meja rias, karena ada cermin besar diatasnya. Aku pun mengambil minyak kayu putih untuk Hani.
" nih Minyaknya " ujarku memberikan minyak itu padanya.
" makasih yah sayanx " ucap Hani, terlihat sambil menahan sakit. Perlahan dia mulai membalurkan minyak kayu putih ke perut maupun punggungnya.
" kamu tunggu disini yah, aku masak air dulu " ucapku pada Hani. Dijawab Hani dengan anggukan, wajahnya masih menunjukan kesakitan.
Aku segera pergi ke dapur, menuangkan air kedalam panci kecil yang sudah kutempatkan diatas tungku kompor, kemudian kunyalakan kompornya.
Hanya tiga menit Air yang kumasak sudah mendidih, kulihat diatas meja dapur ada beberapa bumbu berjajar. Diantaranya terselip gula pasir dan sekotak teh celup kemudian aku mengambilnya. Ku tuangkan air yang tadi kumasak kedalam sebuah gelas, lalu kucampurkan dengan gula pasir dan teh celup. Sementara sisa air yang tadi ku masak, ku masukan ke dalam botol kecil bekas air kemasan.
" kamu lagi apa malam-malam di dapur ? " tanya Mita.
" aku buat teh manis buat Hani, katanya perutnya sakit " jawabku.
" ya ampun kok bisa ? " tanya Mita lagi terlihat khawatir.
" aku juga ga tau, tiba-tiba aja perutnya sakit. Yaudah aku mau ke kamar dulu, ngasih ini ke Hani " jawabku sudah memegangi teh manis dan dan air panas dalam air kemasan.
" aku ikut " seru Mita.
Kami pun berdua masuk ke kamar Hani, terlihat dia meringkuk memegangi perutnya.
" kamu kenapa Han ? " tanya Mita, terlihat dia begitu khawatir.
" perut aku sakit banget Mit " jawab Hani menahan sakit.
" sakit mules atau gimana ? " tanya Mita lagi.
" ehm bukan mules Mit, tapi sakit perut aku " jawab Hani.
" duh aku khawatir nih, aku ga ngerti harus ngapain " ujar Mita, dia duduk dipinggir kasur sambil mengelus rambut Hani.
" yanx mana teh manisnya? " tanya Hani padaku.
" inih udah aku bikinin, tapi masih panas " jawabku.
" ehmm aww " Hani hanya meringis menahan sakit.
" besok pagi kita ke puskesmas yah " ajaku pada Hani.
" tapi besok hari minggu, puskesmas tutup " sanggah Mita.
" oh iyah,,, aku lupa " ujarku.
" apa mau aku hubungi orang tuamu Han ? " tanya Mita.
dijawab Hani dengan anggukan.
" yaudah pagi-pagi aku pergi ke kota terdekat yah,,, terus hubungi orang tua kamu " lanjut Mita.
" mau naik apa kamu kesana Mit ? " tanyaku pada Mita.
" aku juga bingung,,, kayaknya mau nyewa motor atau ojeg aja " jawab Mita.
" ehmm awww... Mit kalo butuh uang buat nyewa ojeg nya, ambil aja uang di dompet aku diatas meja. Terserah mau kami ambil berapa juga " ucap Hani.
" iyah Han, aku nanti ambil secukupnya aja " jawab Mita.
" nih Han kayaknya teh manisnya udah hangat sekarang " lanjut Mita, mengambil teh manis hangat yang tadi kusimpan diatas meja lampu tidurnya.
Hani pun bangun lalu duduk menyandar, diminumnya teh manis pemberian Mita. Tapi tak banyak yang dia minum tanganya kembali memegangi perutnya.
" apa ada yang harus aku lakukan? " tanyaku pada Hani. Aku sangat bingung kali ini, entah apa yang harus aku lakukan.
" kamu temenin aku aja disini yanx " jawab Hani. Tanganya memberi isyarat agar aku duduk disampingnya.
" udah sanah ikutin kata Hani " ucap Mita padaku.
Aku pun naik keatas kasur kemudian duduk disamping Hani. Kini aku dan Mita mengapit Hani ditengah.
" buat aku kuat yanx " ucap Hani padaku.
" apa yang harus aku lakukan ? " tanyaku bingung.
" jangan pernah tinggalin aku " ucapnya menatapku nanar.
" iyah gaakan, aku janji " jawabku.
Hani kemudian memeluku, menenggelamkan kepalanya didadaku.
Mita terlihat tersenyum melihat kami tapi matanya sedikit mengeluarkan air mata.
" ituh air panasnya tempelin diperut yah, siapa tau bisa ngurangin rasa sakitnya " tawarku pada Hani. Dijawab anggukan kepala tanda setuju dari Hani.
Dengan inisiatif Mita langsung mengambil air panas yang kini sudah hangat dalam botol pada Hani.
" nih Han " ucap Mita.
Hani menerima botol berisi air hangat dari Mita. Kemudian menempelkan botol itu diperutnya.
Hani terus saja memeluk tubuhku, diraut wajahnya terlihat sedang menahan rasa sakit.
" yanx tau ga, apa yang lebih menyakitkan dari sakit yang aku rasakan diperutku ini ? " tanya nya lirih padaku.
" hmm entah, aku gatau " jawabku bingung, menjawab pertanyaan Hani.
" yaitu... disaat aku bisa memeluk tubuhmu tapi tidak memiliki hatimu seutuhnya. Menyakitkan.... " bisik Hani lirih.
" apa makdudmu? " tanyaku, sedikit kaget mendengar jawaban dari Hani. Sebenarnya mungkin ada benarnya ucapan dia, bahwa ada orang lain didalam hatiku.
Namun tidak ada jawaban lagi dari Hani, badanya terasa sangat lemas dalam pelukanku. Membuatku takut sekaligus khawatir.
" Han... kamu kenapa Han..? " Mita terlihat sangat khawatir melihat Hani yang lemas tak sadarkan diri.
" heyy.. kamu kenapa Han ? " ucapku berusaha menyadarkanya, tanganku terus mengelus pipinya.
" sepertinya Hani pingsan " ucap Mita, kami berdua sangat panik melihat keadaan Hani seperti ini.
" Mit ambilin minyak kayu putih itu " ucapku pada Mita, menunjuk minyak kayu putih dipinggir teh manis.
" nih Hiro " ucapnya, memberikan minyak kayu putih padaku.
Aku langsung membuka tutupnya kemudian mendekatkan pada hidung Hani, berharap Hani cepat sadar dengan menghirup bau dari minyak kayu putih ini.
" Han sadar Han... " ujar Mita terus mengoyang-goyangkan tubuh Hani.
" ayo bangun sayanx " ucapku khawatir, tanpa sadar memanggil Hani dengan sebutan sayanx.
" Han.. bangun Han.. " ucap Mita berusaha menyadarkan Hani.
Aku terus mendekatkan minyak kayu putih ke hidung Hani dan Mita terus memijit tangan Hani. Beberapa saat kemudian Hani perlahan mulai tersadar dari pingsanya. Aku mengelus lembut rambutnya, kemudian mencium keningnya.
" Han kamu udah sadar? " tanya Mita yang begitu khawatir. Hani melirik perlahan ke arah Mita, tak ada kata yang dia ucapkan.
" kamu harus kuat,,,, aku sayang kamu Han... " ucapku padanya, dia kini melihat kearahku. Sangat lemah tak berdaya.
Entah apa yang terjadi pada Hani saat ini. Belum pernah aku berada dalam situasi seperti ini, apalagi melihat kondisi Hani yang terus melemah. Membuatku terkadang panik. Mita pun terlihat sangat khawatir dengan keadaan Hani, tanpa sadar air matanya menetes. Saat ini jam dinding menunjukan pukul tiga pagi.
" gimana nih Hiro ? Aku sangat khawatir dengan keadaan Hani. Dia terlihat sangat lemas " tanya Mita sambil terus memijat-mijat tangan Hani.
" aku pun bingung Mit, jam segini puskesmas tutup. Apalagi ini hari minggu " jawabku pada Mita sambil terus mengelus rambut Hani. Sementara Hani terlihat sangat lemas tak berdaya dengan tatapan kosong.
" apa sebelumnya Hani pernah seperti ini ? " tanyaku pada Mita.
" selama aku kenal Hani, sepertinya dia belum pernah kayak gini. Tapi Sinta kayaknya lebih tau, karena mereka sudah berteman dari kecil " jawab Mita.
" hmmm si Sinta nya kan pergi tadi sama pacarnya " ucapku.
" hmm entahlah Hiro, apakah dia pacarnya atau bukan. Sinta sering banget gonta ganti cowok " ujar Mita.
" kadang Sinta sering meninggalkan Hani sendirian dirumah dan pergi dengan cowoknya " lanjut Mita.
" kamu harus sembuh yah.. harus kuat,,, aku gamau kehilangan kamu sayanx " ucapku pada Hani, kembali mengecup keningnya.
Hani menatapku nanar, perlahan matanya terlihat berkaca-kaca.
" Hiro aku pergi sekarang aja yah " ucap Mita.
" tapi ini masih terlalu pagi Mit, diluar masih gelap " jawabku.
" tenang aja pasti udah ada orang-orang yang mulai pergi ke pasar. Jadi pasti enggak sepi di jalan " ucap Mita.