Lanjutan...
Hiro Kwehni
Rio sedang berlari-lari kecil memutari halaman belakang, Aku menunggu dibawah pohon mangga yang sejuk. Sepertinya Rio melihat kedatanganku, dia lalu berlari kecil kearahku.
" tumben kamu hari minggu pagi olahraga, biasanya juga sibuk nonton TV " ucapku padanya, ketika Rio sudah berdiri dihadapanku. Kemudian dia duduk disebelahku.
" pingin aja kak, aku udah lama ga olahraga " jawabnya pelan.
" gimana kelanjutan hubungan Tomi dan Laras? " tanyaku sambil tersenyum.
" hmmm.. gitu aja kak gajelas mereka " jawabnya.
" ohh jadi gaada yang menarik semalam? " tanyaku lagi.
" ehh iyah kak, semalam para hantu ga lama keluar rumah terus mereka balik lagi, mereka pada ketakutan kak " jawabnya, membuatku penasaran.
" ketakutan kenapa? Apa ada hantu ?. Eh kan mereka hantu hehe " ujarku.
" emang ada hantu ka, kaya siluman ular gitu. Banyak hantu yang dihajar, makanya mereka pada takut dan langsung pulang kesini " jawab Rio.
" ada berapa itu ularnya? " tanyaku lagi semakin penasaran.
" ehmm aku kurang tau ka, tapi katanya banyak " jawabnya.
" yaudah Rio, aku ingin menanyakan langsung pada mereka. Kau tunggu disini, nanti kita olahraga bersama " ucapku.
" baik kak " ucapnya, disertai anggukan kepala.
Aku lalu bangkit, kemudian berjalan menuju Aula, yang letaknya memang di halaman belakang. Ketika aku masuk kedalam Aula, suasana terlihat sunyi. Para hantu beberapa sudah mulai beristirahat. Kulihat Laras sedang meroll rambutnya, mungkin agar terlihat keriting rambutnya. Sementara Faruk terlihat dipojokan, jangan tanya sedang apa. Pasti dia sedang tidur. Laras yang melihat kedatanganku, langsung menghampiriku. Meskipun rambut yang di roll nya baru sebelah.
" hihihihihihihi " tawa Laras seram.
" ada apa kau kemari Hiro? " Tanyanya, sambil melanjutkan meroll rambutnya yang baru sebelah.
" hmm kata Rio, semalam kalian ketakutan. Karna beberapa ular yang menghajar kalian " jawabku.
" hihihihihihi " kembali tawanya seram.
" kami disini tidak ada yang kena hajar kok, karena kami cepat pulang setelah melihat ular-ular itu menghajar hantu lain. Sadis sekali mereka " jawabnya, terlihat dia seperti mencoba mengingat kejadian semalam.
" ada berapa jumlah ularnya ? " tanyaku lagi, Laras berusaha mengingat kejadian semalam.
" aku kurang tau tepatnya berapa, tapi yang kulihat ada sekitar lima ular. Mungkin bisa lebih, karena aku langsung kabur kesini " jawabnya, mulai serius bercerita. Tapi tanganya masih berusaha meroll rambut sebelahnya.
" apa tujuan mereka sebenarnya? " tanyaku lagi.
" jelas tujuan mereka pohon Mulyo, dan subuh tadi aku dapat kabar, kalau keluarga kurent berhasil memusnahkan mereka semua " jawaban Laras membuatku sedikit lega.
" syukurlah... beberapa hari lalu, aku dan Mey berhasil memusnahkan salah satu dari mereka yang hendak memanfaatkan kekuatan pohon Mulyo " ucapku pada Laras.
" dan sekarang jumlah mereka yang datang bertambah banyak. Tujuan mereka datang kesini pasti sama, tapi apakah sama niat mereka mempergunakan kekuatan pohon Mulyo itu " lanjutku.
" sebaiknya kau jangan terus pergi-pergian, aku takut jika mereka datang kesini." Ucap Laras memelas.
" kan ada Tomi yang akan selalu menjagamu hehe " ucapku bercanda sambil melirik kearah Tomi yang sedang memperhatikan kami dikejauhan.
" Faruk juga kan bisa menjaga rumah ini " lanjutku pada Laras.
" jangan ngomongin pocong itu, gasuka aku ihhhh " ucapnya menunjukan ketidak sukaan pada Tomi.
" dan si kucing pemalas itu. Apa kau tau ? Dia yang paling duluan lari kesini " lanjutnya, menyanggah ucapanku tentang Faruk.
" hahaha dasar Faruk " ucapku tertawa mendengar perkataan Laras.
" sebaiknya kau segera latih Rio, dulu saat kau diseusia Rio sekarang sudah menjadi Moro yang cukup tangguh, bahkan ikut dalam perang besar " ucapnya memberi saran padaku.
" karna aku ikut perang itu dan nyaris mati,,, membuat ibuku sangat menjaga Rio. Bahkan ibu tidak ingin Rio menjadi seorang Moro " jawabku atas saran Laras.
" tapi sudah takdirnya kalian menjadi Moro " ucap Laras.
" baiklah, aku mau olah raga dulu sama Rio. Dan kalau ada kabar ular itu menyerang kembali pohon Mulyo, segera beritau aku " ucapku pamit pada Laras.
" hihihihiihiihii " tawanya seram.
" baiklah, tentu saja " lanjut Laras.
Lalu aku keluar dari Aula, meninggalkan Laras beserta hantu lainya. Kulihat Rio duduk dibawah pohon mangga tempat aku meninggalkanya tadi.
" nih ka minum, barusan aku ngambil dari dapur " ujar Rio memberikan minuman rasa buah dalam botol.
" makasih Rio " ucapku menerima minuman dari Rio, kemudian aku meminumnya.
" ayo kita mulai olah raganya " lanjutku, mengajak Rio berolah raga.
" baik ayoo kaa " jawabnya kemudian bangkit.
" kita mulai dengan berlari kecil dulu " ajaku, lalu mulai berlari kecil dan langsung diikuti Rio.
Kami berdua berlari kecil memutari halaman belakang yang luasnya seperti lapangan Futsal. Sepuluh putaran kami selesaikan mengelilingi halaman belakang. Setelah dirasa cukup, kami lanjutkan dengan push up, shit up, full up dan scot jam masing-masing tiga puluh kali. Kulihat Rio terlihat sangat kelelahan sementara aku, mungkin hanya seperempat tenagaku yang habis.
" istirahat dulu ka
hosh... hosh.. hosh.. " ucapnya mengatur nafas kelelahan.
" yaudah, kita istirahat dulu " jawabku, kembali kami duduk dibawah pohon mangga tadi.
" kak, kapan kita pergi kerumah nenek? " tanyanya padaku.
" hari minggu depan Rio" jawabku.
" emang ada apa sih dirumah nenek kak? " tanyanya lagi.
" aku juga gatau Rio, ibu yang menyuruh kita kesana. Mungkin nenek kangen... gluk... gluk... gluk... " jawabku, sambil meminum air dalam botol.
" hmm begitu yah.. " ujarnya, entah dia puas atau tidak dengan jawabanku.
" ayo kita olahraga lagi " ajaku.
" ahh engga kak, aku capek.. ini udah tengah hari, aku mau mandi terus tidur " jawabnya, menolak ajakanku.
" ah kau Rio, ga seru " ucapku sedikit kecewa. Sebenarnya aku hanya bercanda, karna aku tau sebatas mana kemampuan fisiknya.
" maaf yah kak " ucapnya pelan.
" aku masuk dulu yah " lanjutnya pamit, kemudian beranjak pergi masuk kedalam rumah.
Cuaca semakin panas, seiring matahari bergerak tepat diatas kepala. Berbanding terbalik dengan cuaca hari kemarin yang mendung sejak pagi hingga senja petang. Saat inilah, kekuatan para hantu berada dititik terlemah.
Kembali pikiranku membayangkan Hani. Wanita luar biasa yang mampu menahlukan hatiku. Semakin hari, rasa sayangku semakin besar kepadanya. Mungkin aku mulai jatuh cinta padanya, kejadian semalam dan bagaimana kondisi Hani saat terakhir kali aku melihatnya, benar-benar membuatku sangat khawatir. Saat ini kurindukan tawa dan candanya yang biasa mengisi hariku juga warnai hidupku.
Setelah dirasa cukup bersantai dibawah pohon, kemudian aku masuk kedalam rumah. Sepertinya Rio sudah tidur di kamarnya. Lalu aku masuk kedalam kamarku, membuka kaos pemberian Hani yang sudah penuh dengan keringat. Kemudian masuk ke kamar mandi untuk mandi agar badanku kembali segar.
Selesai mandi aku kemudian berpakaian, tak lupa mengenakan jaket hitam kesukaanku. Aku mempunyai banyak jaket hitam didalam lemari. Kulihat jam sudah menunjukan pukul tiga sore.
Lalu aku keluar kamar, kemudian masuk kedalam dapur untuk memasak nasi goreng. Kubuat nasi goreng yang lebih banyak, untuku dan untuk Rio. Selesai memasak, ku pisahkan nasi goreng sebagian dalam piring untuk Rio. Kemudian aku memakan nasi goreng bagianku.
Selesai makan, aku pergi keruang tengah untuk menonton TV. Aku mencari siaran berita sore, kasus-kasus kriminal masih menjadi fokus pemberitaan. Setelah acara berita selesai, lalu aku memindahkan chanel tv ke acara kuis. Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 7 malam. Aku ada janji akan pergi ketempat paman Sukma. Kemudian aku bangun menuju kamar untuk mengambil tas kecil, lalu berjalan menuju keluar rumah.
" Kak mau kemana? " tiba-tiba Rio memanggilku, aku berbalik kearahnya.
" kaka mau ke kota, ada urusan " jawabku.
" di dapur ada nasi goreng buat kamu " lanjutku.