Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tiga Putri

Wah gara² pengen jadi orang nomor 1 sampe segitunya...
Mungkin ansel akan mendengarkan kata² papanya tidak untuk menjadi "pendendam" atau bisa jadi nanti malah dia yg akan membalikkan keadaan karena tau kelakuan mereka sudah menghilangkan nyawa kedua orang tuanya...

Semoga kelak ansel bisa menjadi orang bijak yg tidak membalas perbuatan mereka, tapi merubah semuanya dengan lebih baik :beer:
 
Bimabet
Tigapuluh Tiga

Kini semua menjadi jelas, dokumen yang di simpan brangkas adalah hasil bukti ambisi dari dirinya, di mulai dari bukti suap, membuat rakyat kecil terpaksa menjual tanahnya dengan murah, laporan pajak yang tak sesau, dan banyak lagi.

“kamu keluar dulu sekarang yah,” senyum kakeknya ke ansel, tapi raut wajanya begitu kesal, tapi di hadapan ansel, kakeknya tak ingin meluapkan amarahnya.

“ini semua apa?? Papa harap kamu jujur, apa semua di isi brangkas yang di simpan kakak kamu benar?”

“JAWAABBBB, ia atau tidakk” ansel bisa mendengar percakapan mereka dari luar ruangan. Di luar ruangan ansel tak sendirian, ada bibi erna, dan keluar dari pihak adik papanya. Mereka membuang muka saat ansel menatap sinis kearah dirinya.

Ansel mendengar semua cacian yang keluar dari kakeknya itu.. Rasa kecewa, sedih, karena begitu teganya saudara kandung mencelekai saudaranya sendiri hanya demi tahta.

Secara gak langsung ansel juga merasakan hal yang sama, ia begitu kecewa terhadap dirinya, emosinya meningkat secara drastis,

Tiba-tiba ansel berdiri dan masuk begitu saja saat kakeknya dan adik papanya sedang berbicara.

“stoppppppp!!!, udah cukupp semuanyaaaaa!!!” ucap ansel dengan raut wajah yang kesal, nafasnya terengah menahan emosi yang semakin memuncak.

“gak usah di perpanjang, sesuai pesan papa terakhir, kalian boleh ambil aset dari papa,tapi jangan ganggu aset di kota sambas, tempat di mana bibi erna berada!!! “

“dengan begitu, saya selaku ahli warisnya, sudah memutuskan itu dengan matang-matang untuk itu,”

“bila tetap kekeh, saya akan memperpanjang kasus itu sampai ke akar, dengan begitu masalah ini akan semakinnn kacauu!”

“sesuai keinginan papa” ucapnya dengan nada pelan, entah kenapa di pikirannya kembali teringat isi rekamannya, ansel bisa mendengar suara kedua orang tuanya dulu, matanya tiba-tiba memerah dengan setetes air keluar dari matanya secara tak langsung.

Ansel memalingkan wajahnya keluar dari ruangan, matanya tertuju ke bibi erna. Mereka yang di luar ruangan mendengar apa yang ansel ucapkan langsung terdiam sejenak.

“kita pulang bii” ucap ansel dengan bibir yang bergetar.

Ansel dan bibi erna pergi menggunakan mobil dan beberapa mobil bawahnnya. Mereka menuju ke arah sebuah hotel.

“kita nginap disini dulu, sampai kamu pikirkan baik-baik keputusan kamu yang tadi”

“kamu punya hak mengambil apa yang udah di rampas adik papa kamu, apa lagi kakek kamu sudah tau semuanya sekarang.” Ansel terdiam, tapi di kepalanya terus mengumpat kelakuan adik papanya. Dan di lain sisi dia tak mau melakukannya karena pesan dari kedua orang tuanya membuat emosinya mereda.

“madamm...” ucap seseorang yang ansel kenal, dia lah orang yang pertama kali mengejar ansel sampai ke belakang mal, ansel terlihat tersentak melihat orang itu. Ternyata orang yang mengejar ansel adalah anak buah bibi.

“ada apa?”

“ituu....” ucapnya ragu.

“mbak cecil, nyusul ke sini,”

“sekarang dia dimana?”

“di dalem...” bibi dan ansel langsung masuk ke dalam kamar hotel,

“kalian kenapa dateng kesini?” tanya bibi ke cecil yang duduk di dekat jendela,

“kalian berdua juga” lanjut bibi erna terlihat kaget, begitu juga ansel, karena anggit dan nessa juga ada disini.

“kita juga kwahtir sama ansel ma, makanya kalau tau mama pergi, kita bertiga ikut ke sini, tapi kepergok sama si botak hehe” jawab cecil. Bbi erna hanya menghela nafas panjang.

“kamu gak apa-apa?” ucap anggit di sampingnya.

“iah, gak kenapa-kenapa,” kedua tanganya mengelus pelan rambut anggit,

“ehheeemm,,, “ cecil dan nessa berdehem bersamaan.

“kira-kira disini berapa lama ma?”

“sampai ansel memutuskan, mengambil semua warisannya atau membiarkan seperti ini,” anggit tiba-tiba menjadi murung, raut wajahnya terlihat takut akan terjadi sesuatu.

“kalau kamu ambil semua warisan, apa bakalan tinggalin kita?” pertanya yang tiba-tiba keluar.

“hahahaa, ya gak lah, gak mungkin gue tinggalin semuanya demi warisan, jadi jangan kwahtirin itu”

“jadi keputusan kamu?”

“mempertahankan peninggalan papa mama yang ada di sambas sana,”

“sudah yakin?”

“iah, tetap tujuan awal untuk kebahagian kalian bertiga, bibi erna, dan juga para penghuni disana,”

“okehlah kalau begitu, kamu mau pesan kamar lagi?”

“gak usah, disini juga lega, satu kasur berempat juga bisa” goda ansel yang mulai kembali ke dirinya yang dulu.

“kok berempat?”

“bibi gak di ajak?”

“ ihh mama, “ desis cecil yang terlihat malu mendengar ucapannya.

“haha bercanda, cil, di ruangan sebelah ada single beda juga, cukup kok berlima” ansel langsung memeriksanya, dan benar ada dua single bed.

***

Makan malam sudah selesai, anggit, cecil, dan nessa, langusng naik ke kamar, bibi erna pun menyusul, ansel memilih berjalan-jalan sebentar baru naik lagi ke kamar.

“yang lain pada kemana bi?” tanya ansel saat kamar terlihat sepi, cuman ada bibi erna yang baru selsai mandi sedangn mengeringkan rambutnya/

“lagi mandi,”

“bertiga?”

“iah, tuh suaranya, berisik.” Ansel dengan langkah cepat mengarah ke kamar mandi. Pintunya tak terkunci, dengan jelas mereka bertiga saling gosok menggosok di bawah shower.

“nikmatnya kalau mandi berempat” celetuk ansel yang terdengar oleh mereka.

“ANseeeeelll!!!!” jerit anggit melempar sabun yang di pegangnya ke arah ansel,

“bletaakkk” dengan tepat sabun mendarat di kepalnya. Sambil meringis memegang kepalanya ansel pun menutup kembali pintu kamar mandi,

“sukurin, hahahaa” tawa bibi erna yang melihat kejadian itu.

“hehe, ansel ke bawah dulu, mau cari angin.” Angguk bibi erna, melanjutkan mengeringkan rambutnya.

Ansel berjalan memutar-mutar hotel, tekadang ia duduk termenung memikirkan keputusannya sekali lagi. Hatinya bimbang sekarang, sampai tak terasa sudah jam sepuluh malam.

“udah pada tidur” ansel berjalan perlahan, di kasur utama, cecil, anggit dan nessa tidur bertiga, dan bibi erna tidur di single bed. Ansel memilih mandi dulu.

Selesainya ia memilih ke balkon hotel menggunakan celana kolor, dan handuk yang di lilitkan di punggung.

“satu batang deh,” gumam ansel menyalakan satu batang rokok tersisa, ia membelinya saat berkeliling di hotel.

“huuuuuuuu” hembusan asap rokok,

“kamu sejak kapan merokok?” suara bibi erna yang berjalan perlahan ikut berdiri di balkon. Bibi erna menggunakan daster merah dengan renda cukup rendah, membuat belahan buah dadanya terlihat setengahnya,

“eh bibi, hehe, ansel rokok kalau ada masalah kok bi”

“bibi sendiri, kok belum tidur?” mata ansel tertuju ke belahan buah dadanya, yang di pastikan tak memakai bra.

“ohhh, jaga-jaga siapa tau kamu ngegerayangin salah satunya” canda bibi erna, ansel yang tahu maksudnya hanya tertawa geli.

“oh ia, bibi boleh tanya?” angguk ansel.

“bibi penasaran selama ini berapa tante-tante yang kamu layanin?” suasana menjadi hening seketika,

“tiga belas bi..” jawab ansel sambil menghisap dalam-dalam sisa rokoknya.

“waw, satu bulan satu kali berati yah,” angguk ansel.

“terus di antara tiga belasnya ada yang paling kwalahan?” bibi erna semakin mendekat, karena penasaran.

“ada, yang terakhir, hahaha”

“siapa namanya?”

“bibi kenapa penasran gitu?” potong ansel,

“ngak, mau tau aja, “

“hmmm.. namanya, tante erna” ansel langsung ketawa cekikikan.

“issshhh,, seriusann, ini tanyanya” bibi erna antara ketawa dan tersipu malu menjadi satu.

“iah, seriusan, yang bikin kualahan dia orangnya”

“hahaha.. bisa aja, playboy kayak kamu biasanya lagi horny kan?”

“gak dapat jatah beberapa hari?” balas bibi erna yang kini di sampingnya sekarang.

“hehehe, tau ajah, bibi juga kah?” goda ansel memasang wajah mesumnya.

“kalau iah, kenapa?” bi erna tak mau kalah, ia menjawab sambil mengigit bibirnya sendiri. Tangan ansel langsung mengelus bongkahan pantatnya.

“quick quick?” ucap ansel pelan.

“apa tuh?”

“masa gak tau sih bibi?” tangan ansel sudah menjalar ke selangkangannya, kini jari-jari mengelus belahan vaginanya dari luar celana dalamnya, itu semakin di permudah karena bibi erna meregangkan kakinya dan sedikit membungkuk.

“yang lama dong,” tawa geli bibi erna, di ikut desah pelannya. Tak lama bibi erna duduk di bangku depan balkon,

Ansel menyingkap daster dan juga celana dalamanya, lidahnya langsung melumati setiap inci vagina bibi erna.

“ouhh yahh,, masukin,uhh” pintanya, penis ansel langsung menghujam ke dalam vagina bibi ernah perlahan,

Ansel menarik tubuh bibi erna pegagan ke balkon, penisnya kembali menghujam vaginya dengan cepat.

“uhhhh yaahhhhh” lenguhnya bersamaan dengan cumbuan di tengkuk dan remasan buah dadanya.

“ansell ngapain di angkat” jerit bibi erna terkejut saat kedua kaki di angkat ansel,

“cobain bi, “ sambil mengangkat bibi erna yang cukup berat, ansel menghentakan penisnya keluar masuk..

“kalau berani sini” ajaknya ke arah pintu masuk dari balkon, bibi erna berpangan di pinggiran pintu sambil menungging.

“aggh aghh aghh yeah” gumam bibi erna bersaman dengan hentakan cepat ansel, agar mereka bertiga tak terbangun.

Hal itu berhasil, tubuh bibi erna mengejang hebat sampai ia jatuh perlahan sambil menungingung menikmati klimaksnya,

“ploppp” cairan putih keluar bersamaan ansel mancabut penisnya.

“eggghh” pekik bibi erna kaget saat nessa bangun, ansel langsung keluar balkon, dan bibi erna merapihkan pakaiannya. Berjalan mengendap kembali ke tempat tidurnya.

Nessa bangkit dari tempat tidurnya mencari air minum yang ia taruh di dekat meja arah balkon hotel.

“pintunya” penasaran nessa melihaat keluar balkon,

“ansellll” panggilnya,

“heee?” ansel sedikit terkejut karena nessa benar-benar terbangun, dari sikapnya kemungkinan nessa tak tau apa yang terjadi barusan.

“ngapain duduk sendirian di luar?” tanya nessa melangkah keluar, tetapi terhenti karena ia menginjak sesuatu, yang tak lain cairan bibi erna.

“cari angin aja, hehe, gak bisa tidur” ansel melihat nessa memeriksa telapak kakinya,

“ada apa?” lanjutnya penasaran.

“kamu habis main sama siapa?” tanyanya menghiraukan pertanyaan ansel.

“main/”

“ihh pura-pura oon, ini cairan punya siapa/” tunjuknya cairan putih di jari-jari tangannya.

“ingus kali, “

“ha? Ngaklah, wanginya sama kok, kayak punya aku”

“hayo ngaku.... “ nessa menyipitkan matanya.

“hehehee, “ ansel tersenyum cengengesan,

“cecil??”

“Ha?? Gak lah...”

“Anggit?” tanyanya lagi melihat ke dalam kamar, anggit dan cecil masih tertidur pulas.

“pasti madam.... ya kan??” ansel mengangguk mengiakan.

“issshh.. sempet-sempetnya main,” desisnya, tangan ansel langsung menarik nessa ke pangkuannya,

“udah berapa ronde tadi?" tanya nessa penasaran, karena ia meginjak cukup banyak cairan putih bibi erna.

“satu doang, bibi yang kalah” senyum ansel, merangkul pinggang nessa.

“ouhhh”

“mau di keluarin cariannya juga?” tanganya ansel tak tinggal diam, tangannya mengelus punggung belakangnya dan juga bongkahan pantatnya.

“uhhmm, yang cepet yah” jawabnya ragu sambil melihat ke dalam kamar.

“pastiiii” ansel memposisikan nessa berpegangn ke pinggiran balkon, celana tidur, sekaligus celana dalamnya langsung ansel singkap kebawah.

“sslrrrrrrrruuuupsss” jilatan rakus langsung melahap vaginanya dengan kedua jempolnya membuka belahan vaginanya.

“ouhhhhhhhhhh” lenguh panjang nessa meregangkan kakinya dengan sedikit menungging. Hal itu mempermudah ansel melumat bagian dalam vaginanya yang kini mulai basah.

“oooooooohh anseell” lenguh nessa lagi, merasakan penis ansel menyeruak masuk sampai mentok,

“hehehe, lanjut?” tanya ansel membuka satu persatu kancing baju tidurnya, dan menyingkap bra yang nessa pakai.

“iahh,” angguk nessa melihat pemandangan kota sambil dirinya di goyang ansel, ada sensasi yang berbeda sekarang, membuat libidonya semakin tinggi.

“yang cepeetttt nggghh” lenguhnya menarik tangan ansel agar meremas buah dadanya.

“plokk plokk plokkk plok” ansel menggerakan pinggulnya dengan cepat yang membuat nessa kembali menggerang, mendongakan kepalanya.

“uhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh”

“klimaks sayang?” bisik ansel menciumi tengkuk nessa.

“iahh,, hmm hmm,, entot yang cepetttt sayanngg” racau nessa tak karuan.

“apa gak dengerr..” goda ansel, menarik rambut nessa agar lebih mendongak.

“ENTOTINNNN AKUUUU SAYANGGG” teriak nessa sangat keras, membuat ansel terkejut dan tertawa pelan. Tak berlangsung lama nessa mengerang sambil mengigit bibirnya, di ikuti tubuhnya yang bergetar hebat.

“enggh enggh” ansel terus menghentakan penisnya, menikmati jepitan dinding vagina nessa yang seolah ingin menelannya lebih dalam.

Ansel memeluknya dari belakang dengan posisi nessa masih berpegangan di pinggir balkon, nessa menolah saat kepala ansel di sampingnya.

“Love youuu” ucapnya dengan nafas yang masih terengah. Seketika ansel mencium bibirnya ddengan lembut. Sambil sedikit menghetakan pinggulnya.

Nessa merapihkan pakaiannya langsung kembali ke dalam kamar dengan buru-buru, menyisakan celana dalam yang lupa di pakai.

Di susul ansel masuk kedalam, yang sekarang jam sudah menunjukan pukul 00.00, sebelum ke kasurnya, ansel berhenti di depan kasur mereka bertiga, memperhatikan satu per satu wajah nessa, cecil dan anggit,

Dan kembali mememikirkan keputusannya yang akan ia ambil,. Penisnya pun ikut kembali tertidur,

***

Kebanyakan pikiran, membuat ansel tak bisa tidur, apa lagi sudah jam dua pagi. Ia melihat di sampingnya bibi ernah sudah tertidur pulas.

Ansel kembali memilih keluar balkon lagi untuk menghisap satu batang rokoknya, ia bisa kembali kebiasaan lamanya lagi. memikirkan sesuatu sambil merokok. Apa lagi dengan mudah ia dapatkan daripada saat di desa.

“srrrrr srrrrrr” langkah terhenti mendengar suara di kamar mandi. Ansel memilih melangkah kesana. Ia meningitip dari pintu kamar mandi yang tak tertutup rapat.

Ternyata cecil yang sedang kencing di wc duduk,

“siapa itu?” dengan cepat cecil memakai celana dan melangkah cepat membuka pintu,

“hehhehe” sapa ansel dengan ketawa kecil,

“isssh.. gue kira siapa” desisnya kesal.

“pasti lo kira anggit yah, terus ajak kwik kwik di kamar mandi, “ celetuknya ketawa ceikikan sambil keluar kamar mandi

“plakk” tamparan cukup keras di pantat cecil,

“aahhh” desisnya.

“apa? Mau?” balasnya saat ansel mamandangnya dengan wajah mesum.

“mau dong, enak kayaknya jam segini” ansel menarik tangan cecil ke arah luar balkon. Udara langsung terasa begitu dingin jam segini.

“ihh dingin diluar,”

“kan kita pernah di luar juga,”

“tapi kan beda, di kebun masih siang, sekarang udah jam dua pagi ih” protesnya.

“ya justru sensasinya disini,” ansel menduduki cecil di bangku, kedua tanganya langsung menyingkap celana tidur dan celana dalamnya. Kedua kaki cecil langsung di rentangkan lebar.

“slrruuooossppss” jilatan lembut mendarat di vaginanya, masih ada aroma air pipisnya, ansel tak memperdulikannya, jari dan lidahnya bekerja sama sampai membuat vagina cecil mulai terasa basah.

“aauhhhhhhh” desahh cecil manjambak kepala ansel, cecil mulai merasakan sesansi yang berbeda sekarang, ia mulai menikmatinya.

Sambil terus melumat vagina cecil, tangan ansel membuka satu persatu kancingnya, cecil yang paham membantu melepaskannya dan juga bra yang ia pakai.

“yukk main cepet” ajak ansel duduk di bangku sebalahnya, lalu ansel membuka celananya. Penisnya sudah berdiri tegang, cecil berjalan kearah ansel.

“gue ajah,,” pintanya, membelakangi ansel sambil menurunkan pinggul kearah penisnya.

“eggghhh” erangan kecil bersamaan dengan penis ansel mulai masuk sampai mentok, cecil perlahan menaik turun pinggulnya. Dalam sekejap ansel mendekap tubuh cecil,

“gini aja naik turunnya sambil liatin bintang-bintang” bisik ansel meremas buah dadanya dan menciumi tengkuk cecil.

“uhmmm,,, ahh” dengan posisi bersandar di ansel, cecil semakin cepat menaik turun pinggulnya,

“UUhhmm aahhhh” kecupan dua bibir saling beradu di sela-sela cecil mempercepat tempo naik turunnya.

“pegel gue..” cecil berbalik memposisikan tubuhnya yang kini saling berhadapan.

“mau gue yang gerak?”

“gak ah, lo harus tahan sampai gue klimaks ya sayang” bisik cecil mesra.

“kalau gue klimaksnya bareng-bareng gimna?”

“yah,, biarin, heheh” cecil menegakan tubuhnya sambil menyibakan rambutnya, pinggulnya pun kembali bergerak naik turun. Terkadan maju mundur, tak bisa ansel tebak. Ansel hanya memaikan buah dadanya sambil memilin kedua puting cecil.

“aahhhhh gue mauuuu dikit lagiii” racau cecil, membungkukan tubuhnya, merangkul leher ansel.

“oooohhhhhhhhhhhh” desah panjang cecil menakan dalam-dalam pinggulnyaa.. rangkulannya semakin erat. Ansel kembali merasakan penisnya kembali seperti mau di telan. Tetapi ia belum mau merasakan mau klimaks.

“setelah jadi orang kaya, kita bisa gak yah deket lagi” ucap pelan cecil dengan nafas yang masih terengah.

“secara silsilah kita masih ada hubungan saudara, jadinya pasti bisa deket,” cecil tak berbicara, dekapannya semakin erat.

“kenapa?” sekilas ansel melihat cecil menitikan air mata.

“gue, gue gue” jawabnya sedikit terisak.

“gue gak mau kehilangan lo, gue sayang sama lo” ucapnya masih dalam dekapannya.

“haaa??” ansel terkejut cecil ternyata menyukainya, bukan hanya untuk bermain basah-basah. Tapi tak bisa di pungkuri ansel juga mempunyai rasa itu, tak hanya cecil, anggit, nessa dan juga bibi erna.

“andai kita gak bersaudara, gue mau jadi orang kesekian, asal sama lo” lanjutnya. Ansel tak bisa berkata apa-apa, hanya elusan di rambut cecil sampai dirinya kembali tenang.

selesainya cecil memakai pakaiannya dan melupakan bra yang terlepas di bangku balkon, sebelum masuk ke dalam, kecupan lembut di bibir ansel.

Hal itu membuat ansel kembali kepikirian, membuatnya matanya kembali segar,

***

Setelah melakukan tiga pertempuran yang berbeda, ansel benar-benar tak bisa tidur. Tepat jam lima pagi, ansel merapihkan pakaiannya untuk segera pergi ke kakeknya tanpa di dampingi siapapun.

Sebelum pergi ansel melihat anggit, yang tertidur pulas dengan iler yang menetes dari bibirnya.

“muucchh” kecupan di pipi anggit, ansel melakukannya karena hanya anggit yang belum melakukan pertempuran dengannya.

“urusan selesai gilirin lo” bisiknya senyum.

Ansel langsung bergegas ke sana, ternyata jarak dari hotel cukup jauh. Hampir satu jam perjalanan naik taksi.

Ansel kini di depan rumah yang megah yang tak lain adalah rumah kakeknya,

“gak salah kan ya, persaan kemarin gak sebesasr ini”

“selamattt pagi mas, cari siapa?” tanya satpam penjaga rumah.”

“ituuu cari pak tua, “ ucap ansel lupa dengan nama kakeknya apa lagi nama adiknya dari papanya. Itu membuat satpam curiga,

“biarkan dia masuk, dia masih saudara” ucap seseorang di belakang ansel, yang tak lain adalah adik papanya. Dengna berpakaian kantoran, tetapi agak berbeda karena kotor, dan banyak rumput di sekitat bajunya. Gak mungkin ia habis jogging dengan pakaian seperti itu,

“ia tuan,”

“masuk, ada yang saya mau bicarakan” ansel mengikuti ia berjalan, yang ternyata ke halaman depan rumah sebelahnya. Ansel terlihat santai, tapi ia sudah siaga kalau ada anak buahnya yang bisa saja menyekapnya lagi.

“sialahkan duduk”

“gak usah, lagian saya kesini bukan ingin bebicara dengan anda” jawab ansel,

“haaaaa,, baiklah” tiba-tiba ia berlutut dan bersujud di hadapan ansel.

“maafkan segala semua perbuatan apa yang saya lakukan selama ini,”

“saya benar-benar menyesal sekarang, apa yang kakak saya lakukan demi melindungi adiknya yang bodoh ini karena ambisinya sendiri”

“semua berkas yang kakak saya tinggal benar adanya, saya pikir ia melakukanny karena tidak ingin di saingi atau kurang berambisi, tetapi saya salah”

“percuma anda meminta maaf ke saya, anda harus melakukannya ke mereka yang sudah tiada!!!” ucap ansel sedikit geram. Emosinya mulai naik dikit demi sedikit.

“saya sudah melakukannya semalaman, makanya saya melakukannya ke kamu Nelsonn,” ucapnya tanpa mengangkat kepalanya.

“saya tak akan mengangkat kepala saya, sampai kamu memaafkan,”

“bisikan kedua orang tua kamu seolah menyurush saya melakukan ini sekarang, “

“mereka bilang, memaafkan atau tidaknya ada di tangan kamu sekarang, kamu yang menentukannya sekarang, “

“haa.. haa” ansel antara mau tertawa , tetapi tak bisa, di tambah ucapa adik papanya ini benar-benar konsisten, ia tak sedikit menggerakan kepalanya apa lagi posisinya. Ansel terdiam beberapa menit.

“anda sudah pasti tau hasilnya kan?” ansel tak bisa bicara kalau ia akan memaafkannya, andai mereka juga masih ada, pasti hasilnya juga memaafkan. Itu yang ansel rasakan sekarang.

“terima kasih banyak” ucapnya lirih saat ansel melangkah semakin jauh darinya,

***

Saat di dalam ansel bertemu kakeknya yang sedang sarapan pagi, ansel pun di persilahkan ikut sarapan dengannya.

“jadi apa yang kamu inginkan sekarang?”

“begini kakek”

“ohhhh pagi hari yang cerah, rasanya sangat senang dengan panggilan itu” raut wajah kakeknya benar-benar senang,

“soal peninggalan papa yang di sambas, bibi erna pernah bilang kalau ada pihak yang mau membelinya, untung pertambangan, kilang minyak, dsb”

“ya kakeknya juga tau dari berkas yang papa kamu”

“jadinya?”

“ansel mau menjualnya, agar semua yang tinggal disana mendapatkan uang untuk mencari kehidupan yang lebih baik,”

“terus?”

“ansel mau membeli tanah yang strategis, untuk peternakan, perkebunan, dan juga ansel sekarang lagi usaha keripik singkong” jelasnya. Hal itu membuat kakeknya sedikit tersedak mendengar keripik singkong.

“huahahahaa,,,” dan akhirnya ketawanya pun tak terhanan. Ansel kembali terdiam.

“baiklah, kita bicarakan nanti, jadinya harta yang dia ambil, kamu mau ambil?”

“ngak kek, itu aja cukup,”

“ansel mau menjalani kehidupan dnegan orang-orang yang ansel sayangi,” kakeknya pun bertepuk tangan.

“prinsip yang bagus, tapi kamu tak bisa lepas bahwa kamu adalah salah satu pewaris kakek nanti hahahaha” ucapnya ketawa bahagia

“dan solah siapa yang akan menjadi pendamping kamu, itu urusan kamu, kakek yakin kamu mempunyai pilihan yang terbaik,”

“boleh tiga gak kek?”

“brrruuuhhhh” kakeknya kembali tersedak mendengarnnya.

“apa maksudnya tiga?”

“tiga istri heheheh” tawa ansel

“bercanda kek” lanjutnya ketawa menyeringai.

“seterah kamu lah, asal jangan lupa jati diri kamu,”

“dan sekarang kita nikmati sarapan pagi ini” lanjutnya senyum, mereka pun menikmati sarapan yang cukup banyak.

Di sela sela itu juga, kakeknya menayakan perjalanan dirinya sampai sini, ansel tak keberatan menceritakannya, termasuk soal bertemu anggit, nessa, cecil dan bibi ernah.

“jangan-jangan tiga nama itu yang mau kamu peristri ??” raut wajah kakeknya menjadi terkejut saat melihat wajah yang ansel yang berseri-seri.



#Bersambung.....

#Note, update ya hu... sudah mulai mendekati klimaks wkwkwk...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd