Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

TOMBO ATI

Bimabet
ada crita baru nih..ijin pasang tenda om
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
PART 3

Haduh, panas sekali ternyata, 2 kali kena tampol kak Kiki, untung dia itu kakakku bukan musuh ultraman, kalau ngga pasti udah tak bales dengan cara saksama dan dalam tempo yang secepat-cepatnya perlakuannya tadi.

"Kok ditampar lagi sih kak? padahal kan mau minta yang itu", protesku sambil memonyongkan bibir.

"Salah siapa cabul banget, coba cabulnya pake tata krama, pasti kakak kasih", jawabnya seraya memeletkan lidahnya.

Baiklah, baiklah, aku memang terlalu cabul tadi, tapi kan seharusnya gak usah pakai tampol-tampolan juga kali. Inikan namanya kekerasan dalam rumah tangga dan bisa mengurangi kadar ketampananku. Untung saja gak ada yang liat aksi penganiayaan tanpa pandang saudara tadi, andai ada yang liat, bisa malu aku sama kucing meong meong.

Dari pada kena tampol lagi mending aku ajak kak Kiki pulang, kan lumayan dada menonjol itu akan menempel lagi dipunggungku. Ya meskipun tadi sempat sedikit pegang-pegang setengah merangsang tapi itu cuma dikit doang. Serius kok cuma dikit, gara-gara Malaikat membuat kak Kiki tiba-tiba sadar. Dasar malaikat kurang kerjaan, kalau aja berani menampakan diri pasti udah tak ajak berantem. Dasar payah, mengganggu kesenanganku aja, lain kali mbok ya diperpanjang dikit waktu grepenya biar aku puas.

"Pulang aja yuk kak" .

"Ngapain cepet-cepet? Masih terang ini", tolak kak Kiki.

"Tapi disini sepi kak. Nanti tak perkosa lho", ancamku .

"Emang berani?"

Ya Tuhan, malah ditantangin balik lho, masa iya aku harus minta tolong setan biar aku jadi khilaf?. Kan gak enak kalo nikmatnya harus ku bagi sama setan. Males banget deh, iya kalau setannya tampan masih ikhlas aku bagi-bagi sama dia. Kalau jelek dan gak wangi ya amit-amit deh.

"Udah ayo pulang aja ya kak, sepi banget ini lho", paksaku ke kak Kiki.

Namun kak Kiki tetap saja gak mau menuruti permintaanku untuk segera pulang ke rumah. Aku cuma gak mau setan bener-bener datang dan memaksaku untuk memperkosa kak Kiki, apalagi tempatnya sangat mendukung untuk kegiatan asusila. Tapi ini kan di hutan, kalau beneran tak perkosa, terus nanti gak bisa dilepas gimana?. Kan gak lucu kalau besok ada berita di koran tentang seorang cowok ganteng yang memperkosa kakaknya sendiri sampai gak bisa lepas tititnya. Hih ampun deh, jangan sampai.

“Kalo kakak gak mau ya gak mau”.

Hiiiihhhh, ngeyel banget si kuntilanak ini. Beneran mau diperkosa kayaknya. Apa dia masih pengen aku cium lagi sampai-sampai gak mau pulang? Ya elah, terpaksa aku duduk lagi disebelah kak Kiki. Meskipun sekarang aku duduk disebelah kak Kiki dengan suasana yang sangat mesumable tapi aku harus mengusir semua pikiran jorok yang ada di otakku.

Bukan aku gak mau berbuat mesum-mesuman dengak kak Kiki, tapi rasa tampolannya itu masih membekas lho. Warna merahnya aja mungkin belum hilang dari pipiku, masa iya mau tambah merah lagi kayak dandanan cabe cabean yang nongkrong di fly over?

“Huuuuuufffftttt”, aku menghela nafas sambil memandang ke atas mencari ide biar kak Kiki mau ku ajak pulang.

Tapi sepertinya memang setan mesum sedang main-main disini, buktinya nggak ada 5 menit kemudian entah bagaimana muasalnya, lagi-lagi bibirku langsung nyosor aja dibibir kak Kiki. Dan kak Kiki bukannya menolak malah sekarang jadi pasrah gitu aja. Ya ampun, terima kasih setan udah bantuin aku kaya gini.

Lidahku tanpa sungkan mulai masuk ke dalam rongga mulut kak Kiki mencari lidahnya. Ku gerakkan ke atas dan ke bawah untuk menggali kenikmatan yang ku inginkan. Sambil mengingat adegan Rangga dan Cinta saat di bandara, bagian ter-cipokable kak Kiki ini, benar benar aku nikmati sepenuh hati. Bibir dan lidah kami saling beradu dan pertukaran ludah tak bisa kami hindari. Untung saja di rumah, aku menggunakan pasta gigi yang iklannya amburegul emesuyu bahrelway bahrelway itu sehingga aroma nafasku segar sepanjang hari. Malu dong ya kalo ciuman ama cewek tapi aroma mulut kita baunya pete.

"Ssssslllllrruuuppp".

"Ssssshhhhhhsssss".

Aku benar benar sangat bernafsu sekarang. Hampir semua area yang enak sudah aku jelajahi. Sumpah rasanya nikmat banget loh. Lebih nikmat dari kejadian di Kukup waktu itu. Kalo yang sekarang kayak ada manis manisnya gitu. Masa bodo lah dengan statusku, yang penting aku nggak mau melewatkan momen istimewa ini. Para lelembut yang ada di hutan dan malaikat yang tadi ngeganggu kenikmatanku sudah ku beri kode untuk tidak usah ikut campur dalam acara Berpacu Dalam Birahi yang ku selenggarakan bersama kak Kiki. Atas perhatian, kesempatan dan kerjasama para setan dan malaikat ini, nanti tak lupa akan ku ucapkan terima kasih pada mereka.

Kini tak hanya lidahku saja yang bergerak aktif, si setan mesum juga memberi komando untuk meremas lagi payudara kak Kiki. Walau bekas tamparannya masih hangat, tapi si setan tadi udah mengkonfirmasi kalo tak akan ada lagi tamparan selanjutnya.

"Uuuuuggggghhhhh", desah lirih kak Kiki semakin menambah semangatku untuk memberinya kenikmatan lebih.

"Mojo mesum nakal ihh ..… kakaknya dicabuli", rintihan kak Kiki semakin menjadi saat aku meremas lembut payudaranya bergantian sambil mengecup leher jenjangnya.

"Enak kak?"

"Ssssssshhhssshh".

Tak ada jawaban tapi yang jelas dari suaranya kak Kiki sangat menikmati kegiatan cabul terlarang ini.

"Enak banget, sssshhh. Kamu bener bener jago. Aahhh itu kakak kamu apain Jo?", sambil merem melek kak Kiki mendesah ketika tanganku sudah menyusup di bagian dalam celananya dan menggesek gesek bagian luar cd nya.

Beneran deh sekarang ini aku udah dalam mode siap tempur. Tinggal sat set sat set akan terjadi sebuah hal yang selama ini cuma ada dalam mimpiku. Si Jocil pun tampaknya deg degan menunggu detik detik akan ketemu si Vagimut.

Tiba tiba ku rasakan tubuh kak Kiki perlahan melemas. Hmm kayaknya dia sudah siap untuk memasuki babak utama permainan yang enak. Kepalanya sudah menggeletak pasrah di dadaku dan aku pun sudah memulai ancang ancang untuk melepaskan Jocil dari dalam kurungannya.

"Kak, boleh ya?" tanyaku dulu pada kak Kiki. Biar udah mupeng dan sange gini, aku ga mau mengulangi kesalahan yang sama. Makanya aku meminta ijin sebelum mengambil jalan yang salah ini. Seumpama nanti kalo kak Kiki marah setelah acara ini selesai, aku sudah punya alibi.

"Boleh ya kak?" ulangku sambil berharap harap cemas karena kak Kiki tampak tidak merespon ijinku tadi.

"Kak?"

"Kak?"

"Kak Kikiiiii"

Lho kok malah diem sih, aku panggil-panggil bukannya merespon, mata kak Kiki malah terpejam, dan sudah aku goyang-goyang masih saja dia tak bergerak.

"Kaaakkk, jangan rese deh, gak lucu tau", kataku sambil masih tetap menggoyang-goyangkan tubuh kak Kiki.

Namun tubuh kak Kiki tidak bergerak sama sekali. Kalau dilihat dari kebiasaannya sih dia pasti bercanda, tapi bercandanya kali ini paling gak lucu deh, masa diam aja kaya gitu. Kaya orang kesambet aja.

Aku plites agak kenceng hidung kak Kiki, berusaha agar dia mau menghentikan ulah isengnya, tetapi dia masih saja diam. Bahkan tidak ada hembusan nafasnya sama sekali. Aku pegang kedua dadanya, jangan ngeres ini serius aku lagi deg-deg an, karna aku merasa detak jantung kak Kiki sama sekali tidak ada.

"Kak Kiki, Kakkkk", teriakku gemes sambil mencubit cubit lengannya.

"Kak bangun kak." sekali lagi aku berusaha menggoyang-goyangkan badannya tetapi tetap saja tidak ada jawaban dari kak Kiki.

Aku mulai panik. Aku bener bener bingung harus ngapain. Apalagi disini suasana sepi sekali. Ingin ku berlari meminta pertolongan tapi takutnya kak Kiki bener bener ngerjain aku saat aku datang nanti. Tapi sepertinya dia sekarang nggak lagi bercanda dan aku …………

Aaaaaaaaaaaaaaarrrrrrgggghhhhhhhhh….


****************************************************************************

Air mataku menetes melihat apa yang ada di depanku, seorang kakak yang aku sayangi kini tergeletak tanpa nyawa. Aku masih tidak percaya apa yang terjadi saat ini.

Setelah kak Kiki tidak merespon apa yang telah aku perbuat padanya, aku segera berlari meminta bantuan orang orang terdekat saat kami berdua di Hutan itu. Kami membawa kak Kiki ke rumah sakit secepatnya. Namun takdir telah berkata lain. Tuhan tampaknya ingin kak Kiki kembali padaNya saat itu juga.

Menurut keterangan dokter, kak Kiki mengalami gagal jantung. Para petugas kesehatan tak mampu lagi untuk menyelamatkan nyawanya. Aku yang tak mempercayai kenyataan ini langsung berteriak histeris seperti orang gila.

Ya Tuhan mengapa semua ini harus terjadi pada kakakku tercinta di saat kami sedang berindehoy ria ?

***********************************************************************************

Kini aku berdiri sambil menatap nanar batu nisan bertuliskan nama orang yang sangat aku sayangi itu. Seorang kakak yang sangat berarti dalam hidupku kini telah meninggalkanku selamanya. Tubuhku terkulai lemas dan langsung menangis. Aku meraung raung sambil mengaruk garuk tanah tapi tak lama kemudian aku tertawa ngakak sepuasnya. Begitu seterusnya berulang ulang seperti orang yang baru di masukkan ke rumah sakit jiwa. Ayah dan Ibu yang menemaniku ke peristirahatan terakhir kak Kiki, hanya bisa memandangku dengan perasaan trenyuh.

“Sudahlah le, biarkan kakakmu tenang di alam sana. Ikhlaskan saja.” ujar ibu sambil meneteskan air mata dan menepuk nepuk pelan bahuku.

“Huwaaaaaaaaaaa…. Kak Kikiiiiiii", tangisku malah meledak semakin kencang.

Seperti anak kecil yang minta mainan tapi tak dituruti oleh orang tuanya, aku menangis sambil menjejakkan kakiku kesana kemari sambil ndlosor ndlosor ke tanah. Mau nangis sambil salto gitu tapi kok area kuburan ini terlalu sempit. Kanan kiri banyak batu nisan. Kalo salto terus kepalaku kejedot nisan gimana? Kan gak enak lagi sedih tapi kepala pada benjol semua.

“Sudahlah le, sudah” ucap ayah sambil di iringi air matanya yang berderai sambil berusaha memelukku.

Aku yang masih terisak kemudian mencoba menenangkan diri. Bisa ku rasakan pelukan hangat dan tetes air mata yang jatuh di kepalaku. Masih sesenggukan, ku pererat lagi pelukanku ke ayah. Ya Tuhan, sulit sekali rasanya menerima cobaan berat dari-Mu ini.

Butuh waktu hampir satu jam bagiku untuk bisa tenang dan nggak nangis lagi. Ayah dan Ibu yang juga masih sembab oleh air mata, kemudian menuntunku untuk duduk disamping pusara kak Kiki dan bersama sama memanjatkan doa untuknya.

Setelah dirasa cukup, kami segera berdiri. Rasanya berat sekali untuk pergi meninggalkan makam kak Kiki. Tapi beginilah hidup. Ada kelahiran pasti ada kematian. Ada pertemuan pasti juga ada perpisahan. Semua sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa tanpa bisa kita menolak atau mendelay apa yang sudah tiba waktunya.

Sebelum kami pergi, ku letakkan sebuah foto saat aku dan kak Kiki liburan 3 tahun lalu. Walau dunia kami sekarang sudah berbeda, ku harap kak Kiki masih ingat betapa kami semua sangat menyayanginya. Semoga disana, dia bisa melihatnya. Ku langkahkan kakiku berjalan menjauhi makam kak Kiki sambil dipapah oleh ayah karena badanku sekarang rasanya sangat lemah.

“Yah, bolehkah ku foto makam Kak Kiki?”, ucapku pada ayah.

“Buat apa, le?” , ayah tampak terkejut dengan permintaanku.

“Biar aku bisa menemui Kak Kiki setiap hari, yah. Walau hanya lewat foto”, masih dengan suara serak aku berusaha minta pengertian dari ayah.

Ayah hanya mengangguk sambil memutar kembali langkahnya ke arah makam Kak Kiki. Setelah puas dengan beberapa jepretan dari berbagai posisi, aku mengambil juga beberapa bunga dan sedikit tanah yang ada di sekitar makam lalu ku bungkus dengan plastik. Ayah yang tampak terheran heran dengan sikapku ,hanya bisa memandangiku tanpa bertanya apapun. Lalu kami segera pergi meninggalkan kuburan ini setelah semuanya selesai.

Satu minggu setelah kepergian kakakku, hidupku benar benar terasa hampa. Makan tak enak, tidur tak nyenyak dan yang lebih ngenesnya lagi aku ga ada bahan buat coli. Eh bukan bukan. Kakakku hanya sekedar fantasi saja sih. Ngga lebih dari itu. Lagi pula ini masih dalam suasana berduka ngapain kalian mikir yang jorok jorok sih ? Dasar ga punya tenggang rasa !

Kini tak ada lagi tawa dan keusilannya. Wajah yang sengaja di buat sok imut saat menggodaku itu benar benar ku rindukan. Omongannya yang kadang membuatku jengkel masih terngiang-ngiang. Pokoknya segala hal tentang kak Kiki masih terekam jelas di ingatanku.

Ku pandangi foto makam kak Kiki yang ada di hp ku. “Kak Kiki, sekarang ngapain di sana? Udah makan apa belum?” ucapku lirih sambil mulai terisak. Ku tatap juga bunga dan sedikit tanah dari makam kak Kiki yang ku ambil saat terakhir aku datang ke makamnya. 2 benda itu kini aku letakkan di mangkuk kecil di meja belajarku bersanding dengan foto kak Kiki di sebelahnya.

Sementara tembokku kini sudah penuh dengan berbagai kliping foto kak Kiki yang sengaja ku buat. Foto masa kecil kami, foto saat liburan, foto saat kak Kiki makan dan banyak lagi. Pokoknya aku ingin kak Kiki ada di kamarku untuk mengobati rasa kangenku padanya.

Malam kini semakin larut. Ku lihat jarum jam yang pendek telah menunjukkan angka 1. Aku yang mulai ngantuk, mencoba memejamkan mata sambil memeluk hp ku. Berharap kak Kiki datang dan memelukku lagi.

Suara jangkrik kini mulai terdengar bersahutan. Menandakan malam benar benar telah membuai manusia dalam rengkuhan mimpi indah. Mungkin hanya para kupu kupu malam yang sekarang masih terjaga untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.

“Dek, bangun dek”.

Sayup sayup terdengar seperti ada yang memanggilku.

“Mojo cabul, bangun .. Ini kakak datang, dek”

Aku langsung tersentak dan terbangun sambil berusaha mengumpulkan kembali nyawaku yang tadi lagi jalan jalan entah kemana.

“Kak Kiki dimana?” sambil tolah toleh ku cari keberadaan suara yang membangunkanku tadi.

“Kakak disini.” jawabnya.

Aku yang masih belum menyadari apakah ini mimpi atau nyata, segera bangkit dari tempat tidurku. Ku cari suara yang benar benar mirip suara kak Kiki itu kesana kemari. Seperti orang yang terburu buru, segera ku telusuri semua tempat yang ada di kamar ini.

Kamar mandi kosong.

Di dalam lemari tak ada.

Di bawah kolong ranjang, nihil.

Di saku celana, di balik lipatan dompet, di balik jendela, di dalam kolor yang sekarang ku pakai. Lho kok malah tampak Jocil yang terlelap dengan pulasnya?

Dafuq, ngapain aku mencari Kak Kiki di dalam kolor. Masa iya tiba-tiba dia menjadi tengu yang nongkrong di pelerku?

Tampaknya aku benar benar sudah mulai gila sekarang. Semua tempat yang ada, sudah ku jelajahi tetapi hasilnya tetap kosong.

“Kak Kiki dimana? Aku pengen ketemu, kak”, ucapku kini pasrah sambil mulai menangis.

“Kakak disini, dek. Kakak disini." Suara itu kembali menyahut namun masih tetap tak bisa ku temui keberadaannya.

Suaranya masih saja terdengar jelas tetapi entah darimana muasalnya. Semakin dibuat bingung aku sekarang. Ku coba mencari lagi sumber suara itu berharap Kak Kiki akan bisa ku temui. Ku cari diseluruh ruangan kamarku namun sama sekali tidak ada hasilnya. Aku coba peruntungan dengan memasuki kamar milik kak Kiki, berharap ada keajaiban di dalamnya. Entah ketemu dengan sosok kak Kiki sungguhan atau paling tidak benda-benda peninggalan dari kak Kiki.

Sebenarnya aku juga tidak tahu apa yang harus aku lakukan, cuma instingku mengatakan bahwa aku akan menemukan kakakku di dalam kamarnya. Mungkin sedang terlentang di atas tempat tidurnya tanpa pakaian, atau dengan berbalut kain kafan. Entahlah, yang pasti aku yakin kakakku berada di dalam sana.

Jantungku berdegup semakin kencang saat aku mencoba membuka handle pintu kamar kak Kiki.


bersambung…………….
 
PART 4


"Mojo... kakak ada disini, dek".

Sekarang aku sudah berada di dalam kamar kak Kiki. Ku nyalakan lampu untuk menerangi kamar yang gelap gulita ini. Aku yakin, haqqul yakin, suara itu berasal dari kamar ini. Aku mencari disetiap bagian kamar kak Kiki, namun masih saja belum aku temukan sumber suara itu. Bagaimana mungkin ada suara yang memanggilku tetapi tidak aku temukan sumber suaranya ? Aneh sekali, bikin buku kudukku menari-nari gak jelas gini.

Jangan jangan yang manggil manggil daritadi itu cuma suara angin saja? Tapi kok angin tau siapa namaku sih? Apa si angin ini tau namaku dari infotainment ya? Hmm ini namanya sudah melanggar privasi. Pake nyebarin namaku tanpa izin pula. Bisa ku laporin ke MKD nih dengan tujuan persekongkolan jahat.

"Kak Kiki, kakak dimana?" berkali kali aku menyebut namanya tapi tak ada respon seperti yang ku harapkan. Rasanya ingin aku menangis lagi. Namun aku tak mau menyerah. Keinginanku sudah tertancap kuat untuk bisa bertemu lagi dengan kak Kiki.

Sudah setengah jam lebih aku mengobok obok kamar kak Kiki tapi tetap aja nirhasil. Aku mulai putus asa. Akhirnya ku sudahi pencarianku dan memilih untuk merebahkan diriku di atas ranjang kak Kiki. Aroma khas kasur ini lagi-lagi malah mengundangku untuk teringat dengan senyum dan tingkah polah kak Kiki dulu. Haduh, jadi galau lagi kan, gara-gara suara gak jelas itu. Udah galau serem pula, karena suara itu masih belum ketemu sumbernya. Tolonglah hambaMu ini ya Tuhan, sekali ini aja aku pengen ketemu kak Kiki. Aku janji nggak akan coli sambil mbayangin kak Kiki lagi deh.

Ku pejamkan mata ini mencoba tuk melupakan.

Segala kenangan indah tentang dirimu, tentang mimpiku.

Semakin aku mencoba, bayangmu semakin nyata.

Merasuk hingga ke jiwa, Tuhan tolonglah, diriku.....

Entah dimana dirimu berada, hampa terasa hidupku tanpa dirimu. Apakah disana kau rindukan aku, seperti diriku yang slalu merindukanmu, selalu merindukanmu ....


Hayo kalian pasti ngebacanya sambil nyanyi nyanyi ya? Mau ngledekin aku gitu? Dasar pembaca gak berprikemanusiaan. Udah tau aku lagi galau gini, malah dinyanyiin lagu yang menyayat hati.
Kalian jahat ....
Kalian jahat ....
Hiks hiks ...


Ah pengen nangis terus rasanya kalau ingat kak Kiki. Memang benar kata motivator motivator yang sok iyes di tipi tipi itu, tak ada yang lebih kemarau daripada kerinduan. Karenanya hujan air mata tak akan tercegah, dibatas lelah penantian. Kita tidak akan pernah mudah untuk melupakan luka atau kebahagian yang pernah seseorang berikan walaupun kita sudah tidak bersamanya lagi. Orang dan kenangannya itu sudah jadi satu paket komplit dan ga bisa dipisah. Apalagi kalo kenangan yang pernah terjadi itu terasa spesial untuk kita. Saat nglakuin first kiss misalnya. Atau saat ngeluarin si calon dedek bayi di atas perut sama sama. Bakalan tambah lama waktu yang di butuhkan untuk melupakannya.

Mungkin itulah alasan kenapa banyak abg abg labil jaman sekarang yang susah move on saat ditinggalin kekasihnya. Jangankan yang udah abege, yang masih di sekolah dasar pun ikut ikutan terkena pengaruh globalisasi para alayers. "Guru kencing berdiri, murid kencing bervariasi". Yah seperti itulah potret kehidupan remaja di jaman yang sudah mulai terbalik ini. Dan ironisnya lagi, kebanyakan dari mereka akhirnya memilih jalan yang sesat pula untuk melampiaskan rasa sayang yang masih ada itu.

IchaYangC'laloeChaiyankKamoePolepel
AditiyaAknCetiyaCelamaNyaa
Rinna Sii CeWWeK's Jutex's Macii MnoenggoeMoe

Haduuh bener bener polusi mata pokoknya. Tapi plis ya, jangan samakan aku dengan para abege labil itu karena ini kasusnya beda. Walau kak Kiki udah aku anggap kayak pacar sendiri sih.

Eh kalian ingat percakapan Gaara dan Yashamaru tentang sebuah luka di hati?
Saat itu, Gaara yang masih kecil, menunjuk dadanya sambil berkata :

"tak mengeluarkan darah, tapi disini terasa sakit".

Yashamaru tersenyum lalu tiba-tiba mengiris jarinya dengan pisau sampai berdarah.

"Saat tubuhmu terluka, darah akan mengalir dari lukamu dan membuatmu merasa sakit. Tapi rasa sakitnya akan hilang tak lama setelahnya. Dan kalau diobati lukanya akan cepat sembuh" kata Yashamaru.

"Tapi yang jadi masalah adalahl uka di hati yang tak bisa disembuhkan", tambah Yashamaru.

"Luka di hati ?" tanya Gaara bingung.

"Sakit di dalam hati dan tubuhmu berbeda, tak seperti sakit ditubuhmu, rasa sakit di hati tak punya obat yang bisa menyembuhkannya, dan lukanya bisa membekas terus di hatimu sepanjang hidupmu" jawab Yashamaru.

"Cuma satu yang bisa menyembuhkan hati yang terluka".

"Tetapi sulit untukmendapatkan obatnya karena kau membutuhkan orang lain untuk mendapatkannya" kata Yashamaru sambil menatap foto Karura (Ibu Gaara).

"Apa itu ?" tanya Gaara.

"Kasih Sayang".

Selama ini kak Kiki lah orang yang selalu peduli padaku. Dibalik tampangnya yang aduhai dan kelakuannya yang aduhdek itu, dia adalah orang pertama yang khawatir saat aku telat pulang. Dia juga orang pertama yang membuatku tertawa disaat suasana hatiku sedang tak ceria. Segala banyolan, perhatian, keusilan, rasa nyaman dan sifat kekanak kanakan yang dia lakukan selalu membuat hidupku terasa berwarna. Kasih sayang seorang kakak yang aku impikan benar benar dia berikan sepenuh hati.

Dia adalah kakak yang tak lelah mengayomi adiknya. Dia adalah kakak yang tak segan menjadi sampah untuk segala keluh kesah. Dia adalah kakak yang bisa diandelin untuk membuat celana menjadi basah. Pokoknya dia adalah karunia dan bidadari sempurna yang pernah tercipta dalam semesta.

Kini setelah kepergian kak Kiki, kepada siapa aku akan mendapatkan kasih sayang? Orang tua? Ah sudahlah. Mereka tentu bakalan asyik lagi dengan dunianya. Perasaan orang tua dan kakak tentu sangat berbeda. Aku yang sejak kecil memang terbiasa dengan kak Kiki, sangat jarang bersentuhan langsung dengan kasih sayang kedua orang tuaku karena kesibukan mereka. Berkat kak Kiki lah, aku tidak pernah merasa kekurangan kasih sayang sebab kakakku selalu menjaga dan menyayangiku sepanjang hari.

Terus membayangkan kak Kiki akhirnya membuatku lelah juga. Ku hembuskan nafas perlahan sambil mencoba untuk memejamkan mata. Terasa agak tenang jiwa yang menggalau sedih ini. Hingga sebuah rabaan tepat menyentuh jempol kaki, yang membuat reflek kakiku seperti menendang jatuh sebuah benda.

"Ehh... "

Aku tertegun. Ku lihat di sekeliling tak tampak sesuatu. Bunyi benda yang jatuh pun tak ku dengar. Tapi tadi bisa ku rasakan dengan indra perasaku ada sebuah sentuhan hangat ku rasakan.

"Kak Kiki. Apakah kakak disini?" ucapku setengah bergidik karena kejadian barusan terasa nyata sekali.

"Kak Kiki".

"Kak?".

Masih tak ada suara balasan tapi suasana di kamar ini mendadak dingin sekali. Seolah olah para angin lagi ngadain reuni. Anehnya, tengkukku malah terasa panas berbeda dengan sekujur tubuh yang mulai agak menggigil. Wah jangan jangan lagi ada setan yang mampir nih pikirku.

"Kak Kiki, kakak disini? Jangan nakut nakutin Mojo dong", ucapku tertahan sambil agak ketakutan. Bulu kudukku mulai berdiri tegak tegang. Seumur umur aku belum pernah ketemu hantu. Apakah habis ini akan jadi momen pertamaku berjumpa dengan bangsa lelembut itu? Ah sial. Aku nggak sempat berdandan tadi. Hanya pake celana kolor saja. Masa iya saat saat yang spesial mau ketemu hantu penampilanku nggak keren gini? Bisa ilfil dan kecewa dia nanti.

Suasana di kamar masih terasa sunyi. Detak jam yang berbunyi seolah berpacu dengan kejadian apa yang akan ku alami. Ku seka perlahan keringat yang mulai menetes di dahi. Sekarang sudah jam 3 dini hari tapi si setan atau apalah itu masih juga malu malu untuk menampakkan diri. Ku harap bukan genderuwo atau mbak kunti tapi kak Kiki lah yang akan muncul nanti.

Ku perhatikan lagi sekelilingku. Semua masih normal normal saja. Namun hawa dinginnya masih terasa. Ku coba menguatkan keberanian yang sempat menipis tadi.

"Hey setan. Keluar dong. Jangan umpetin kak Kiki. Kalo jadi setan itu yang gentle napa? Sok sok'an pake acara ngilang segala. Ngarep banget mau tak cariin gitu? Hih emang kamu pikir kamu itu siapa. Terus nanti tiba tiba ngagetin gitu maumu? Huh dasar setan kampungan. Mbok ya dirubah model yang kayak gitu. Jadi setan yang revolusioner gitu loh", ucapku panjang lebar berlagak berani. Padahal kalo tuh setan beneran nampak bisa dipastikan aku yang bakalan lari.

Aku seperti orang gila rasanya. Daritadi ngomong ngomong sendiri. Bodoh amatlah. Si setan juga sih gak mau muncul muncul. Masa iya aku harus ngrayu dia dulu? Idih amit amit deh. Kalo setannya sejenis Isyana Sarasvati gitu, baru deh aku bakalan mau untuk merayunya.

Bruaaaaaakkkk....

"DJaaaaaann... ji lungo mung sedelo jare sewulan ra ono"

Aseem. Hampir saja aku ngucapin kata kotor legendaris gara gara mendengar suara yang mengagetkanku tadi. Untung lidahku sudah ku latih untuk mengganti semua jenis kata makian dengan lirik lagu. Kak Kiki nggak suka kalau aku sering berkata kotor. Biasanya mulutku langsung ditabok kalau dia mendengar aku ngucapin kata makian atau kata kata kotor. Sejak saat itu aku berjanji padanya untuk tidak akan berkata kotor lagi dalam kondisi apapun. Ku arahkan pandangan kesekeliling ruangan, mencari asal suara benda yang hampir membuatku gagal menepati janji pada kak Kiki.

Aku berjalan menuju meja belajarnya kak Kiki. Ternyata foto kami berdua saat sedang liburan ke Bali tahun kemarin, penyebab kekagetanku. Aneh sekali. Padahal nggak ada angin tapi bingkai foto yang berdiri tegak itu bisa roboh.

"Kak Kiki apa kakak ada disini?" ucapku sekali lagi.

Hanya detak jarum jam yang menyahut pertanyaanku. Di iringi penambahan suhu udara yang semakin dingin, ku tangkupkan tanganku sambil memegangi leher. Ah sial, sepertinya ada yang nggak beres suasana di kamar ini. Bulu kudukku semakin tegak saja berdirinya.

Ku pandangi foto kak Kiki yang sekarang sudah ku letakkan kembali ke tempat asalnya. Ingatanku berputar kembali ke masa lalu. Dimana kami berdua tengah menikmati liburan yang sangat menyenangkan di Bali. "Kak, Mojo kangen kakak", ucapku lirih sambil menahan agar air mata ini tak menetes lagi.

Semakin sesak saja rasanya kalo mengenang kembali kak Kiki. Jujur, aku masih belum ikhlas melepas kepergiannya. Walau di mulut aku sudah berkata ikhlas tapi nggak semudah itu menerapkannya. Memang yang namanya ikhlas itu susah sekali dilakukan.

Seorang ahli agama yang sudah master sekalipun belum tentu bisa menguasai ilmu ikhlas. Apalagi aku yang cuma anak kemarin sore ini. Boro boro ikhlas, kehilangan rokok 1 batang saja aku pasti misuh misuh sepanjang minggu. Apa lagi sekarang kehilangan kak Kiki, pengen deh rasanya misuh lagi. Tapi harus misuh sama siapa? misuhi Tuhan gitu? emang berani? mau tititmu nanti dipindah di jidat? Hiiiii gak jadi misuh deh, kutukannya serem banget. Tapi kalau kalian mau cobain dulu boleh deh. Sekali-kali misuhi Tuhan, nanti tak tunggu eF eR nya disini.

"Mojo..........."

Lha sialan, suara itu muncul lagi. Kini suaranya malah semakin dekat dari tempatku berada. Kayaknya si setan ini aja deh yang halal di pisuhin. Gak papa kok gak dosa. Sapa tau nanti setannya gak terima, jengkel lalu nampakin diri. Jadi cita citaku untuk bisa ketemu setan bisa terwujud. Bentar aku mikir dulu, enaknya misuhin pake kata kata apa ya? Mau pake bahasa jawa takutnya si setan dari arab. Tak pisuhin ntar malah di aminin. Kan geblek namanya. Kalo aku misuh pake bahasa indonesia takutnya dia orang jawa medok. Huuuhhhh bingung deh. Tuhan, tolong bantu hambaMu ini supaya bisa misuhin yang baik dan benar.

"Hey setan kadaluarsa, tunjukin dirimu, suh !" ku beranikan diri ngata-ngatain si setan kurang kerjaan itu. Moga moga aja tititku nggak disentil olehnya.

Berkali kali aku ngatain dia, eh dia malah nggak ngeluarin suara lagi. Beneran kupret banget si setan ini. Udah bikin aku kayak orang gila. Apa jangan jangan sekarang aku memang sudah mulai gila ya? Masa ganteng-ganteng gila sih? terus nanti siapa yang mau sama aku coba? Mana katanya mulai pertengahan tahun 2019 ini siapa yang jomblo akan ditembak mati pula. Ya Tuhan, masa depanku bakalan beneran suram ini.

"Joooo.."

Kali ini aku diam saja sambil memperuncing indra pendengaranku. Ku perhatikan dengan seksama apa saja yang sekiranya terlihat aneh. Dan pandanganku tiba tiba tertuju pada sesuatu yang bergerak gerak di meja. Aku lihat di atas meja rias kak Kiki, disana ada 2 boneka sapi kesayangan kakakku itu. Aku lho yang beliin, waktu dia ulang tahun dulu. Itu juga uang saku sebulan aku puter dulu buat taruhan bola. Untung aja menang, jadi bisa kasih kado buat kak Kiki.

Ku perhatikan dengan hati hati boneka sapi itu. Rasanya ada gerakan yang tidak wajar. Seperti gerakan lagi kikuk kikuk gitu. Aku kucek kucek mataku untuk meyakinkan penglihatanku. Lalu aku pegang tititku dan terasa hangat. Berarti aku memang tidak sedang bermimpi. Tak percaya rasanya dengan apa yang ku lihat saat ini. Bibirku pun sudah melongo tanpa dikomando.

"Jooooo..."

Eh suaranya terdengar lagi, dan kali ini setengah mendesah. Beneran , serius, sumpah demi Raisa, itu bonekanya yang ngomong dan panggil-panggil namaku. Masa iya kak Kiki sekarang berubah jadi boneka sapi ? Berarti teteknya ilang dong. Tinggal empuk-empuk kaya kapas gitu. Waduh, kalo beneran kayak gini berarti kak Kiki gak bisa aku ajakin nakal-nakalan lagi. Tuhan, ini cuma mimpi kan ya? masa kak Kiki jadi boneka sapi sih? Jadi sex toys aja plis, biar masih bisa tak ajakin ngeres-ngerasan.

Tiba tiba salah satu kaki boneka yang di depan terangkat. Walah walah udah ganti gaya aja. Dan ajaibnya, boneka itu bisa juga ngegeleng gelengin kepalanya. Wasemik, berarti aku ini nonton bokep live. Boneka lagi ngebokep tepatnya. Sungguh semakin edan saja dunia ini. Atau aku yang mulai edan ya? Entahlah, mungkin hanya Tuhan dan aku saja yang tau.

Setengah jam lebih, 2 boneka itu asyik bernana nina. Dan udah berulang kali juga, mereka berganti ganti gayanya. Gila, staminanya ternyata kuat juga. Kayaknya layak nih kalo di masukin ke Guinness Book of Record untuk kategori boneka dengan stamina terkuat. Wealah tambah ngelantur aja kalian ini. Mana mungkin para juri percaya ada boneka yang lagi ngesex.

"Ehh... ", aku tersadar dengan posisi tanganku sudah menyusup ke dalam kolor dan mengurut urut si Jocil dengan sempurna. Hasssemm ternyata aku sedang onani. Ya Tuhan, sepertinya orientasi seksualku sudah berubah sekarang. Apakah aku telah terkontaminasi viruswilikinesis belokanus ya? iihh amit amit deh. Semoga saja tidak.

"Allahu akbar... Allahu akbar"

Terdengar suara adzan subuh berkumandang. Sebuah panggilan Tuhan untuk orang orang yang beriman. Dan suara adzan itu juga yang seolah membangunkanku dari segala kejadian yang baru saja terjadi. Ku geleng gelengkan kepalaku sambil mengamati lagi kedua boneka sapi itu. Diam. Tak ada gerakan apapun. Lalu yang ku lihat itu nyatakah atau memang mimpi?

Kepalaku rasanya sakit sekali dan pandanganku mulai berkunang kunang. Seolah ada sebuah beban yang teramat berat jatuh menimpaku. Tak kuat lagi rasanya meyangga tubuh ini. Hingga dengan satu gerakan, akhirnya aku jatuh tak sadarkan diri.

bersambung ....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd