Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT TRAMPOLINE - Re Upload

Bimabet
ini pasti masih ena-ena d Bandungan
:sendirian:
 
Mohon dimaafkan Suhu, semalem agak kemaleman pulang dari sawah, jadinya rencana upload berantakan.

Wookee, tanpa banyak kata lagi

Dilanjutpun...


Cerita Sebelumnya....

“Mau di tusuk sekarang…??” tanyaku ganjen-ganjen gokil

“Iiiiihhh…gak usah make nanya deh ah…Ayo cepetan!”

Aku emang tidak mau repot-repot menjawab kicauan cewe sange. Dengan cepat-tepat-dan-senyap, seperti prajurit pasukan khusus baret merah yang terlatih, aku beringsut turuh dan memposisikan pinggangku di depan vagina Ine yang sudah mengangkang. Vagina itu nampak basah dan membusung dengan lucu. Mungkin bentuk vagina wanita hamil memang kaya gini ya?

Segera ku gesekkan kepala penis-ku ke bibir vaginanya. Licin dan panas. Mungkin orang hamil memang memiliki suhu vagina yang lebih panas. Belum apa-apa, sensasi suhu itu telah memberikan rasa yang luar biasa pada sekujur tubuhku. Jujur, aku gemetaran antara sange berat dan takut-takut menusuk vagina wanita hamil…

Namun akhirnya...

BLESSS… OOOWWGGG....PARADISO !!!



Genie in the Bottle Pt.2
Sedikit demi sedikit penisku mulai tenggelam di lorong membara dari Vagina Ine sampai mentok ke dinding rahimnya

“Ougghhh…Anjir…Sobek deh Memekku…enak banget…” Ine kembali meracau secara vulgar

Dan aku mulai memompa…

Ku-mulai dengan ritme pelan, dengan RPM rendah, pinggulku dengan telaten kugerakkan maju mundur, berputar dan kuselingi gerakan gerakan zig-zag secara ritmik. Ine sudah tidak sanggup lagi meracau, matanya kini membalik ke atas bersamaan dengan lenguhan dan goyangan kepalanya mengikuti ritme goyanganku.

Tangannya menari narik sprei dengan kuat namun seiring waktu dia kembali mendesah, melenguh lalu meracau lagi. Aku tingkatkan RPM goyanganku. Dia mendelik, lenguhannya semakin keras. Vagina-nya tek henti henti menyemburkan lendir putih licin. Rasa licin, panas disertai semburan-semburan eksotis di sekujur penisku membuatku serasa melayang. Terbang!

Aku masih menikmati setiap rintihan dan lenguhannya, walau kini sudah tidak lagi berbentuk kata-kata yang memiliki arti. Pada setiap sodokanku, mimik wajahnya berubah secara lucu ditambah lenguhannya, seperti mengantarkan tambahan gairah padaku. Tanganku pun tidak tinggal diam, dengan lembut, aku mengusap setiap jengkal tubuhnya yang terlentang.

Kujelajahi kulit langsat yang kini semakin lengket oleh keringat dan menyebarkan aroma yang bak wewangian therapy, semakin mempertinggi libidoku. Ine menggeliat untuk melepas tank topnya, memperlihatkan keseluruhan body mungil hamil yang entah mengapa semakin terlihat menggairahkan dengan perpaduan kedua payudara berputing mencuat dan semakin membanjirnya keringat…

Kuraih pinggulnya dengan kedua tangan untuk memaksimalkan efek goyangan pinggulku. Masih dalam posisi di atas, aku menghujamnya dengan hati-hati, telaten namun variatif. Suatu waktu aku bergerak secara konvensional, maju-mundur, di kombinasi dengan gerakan memutar dan memilin, di lain waktu ku gerakkan pinggulku dengan arah keatas-bawah seperti mencungkil-cungkil. Sesekali waktu, aku memberinya kesempatan bernafas dengan menghentikan sebentar gocekan pinggulku, tempo itu aku gunakan untuk mencecap putingnya yang semakin menantang setelah lepas dari balik tank-topnya itu

Kepala Ine yang sekarang lemas tergolek ke samping aku tegakkan, sehingga dia terlentang dengan sempurna, penisku masih dengan nyaman bersarang di relung vaginanya. Dengan gaya kodok, aku masih menelungkupi tubuh mungilnya, tapi tidak langsung menindihnya.

Kuelus kembali rambut ikalnya, ku singkirkan beberapa helai yang jatuh dan lengket di wajahnya karena keringat. Matanya sayu membuka, sambil berusaha mengatur nafas dia tersenyum. Ine mengangkat sedikit kepalanya sambil membuka bibirnya. Isyarat meminta untuk di cium

Dan kami kembali berciuman. Mesra, intim, dalam dan menggelora diatas birahi yang kami pacu…

Dan aku mulai memompanya kembali. Lenguhan kembali membahana. Melihat isyarat Ine yang semakin intensif, kelihatannya dia hampir mencapai puncak, aku mempercepat RPM, dan akhirnya…

“Akkhh…Udaaaaa…!!!” lalu Ine mengejang-ngejang dan ambruk dengan lemas

Aku berhenti memompa, kembali memberinya kesempatan bernafas…

“Makasih uda…untuk semuanya…” desahnya diantara nafas yang masih memburu

Aku tidak tahu harus berkata apa, aku hanya memandangnya dalam diam, dan berusaha tersenyum semanis mungkin walau getir…

“Maaf kalau akhirnya aku berbuat salah padamu In…”

“Sttt…” Ine menempelkan jarinya ke mulutku, lalu berusaha bangun

Ine mendorongku sampai aku terlentang, lalu bersimpuh dan memposisikan kepalanya di bawah perutku

“Let’s finish this…” ucapnya pelan

Dan Ine mulai mengulum batangku. Aku mendesah sambil membelai-belai rambutnya

Walau tehnik kuluman itu bukan yang terbaik yang pernah aku dapatkan, namun di sana aku merasa ada rasa sayang yang mengalir. Sesuatu yang di lakukan sepenuh hati memang menghasilkan hal yang luar biasa.

Aku terpejam, rentetan frame-frame kelabu kembali berkelebat di dalam otakku, dan ritme kuluman Ine pun semakin cepat.

Entah dorongan apa yang kurasakan saat itu, namun dalam ejakulasi itu aku merasakan tumpahan, kombinasi antara Emosi, Perasaan dan Logika. Semua bercampur dalam ramuan kasih sayang yang mengalir dari tulusnya perlakuan Ine kepadaku. Entah berapa kali aku menyemburkan spermaku di dalam mulutnya, namun kelihatannya tak setetespun ia biarkan tumpah. Semua di telannya…

--

“In…”

“Iya?” desisnya manja yang kini sudah berada di dalam pelukanku, kami sudah meringkuk di dalam selimut yang membentengi kami dari dinginnya AC ruangan, setelah tadi keringat hasil pacu birahi kami di keringkannya dengan tiupannya yang se-dingin bekunya hati

“Say the magic word, dan aku akan…”

“Sttt…please…jangan Uda…” desisnya lirih sembari mengelus dadaku

“Aku…” aku masih mencoba berargumentasi

“Eh, Uda tolong puterin lagu dunk…” pintanya sok ceria memotong argumentasiku

“eh? Ok deh, buat Ine apapun…lagu apa yang cantik mau?” ucap-ku merayu

“No Me Ames, aku sering denger di Mp3 uda…” pintanya lagi sambil mengecup ringan dadaku setelah tadi kembali mengelusnya

Aku memenuhi keinginna-nya

“Uda tau arti lagu ini?

“Kuharap enggak…” desisku perih

“Peluk aku Uda…” katanya sambil mengeratkan pelukanku saat lagu sudah mulai mensenandungkan liriknya yang sekarang mendadak begitu menghujamku…

Sial! Aku gak mengira di kamarku ini ada begitu banyak debu. Beberapa memasuki mataku, dan membuatnya mengeluarkan air mata…

Air mata yang sampai saat ini masih begitu aku benci…

Namun sayangnya air mata itu kini mengalir keluar bersamaan dengan ketulusanku untuknya…

Sial…

Debu kecil yang membuatku menagis ini…

Bernama Ine…

Debu yang berhasil menumbuhkan rasa sayang ku pada-nya...


<< Loco testarudo, no lo dudes más!
Aunque en el futuro haya un muro enorme
Yo no tengo miedo, quiero enamorarme
///
Crazy stubborn person, stop doubting it any longer!
Even though in the future there will be a huge wall
I'm not afraid, I fall in love…>>

“No Me Ames…Don’t Love Me…” Desisnya lirih…

Aku kembali mencium kepalanya

Getir...

--

Credit to:
No Me Ames / Don’t Love Me
Jennifer Lopez & Marc Anthony

---
To be Conticrotz...
 
Sebagai tanda permintaan maaf, silahkan dinikmati Double-Update

Cuma ngingetin lagi suhu, cerita ini adalah lanjutan dari cerita Trampoline yang PDF nya bisa suhu download di Page-One, dipersilahkan​

Dilanjutpun...


Cerita Sebelumnya...

“No Me Ames…Don’t Love Me…” Desisnya lirih…

Aku kembali mencium kepalanya

Getir...


Leverage

Aku berputar-purar tak tentu rimba setelah mengantarkan Ine ke Pul-Travel untuk pulang ke rumah nya, memenuhi permintaan mama-nya. Pagi itu juga aku sudah tak kuasa untuk menahannya lebih lama lagi di Nest. Pikiranku entah kemana, aku tidak fokus. Bayangan tentang kehidupanku berkelebat kesana-kemari tanpa skenario yang jelas. Hanya potongan-potongan kabur dan suram yang kurang dapat ku mengerti secara utuh membuatnya semakin membingungkan.

Kulirik kesebelah kanan, KODAM IV DIPONEGORO. Hmmm…sekilas terbayang kenangan, ada kejadian lucu di sana beberapa tahun lalu ketika Kampus kami di undang untuk mengikuti upacara hari jadi TNI beserta beberapa Akademi Pelayaran lain. Saat itu kita masih semester awal. Bram, salah satu sohib-ku seangkatan berkelahi dengan anak pelayaran dari Kampus lain yang memicu tawuran yang menggelikan. Aku tersenyum-senyum sendiri mengingatnya.

Masa kuliah yang aneh! Bram…kemana pula mahluk tengil tak berotak itu sekarang?(1)

(1) Brahma Permana, anak Surabaya itu memang sukses merelokasi otaknya dari Kepala ke Lokasi dibawah perutnya. Dan petualangan sableng yang terpaksa kulewati karena anak itu, waduh panjang kali lebar kalau harus diceritain juga…

Serius, bisa-bisa berlembar-lembar tulisan hanya akan mendiskripsikan adegan ngewe. Dan dengan bangsatnya, dia pernah membuatku terpaksa mengabulkan rengekannya buat merekam adegan jahanam ngewe'nya dengan bu Dosen dan Pembantunya sekaligus. Kalau keduanya masih kinyis-kinyis, bolehlah brad, ini mirip dompet tanggung bulat semua, gimana jal?

Udah gitu, dengan songongnya bu dosen berdandan fully latex dengan kostum BDSM yang... ah!

Bangsad!

Bayangkan siksaan yang harus kulewati seharian menahan mual...


Taman Unyil, Ungaran…Karangjati…Eh? Kok aku malah meninggalkan Semarang? Haiyah! Terlanjur sampai di sini, kupacu mobilku lebih kencang…ke arah Jogja! Rara si-Bola-Bekel…rasanya aku ingin menemuinya lagi, entah sebagai apapun…

---

“Kyaaa!!”

PLAK – BAK – BUG !!

“REN! Udah Ren!!!”

“DASAR LONTHE LOE!! ANJING BETINA SIALAN!! SOK SUCI LOE!!”

“Rendi!! UDAH!! Please Ren!!”

Aku tertegun di depan pintu ruang tamu kost-nya Rara melihat drama opera sabun ala sinetron murahan itu. Yaelah, Sinetron mana ada yang kagak murahan kalee. Seorang cowo dengan tangan penuh tato meronta dan di tahan oleh beberapa cewek. Sebagian cewek-cewek itu aku kenal, mereka adalah temen-temen Rara. Tapi cowo bertato dengan mata merah yang kelihatannya masih semi-mabok itu aku gak tahu. Saat itu aku tidak melihat Ine, temen Rara, yang belakangan ku ketahui tengah terbaring meringkuk di balik sofa sambil memegangi perut yang dipukul oleh setan Tato itu saat kejadian

“Wow! Apa-apaan nih?” ucapku dengan bego

“Loe Jangan Ikut-ikutan Anjing!” bentak si-Tato kepadaku

“Iiih, ada Banci bentakin Anjing…” Serius, aku gak tau napa aku ngomong kaya gitu ama si-Tato-Serem ini, mungkin aku masih terpenjara oleh ke-bego’anku…

Sial! Ngeri juga padahal…

“BAJINGAN!!” bentaknya lagi, lalu meronta melepaskan diri dari pegangan para cewe-cewe, menyambar Vas di atas buffet kecil ruang tamu itu, berlari menghampiriku dan mengayunkannya ke kepalaku

WUUTT!!

EITS ! Aku menghindar kalem(2)

(2) Bener-bener kalem bro! Untuk reflek super terlatihku ini (chaileee…) pukulan jahat itu terasa amat lamban. Serius! Aku bisa menghindarinya sambil gitaran atau baca novel, bahkan masih ada waktu juga buat nelepon Mc. D delivery 14045, pesen kentang ama paha kriuk, nyemil, relax trus bobo siang sebentar sebelum pukulan super lamban itu akhirnya harus ku hindari, masih dengan santai tentunya… Hadeh…!

PRANG!!

Vas itu terlontar dari tangannya dan jatuh membentur lantai. Pada posisi ini, sebenarnya aku bisa dengan mudah memasukkan pukulan jarak pendek tegas langsung ke dagunya, lalu mengkombinasikan-nya dengan pukulan melingkar yang anggun ke-arah kening, trus tendangan lutut ke ulu-hati nan berwibawa dan di tutup dengan tendangan putar maha cantik ke-arah leher.

Wuih, pasti jadi coup-de-etat, penakhlukan yang sempurna. TKO indah kelas Telur-Asin. Tapi tidak, alih-alih melakukan semua itu dan terlihat keren di mata cewe-cewek, aku malah berteriak histeris…

“Awwwwww…!!” lalu berlari ke halaman kost… Sial! Aku pasti beneran sedang galau tingkat dewa…

Dan si-Mas-Tato-Seram mengejar…

Kami tiba di halaman bersamaan dengan datangnya Diaz(3) yang dengan tergopoh-gopoh berlari-lari kecil di gandeng oleh seorang cewe. Mungkin salah satu anggota kost juga yang berinisiatif mencari pertolongan pada sang-penjaga-keamanan itu. Diaz semerta-merta memasang tampang sangar dan membentak

“Bajingan, Anak mana loe? Berani bikin ulah di sini?!?” Waw! mas Diaz ini memang bersahaja!

Dengan tampang bak preman perempatan nan brutal dipadu dengan jambang tipis tak terawat nan jantan…oohh…

(3) Diaz, si penjaga keamanan…masa lupa sih? Baca lagi dunk REFLECTION episode RARA, halah, Promo maning…Promo maning !!

Si Tato yang kelihatannya mengenali Diaz, tanpa banyak bicara langsung lari menuju motor Kawazaki Ninja-nya dan menggebernya cepat-cepat. Melarikan diri. Cukup cerdas juga dia, aku pernah liat Diaz berkelahi dan percayalah, kamu gak akan mau berkelahi dengannya, walau dalam mimpi sekalipun…

Dan keributan itu berakhir, thanks to mas Diaz yang gagah perkasa…

---

“Bangsat! Harusnya ku hajar mampus dia tadi!” rutuk-ku dengan geram setelah mendengarkan cerita Ine sambil pelan-pelan aku menutul-nutul bibirnya yang ternyata berdarah terkena tamparan tangan si Tato dengan lap-air hangat

“Eeehh, udahlah…orang macam gitu gak usah di ladeni…kamu datang aja aku udah bersyukur, akhirnya dia melarikan diri…” kata Ine sambil memegang tanganku kalem.

Ine temen kost Rara ini emang adem orangnya. Di dekatnya seakan semua bisa kelihatan enteng, apalagi lesung pipinya itu… Manis deh…

Sampe kepikiran, apa semua cewe yang punya nama Ine emang jelmaan Wonder Woman ya?

“Eh? Tapi dia kan tadi lari karena liat Diaz, bukan…”

“Ah, sama aja…” Ine kembali mengelus lenganku, meredakan emosi. Sumpeh deh, Ine yang ini memang super kalem dan ngademin…manis juga kalau di liat lama-lama…

Ine tadi bercerita, itulah yang namanya Rendy. Yang kemarin dulu dia bilang mengajak Rara sekeluarga ke Jakarta menemui mamanya. Rendy ini katanya anak pejabat DPR atau apa gitu. Yang pasti dia merasa ber-backing. Makanya jadi sok seperti itu.

Akhir-akhir ini dia katanya bermasalah, makanya Rara sendiri juga melarikan diri dari dia, menurut penuturan Ine, Rara lari ke tempat kakaknya yang ada di batam. Aku kenal dengan kakak Rara. Ya, sebenarnya aku kenal dengan semua keluarga Rara.

Dan setelah Rara menghilang (lagi), emang tu anak akhir-akhir ini ruwet, suka ngilang. Si Rendy merasa Ine ada hati dengannya. Perasaan sepihak sih kalau menurut pengakuan Ine, dan tadi dia datang ke kost dalam kondisi setangah mabok buat mencari Ine, lalu si Rendy memaksa berhubungan sex. Ine menolak, makanya kejadiannya seperti itu. Cowok yang aneh!

Aku manggut-manggut mendengarkan ceritanya…

“Ya Tuhan!!” Teriakku kaget semi histeris waktu sekali lagi mengelap pipi Ine dengan lap hangat…

“Eh!! Apaan?!?” Ine ikutan latah…

“Lesung pipi kamu ilang satu In…mungkin jatoh, ayo kita cari…”

“Sialan loe!” katanya sambil mengacak-acak rambutku.

Ya elaaaah! Sok romantis…

--

“Aduh!” Ine memekik pendek sambil menutup bibirnya

“Eh! Kenapa?” kataku sepontan meletakkan sendok, mengambil tissue dan mengarahkan-nya ke bibir Ine

“Ga-papa…sedikit perih kena pedes…” katanya sambil mengambil tissue dari tanganku

“Ya elaaah, tau luka gitu, pesennya nasi goreng juga yang pedes sih loe In…”

Yep, akhirnya kita malah makan siang bareng di deket kost Ine. Warung nasi goreng Chinese food yang bertuliskan: BUKA 24 JAM, KECUALI LAGI TUTUP

Warung di jogja emang yang punya pada gokil. Yang makan pun tak kalah gokil. Ine dengan body ala-kadarnya alias mini-maxi tanpa sayap itu (emangnya pembalut), dengan PD memesan sepiring nasi goreng seafood dan Fuyunghay yang besarnya se ban-truk-gandheng. Dibuat lauk berdua dengan-ku, katanya.

Aku sekarang benaran percaya, kelihatannya aku memang berjodoh ama cewek grerandong pemakan segala…porsi makan-nya jack!!!

Hajindud….

“Hehehe…abis, kalau makan gak pedes, rasanya gimanaaa gituu…eh, kamu lucu ya ‘de kalo sok perhatian geto…”

“Sok perhatian bijimane maksud lo?” desis-ku sambil berusaha menelan sesendok penuh nasi goreng special pake telor pesenanku

“Ya langsung spontan gitu…”

“Ember! Aku emang orangnya lucu, kemaren aja hampir lolos audisi lawak…cuman katanya juri aku terlalu ganteng, jadi penonton suka gak tega ngetawain…” jawabku selebor

“Yee!”

“Hihihi…”

“Rara bego sih…coba yang kamu kejar-kejar aku…” katanya sambil nunduk. Sekilas ku lihat mukanya beneran memerah

“Eh?” aku cuman bisa bilang gitu, biasa, sindrom bego-ku kambuh…

“Ah, lupain De…Aduuuuhh…aku ngomong apa siiiihhh…” kata Ine sambil akting memukul-mukul-lucu pipinya sendiri dengan gemas, mukanya tambah memerah…

Kuraih tangan itu. Ine memandangku, dan kami berpandangan…

“Ine baik… sangat baik… dan aku bersyukur kenal dengan Ine…”

Kurasakan tangan Ine malah menggenggamku dengan erat. Dan aku-pun membalas genggamannya…

Sumpe deh, ama ni anak, hatiku jadi adem beneran…

Nyaman…

---

Aku mendesah di driving seat gerobak CRV ku. Jalan lagi ke Semarang, setelah tadi ngobrol ngalor-ngidul dengan Ine. Menghabiskan waktu. Relaksasi pikiran. Sepintas bayangan demi bayangan kembali membanjiri otakku.

Frame-frame kelabu yang sama. Wajah Eyang-Eyang ku, kedua orang tuaku, temen-temen, wanita-wanita hebat yang aku kenal. Kejadian-kejadian edan. Semua seakan acak, carut-marut dan bercampur aduk di kepalaku.

Di penghujung gila kelihatannya aku nih…

JDUK! JDUK! JDUK!

Aku menoleh ke samping. Dua orang berboncengan mengetuk-ketuk kaca pintu-ku. Aku mengenalinya. Si Rendy, mas Tatto! Dia membonceng seseorang dengan wajah tak kalah sangar menaiki sepeda motor ninja yang aku inget tadi di-naikinya waktu kabur dari kost Ine, eh Rara, mengetok-ngetok dengan kayu pendek sambil menunjuk-nunjuk, mungkin maksudnya menyuruhku menepi…

“Ohh, God! Humor me!” desisku lirih lalu menginjak gas semakin dalam…

Motor Rendi tertinggal. Namun kulihat dari spion tengah, mereka masih mengejar.

Satu, dua…tidak, tiga motor, semuanya berboncengan. Berarti total enam orang yang mengejarku. Aneh juga si-Tato ini, ketemu bentar aja udah dendaman.

Aku tersenyum simpul dan menginjak gas semakin dalam.

Catch me if you can! Batinku.

Dari mana pula dia bisa tahu aku jalan ke Semarang? Pasti mereka sudah menguntit-ku dari tadi. Sayang aku lagi bego, kalau enggak pasti aku udah tahu dari tadi. Tapi pengejaran ini, bagaimanapun amat sangat…ku-syukuri…?!

Melarikan diri dengan mobil dari pengejaran sepeda motor adalah suatu hal yang mustahil di jalanan negeri kita tercinta ini. Sampai di penghujung jalan Jogja-Magelang, kulihat ada tanah persawahan yang di keringkan di kiri jalan, mungkin akan di bangun POM Bensih atau apalah.

Tanah itu sudah di-pagar seng keliling, hanya menyisakan sebuah celah cukupan, mungkin buat keluar-masuk kendaraan material. Aku membelokkan mobilku dengan cepat masuk ke sana.

Entah apa yang ada di-dalam pikiranku

Ternyata di dalem sepi, cuman tanah datar. Tak ada siapapun di sana. Sesuai dengan perkiraanku.

Aku keluar dari mobil. Menyerigai. Sumpah, aku benar-benar tidak mengenal diriku sendiri kali ini. Seharusnya, aku kabur, minta tolong, atau apalah! Itu gue banget! Tapi kini? Aku merasa deg-deg-an, bukan takut. Tapi senang. Seperti…seperti habis menang lotere! Emang beneran beranjak gila kali aku nih…

Ke-enam orang itu mengepungku dan bergerak semakin mendekat. Sepeda motor mereka parkir sembarangan namun terkumpul di satu tempat. Aku melirik mereka, menghitung situasi, dan kembali menyeringai. Suatu keinginan telah tersusun di kepalaku.

Keinginan gila…

Amat sangat gila!!

Aku ingin melihat mereka merangkak kembali ke jogja, pikirku. Aku akan mematahkan kaki dan tangan mereka, membakar sepeda motor mereka, merampok uang mereka dan meninggalkan mereka di sini. Itu rencanaku. Dan aku kembali menyeringai…karena, aku benar-benar ingin…

Dan ini gila…

Mereka segera bergegas bergerak dan mengepungku dalam bentuk lingkaran

Kesalahan yang fatal…

Rendy yang dalam lingkaran itu kebetulan berposisi tepat di depanku berteriak “Bajingan! Aku tahu siapa kamu! Jangan harap kau bis…”

PROK!!

Sayangnya gerakanku sedikit lebih cepat dari bicaranya(4)

Saat ini Mae Gerie atau tendangan lurus kaki kananku sudah mendarat dengan aman sentosa di mulutnya. Memuncratkan percikan darah yang terlihat mempesona di mataku kini. Rendy terhuyung. Nampak beberapa gigi tanggal dari mulutnya. Huyungannya seperti mempertontonkan sebuah gerakan dansa yang indah di mata iblis apapun yang kini bersemayam di ragaku. Dan aku kembali bergerak seperti kerasukan. Seingatku aku tidak pernah sebrutal ini…

(4) Yep, sebagai Karateka Shotokan Dan Empat, alias Yondan, aku memang sedikit cepat. Dan karena kecepatanku itu, aku sering menang berebut apem di desa waktu ada acara Nyadran – Acara syukuran sebelum bulan puasa di mulai, hebat kan? Tapi gak usah terlalu merasa kagum, biasa aja, kalem…

Aku memutar untuk meneruskan tendangan, ini dalam karate di sebut Mawashi ushiro gerie. Tendangan itu membentur kepala siapa aku tidak tahu.

Yang pasti seseorang yang berada di belakangku terhuyung lalu jatuh dengan limbung. Bisa di pastikan gegar otak. Tendangan itu, kalau kulakukan dengan setengah tenaga seperti biasanya di Dojo, dapat memecahkan beberapa papan kayu yang di pegang oleh teman saat Kihon atau Latihan dasar. Dan kali ini aku mengerahkan seluruh tenaga!

Dan aku semakin brutal…

WUUTTT!

Sebuah balok kayu melayang kearah kepalaku. Aku bisa saja menghindarinya, atau menendangnya dengan kaki kananku yang masih di udara. Kecepatanku memungkinkan untuk itu. Namun itu tidak aku lakukan. Ku songsong balok itu dengan kepalaku!

BRAK!

Balok terpelanting dan patah. Si pemukul melihatku dengan ngeri. Mukanya pucat pasi. Darah mulai mengucur dari luka akibat pukulan itu melewati kening dan membasahi mukaku. Aku pastilah saat itu kelihatan benar-benar mengerikan. Apalagi aku masih belum bisa menghilangkan seringai dari wajahku. Darah dan rasa sakit ini seperti benar-benar kunikmati. Memberikan dorongan yang aneh.

Ya! Aku mau lagi! Aku mau lebih lagi! Aku mau…

DARAH!!

Dan aku bergerak maju dengan cepat menangkap tangan si pemukul, memasukkan kucian siku yang sempurna karena hampir tanpa perlawanan, lalu kutarik, kuncian-ku mematahkan lengannya dengan tanpa ekspresi. Cepat dan Dingin. Dia meraung histeris. Sangat melegakanku.

Tapi…Aku masih mau lagi!

Beberapa pukulan lurusku kulepaskan untuk menghantam mukanya, mempermak hidungnya ke arah yang sejajar dengan hidung tukang sihir pada film film Disney, disertai dengan pewarna alami merah merekah. Cucuran darah itu terlihat begitu indah di mataku

<<KO - You Lose!! Dede Win, Flawless Victory!!>>
Melihat seorang temannya meraung-raung saat kulepaskan dengan tangan yang menekuk aneh ke-arah yang tidak seharusnya dengan bonus permak muka, membuat tiga orang yang tersisa mungkin merasa kecut. Mereka berusaha lari. Sayangnya, aku belum puas.

Sebuah Yoko-Gerie-Keange rendah kulayangkan pada seseorang yang berusaha lari melewatiku. Telak menghantam pergelangan kakinya. Seiring bunyi KRAK yang terdengar merdu di telingaku, dia terguling dan meraung-raung, memegangi telapak kakinya yang sekarang menekuk ke-arah 90 derajad terbalik dari seharusnya.

Aku makin kesetanan.

Irama raungan kesakitan itu terdengar seperti syahdunya sympony di telingaku…

Dan aku berlari mengejar dua yang tersisa. Tak perlu waktu lama. Mereka rebah dengan beberapa rusuk patah dan muka yang hancur. Aku terus melangkah menuju sepeda motor mereka dan mencabut kuncinya, lalu aku berbalik. Memandang hasil karyaku yang kukagumi sendiri. Si patah tangan kelihatannya sudah pingsan, mungkin karena tidak kuat menahan rasa sakitnya. Aku berjalan dengan santai melewati mereka. Rendi yang memang terluka paling ringan, memandangku dengan ngeri…

Aku sangat menikmati detik-demi-detik waktu yang ku habiskan untuk melangkah mendekatinya…

“R.e.n.d.i….kau bilang tadi kau tau siapa aku?” kataku sambil jongkok di depan-nya yang masih menggelosoh memegangi mulut. Ku jilat sedikit darahku sendiri yang meleleh dari luka di kepalaku, lalu kembali menyeringai…Benar-benar menyerupai Iblis…

“Ma…maaf…bang…ma…maaf…” jawabnya tergagap

“Rendi…namamu pakai ‘i’ apa pakai ‘Y’ Ren?” tanyaku

“A…aa….apa bang?”

KRAK!!

Tinjuku membentur tulang kering kaki kanannya. Aku yakin tidak sampai patah, namun dapat di pastikan retak!

Rendi meraung…

“Jangan-jangan kamu gak ngehargai aku ya? Nyepelein? Kok di tanya gak memperhatikan?” ungkapku kalem dalam ekspresi sok mikir yang memuakkan

“Maa…maaf bang…pakai…’i’ bang…pakai ‘i’…” jawabnya tergagap dengan ekpresi ketakutan yang mempesonaku

“Rendi pakai ‘i’, aku mau kau melakukan sesuatu untukku…”

“Iya bang…siap…apapun bang…tolong…ampuni aku bang…” ibanya

“Sttt…jangan banyak bicara, dengerin!”

“I…iya bang…”

“Aku mau kamu mengumpulkan semua dompet dan HP temen-temen kamu, sekarang!”

“I…iya bang…” Dengan mengernyit lucu, Rendi berusaha merangkak dengan satu kaki, berlagak sok kesakitan

“Dan Ren!”

“I…iya bang…”

“Kamu punya waktu 15 detik untuk melakukannya, sebelum aku memutuskan untuk mematahkan kaki-mu yang satunya lagi…” desisku pelan yang ternyata berdampak sedikit melegakan buat rendy, dia mulai kelabakan jatuh bangun berusaha bergerak secepatnya

“I…ini bang…” katanya sambil berdiri terbungkuk-bungkuk didepanku sesudah melakukan apa yang ku minta dan membawa lima dompet dan empat HP di hadapanku

WUUTT!! KRAK!!

Sapuan kaki-kananku menghantam tulang kering kaki kirinya dan menjatuhkannya

“Cacing! Kau berani berdiri di depanku?!!” Bentakku. “Itu kan tidak sopan, Lain kali berlutut dong…” lanjutku dengan nada kalem ala mamak-mamak nasehatin anaknya, masih dengan mimik muka mengejek yang super menjengkelkan tentunya…

“Iya bang…maaf bang…ampun bang…ampuuunn…” erangnya sambil terguling dan mulai menagis sejadi-jadinya

“Sudah jangan menagis… Cowok kan gak boleh cengeng!” kataku masih dengan nada menasehati sambil menendangi perutnya yang masih dalam posisi meringkuk di tanah

“Iya bang…maaf bang…ampun bang…ampuuunn…bang….”

“Sekarang ambil semua duit yang ada di dompet itu, sekalian duit di dompetmu dan kumpulin dompet sama HP jadi satu, bungkus dengan bajumu!” perintahku cepat yang ternyata di lakukan Rendi dengan cekatan pula…kemajuan yang mengagumkan! Ku-kira metode ini perlu di terapkan di semua program les Bimbingan Belajar!

“Rendi! Kau…menyakiti Rara…” desisku dengan nada marah dan mengancam di mukanya setelah dia menyelesaikan perintahku

“Enggak bang…sumpah bang…aku gak ngapa-ngapain Rara bang…sumpah…aku…sumpah bang…maaf bang….maaf…aku…”

PLAK!

Tamparanku hingap di pipinya, meruntuhkan satu gigi yang mungkin tadi memang sudah goyang. Mengalirkan tambahan darah segar yang membuatku semakin liar…

“Anjing macam kau berani memotong bicaraku?”

“Iya bang…maaf bang…ampun bang…ampuuunn…”

“Dan kau memukul Ine…” Desisku lagi

“Maaf bang…ampun bang…ampuuunn…” dan aku menjambaknya

“Aku akan sering-sering ke jogja…dan kalau aku masih mendengar kamu ada di sana…”

“Iya bang…maaf bang…ampun bang…aku berjanji akan pergi bang…ampuun bang…” sinar ketakutan benar-benar terpancar dari wajahnya

BAK – BUK – PRAK

Aku masih memukulnya beberapa kali, memuaskan apapun yang seakan mengambil alih ragaku. Iblis itu…

Dan aku pergi meninggalkan enam sosok yang terkapar setelah membakar ketiga sepeda motor itu dan memasukkan dompet dan HP mereka ke-dalam api. Ini gila…ini benar-banar gila…Ini bukan aku… Ini…mahkluk yang menjijik-kan…

Ini… Kejam…

Iblis ini…

Atau jangan jangan ini…


pengungkapan diri-ku yang sebenarnya?

Inikah aku yang sebenarnya?

Is this my Leverage?

Sekejam inikah aku?


**

End of Leverage

---

To be Conticrotz...

INDEX
 
Terakhir diubah:
Ntaps huuu....semoga updatenya lancar terus ..crot crot crot

Amin hu..

Ta tunggu Toyo
Hahahaha.... Asli nggak tau kenapa ane ngakak baca komen ente hu...

Can't hardly wait.. :kretek:

Jadi batu dah.....
kayanya om Frans ketiduran:sendirian:
Dimaafken ya hu..
:ampun::ampun:
Lanjutkan huu
Siap hu, silahkan dinikmati sajian sederhana nubi..
 
Makasih atas updatenya suhu..

Sadissss banget hu...Emg klo org lagi emosi lgsg gelap mata apalagi punya kemampuan bela diri yg mumpuni...
 
Kake'ane, ngertinan iq...
Melu po?

wegiahh.. :pandaketawa:

dah sering mampir Om.. yaa meskipun cuma "kungkum banyu anget" karo "pijet refleksi (ehmm)".. :pandaketawa:

suwun apdete Om.. pancet gokil as always

:ampun:
 
Makin mantab aja tampang keren bisa karate tapi ngadepin cewek jadi hellokitty hatinya....

Makasih om frans sudah update
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd