Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TRJBK NSTLG

Namaku Jaya, Adipati Jaya Mahardika. Teman-teman biasa memanggilku "Jaya" atau "Jay" di kampus. Kadang-kadang ada yang memanggilku Ajay, Jijay, tapi di forum internet aku paling terkenal dengan sebutan Ajay Vijay Hotahay atau Jayporn, anything... asalkan jangan Jay-Ho...

Prestasi Paling Membanggakan: Juara 2 Lomba Karya Tulis.... Ilmiah.. ehem.. maksudku... Lomba Menulis Cerita Erotis, yang diadakan salah satu Forum Dewasa di internet. Membanggakan memang, tapi nggak mungkin juga dibanggakan pada keluarga

Me: Mama, Ajay jadi juara lomba menulis cerita porno, lhooooo (menyerahkan Piagam Penghargaan dari Moderator Forum)

Mama: (pingsan)

Oke, cukup... daripada ngegosip nggak jelas, mari kita lanjutkan ceritanya... capcus cyiiiiin....


= = = = = = = = = = = = =

Fragmen 2
Jay


Beberapa bulan setelah Liz jadian dengan Bang Igo, kulihat mereka makin mesra saja, nggak di kampus, di Facebook, di kamar... (hayah... nggak boleh menyebar fitnah...)

Dan aku....

...I'm just sitting here, masturbating...

Sumpe loh, jeng... Aku bukan jomblo, apalagi homo. Aku hanyalah orang yang belum menemukan cintanya. Bukan kenapa-kenapa, entah mengapa dari dulu aku sulit sekali mendapat pacar. Hingga lama kelamaan merebak rumor menyesatkan bahwa aku adalah penyuka sesama jenis. Kalau sudah begini, bagaimana aku bisa dapat pacar, coba? Padahal, tampangku juga nggak jelek-jelek amat, kok! Buktinya masih ada adik kelas yang naksir aku, tapi terpaksa kutolak... padahal dia cantik, lho... ciyus! Namanya Lana... Maulana...

"Sumpah, gue bukan homo..." bisikku pelan, getir di sebuah malam terkutuk bernama Malam Minggu yang terpaksa kuhabiskan bersama sesama penyandang Tuna Asmara, dan Jomblo Terlantar.

Malam itu, aku dan teman-teman: Jimmy, Buluk, Dandy, Otong, Gugun, dan Heru nongkrong-nongkrong di Burjo, tempat nongkrong mahasiswa yang buka 24 jam dan menjual panganan bubur kacang ijo, Tante (Indomie Tanpa Telur), Intel (Indomie Telur), dan berbagai gorengan yang menyadi trademark kota Yogyakarta.

Sebenarnya tulisan di spanduk itu "Bubur Kacang Ijo" tapi entah karena luntur atau gimana, sehingga yang terbaca adalah "Dubur Kacang Ijo". Meski sampai sekarang aku tidak bisa menjelaskan korelasi antara "Dubur" dan "Kacang Ijo".

"Jay, Slamet kok lama?" ucap Buluk sambil menyeruput es teh manis, bersiap menyaksikan El Classico, pertandingan Real Madrid vs Barcelona FC.

"Nggak tahu, kan jemput Liz. Biasa lah, dandan kali? Sekarang kan dia sudah jadi cewek."

"Jadi cewek? Slamet operasi?"

"Maksudku LIZ hahahahaha..."

"Hahahaha! Masa ke Burjo pake dandan!"

Tak seberapa lama, suara motor butut terdengar dari kejauhan, pertanda bedebah itu tiba. Yep, itulah Slamet, Slamet Riyadi. Dia adalah sahabatku dari kecil.

Di kampung, aku tetanggaan sama Slamet, dan saat ibuku hamil aku, ibunya Slamet juga hamil dia. Dari Orok, TK, SD, SMP, SMA di Kroya, aku dan Slamet selalu bersama-sama. Entah apa yang menyebabkan ia membuntutiku sampai kuliah di Jogja, di fakultas yang sama pula.

Singkat kata, Slamet bisa dibilang sidekick-ku. Kalau Spongebob punya Pattrick, dan Si Buta punya Kliwon, maka aku punya Slamet, itu saja sudah cukup... cukup merepotkan... wasuw!

"Sik... sik... tunggu sebentar..." Slamet seperti berbicara dengan Liz di luar, entah. Tanpa aba-aba, tahu-tahu saja dia melompat masuk. "Wokeeeeeh!!!! Kang Mas Sedoyo, mari kita persembahkan, atraksi terkemuka dari ibukota." Cah gendeng itu berbicara layaknya seorang pawang topeng monyet.... dan...

.... masuklah Sarimin... eh, maksudku, Liz...

JREEEEEEENG!!!!!!

Sumpeh loh, eike shock setengah mampus, cyin! Rambut Liz yang tadinya panjang mirip Raisa, sekarang dipotong pendek seperti anak laki, dan anak itu kembali mengenakan kemeja flanel kotak-kotak dan celana jins rombeng kebanggaannya.

"Bersulang! Untuk Liz yang baru saja ganti kelamin," ucap Slamet sambil mengacungkan gelas berisi esteh manis ke udara, dan segera disambut sorak sorai barbar teman-temanku yang lain, "HUH! HUH! HUH! HUH! SPARTAAAAA!!!!"

Yang disoraki sendiri tidak menjawab, hanya cengar-cengir nggak jelas, dan aku tahu, ada yang nggak beres dengan ini. Belum sempat aku bertanya, Slamet sudah berkata lagi, "Jay, aku tahu Liz sudah balik kaya cowok... tapi dia jangan disodomi, ya," ucapnya sambil terbahak-bahak.

Slamet bangsaaat, kamu nggak bisa baca situasi, cuk?!!!!

"Tenang aja, Met. Tititku cuma buatmu...." balasku. Pendek tapi mengena.

"Jancuk!" Slamet melotot, menimpukku dengan sandal.

Sorak sorai beserta ledekan dan hinaan kini beralih ke arah Slamet. Kuperhatikan Liz memaksa tertawa, meski matanya tak ikut berkata demikian.


= = = = = = = = = = = = = = = =

Akhinya Madrid kalah 2-1 dari Barca. Pendukung Madrid pulang dengan lesu, karena harus membayari makanan yang menang. Di tempat parkir, kulihat Liz menunduk di dekat motorku sambil memainkan helmnya.

"Jay, aku balik sama kamu, ya," ucapnya pelan.

"I-iya... b-boleh... eh, tapi kamu nggak kenapa-kenapa, kan?" duh, anak itu bikin khawatir saja.

"Hehehe..."

"E buset, dah... aku serius, nih!"

Liz nyengir sambil menggaruk-garuk rambutnya. "Aku baru putus sama Bang Igo, Jay."

"Eh, serius, lah! Padahal, kan....?"

"Udah, ah... nggak usah dibahas... Yuk..." Liz melompat ke atas motorku tanpa banyak kata.

Motorku melaju menuju kost Liz di Babarsari, melewati gang-gang sempit yang dipeuhi rumah kost-kostan, pemandangan yang khas di perkampungan sekitar kampus di Kota Pelajar ini.

Sepanjang perjalanan itu Liz memilih diam, kutanya apapun dia tidak menjawab.

"Liz.... beneran kamu nggak apa-apa?" ucapku sambil melirik wajahnya dari kaca spion.

"Nggak apa-apa kok, Jay... aku... sudah biasa kali... dijahatiN... huk... huk..." tiba-tiba Liz menempelkan wajahnya di punggungku, menangis terisak.

Malam itu, udara di Jogja begitu dingin, dan entah kenapa ada sesuatu yang ikut terasa perih di dadaku.


= = = = = = = = = = = = = = =

Liz, dah hampir nyampe, nie. Kutemenin ampe depan kost, ya..." aku berkata ketika kami tiba di depan portal gangnya yang sudah ditutup.

"Aku.... nggak mau balik ke kost-ku... Jay," Liz akhirnya berkata, pelan.

"Hah? Yang bener dong? Terus kita mau kemana? Ke pos ronda? Main karambol?"

"Terserah, Jay..., daripada aku di kos sendirian... ada Baygon... ada Molto.." ucap Liz nyaris berbisik, memelukku erat-erat.

Baygon? Molto?

Well, that's escalated quickly...
 
Oiiiii REPOST....

Tapi sumpah cerita om jay gak pernah bikin ane bosan.. semangat om jay sampe tamat
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd